aceazka - Tumblr blog

aceazka · 7 years ago

Text

VGC 17 : a potato jumped into competitive scene

Halo! Perkenalkan, saya Azka (@ykanhyu), salah satu Grand Finalist PTC 17 yang lolos lewat event LCQ (Last Chance Qualifier). Saya adalah salah satu pemain Pokémon yang baru mencoba iklim kompetitif pada format VGC 17 (video game championship) kemarin. Lewat tulisan ini, saya ingin mencoba berbagi sudut pandang dari pemain yang benar-benar baru terjun ke dunia VGC. Harapannya bisa memberikan insight untuk teman-teman PKMN-id dari sudut pandang peserta dan mungkin memberi sedikit gambaran musim lalu bagi teman-teman yang berminat terjun ke dunia kompetitif ke depannya. Baiklah, selamat menikmati! wuwuwu

Sebelumnya, saya membagi tulisan ini menjadi beberapa bagian;

Beginning ; Team Pertama, Online Tournament Pertama & Live Tournament Pertama.

First (and only) Top Cut ; Live Tournament Jakarta 6

Wikiba Hyper League ; Perishian, the Cat!

LCQ & (potential) GF Preparation

The Day ; LCQ & (hopefuly) GF

PTC 17 Review

The Unexpected ; Malaysia Trip!

Shoutouts & Thank you Notes

1. Beginning

Sejak diumumkannya PTC17 (Pokémon Trainer Circuit 17) oleh PKMN-id, saya sangat antusias menyambutnya, karena selain saya merasa VGC17 adalah format yang sangat menarik dan versatile, saya akhirnya kembali berdomisili di Bogor (setelah bertahun-tahun tinggal di Surabaya), yang artinya saya bisa lebih mudah berpartisipasi dalam event seperti live tournament yang diadakan oleh PKMN-id.

PTC17 sendiri adalah sebuah sirkuit yang dimotori oleh teman-teman PKMN-id, dimana para trainer peserta akan saling memperebutkan poin di setiap turnamennya (baik online maupun live) untuk mendapatkan tiket ke Grand Final dan memperebutkan tahta jawara pada musim VGC17.

Team Pertama

(Sampai bikin doodle-nya karena excited)

Clefable dan Alakazam? Serius?? Ya! Ini adalah team dengan Follow Me + Firium-Z Clefable dan Specs Trick + Trick Room (TR) + Fightinium-Z Alakazam. Menarik bukan?? (gak!)

Saat itu set TR turn 1 oleh Porygon2/Oranguru sedang hype, jadi Alakazam bertugas untuk menukar item TR setter lawan kemudian me-reverse TR kembali, pada titik ini biasanya TR setter lawan sudah tidak berguna. Jadi saya tinggal ena-ena dengan Pokémon yang saya punya di belakang.

Secara teori menurut saya team ini 'bisa dipakai', tapi 'sayangnya' team ini tidak pernah diturunkan. Saya berniat menggunakan team ini untuk online tournament ke-3, tapi karena keterlambatan saya mendaftar dan terjadi meta-shift kemudian, akhirnya saya merombak team ini untuk saya gunakan di online tournament berikutnya.

Online Tournament Pertama

Belajar dari kesalahan sebelumnya, saya memastikan kalau saya sudah terdaftar sebagai peserta turnamen sejak jauh hari. Saya pun melakukan adjustment dari team saya untuk menyesuaikan meta-shift yang terjadi pasca ONOG invitational, yaitu naiknya popularitas Drifblim-Lele/Fini dimana-mana yang secara umum dipopulerkan oleh Shoma Honami dalam turnamen tersebut. Adjustment yang saya lakukan adalah mengganti Alakazam dan Clefable dengan Gengar dan Pangoro. Gengar bertugas menggertak dan memaksa Drifblim lawan untuk segera set Tailwind di turn 1 agar terhindar dari damage besar dari Gengar di turn-turn berikutnya, and this is the fun part. Ketika lawan set Tailwind di turn 1 di situ pula saya set TR dan di turn-turn berikutnya saya kembali tinggal ena-ena. Secara teori harusnya begitu, tapi tentu saja tidak semudah kedengarannya.

