Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Deciding factors
“Dung-ding”.. ada satu chat, eh dua chat masuk dari seseorang yang saya kenal, dia dulunya salah satu student di Master Class. Hari itu adalah hari dimana dia mengambil real test dan memang dari jauh-jauh hari dia sudah meminta doa restu sebelum maju berperang.
Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya, terkadang saya ikutan deg-deg’an juga jika ada salah satu student yang sedang mengambil real test. Dan benar saja, hari itu saya tunggu-tunggu kabar dari dia. Baru sekitar pukul 17.00 dia mengirim pesan.
I don’t know how to describe it, honestly. At first, he just sent me a silly text then he called me. Dari suaranya lah akhirnya saya bisa membayangkan betapa bahagianya dia hari itu. Dia bercerita banyak, mulai dari reading yang soalnya didominasi sama “fill in the blank” type, terus listening yang lumayan bisa diikuti dan juga speaking yang nilainya berhasil dia intip sebelum keluar ruangan—how is that even possible?. He sounded like it was the most unbelievable achievement he’s ever done.
He continued, he told me that he was very lucky getting “fill in the blank” type of question in reading test, then in speaking as well, he got a familiar topic, the one that he could answer proudly and it was about favorite tv programme and all sort of politics and something, I forgot hahaha. He even wonder why on earth he was beyond lucky in that day. As a tutor as well as a friend who know him, I just said “Allah memang sayang sama lu”, and I mean it, really.
Cerita diatas merupakan salah satu contoh kecil dimana untuk mendapatkan nilai IELTS tinggi, ada beberapa perkara yang memang harus diperhatikan. Pertama doa dan kedua adalah usaha. Cliché memang, tapi it is worth doing. See what I have mentioned above kaaan?
Selama belajar, dia telah membuktikan bahwa dia adalah pribadi yang suka bekerja keras. Kemudian, ditambah kegemarannya ikut dalam beberapa pengajian dan majelis ta’lim membuatnya sangat disayang Allah dan oleh karena itulah, dia diberikan kemudahan saat hari test tiba. Faktor-faktor penentu seperti inilah yang justru terkadang luput dari perhatian. Untuk itu, jangan pernah menganggap remeh kesempatan untuk berbuat baik, karena kalian tidak akan tahu kebaikan manakah yang bisa membantu kalian memperoleh sesuatu yang kalian idam-idamkan.
#englishstudiopare#kampunginggrispare#ieltspreparation#ieltsines#behindthescenes#ceritatutor#ietstest#masterclass#ieltsindonesia#ieltsstory
0 notes
Text
All things have their respective portions
Awal pertama saya menjadi tutor di English Studio, saya diberi tanggung jawab untuk mengajar writing class di band 6. Kebetulan saat itu band 6 dibagi menjadi dua kelas karena saking banyaknya member yang mendaftar. Tiba dibulan kedua, saya dipindahkan untuk mengajar Master Class, well.. by its name, you can tell the pressure I feel everytime I’m standing in the class.
Master Class (MC) sendiri adalah kelas dengan tingkatan paling tinggi di English Studio. To tell you the truth, selain kemampuannya yang sudah dianggap tinggi, member yang ikut bergabung dikelas ini juga akan “dihujani” banyak tugas setiap harinya. Namanya juga master class, jadi semakin banyak tugas akan semakin baik.
Naaah...sudah tiga bulan ini saya mengajar MC. Banyak tantangan, suka dan duka yang saya alami, termasuk didalamnya adalah tekanan disaat mengajar kurang dari 5 member. Honestly, dari awal saya selalu mendambakan hal ini. Menurut saya, dengan mengajar dikelas kecil, kegiatan belajar mengajar menjadi lebih efektif dan hal ini juga memberikan kesempatan pada saya untuk bisa kenal dengan students personally. Namun, setelah saya mengalaminya sendiri, ada sedikit pressure yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan.
Pressure yang pertama adalah materi cepat habis. Sedikit students berarti sedikit pula pertanyaan yang terlontar. Hal ini justru kadang mempercepat proses belajar mengajar. Sehingga materi yang sebelumnya terasa banyak jadi lebih cepat tersampaikan. Kemudian, tantangan yang kedua adalah bagaimana saya, sebagai seorang tutor, dapat menghidupkan suasana kelas yang cenderung sepi karena hanya diisi oleh beberapa gelintir orang saja. Sebenarnya ini bukan termasuk kewajiban saya sih.. cuma kadang saya berpikir “bagaimana bisa para member menyerap ilmu yang diberikan jika mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan tempat dimana mereka menuntut ilmu?”.
Seiring dengan berjalannya waktu, semua tantangan tersebut tidak menjadi suatu halangan besar bagi saya. Justru, dari sini saya bisa belajar bagaimana caranya menghandle kelas besar dan kecil. Dan yang paling penting, baik besar maupun kecil, keduanya memiliki tantangan dan pressurenya sendiri-sendiri.
#ieltspreparation#englishstudiopare#learningielts#kampunginggrispare#esinpare#behindthescenes#ceritatutor#tutorielts#ieltsinenglishstudio#masterclass
0 notes
Text
Untold Story
Hari itu hari jum’at. Bertepatan dengan akhir periode pula. Seolah seperti suatu agenda khusus, beberapa member English Studio yang sudah menyelesaikan programnya selalu mengajak untuk farewell party. Well..farewell party yang biasa kami lakukan tidak pernah lepas dari secangkir kopi dan serentetan cerita masa lalu, kadang juga masa depan sih... tergantung mood aja mau menceritakan yang mana hehe.
Berhubung kelas yang saya pegang terdiri dari 2bulan, jadi kelas kami tidak memiliki agenda semacam itu. Tapi ternyata ada salah satu member dikelas Band 5 yang mengajak kak IB (tutor Band 5) untuk sekadar having a little chit chat sebelum semuanya kembali ke kampung halaman masing-masing. Yaaah.. karena selama beberapa bulan terakhir saya dan kak IB tidak pernah terpisahkan, kami pun datang bersama.
