18eskrim
18eskrim
18.18
49 posts
why don't you take a seat and see how messed up am i?
Don't wanna be here? Send us removal request.
18eskrim · 5 years ago
Text
Kepada Mu,
Dari ego yang menyekap. Aku merindukanmu ditengah gegap gempita kepanikan tak berdasarku. Aku pun masih merindukanmu ditengah hiruk pikuk ketakutan tak bermuaraku.
Seiring waktu berlalu, rasa bersalah membungkus bagai dus karton yang rapuh namun mengikat. “Mengapa?” Begitu tanyaku disetiap kesempatan.
Barangkali sekiranya waktu berhenti sejenak tepat saat pertama kali pandang kita tertaut mungkin aku jadi memiliki lebih sedikit banyak waktu untuk menyimpanmu dalam memoriku yang tak pernah berkecukupan.
Pada akhirnya, aku bersyukur bagaimana waktu menyadarkanku, entah saat ingin menetap lebih lama atau ingin buru-buru loncat ke waktu tertentu untuk sekadar memamerkan betapa aku merindukanmu.
Ini hanya masalah ego, namun waktu bak kambing hitam yang tersudutkan.
Tertanda,
Aku yang menyayangimu dalam setiap waktu yang terhormat
0 notes
18eskrim · 5 years ago
Text
Seafood dalam Film
“Karcis parkir ada di kamu kan?,” celetukmu singkat namun berhasil membuatku panik sembari merogoh-rogoh saku jaket hingga tas ranselku. Tawa kecilmu memecah kepanikanku, “Sama aku kok,” lanjutmu lagi.
Hujan baru saja menyirami bekas-bekas pijakan perjalanan dari setiap pengendara yang ada di kota Jogja sore itu. “Ayo kita makan seafood seperti scene dalam film yang baru saja kita tonton,” ucapmu dengan setengah berteriak, berlomba dengan suara laju motor bebekmu dan dingin angin sore yang harusnya menghangat.
Kita berhenti di salah satu warung seafood favoritku, tanpa diberi aba-aba kau seperti sudah paham apa yang selalu kau inginkan. Suara sodet dan wajan penggorengan saling bertaut acak, bising, dan tak berjeda.
“Aku ingin cerita,” ujarmu kemudian penuh semangat. Aku tau dan kita sama-sama tau. Cerita ini akan dimulai tentangnya, wanita yang telah meninggalkanmu dengan tanda tanya dan aku yang mendengarkan dengan seksama sembari menenangkan hatiku.
0 notes
18eskrim · 6 years ago
Text
Teras Rumah
Malam itu, saat waktu telah tepat 00:25 & sebaris pesan singkat yang sampai 20 menit sebelumnya. Sembari membenarkan uraian rambut, aku menanti. Ketika akhirnya, sorot lampu kekuningan dari ujung jalan mulai mendekat, aku tersenyum.
Suara kita saling bersaut. Aku menyimakmu, Kamu menyimakku. Kita sama-sama tenggelam dalam obrolan tak tentu arah, lupa bagaimana dinginnya dini hari dapat membuat nafas mu sesak dan kewalahan, lupa bagaimana dinginnya dini hari dapat membuatku menggigil semalaman, lupa bahwa kita saling bertukar cerita diantara pagar besi rumah yang menghalang.
Anehnya, kita sama-sama tidak peduli yang aku tau aku senang penantianku tak sia-sia, yang kamu tau kamu senang perjalananmu membuahkan hasil.
Kita sama-sama tidak peduli selama aku & kamu dapat saling bertatap.
0 notes
18eskrim · 6 years ago
Text
Mempertontonkan Ego
Aku tak pernah menyebut namamu di hadapan Sang Khalik
Aku juga tak pernah meminta Sang Khalik menyempurnakanku dengan mu
Aku hanya membiarkan Sang Khalik menyaksikan
Menyaksikan bahwa aku telah berusaha
Aku hanya mencoba meyakinkan Sang Khalik
Meyakinkan bahwa kamu adalah keinginan paling egois ku
Aku tidak pernah berani berdoa seperti kebanyakan orang, "Jika dia yang terbaik dekatkanlah, Jika bukan dia jauhkanlah"
Aku takut Sang Khalik memilih jawaban yang kedua
Jadi aku biarkan saja selama ini Sang Khalik menyaksikan untuk kemudian aku yakinkan
Samarinda, 05 November 2019
0 notes
18eskrim · 6 years ago
Text
"Aku memelukmu dengan erat untuk tau aku telah pulang," jawabku seadanya saat kau tanya mengapa
0 notes
18eskrim · 6 years ago
Text
♐ : Ayooo
♒ : Apa
♐ : Pergi
♒ : ...