Saya ingat sekali betapa gugupnya saya menjelang turnamen, saya sampai keluar rumah karena saya tahu internet rumah bisa disconnect seenak jidatnya dan saya untuk sementara tidak ingin diganggu, jadilah saya ke Mcd dan bergantung pada tethering HP (yang koneksinya luar biasa lancar, terimakasih XL!).

Turnamen pun dimulai dan saya mendapatkan keterangan Bye saat pengumuman pairing keluar. Sebagai anak ingusan yang tidak mengerti istilah turnamen saat itu, tentu saja saya panik. Saya pikir saya dinilai tidak melakukan daftar ulang atau semacamnya. Oh, ternyata setelah bertanya pada panitia yang bertanggungjawab saat itu yaitu Hashegi, maksudnya saya hanya tidak perlu battle di Round 1 karena jumlah peserta yang ganjil, “Sweet! Free win!”.

Setelah menunggu kurang lebih 20 menit dalam kegugupan dan kedinginan akibat AC Mcd yang terlalu dingin, akhirnya pairing Round 2 keluar, dan lawan yang harus saya hadapi saat itu adalah Taufik A. Wiradarmo (Piku). “Matiii” ujar saya dalam hati, karena yang saya tahu Piku adalah salah satu orang yang aktif di mengenai ke-PTC-an di group FB Pokémon saat itu dan saya berasumsi berarti ia pasti jago.

(Diambil dari channel Youtube Piku, yang kontennya berisi konten VGC. Go check it guys!)

Dalam match tersebut saya beruntung karena Piku termakan godaan untuk Tailwind di turn 1 dan saya berhasil memenangkan match tersebut (kemenangan pertama di turnamen! Yee!). Walaupun begitu dalam prosesnya Piku masih bisa menyulitkan saya dengan switch in-out-nya yang efektif untuk stall out Tailwind-nya sendiri. Video lengkap pertandingan tersebut dapat disaksikan disini.

Sayangnya di 3 Round berikutnya saya harus mengakui kekurangpengalaman saya dalam bertanding setelah kemudian kalah di R3 oleh Andy Willyanto dengan Icy Wind Froslassnya, kalah di R4 oleh M. Ridho dengan team Guk-guk-nya, juga kalah di R5 oleh M. Isya Aprilliansyah yang sepertinya menggunakan team yang sama dengan yang digunakan oleh Shoma Honami di ONOG invitational.

Begitulah, di turnamen pertama saya, saya hanya mendapatkan 1 kemenangan dan 3 kekalahan (plus satu kemenangan dari Bye). Kecewa? Tentu saja, karena saya rasa seharusnya saya bisa bermain lebih baik dari itu.

Hasil buruk dari turnamen tersebut membuat saya cukup down dan bertanya-tanya apakah saya sebenarnya benar-benar tidak bisa main Pokémon ? Minat saya untuk mengikuti turnamen ke depannya pun cukup berkurang. Pengumuman turnamen terdekat adalah live tournament yang akan di DOTA café Jakarta, dimana pada saat itu waktunya sangat berdekatan dengan waktu saya baru pulang sekembalinya main dari Surabaya. “Mungkin lain kali aja ya ikut live tourney-nya” pikir saya saat itu.

Tapi ternyata Hashegi melakukan follow-up via pm FB dan mengajak untuk ikut live tourney, dari sana saya menilai panitia memiliki niatan positif untuk mengembangkan komunitas khususnya jumlah player di Indonesia dan saya sangat mengapresiasi hal tersebut sehingga memutuskan untuk hadir (walaupun belum punya team baru haha).

Introspeksi : Disini saya sebagai player belajar untuk lebih cermat mengamati keadaan sebelum memutuskan untuk melakukan apa di setiap turn. Karena saya merasa pada turnamen tersebut saya terlalu cepat mengambil keputusan tanpa menganalisa board position dan kemungkinan keputusan yang akan dipilih lawan.