Selesai kelas, kami langsung menuju tempat yang telah dijanjikan. Suasana sedikit canggung diawal karena saya baru kenal dengan mereka malam itu juga, tapi lama kelamaan saya bisa blend in dengan lingkungan sekitar. Obrolan dibuka oleh Mr. Bukhari. Beliau adalah salah satu member yang berasal dari Aceh dan sudah memiliki jam terbang tinggi di kancah internasional karena sering bekerja sama dengan International NGO untuk menggarap beberapa proyek di berbagai kawasan di Indonesia. Banyak yang beliau ceritakan, walaupun sebagian besar adalah promosi haha. Iya.. mempromosikan daerah asalnya. Pantainya. Pulaunya. Wisata malamnya. Makanannya. And of course, its weeds hahahha. Honestly, it becomes the part I’ve been waiting for the most.
Kemudian, diskusi dilanjutkan oleh Nabilla. Well..she’s warm, outgoing, and cool. Secara keseluruhan, malam itu dia bercerita tentang rencananya untuk mengikuti WHV (Working Holiday Visa). Sebenarnya saya sudah sering mendengar beberapa member yang memang belajar IELTS untuk alasan WHV, tapi entah kenapa malam itu seolah Nabilla dikirim untuk menginspirasi saya. Maybe, it has something to do with her way explaining particular subject. Dia bercerita panjang lebar. Bagaimana awal mula saudara-saudaranya berangkat untuk mengadu nasib di negeri kangguru, bagaimana mereka mendapatkan pekerjaan hingga bagaimana mereka kini bisa menikmati hasil jerih payahnya. And I said to myself “It’s pretty promising”.
#englishstudiopare#kampunginggris#learningielts#ceritatutor#behindthescenes#englishstudioforielts#ieltspreparation#kursusbahasainggris#ieltspare#ieltskampunginggris
1 note
·
View note
Text
Tips and Tricks? Meh..
Hari sabtu. Seperti biasa, hari ini saya pulang kerumah orang tua. Di hari weekend seperti ini, saya biasanya baru memulai aktivitas sekitar pukul 09.00 hehe. Dan pada waktu itu jam sudah menujukkan pukul 10.00. Saatnya hit the road.
Selesai berberes-beres, saya mulai jalan. Seperti biasa pula, saya mampir dulu ke ES 1 untuk sekedar main dan mencari teman sarapan. Tapi ternyata mereka semua sudah sarapan terlebih dahulu dan alhasil, saya pun mencari “partner” makan yang lainnya. Setelah chat sana-sini, akhirnya kami (saya dan beberapa students di master class) sarapan di MM house.
Sembari makan, kami membicarakan banyak hal; mulai dari keseharian mereka dikelas, apa yang mereka pelajari, bagaimana rencana kedepan mereka, dsb. Sampai pada akhirnya ada salah satu student yang bercerita bahwa dia sangat membutuhkan tips and tricks untuk mengerjakan soal reading dan listening. Well.. sebagai seorang pendengar dan orang yang istilahnya lebih tua dari dia, saya pun hanya mendengarkannya saja karena afterall, yang dia butuhkan hanya bercerita bukan saran, pendapat saya pribadi ataupun nasihat, jadi saya pun tidak mau mengintervensi keputusan yang dia ambil.
Tapi gatal rasanya jika saya tidak menuliskan apa yang ada dipikiran saya berkaitan dengan hal itu. Okay.. first of all, tidak ada yang namanya belajar instant. Semua hal itu butuh proses dan kebiasaan. Masih ingat ketika kalian belajar naik sepeda? Awalnya, kalian pasti menggunakan sepeda roda tiga. Lalu setelah mulai terbiasa menaiki sepeda, mengerti bagaimana mengayuh, menggunakan rem, dan memahami jalanan disekitar rumah, kalian tidak akan memerlukan lagi roda pembantu. Kalian akan mulai belajar untuk menggunakan dua roda dan menjaga kesimbangan, hingga akhirnya kalian terbiasa menaikinya. See? That’s how things work, cause everything needs persistence and time.
Secondly, for me, tips and tricks can only work for certain cases. Analoginya seperti ketika kalian PDKT. Mungkin kalian disatu sisi akan menemukan bahwa dengan memberi coklat, bunga dan kemewahan, kalian bisa mendapatkan wanita idaman kalian. Tapi disisi lain, ada juga wanita yang hanya butuh as simple as “kenyamanan”, jadi mau dikasih apapun kalau memang mereka tidak nyaman, kalian tidak akan mendapatkan wanita tersebut. This means that kalian harus memberikan apa yang wanita kalian perlukan, bukan “menyamaratakan”nya karena seriously man... it’s not gonna work.
Di IELTS pun juga begitu, tips and tricks yang mungkin kalian temukan diberbagai website, blog ataupun tempat kursus mungkin akan hanya bisa dipakai untuk beberapa tipe pertanyaan saja karena yang terpenting dalam reading test adalah UNDERSTANDING. Mengerti apa yang ada dipassage dan mengerti apa yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaannya.
Lalu bagaimana caranya mendapatkan kemampuan untuk memahami passage dan question? Caranya adalah dengan membiasakan diri, tempatkan diri kalian dilingkungan dimana kalian akan membaca, menulis dan mendengarkan bahasa Inggris. Mulailah dari hal-hal yang kalian sukai, misalnya kalian suka akan history atau fashion, kalian bisa mencari podcast tentang kedua hal tersebut. Website seperti http://www.bbc.co.uk/podcasts atau https://www.allearsenglish.com/episodes/ bisa membantu kalian menemukan beberapa podcast yang kalian sukai. Selain itu, kalian bisa menemukan youtube channel dari acara TV atau some sort of science-related videos, such as AsapSCIENCE, Business Insider, Tru TV, etc.