♐ : Yang jauh
♒ : Sejauh apa
♐ : Sampai tidak terjangkau semesta
♒ : Kau sedang bercanda
♐ : Tidak aku serius
♒ : Jangan denganku
♐ : Kenapa
♒ : Karena aku semestamu
0 notes
18eskrim · 6 years ago
Text
Tentang Pagi
Sayangnya, ini kisah klise nan receh tentang cinta pada umumnya namun di ceritakan kembali dengan rumit dan menyebalkannya dari ingatan usang tentang aku dan kamu.
***
Aku benci tentang bagaimana dingin pagi yang menyapa dengan paksa. Aku benci tentang bagaimana lorong sempit menyesakkan yang mereka sebut koridor sekolah dapat menyapa mu dipagi hari lewat gema yang datang darimu jua.
Dan disitulah kamu disudut ruangan terdepan dalam ruangan ini, diantara meja dan kursi kosong sibuk dengan lembaran-lembaran tak bermakna dan earphone yang entah sedang meneriakkan melodi apa, dari penglihatan. Aku beralih ke tempatku seharusnya, mengeluarkan buku cerita bergambar tentang lelaki remaja yang memecahkan kasus pembunuhan. Kita tenggelam dalam hening yang kita ciptakan dengan mengkambing hitamkan kesibukan hingga riuh keramaian mulai mengisi.
***
Aku benci tentang bagaimana kain tebal bernama jaket ini tak dapat menghalau dingin pagi yang menyapa dengan paksa. Aku benci tentang bagaimana waktu yang masih banyak tersisa untuk dapat aku habiskan lebih lama di kasur.
Dan disitulah kamu kembali disudut ruangan terdepan dalam ruangan ini, di antara meja dan kursi kosong,, tersenyum dengan lugunya, “Selamat pagi!”. Lalu, hanya jawaban singkat yang dapat ku hadirkan, “Pagi juga,” dan kembali kita bersama-sama tenggelam dalam hening yang kita ciptakan dengan mengkambing hitamkan kesibukan hingga riuh keramaian kembali mengisi.
***
Aku mulai menikmati tentang bagaimana dingin pagi menjadikan jalanan begitu lenggang di tengah kota yang mereka sebut metropolitan ini. Aku mulai suka menikmati bagaimana aku dapat memilih setiap sudut lahan parkir yang tersedia.
Dan disitulah kamu, memarkir motor naked bewarna merah dan aku disebelahnya dengan motor underbone bewarna biru dari pabrik yang membesarkan nama Jorge Lorenzo di arena Moto GP. “Apakah aku datang terlalu siang?,” tanya mu tanpa intrupsi, aku berlalu sambil mengernyitkan dahi. Langkah kakimu memburu seperti ingin menyamakan ritme langkahku yang sudah lebih dulu didepanmu.
Tidak, hanya aku yang terlalu bersemangat, batinku.
***
Aku menikmati tentang bagaimana kamu yang selalu hadir lebih dulu di setiap pagi. Aku menikmati tentang bagaimana kamu dan aku berkutat dalam kesibukan sambil mendengarkan lagu yang sama dari telpon genggam mu.
Dan disinilah aku, menatapmu tanpa henti dengan lagu favorit kita yang bersenandung diantara earphone yang kau bagikan dengan ku. Lalu kau ceritakan, bagaimana gadis di seberang ruangan itu membuatmu menyukai dinginnya pagi dengan terus menanti kehadirannya dari jendela kelas. Seperti aku yang menikmati dinginnya pagi dengan menemukanmu di sudut ruangan.
***
Aku sudah terbiasa tentang bagaimana dinginnya pagi menyapa dengan lembut. Aku sudah terbiasa dengan lorong renggang melegakan yang mereka sebut koridor sekolah dapat menyapa mu dipagi hari lewat gema yang datang darimu jua.
Dan disinilah aku, di sudut terdepan ruangan menemukanmu di sudut terdepan ruangan lainnya dengan earphone dan kertas-kertas bermakna, tentangnya.