Live Tournament Pertama

Sehari sebelum turnamen, saya menginap di tempat teman di Jakarta agar tidak terlambat datang ke venue, karena saya benar-benar buta Jakarta. (terima kasih Dhika Mulyawan)

Sesampainya di venue, saya mengamati sekitar dan baru benar-benar sadar saya tidak kenal siapa pun disana. Saya ingat yang pertama kali saya ajak kenalan adalah Anja dan Cornell yang ternyata juga trainer asal Bogor (Hore, ada temen balik!). Seketika saya memperkenalkan nama saya, Anja langsung bereaksi “Oh! yang ngalahin Taufik di online tournament kemarin ya?” saat itu saya baru diberitahu Anja kalau Piku punya channel Youtube bertema VGC dan Anja menonton battle saya dengan Piku di sana. “Matiii” ujar saya dalam hati, karena team yang saya bawa adalah team bersifat tipu-tipu yang sekalinya ketahuan tipuannya bisa repot. Saat itu yang menjadi pikiran di kepala saya adalah berapa banyak lawan saya nanti yang sudah menonton video tersebut? Saya pun kemudian gigit meja (gak).

Satu per satu peserta pun berdatangan dan ramai sekali, saya excited tapi juga semakin gugup. Selesai mengisi team sheet (pertama kalinya mengisi team sheet, takut salah nulis dan malu-maluin wahaha) dan mendaftar ulang, saya kembali memperhatikan sekitar. Beberapa mukanya familiar saya lihat malang melintang di FB seperti Piku, Shegi, Dyelinne, Adryan dan Hafidz. Untuk Hafidz sendiri saya ingat sekali orang ini beberapa bulan lalu memenangkan turnamen dengan membawa Sentret di team-nya, gokil.

(Suasana saat daftar ulang dan mengisi team sheet, saat itu belum terlalu ramai)

(Suasana setelah pairing telah diumumkan dan pertandingan dimulai)

Dalam live tournament kali ini saya memulai dengan cukup baik setelah berhasil memenangkan R1 melawan Arvinaldi dengan Sylveon-nya, kemudian kembali menang di R2 melawan Dyelinne yang juga termakan godaan untuk Tailwind di turn 1. Namun kemudian hasil yang sama saya dapatkan seperti turnamen sebelumnya, saya kalah di 3 round terakhir, kalah melawan Cornell di R3 dengan Fini+Togedemaru-nya, kalah melawan Isya masih dengan team Shoma-nya dan terakhir kalah dari Adryan dengan Acrobatics Drifblimnya.

Kekalahan paling menancap bagi saya adalah saat melawan Adryan, karena saat ia memperhatikan layar team preview, Adryan bereaksi “Ah, gua tau nih team yang ngalahin Taufik kemarin. Trick Room Gengar kan?” “Lu ga akan bisa nipu gua haha” ya, RIP team tipu-tipu saya.

Live tournament pertama sangat berkesan bagi saya, karena untuk pertama kalinya juga saya menyaksikan langsung babak Top Cut, yaitu 8 pemain yang berhasil meraih poin tertinggi dalam Swiss Round Bo1 (best of one), akan bertanding kembali dengan sistem eleminasi dengan format Bo3 (best of three). Tentu saja, bagi pemain seperti saya yang saat itu hanya mengantongi 2W3L adalah mustahil untuk masuk Top Cut. Hal ini berbeda dengan online tournament yang hanya menerapkan sistem Swiss Round Bo1 saja.

(Nasib pemain tidak Top Cut, jadi penonton)

(Final! Mangan vs. Andrew!)

(Dokumentasi PKMN-id; Staff dan peserta live tournament di DOTA cafe, Jakarta)

Singkat cerita, live tournament tersebut menobatkan Andrew Loekmanto sebagai juara setelah memenangkan pertandingan Final melawan M. Mangan. Selamat Andrew!