Trust me, I only watched videos on youtube and listened to several podcast and I could get score I wanted. The key is familiarize yourself with English and you’ll be ready to face any kinds of reading passage and just bear in mind those activities will not only help you in reading test, but also in writing, listening and speaking as you’ll learn new vocabularies, how to pronounce it and listen to some native speakers.
#englishstudiopare#ieltstutor#behindthescenes#ieltspreparation#tipsandtricks#kampunginggrispare#englishstudioforielts
0 notes
Text
Killing two birds with one stone
Beberapa hari yang lalu, kelas malam kami membahas mengenai lesson plan. Jadi dalam satu minggu kami membahas keempat skill yang ada di IELTS; writing, reading, listening dan speaking. Di hari pertama, saya yang menjadi leader dikelas, bertugas untuk memimpin jalannya diskusi sekaligus menjadi mediator disaat yang bersamaan. Saya memilih untuk membahas mengenai writing terlebih dahulu.
Kelas dimulai sekitar pukul 18.40 dan berakhir pada pukul 21.00. Saya memulai kelas dengan membahas hal-hal yang perlu diperhatikan ketika mengajar writing, salah satunya adalah kemampuan students. Banyak diantara kami yang sering dihadapkan pada situasi dimana students memiliki kemampuan yang berbeda-beda, dan disinilah kemampuan kita sebagai tutor diuji. Berangkat dari permasalahan inilah, saya membagi peserta kelas malam waktu itu menjadi tiga kelompok, yaitu: beginner, intermediate dan advanced class.
Setelah selesai sharing, kelas malam berikutnya dipimpin oleh kak IB dan kami membahas mengenai speaking. Kemudian dihari ketiga kami membahas reading dan dihari terakhir, kami membahas mengenai listening.
Ada yang unik ketika kami membuat lesson plan untuk listening class karena selama ini kelas listening hanya berisi practice dan pembahasan. Selesai, tidak ada kegiatan lain. Tapi dikelas malam tersebut, kami dituntut untuk mampu mengisi listening class selama 120 menit. Lalu apa saja yang kami lakukan? Well.. masing-masing kelompok memiliki caranya masing-masing tentunya kegiatan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan students dikelas.
Untuk kelompok saya, intermediate class, kelas akan dimulai dengan mendiskusikan beberapa vocabulary yang berhubungan dengan topik listening yang akan diajarkan. Setelah itu kami akan meminta students untuk memerankan suatu mini drama yang skenarionya dibuat sendiri oleh mereka. Selesai memerankan drama, mereka akan mulai mengerjakan listening questions yang dilanjutkan dengan pembahasan soal. Dikelas ini, skill yang akan dikembangkan adalah writing, speaking, listening dan reading.
Selama menjadi tutor di English Studio, saya belajar bahwa dalam pembuatan lesson plan, penting untuk memperhatikan skill yang akan dikembangkan. Misalnya untuk writing class, akan lebih baik jika kita juga melibatkan aktivitas-aktivitas lain yang tidak hanya akan mengembangkan kemampuan writing para students, tetapi juga kemampuan lain yang ada di IELTS; reading, listening dan speaking, agar dalam waktu yang singkat semua skill bisa dilatih, seperti kata peribahasa, “sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui”.
#englishstudiopare#kampunginggrispare#tutorielts#behindthescenes#ieltspreparation#learningielts#englishstudioforielts
0 notes
Text
SECOND UNIQUENESS
Di postingan sebelumnya saya sudah membahas dua keunikan menjadi tutor IELTS di English Studio. Dan sekarang saya ingin menceritakan kelucuan-kelucuan yang lainnya.
Ketiga (karna sebelumnya udah menyebutkan pertama dan kedua hhehe), feeling to be responsible for them. Menjadi tutor kadang membuat saya menjadi orang tua disaat yang bersamaan. Saya merasa bertanggungjawab atas mereka dan selalu berusaha agar mereka bisa menangkap materi dengan mudahnya. Lucu rasanya jika terkadang yang merasa lebih menggebu-gebu adalah saya, sedangkan si anak yang ingin mengambil real test sendiri malah bersantai ria. Gemes rasanya, tapi kalau mereka sendiri tidak peduli dengan dirinya sendiri, bagaimana mungkin orang lain akan peduli dengan mereka. Jadi, yasudahlah~~
Keempat (karena diatas sudah pakai ketiga hahaha), harus siap untuk menjadi pendengar yang baik. Yups, siap mendengar segala keluh kesah para IELTS catchers, dan keluh kesah disini sifatnya sangat general. Kadang tentang IELTS, kadang tentang progress mereka, tentang cinta, permasalahan keluarga, dsb. macem-macem deh pokoknya. Selain menjadi pendengar, diwaktu yang bersamaan saya juga mendadak bisa menjadi motivator karena terkadang ditengah-tengah periode banyak diantara mereka yang kehilangan motivasi. Normalaaaah~~~ karena saya sendiri pun juga seperti itu, kuncinya don’t lose faith because “Allah does not charge a soul except [with that within] its capacity…” – Al Baqarah verse 286
#englishstudiopare#behindthescenes#storytelling#englishtutor#kampunginggris#tutorielts#ieltspreparation
2 notes
·
View notes
Text
Being a tutor? Hmm.. nano nano rasanya
Sedari kecil saya selalu menjadikan “dokter” sebagai jawaban ketika orang lain menanyakan cita-cita saya. Didalam benak saya, menjadi dokter adalah pekerjaan mulia, menghasilkan banyak uang dan merupakan salah satu pekerjaan yang keren karena seragam yang mereka pakai. Hahaha..lucu memang.