0 notes
18eskrim · 6 years ago
Text
"Aku seperti sedang menunggu sebuah momen untuk Membencimu dengan selayaknya seperti aku Mencintaimu"
Lampu Tidur Merah Muda di dinding kamar
0 notes
18eskrim · 6 years ago
Text
salah satu
Pulpen atau kacamata?
Aku tidak ada waktu
Kalau kau ingin berlibur pilih lah salah satu
Pulpen atau kacamata?
Ayo cepat
Waktu terus berjalan
Atau begini saja
Aku akan menulis dengan pulpen
Lalu kau akan membacanya dengan kacamata
Selamat berlibur
0 notes
18eskrim · 6 years ago
Text
Apakah aku sudah sampai di titik membenci karena (pernah) mencintai mu?
18.32
0 notes
18eskrim · 6 years ago
Text
Bohlam Lampu Ruang Tengah
dipintanya aku meredup, dipintanya aku meredup namun tetap menerangi. ini tak akan pernah berhasil sejak kau merasa penerang menyilau namun tak ingin ia mati. ini rasa yang kau pikir paling tau namun hanya redup yang sempat kau pinta.
- Samarinda, 19 Maret 2019
0 notes
18eskrim · 7 years ago
Text
sudah berhenti mencoba, sejak kau bergeming & aku tidak cukup pantas menerima penjelasan
0 notes
18eskrim · 7 years ago
Text
TV-Series
Aku tak pernah bisa berkata manis, menulis indah, menciptakan roman, bersikap lembut. Aku tak pernah bisa menjadi gadis yang diidam-idamkan para pria di setiap serial romansa.
Aku pernah bisa berkata pahit, menulis acak, menciptakan intrik, bersikap kasar. Aku pernah bisa menjadi wanita yang dibenci-bencikan para pria di setiap serial triller.
Aku tak pernah dan pernah bisa menjadi perempuan yang diperjuang-perjuangkan kau sebagai pria di setiap sudut mimpi yang dikhianati kenyataan.
- Sewon, 13 Februari 2019
0 notes
18eskrim · 7 years ago
Text
"Hari ini adalah Hari untuk Hari,"
tertulis begitu saja di secarik struk belanjaan yang kau kumpulkan di dalam dompetmu. sambil terheran-heran dengan tatapan khas mu, kau tanya apa artinya. lalu yang kau dapat hanya senyum penuh mengisyaratkan, 'kamu sih gubluk'. Sekian -
Semarang, 02 Oktober 2018
0 notes
18eskrim · 7 years ago
Text
18.17
Kemarin aku pergi ke laut
Memuakkan
Aku benci bagaimana anginnya menampar wajahku
Aku benci bagaimana gemuruh ombaknya memekakkan telingaku
Aku benci bagaimana teriknya membakar kulitku
Aku benci bagaimana pasirnya mengotori tapak kakiku
Aku benci bagaimana bayang pohon kelapanya yang tak meneduhkan
Aku benci bagaimana kerikil-kerikilnya menusuk perjalananku
Aku benci bagaimana baunya mencekikku
Aku benci laut
Hari ini aku pergi ke laut
Memaafkan
Tapi tak bisa lupa bagaimana ia membuatku muak
Sewon, 05 Januari 2019
0 notes
18eskrim · 7 years ago
Text
aku selalu ingat potongan gambar malam itu
tepat saat arloji ku menunjukkan pukul 22.01
tepat pada saat lampu jingga di pinggir jalan temaram dengan hangatnya
tepat pada saat rintik hujan menyapa
tepat pada saat bibirmu menyentuh cangkir kopi
tepat pada saat aku menyimakmu dengan khidmat
aku selalu ingat potongan gambar malam itu
tepat pada saat dimana khidmat ku sekedar mengenangmu -
Bantul, 03 Januari 2019
0 notes
18eskrim · 7 years ago
Text
malam tadi hujan turun dengan derasnya. aku takut hujan, jadi aku berteduh. hingga bayang mu sekadar mampir dalam benak,
"hanya aku satu-satunya orang yang harus kamu repoti tak ada yang lain. hanya aku"
aku tertawa kecil. pada akhirnya aku pergi menerjang hujan. berharap dapat melupakan mu yang mulai lelah ku repotkan -
Bantul, 02 Januari 2019
0 notes