a-meliaa

[a-meliaa]

Kulihat kamu menulis dengan suara yang nyaris patah, seperti sudah terlalu lama menahan. Bukan agar kamu didengar, tapi agar dirimu tidak meledak.

Saat itu, kamu terus-menerus bertanya: kenapa aku seperti ini? Kenapa aku begitu berlebihan?

Bukan. Pertanyaannya bukan kenapa kamu begitu.

Dunia memang pandai membuat orang sepertimu merasa salah, hanya karena kamu kelelahan dan butuh jeda.

Dunia terlalu sering menyemangatimu menjadi kuat. Padahal, ada hari-hari di mana kuat itu artinya… masih bernapas. Masih bangun. Masih menulis kalimat-kalimat berisi keluhan seperti itu.

[a-meliaa]

Kalau mau tau betapa berharga nafas, tanyakan kepada mereka yang sedang berjuang untuk bisa tetap bernafas.

Begitupun dengan usia. Yang kita anggap hanya sekumpulan waktu untuk melewati hari. Atau sekedar mengumpulkan pundi untuk bisa makan esok hari.

Tidaklah sederhana bagi mereka yang hanya ingin mengucapkan "selamat tinggal" terakhir kali untuk mereka yang dicinta saja sudah tidak bisa.

Lagi-lagi, pada sesuatu yang seringkali kita anggap remeh. Bagi orang lain justru berharga sekali.

[a-meliaa]

Putar Waktu

Jika dapat ku putar waktu,

Saat kau melangkah disampingku, aku akan mundur selangkah, agar langkah kita tak sama.

Saat kau berdiri di persimpangan, aku akan memilih simpang yang lain, agar kita tidak berpapasan.

Saat kau memanggil, aku akan terus berjalan tanpa membalikkan badan walau itu tidak sopan.

Saat kau menghampiri, aku akan berlari sekuat tenaga menjauhi.

Jika dapat ku putar waktu dan aku tau apa yang akan kau hadapi sekarang karena aku, aku akan memilih untuk mengagumimu dari jauh

Bukan karena aku tidak menginginkanmu,

Tapi karena aku tidak sanggup melihat orang yang paling aku inginkan menderita karena inginku.

Jika dapat ku putar waktu,

...aku akan mencintaimu dengan bisu.

[a-meliaa]

Memory

In her last memory, I'll be forever 20. In my eternity, she'll be forever 46

[a-meliaa]

Perihal Duka

"Dia pendiam ya"

'Tidak'

"Dia tidak suka ramai?"

'Dia sedang berduka'

"Setiap hari?"

'Mungkin selamanya'

[a-meliaa]

Mengorbankan studi S2

Mengubur cita-cita jadi dosen

Mengorbankan masa muda yang cuma sekali ini untuk di nikmati

Mengorbankan tabungan jangka panjang

Mengorbankan hari tua dengan tidak punya simpanan sama sekali

Mengorbankan diri sendiri bekerja siang malam namun tidak dapat menikmati gaji

Menunda banyak hal di hidup ini demi hidup yang lain

Untuk semuanya, aku tidak minta kata terima kasih, maaf, ataupun kalimat "iya nanti di ganti"

Aku hanya minta,

Semoga dari semua pengorbanan itu, Allah SWT beri surga tanpa hisab di akhirat nanti.

[a-meliaa]

Sebagian

Sebagian dari kami tidak pernah benar-benar sembuh, dari trauma yang di torehkan oleh orang-orang.

Kalau kami nampak baik-baik saja, itu karena kami cukup handal dalam menyembunyikan luka-luka.

[a-meliaa]

Si Keras

Apa yang membuatnya keras?

Apakah ia terlahir keras atau karena ia terlahir sebagai si anak pertama yang merubahnya menjadi keras?

Dibalik tatapan tajamnya, atau kening berkerutnya, atau helai rambut yang memutih sebelum umurnya,

apa yang kau temukan?

Sudahkah sesekali kau pandangi dirinya lebih lama, mungkin ketika dia makan, ketika dia berbicara, atau menyeruput kopinya?

Berjumpa kah kau dengan resahnya yang sungguh dalam? atau sendunya yang lebih banyak ia simpan sendirian?

atau,

isi kepalanya yang selalu berkecamuk penuh harapan?

Ia kesepian,

memendam begitu banyak pengharapan untuk dirinya yang mungkin belum dapat terwujudkan,

terkadang pengharapan yang ia pendam itu hanya sekedar tentang makanan yang sangat ingin dimakannya setelah lelah bekerja seharian.

[a-meliaa]

Tidak Semua

Semua orang bisa belajar, tapi tidak semua bisa nampak terpelajar

Semua orang bisa punya agama, tapi tidak semua bisa terlihat beragama

Semua orang bisa bersimpati, tapi tidak semua memiliki empati

Sama halnya dengan hidup,

Semua orang mungkin hidup, tapi tidak semua bisa punya kehidupan.

[a-meliaa]

Di Paksa

Di paksa paham

Kepalaku ingin meledak

Perasaanku hampir meluap

Kau egois sekali

Ingin selalu di pahami.

[a-meliaa]

Cuma Allah

Cuma Allah yang mampu mengubah situasi paling terpuruk jadi momen paling terbaik

[a-meliaa]

Juli Yang Temaram

Juli yang temaram

Pagi-pagi hujan sudah mengguyur bumi seolah ia kehausan

Dipaksanya mata-mata letih untuk terbuka,

demi kertas-kertas yang katanya dapat membeli harga diri

Juli yang temaram

Sampai ketengah hari sang surya masih enggan membagi sedikit hangatnya

Bergaduh apa dengannya kau semalam?

hingga sembunyi dia di balik awan-awan hitam,

menumpah-ruahkan jutaan emosi pada juli yang temaram

Juli

Kau tak perlu indah,

yang penting hujannya berhenti

mataharinya tidak panas

anginnya tidak kencang

Kau juga tak harus ringan

yang penting tenang

dan tak temaram

Itu saja sudah membuatku senang.

[a-meliaa]

Duniaku

Ambisi ku tentang dunia sudah hilang

Larut terbawa ombak bersama harapan harapan yang sengaja ku tenggelamkan

Bagiku sekarang,

dunia ini hanya ruang gelap gulita,

yang menjadi jauh lebih terang dan tenang ketika ku tutup kedua mata

Dunia ini juga terlalu dingin,

untukku yang sudah lama membeku

Hangatnya terlalu cepat menguap bahkan saat ku selimuti perasaanku dengan cinta yang membara

Dunia ini sudah usang,

sudah lapuk,

sudah tawar,

sudah bukan sebuah tujuan,

Yang ku lakukan hanya sekedar usaha untuk menjalani sisa sisa masa dan bertahan

Sampai Tuhan memanggilku untuk pulang

[a-meliaa]

Hakikat

Janji dibuat untuk di langgar dan maaf dikatakan supaya kesalahan dapat di ulang,

pada hakikatnya.

[a-meliaa]

Dek

Dek, selalu ada makan yang ku hemat agar kau makan dengan nikmat

[a-meliaa]

Sarapan

Anehnya, kita jauh lebih ingin sarapan ketika hati terisi penuh dengan harapan. Mungkin agar banyak tenaga tersimpan saat kelak harapan-harapan itu terpatahkan

[a-meliaa]

Hilang

Apa harus menghilang dulu supaya bisa terus diingat?