Namun, seiring berjalannya waktu, tampaknya saya mulai mengurungkan niat untuk mengambil jurusan kedokteran. Alasannya? Well.. sangat beragam. Mulai dari tidak percaya diri hingga permasalahan pernikahan. Hahahaha.. sebenarnya alasannya tidak langsung merujuk ke pernikahan juga sih, cuma saya beranggapan bahwa hal ini akan bersinggungan juga, mengingat lamanya waktu yang harus saya tempuh untuk menjadi seorang dokter muda.
Seperti yang sudah saya ceritakan di episode-episode sebelumnya, I’m an English tutor now—yaah.. walaupun saya tidak datang dari jurusan bahasa, I feel pretty confident to be the one. Interestingly, saya tidak pernah sekalipun membayangkan diri saya sendiri menjadi tutor, karena memang dari kecil bayangannya selalu menjadi dokter hahahaha. Keinginan ini tiba-tiba saja datangnya dan setelah tiga bulan berjalan, saya merasakan betapa uniknya menjadi tutor hihi.
Pertama, kalian pasti akan mengetahui bagaimana rasanya memiliki secret admirer yang setiap hari selalu ada aja bahan untuk dikomentari, and mostly they are all silly comments. Jadi, di satu bulan pertama saya rajin memakai rok saat dikelas. Entah kenapa, saya merasa dengan memakai rok, saya terlihat lebih berwibawa saja, macam dokter yang sedang memakai jas putihnya hahaha. Hingga pada suatu hari, saya memutuskan untuk memakai celana panjang karena suatu hal. Setibanya dikelas, komentar pertama datang dari si A, “wuih.. you look so different miss”. Lalu si B, “Astaghfirullah.. where’s your skirt miss? You look prettier on it”. Dan yang lebih frontal lagi juga ada “Oh.. I see why you’re wearing a skirt right now, cause you wanna sit like that, don’t you?” —duduk dikursi dengan mengangkat salah satu kaki. Well.. ini hanya segelintir komentar yang saya ceritakan, yang lainnya lebih banyak lagi hahaha.
Kedua, your sense of belonging will be growing as time goes by. Memang benar apa yang dikatakan nenek moyang kita, “witing tresno jalaran soko kulino”, yang artinya cinta tumbuh karena kebiasaan. Hubungan tutor dan students pun juga begitu. Saking lamanya durasi waktu yang kita lalui bersama—40 jam dalam satu minggu, akhirnya mulailah tumbuh benih-benih cinta diantara kami hahahaha, obviously, this is not “that” kind of love. Cinta disini sifatnya lebih seperti keluarga. Terkadang, saya ikut gugup jika ada salah satu students yang menanti hasil real test, kadang juga haru jika ada diantara mereka yang diterima di universitas idamannya, biasanya ikut sedih, kecewa, bahagia dan segala macam perasaan yang ada. Pokoknya, nano nano deh kalo bareng sama mereka.
Well.. untuk keunikan-keunikan yang lain akan saya bahas di postingan selanjutnya yaa.
#behindthescenes#englishstudiopare#kampunginggris#tutorielts#ceritatutor#ieltspreparation#ieltsinpare#ieltsinenglishstudio
0 notes
Text
KONSEP “GROW”
Setiap hari berkutat dengan IELTS dan selalu mendengar keluh kesah tiap student membuat saya menyadari akan satu hal: kesuksesan adalah hanya untuk mereka yang bekerja keras. Sejak saya menjabat sebagai student hingga sekarang menjadi tutor, metode pembelajaran di English Studio tetaplah sama. Setiap hari kami selalu diberi banyak tugas; memorizing, summarizing, writing, reading, etc.
Banyak diantara kami—para students—yang memutuskan untuk tidak meneruskan program karena banyaknya tantangan yang harus kami hadapi setiap harinya. Dan menurut saya, ini bukanlah suatu hal yang mengagetkan bagi para tutor. Sempat saya merasa heran ketika Mr. Eddy—founder English Studio yang kebetulan waktu itu merangkap sebagai tutor saya juga—berkata “Saya lebih suka mengajar sedikit students yang benar-benar serius ingin belajar, daripada kelas penuh dengan students yang tidak bisa memberikan keseluruhan perhatiannya pada materi yang saya berikan.”
Tetapi setelah saya menjadi tutor, saya merasakannya sendiri. Setiap hari saya memberikan materi, berusaha mencari terobosan-terobosan terbaru agar students tetap terus bersemangat dikelas, mencari beberapa referensi untuk menunjang proses pembelajaran tetapi ada juga diantara mereka yang tidak menunjukkan keseriusannya untuk mencapai goal mereka sendiri. Sebagai “newbie”, saya cenderung menyalahkan diri sendiri ketika saya berhadapan dengan students macam mereka. Namun, seiring berjalannya waktu, saya mulai bisa menarik benang merahnya.
Sampai pada akhirnya I come to the point where I am finally able to think that “WILLINGNESS” plays a crusial role in making your dream comes true. Menurut saya, akan tidak ada artinya apabila saya tetap terus memberikan feedback, tugas dan berbagi tips and tricks jika mereka sendiri tidak ada keinginan untuk maju. Saya sepenuhnya sadar bahwa mereka adalah orang yang cukup dewasa dan pintar untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk untuk mereka sendiri. Jadi, jika mereka mulai menunjukkan keberatan mereka untuk mengerjakan tugas, saya hanya akan menegaskan kembali bahwa ini semua—tugas, materi, nasehat, feedbak, etc—diberikan hanya untuk membantu mereka mencapai goal mereka. Dan, Mr. Eddy pun juga tetap terus menjelaskan konsep “GROW” atau tumbuh, dimana:
G – goal
R – reality (where they are standing right now)
O – options (way to achieve their goals, including theory, module, task, feedback, etc)
W – willingness
Jadi intinya, manusia membutuhkan keempat poin diatas untuk bisa tumbuh dan tugas seorang tutor akan selesai jika dia sudah memberikan options tetapi students tidak memiliki willingness untuk melakukan apa yang sudah disarankan.
Sekali lagi, kesuksesan memang hanya diperuntukkan bagi mereka yang BEKERJA KERAS dan untuk bisa bekerja keras, manusia memerlukan apa yang dinamakan KEMAUAN TINGGI.
Selamat berjuang !!!
#behindthescenes#ieltsinpare#ieltspreparation#kampunginggrispare#englishstudiopare#ielts#ceritatutor#kursusbahasainggris
0 notes
Text
Beyond grateful
WE ARE BOUND TO BE TOGETHER
Sudah tiga minggu ini kami mengikuti kelas malam, kelas yang memang khusus diadakan untuk tutor dan para scholarship grantees yang ada di English Studio. Dikelas ini, kami mendapatkan materi yang berbeda dengan materi yang biasa kami bagikan dikelas pagi, well.. walaupun secara general yang dibahas tetap hal-hal yang berbau IELTS sih.
Sedikit berbagi cerita, dipagi hari, mulai dari pukul 06.00 sampai 10.00 kemudian dilanjut lagi jam 13.00 sampai 17.00, kami mengisi materi dikelas, bertemu dan berbagi ilmu dengan para students. Setelah itu, pukul 19.00 sampai dengan 21.00 (kadang juga bisa sampai 21.30), kami mengikuti kelas malam tersebut. Rutinitas ini terus kami lakukan dari Senin hingga Jum’at.
Dan setiap kali pulang ke kos, pertanyaan pertama yang terlontar dari teman sekamar saya adalah “miss ga capek apa tiap hari pulangnya malem terus?” Frankly, it sounds sooo hypocritical if I said I’m not. Tapi secara keseluruhan, saya merasa bahwa apa yang selama ini saya dapatkan melebihi segalanya. Saya tidak menyangka akan mendapatkan kesempatan seperti ini. Belajar bersama orang-orang hebat dan generous, yang ikhlas berbagi ilmunya dengan saya, belajar mengenai hal-hal yang jaaaaaauuuuhhhh meleset dari background study saya. Intinya, saya sadar bahwa pengalaman seperti ini mungkin tidak akan pernah saya dapatkan ditempat lain.
Satu lagi, saya juga bersyukur sampai detik ini saya dan teman-teman masih diberikan kesehatan dan kekuatan untuk bisa terus menuntut ilmu bersama. Kalian benar-benar war biasyaaaaaaaah !!!! Salut !
#behindthescenes#englishstudio#kampunginggrispare#ieltspreparation#ceritatutor#kursusbahasainggris#ieltspare#englishstudiopare#ieltskampunginggris
0 notes
Text
This one is for you
Sebenarnya kalo boleh show off, mungkin bisa dibilang saya sudah kebal sama yang namanya perpisahan. Awal mula saya mengalaminya adalah ketika saya kuliah di Surabaya. Itulah perpisahan yang cukup melegenda disepanjang karir kehidupan saya. Lalu, perpisahan kedua saya alami ketika saya harus menghabiskan my final year di negeri ayam jantan. And again, perpisahan ini menduduki peringkat pertama dijajaran pengalaman pahit yang pernah saya alami. Next, sebenarnya ada satu lagi perpisahan yang cukup menyakitkan tapi sengaja tidak saya bahas karena menurut saya tidak terlalu penting untuk diceritakan (you knowlah~~ unforgetable tragic love story hahaha).
Kisah perpisahan diatas terasa berat karena sebagian besar objeknya adalah keluarga, sedangkan dikalangan teman, belum pernah sekalipun saya merasa sangat kehilangan saat berpisah dengan mereka. Dulu, jika saya harus berpisah dengan teman dekat, boro-boro nangis, merasa kehilangan saja tidak. Jahat memang, tapi beginilah saya hahahaha.
Tapi entah kenapa, kali ini saya merasakan hal yang berbeda. Yups.. saya baru saja ditinggal (sengaja pakai kata “ditinggal” biar maknanya jadi semakin mendalam haha) teman yang bisa dibilang cukup dekat,*peace, dengan saya. Frankly, we’re just close for less than two months but our goodbye drives me crazy for God’s sake.
At this stage, I admit it hurts. But since I’m trying to be positive now, I’m going to take this as an opportunity to be more mature. This does not necessarily mean that I take you as granted. No. Completely. You know I love you hahahaha and I am truly grateful I have you. My point is just this goodbye is not the end. We can still meet after all. So just learn together from it, girl.
And in this moment, I also want to thank miss Anya and mr. Eddy. If it was not them, I’m sure I would never ever meet you. And English Studio as well, that’s the place where we usually spent our time together learning, discussing, debating and having fun. And Kak Ibe. And Icha. Every one. And of course you, thank you for showing me that unity is achieved because of similarities, not diversities.
#alumnienglishstudio#englishstudio#learntogether#behindthescenes#wehavestory#tutorinenglishstudio#wegrowtogether#kampunginggrispare
0 notes
Text
Thank you for helping me to grow
Surround yourself with positive people who are going to push you toward greatness
Pernah kah kalian mendengar blind spot?
Yups, blind spot atau titik buta adalah suatu daerah yang tidak bisa dijangkau penglihatan pada saat-saat tertentu, terutama ketika seseorang terlalu fokus pada satu titik. Untuk bisa mengetahui blind spot-nya, seseorang terlebih dahulu harus “ditampar”.
Well... “ditampar” yang saya maksud bukanlah arti yang sebenarnya. Dalam konteks ini, saya menggunakan kata “ditampar” untuk menggambarkan suatu peristiwa yang pada akhirnya bisa membuka mata hati kita, but this event seems to occur suddenly and it may be hurtful at the same time.
Baru-baru ini, kami—para staf dan pengajar di English Studio—merasakan “tamparan” yang mungkin bisa dibilang cukup keras. Something really bad happen and we reacted in various ways. I, as a human being who tries to not be hypocritical, was angry at the very first time I heard about it. But, again, in the light of nite class (we simply refer it to tutor class) I was able to see this problem in a different perspective.
Mr. Eddy who led the class in that night kicked off the discussion by explaining about “blind spot”. He then told us about his point of view and how this kind of phenomenon finally changed him. Instead of trying to find justification, he took this as an opportunity to reconsider what he had done all this time. Setelah itu, kami diminta untuk mengungkapkan pendapat kami dan apa hikmah yang bisa diambil dari peristiwa tersebut.
For me, myself, saya merasa sangat beruntung bisa mengenal every single person yang ada di English Studio karena disini saya tidak hanya belajar tentang ilmu pasti tetapi juga belajar tentang kehidupan. Saya dikelilingi dengan orang-orang yang sangat positif yang pada akhirnya, hal ini bisa “menular” ke saya.
You’re all the best people I could ask for. Thank you !!!
#alumnienglishstudio#academicwriting#kursusbahasainggris#englishstudiopare#myexperience#tutorinenglishstudio#behindthescene
0 notes
Text
How lucky I am
Goodbyes are not forever. Goodbyes are not the end. They simply mean “I’ll miss you, until we meet again”
Hari ini dikelas malam kita membahas mengenai lucky. Sebelum memulai pada inti pembahasan, miss Rei—selaku mediator—memberikan kami kesempatan untuk menceritakan momen atau situasi dimasa lalu ketika kita merasa diri kita beruntung selama kurang lebih 2 menit. Saat itu kami dipasangkan dengan teman terdekat yang duduk disebelah kami dan lucky me I got Nuni as my neighbour. Before I’m gonna tell you what happen during our 2-minute talk, let me properly introduce her to y’all. Well.. Nuni adalah salah satu orang baru di tahun ke-23 saya. Kami dipertemukan di English Studio. Though I just barely know her for about a couple weeks ago, things are just completely different now. We are becoming closer and closer every single day.
Setelah 2 menit saya menceritakan “momen keberuntungan” menurut versi saya pribadi, tibalah giliran Nuni. At first, dia menceritakan bahwa dengan diberikan kesempatan untuk terus bernafas dan dikaruniai kesehatan serta tubuh yang selalu fit untuk melakukan segala aktifitas merupakan suatu bentuk “keberuntungan” bagi dia. Dia terus bercerita hingga sampai pada beberapa menit sebelum berakhir, dia mulai menceritakan tentang saya. And this little sweet thing had successfully made me cried yesterday. It’s a bit exaggerating memang, tapi that feeling was pure.
I don’t know, I’m not a kind of person who can easily talk about sweet things to others and that’s why my first reaction was crying. But in this occasion I want to let you know that I do feel lucky meeting you here. Meeting someone whom I can be crazy, silly and serious. I can just be me after several months I have been through darkness hahaha~~. Maybe this is the reason why Allah destined us knowing each other in English Studio, just like what Kak IB said “behind every event, there’s always a positive intention”, sorry kak for the little modification.
Satu pesan saya, just remember what Mr. Eddy said, “Hati-hati dengan apa yang kamu percaya.”
“Orang cenderung terlalu fokus membandingkan diri dengan orang lain hingga dia tidak menyadari potensi yang ada pada dirinya sendiri.”
We’ve been through several rejections, we’ve shared same sad story but this doesn’t mean we don’t deserve any goodness.
Thank you for coming to my life. Thank you for everything. Take care and I’ll see you when I see you.
#alumnienglishstudio#academicwriting#kursusbahasainggris#ieltspare#workingholidayvisa#ieltsforwhv#ieltskampunginggris#englishstudiopare
0 notes
Text
Now is not the time to make a short cut
There’s only one growth strategy: WORK HARD – William Hague
Short cut is designed just for a LOSER - unknown
Layaknya sebuah perang, IELTS juga membutuhkan strategi jitu. Ada banyak cara untuk bisa mendapatkan overall score selangit, salah satunya adalah “gambling”. Sesuai dengan namanya, tak tik ini memang sangat beresiko dan cenderung untuk tidak dipilih oleh sebagian besar ielts catchers.
“Gambling” adalah sebuah term yang saya gunakan untuk menggambarkan suatu kondisi jika seorang ielts catcher memilih untuk menjawab soal reading passage section 3 dengan cara guessing, karena seperti yang kita ketahui, section 3 merupakan passage yang cenderung sulit untuk dikerjakan dan normally, kebanyakan ielts catchers memiliki sedikit waktu untuk mengerjakan bagian ini karena mereka terlalu terlena mengerjakan soal di section 1 dan 2.
Speaking personally, “gambling” bukanlah sebuah strategi, tapi jalan pintas. Kenapa? Alasannya adalah karena saya setuju dengan quote William Hague diatas. Tidak ada strategi yang lebih baik lagi selain dengan bekerja keras. Ingat, semuanya butuh proses, bahkan mie instan, yang namanya sudah jelas-jelas “instan” saja masih memerlukan proses, apalagi belajar IELTS. Jadi, sangat wajar sekali menurut saya jika kalian—para ielts catchers—saat ini merasa belum mampu untuk menaklukan reading test. Tapi jangan sampai juga kalian menggunakan alasan ini sebagai suatu bentuk justification untuk membenarkan kemalasan kalian, karena basically, hanya ada dua macam bentuk ikhtiar—berusaha dan berdoa. Jika kalian merasa kalian sudah berusaha mati-matian namun hasil yang diperoleh belum sesuai dengan harapan, berarti memang ada yang salah dengan cara kalian berdoa, dan begitu juga sebaliknya.
So, jangan mudah menyerah pada keadaan jika kalian belum memberikan performa TERBAIK kalian, karena semuanya masih bisa diusahakan. Tetaplah bermimpi dan tetaplah berusaha dengan sekuat tenaga untuk mewujudkannya. Ingatlah, jalan pintas hanya didesign untuk seorang pecundang.
#alumnienglishstudio#englishstudiopare#ieltskampunginggris#ieltsforwhv#workingholidayvisa#ieltspare#kursusbahasainggris#academicwriting#behindthescenes#ceritapejuangielts
0 notes
Text
Karena di atas langit masih ada langit
Above the sky there is always another sky and down below there is always someone who can only dream of what you have done, so be grateful !
Seperti padi, kian berisi kian merunduk. Mungkin peribahasa disamping sangat cocok untuk mendiskripsikan salah satu student saya. Dia baru bergabung tiga hari setelah kelas dimulai, entah kenapa, saya pun juga tidak menanyakan alasan keterlambatannya. Saya hanya berkenalan singkat dengannya sebelum kelas dimulai, saking singkatnya sampai-sampai saya hanya tahu nama dan darimana dia berasal. Hari terus berlalu dan keakraban kian terjalin. Semuanya begitu menyenangkan hingga tiba pada suatu hari, sebuah rahasia besar terbongkar.
Bermula dari saling follow di instagram, kami akhirnya lebih bisa mengetahui sosok dibalik anak baru ini. Dari semua orang yang pernah saya kenal, saya bisa mengatakan bahwa he is literally the smartest, I don’t know, maybe I am just too exagerate, but trust me, he really is. Dengan keluguan dan kerendah-hatian yang dia tunjukkan selama ini, ternyata dia menyimpan segudang prestasi. Banyak sekali kompetisi-kompetisi, baik tingkat nasional maupun internasional, yang telah dia ikuti. Bahkan dia saat ini telah diterima di salah satu kampus terbaik di Inggris lengkap dengan beasiswanya juga. Selain itu, dia juga ditawari untuk menempuh master and doctoral degree dalam waktu 3tahun. Tidak hanya itu saja, sekarang ini dia juga sedang dalam proses mematenkan suatu produk kesehatan dan kecantikan yang telah dia temukan. OMG, can you just imagine that???
Semalam bercengkerama dengannya membuat saya merasa yakin bahwa memang, Allah Maha Adil, dan Allah is the BEST planner. Siapa yang menyangka, seorang anak laki-laki yang menangis dua hari dua malam karena tidak diterima di kampus impiannya dulu, kini akan bersekolah di kampus terbaik ke-3 di Inggris. MasyaAllah...
Dari sini juga saya percaya bahwa diatas langit masih ada langit, oleh karena itulah, kita sebagai manusia, harusnya bisa lebih rendah hati dan juga lebih bisa bersyukur karena banyak orang diluar sana yang menginginkan untuk bisa berada di posisi kita saat ini.
So just bear in your mind guys—keep down to earth and be grateful!!
#alumnienglishstudio#academicwriting#kursusbahasainggris#ieltspare#workingholidayvisa#ieltsforwhv#ieltskampunginggris#englishstudiopare
0 notes
Text
Focusing on the result or the process?
Jadi kalau bekerja, orientasinya harus pada hasil. Bukan kepada proses. Kelihatannya sibuk sekali, tapi menghasilkan apa tidak – Dahlan Iskan
Menurut saya, belajar IELTS adalah sebuah perjalanan. Dan yang namanya perjalanan, kadang bisa berakhir bahagia kadang tidak. Semuanya bergantung pada seberapa jauh kita berusaha untuk mencapai tujuan. Namun, apakah selama ini orang lain benar-benar peduli dengan usaha kita? Hmm.. I guess NOPE. Disadari atau tidak, mereka cenderung menanyakan hasil dibandingkan proses.
Pada kenyataannya, sering kali setiap saya mengajar dikelas baru, teman-teman dikelas saya selalu menanyakan berapa score IELTS saya. Alasannya? Entahlah... Menurut saya tidak penting mengetahui kenapa mereka menanyakan hal ini, yang jelas selama ini hasil adalah yang menjadi concern mereka. Lalu, antara hasil dan proses, menurut kalian manakah yang lebih penting?
Berdasarkan quote Dahlan Iskan diatas, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya “hasil” adalah suatu hal yang digunakan untuk memotivasi kita—sang pelaku—dalam meraih sesuatu, atau biasa disebut juga dengan goal. Sebagai pelaku, kita memang dituntut untuk selalu berorientasi pada “hasil”, karena dengan begitu, fokus kita tidak akan terbagi. Hal ini tentunya akan sangat membantu kita dalam meraih tujuan.
Sedangkan jika kita menempatkan diri sebagai seorang penonton, menurut saya, akan sangat lebih baik jika kita juga memperhatikan “prosesnya”, karena terkadang orang hanya bisa melihat apa yang tampak di permukaan tanpa mengindahkan dasarnya. Mereka melihat keberhasilan tanpa memperhatikan prosesnya. Jika dianalogikan, hal ini seperti “iceberg”.
Nah..apabila saya disuruh memilih apakah kita harus fokus terhadap hasil atau proses, jawabannya akan bergantung pada posisi kita—sebagai penonton atau pelaku.
#alumnienglishstudio#academicwriting#kursusbahasainggris#ieltspare#workingholidayvisa#ieltsforwhv#ieltskampunginggris#englishstudiopare
0 notes
Text
Comparison. Does it potentially make us better?
Comparison is the thief of joy – Theodore Roosevelt
Yet, people need a comparison to keep moving on – MOM SAID
Ibarat peribahasa “bagai sayur tanpa garam”, hidup akan hambar apabila tidak mengandung drama didalamnya. Yups, drama. It could be a fairy tale, or else a tragic one. Well.. after all, fairy tale only exists in disney movies, baby because life’s supposed to be challenging.
Nah.. episode kehidupan yang akan saya angkat hari ini adalah tentang “comparison”. Pasti kalian pernah dong mengalaminya kekeke~~. Comparison menurut Theodore Roosevelt adalah suatu kegiatan yang dapat mengurangi kebahagiaan, sedangkan menurut ibu saya, manusia tidak akan berkembang apabila tidak dibandingkan atau membandingkan diri dengan orang lain.
Didalam dunia pendidikan, entah itu formal atau informal, perbandingan adalah suatu hal yang wajar menurut saya. Umumnya, guru membandingkan satu murid dengan murid yang lain dengan tujuan untuk membuat mereka semakin termotivasi untuk belajar (well.. cliché touch, but trust me, you’re gonna understand once you’ll be a teacher). Tapi, adakalanya seorang guru juga dibandingkan dengan guru lain. Perbandingannya pun beragam, ada yang bilang miss A lebih generous saat memberikan nilai, ada lagi miss B suka memberikan tugas banyak, terus miss C galak, miss D kurang kompeten dalam memberikan materi, miss E, F, G sampai miss universe pun juga dibawa-bawa.
Saya sepenuhnya sadar bahwa manusia itu rupa-rupa warnanya. Mereka hidup dan besar di keluarga yang berbeda, memiliki pengalaman hidup yang berbeda, memiliki sifat dan karakter yang berbeda pula. Jadi, menurut saya, kita tidak bisa memaksa mereka untuk berhenti membandingkan. Lalu bagaimana kita harus menghadapi “perbandingan”? Well... here are some ideas that you may want to try: (p.s these ideas reflects on yourself)
Pada dasarnya, perbandingan itu terjadi karena adanya perbedaan pola pikir. Hal ini terjadi bukan karena orang lain yang berbeda, tapi kalian, (yes, YOU!), yang tidak bisa berpikir in their perspectives. So, jika kalian akan membandingkan orang lain dengan diri kalian sendiri atau membandingkan antar dua orang yang berbeda, first, cobalah untuk menyamakan pola pikir kalian dengan orang tersebut dengan begitu kalian akan lebih bisa memahami kenapa dia bersikap seperti itu and it is expected that the act of comparing two or more people can be minimized.
Terus bagaimana jika kita yang menjadi “korban perbandingan”? hmm.. there’s only one way out I guess: BE POSITIVE ! Sama seperti apa yang telah ibu saya katakan, perbandingan akan membuat kita menjadi manusia yang lebih baik lagi (the power of MOM SAID). Anggaplah hal itu menjadi sebuah “self-reflection”, dengan begitu kita bisa mengetahui kekurangan kita and eventually we can be the best version of ourselves.
Just remember two things: 1. If you wanna comparing : the problem is on YOU, not on them. 2. If you’re a victim : be POSITIVE !
#englishstudiopare#ieltskampunginggris#ieltsforwhv#workingholidayvisa#ieltspare#kursusbahasainggris#academicwriting#alumnienglishstudio
0 notes
Text
Standing from the crowd
Why fit in when you were born to stand out? – Dr. Seuss
Don’t compare yourself with anyone in this world, if you do so, you are insulting yourself – Bill Gates
Malam itu seperti malam-malam sebelumnya. Kami, team pengajar ES, berkumpul disebuah ruangan yang sudah terasa seperti ‘rumah’. Topik pembahasan pada malam itu sama dengan topik yang telah kami diskusikan pada dua malam sebelumnya, yaitu logical fallecies atau bisa disebut dengan kesalahan dalam berpikir.
Sebenarnya saya pribadi merasa tidak ada yang istimewa pada hari itu. Semuanya berjalan seperti biasanya. Namun, suasana seketika berubah ketika miss Rei, pemateri, memberikan soal exercise kepada kami.
Soal tersebut terdiri dari sepuluh pertanyaan dan masing-masing pertanyaan berisi satu paragraf pendek. Kami diminta untuk menentukan jenis logical fallecies berdasarkan paragraf yang diberikan beserta dengan alasannya. Setelah kurang lebih 10menit mengerjakan, tibalah saatnya untuk ‘berdebat’.
Pertanyaan pertama terlewati dengan mudahnya karena memang mayoritas dari kami memiliki jawaban dan alasan yang sama. Tetapi, tiba di soal kedua, satu dua tiga perbedaan mulai menyeruak. Kami terbagi menjadi lima kelompok dan semuanya saling unjuk pendapat. Jangan berharap kami akan menyerah begitu saja, karena hal ini tidak akan mungkin terjadi.
Lima belas menit berlalu, masing-masing individu yang tadinya memiliki suara pribadi nampaknya mulai terpengaruh oleh suara-suara yang mungkin menurut mereka masuk akal. Dan di titik inilah jawaban yang tadinya berwarna-warni seperti pelangi berubah menjadi monokrom yang hanya terdiri dari hitam dan putih dengan perbandingan pengikut yang sangatlah jomplang,“false cause” dipilih oleh dua orang saja dan “false appeal” dipilih oleh sekitar setengah dari jumlah peserta. Berhubung waktu sudah menunjukkan pukul 20.30, night class session pun diakhiri dan akan dilanjutkan dipertemuan selanjutnya.
Setibanya dirumah, saya merenungkan kembali kejadian yang baru saja saya alami. Saya teringat dengan apa yang telah ayah saya katakan berpuluh-puluh tahun yang lalu, “jadilah manusia yang mampu menari ditengah hujan tanpa setetes air pun membahasi baju”. Menurut saya analogi ini sangat tepat untuk menggambarkan apa yang terjadi malam ini. Dengan perbedaan yang kita miliki, kita tetap berani menyuarakan isi hati tanpa takut dicaci maki.
#alumnienglishstudio#academicwriting#kursusbahasainggris#ieltspare#workingholidayvisa#ieltsforwhv#ieltskampunginggris#englishstudiopare
0 notes