Pulangnya, para anak-anak Bogor (Saya, Anja, Cornell, Hafidz dan Garry) diantar oleh Kang Stephanus sampai stasiun dan pulang bersama naik kereta. Di kereta saya mengobrol banyak terutama dengan Anja dan Cornell soal set Pokémon , strategi, meta dst. Ini pertama kali dalam hidup saya bisa ngobrol panjang lebar dan dapat banyak sekali feedback berharga seputar Pokémon competitive battling, jadi tentu saja saya bahagia sekali.

Introspeksi : Pada titik ini saya sadar, team tipu-tipu hanya bisa dipakai untuk Bo1, karena apabila lolos Top Cut (yang mana akan menerapkan sistem Bo3), walaupun bisa memenangkan game 1 misalnya, lawan yang berpengalaman dapat menganalisa dan mencari cara untuk mengatasinya di 2 game berikutnya. Hal tersebut membuat saya bertekad membuat team yang lebih fleksibel untuk turnamen berikutnya yang akan saya ikuti.

Extras | Penjelasan Konsep Team Poliwrath

Sebenarnya team ini tidak buruk-buruk amat, pada laddering Showdown mampu stay di 1600+ untuk waktu yang tidak sebentar. Konsep utama team ini bergantung pada Belly Drum Poliwrath untuk melakukan sweeping, dibantu oleh Fake Out Togedemaru untuk set up dan kemudian memasukkan Pelipper belakangan untuk menggandakan speed dari Poliwrath dan siap melakukan sweeping. Tapi memang hasil tidak pernah bohong dan dua hasil turnamen tersebut membuat saya memutuskan untuk move on dan membuat team yang baru.

(Team Poliwrath sempat mengikuti International Challenge)

2. First (and only) Top Cut

Persiapan Live Tournament Jakarta 6

Hasil yang kurang memuaskan dari turnamen sebelumnya sekarang malah memotivasi saya untuk membuat team yang lebih balance dan bermain dengan lebih baik di turnamen yang akan saya ikuti lagi nantinya, hal ini mungkin karena saya merasa sudah memiliki teman untuk berbagi minat, jadi ada rasa ingin bermain bersama lagi, berbeda dengan ketika hasil pasca online tournament pertama yang hasilnya sama-sama tidak memuaskan.

Saya sengaja melewatkan beberapa online tournament dan live tournament (kalau tidak salah yang di Bandung) karena ingin fokus membuat team yang baik dan mengincar hasil sebaik mungkin di live tournament Jakarta berikutnya.

Singkat cerita, saya akhirnya menemukan sebuah konsep team yang menarik (setidaknya menurut saya pribadi), konsep tersebut adalah team dengan dual speed control yaitu Tailwind dan TR, pokemon yang saya gunakan adalah pokemon dengan speed yang bisa dibilang tanggung, agar bisa berjalan baik di Tailwind maupun TR. Akhirnya terpilih lah team dengan komposisi Whimsicott, Porygon-Z, Machamp, Magnezone, Marowak-Alola dan Tapu Lele. Setelah mempersiapkan team selama kurang lebih dua bulan, saya pun mendaftarkan diri saya pada Live Tournament Jakarta 6 yang akan diadakan di Kalbis Institute.

Jalannya Live Tournament Jakarta 6

Sebelum berangkat, saya menamai Battle Box team yang akan saya gunakan dengan nama CF, yaitu singkatan dari Champion-Fini (karena trophy dari turnamen kali itu adalah Tapu Fini). Namanya juga do’a, kesampaian atau tidak itu urusan belakangan huaha

R1 vs Andrew Loekmanto

Selesai mengisi team sheet, pengumuman pairing pun keluar dan lawan yang harus saya hadapi di R1 adalah Andrew Loekmanto yang notabene merupakan jawara dari Live Tournament Jakarta sebelumnya, “Matiii” ujar saya kembali dalam hati. Saya beruntung pada match tersebut Andrew tidak lead Porygon2 yang mana adalah satu-satunya speed controller milik Andrew, sehingga saya bisa set Tailwind tanpa dilema dan ena-ena dengan pokemon yang saya punya di belakang, Win 1-0.

R2 vs Cornell RIdha Ajie Adyas

Saya dipertemukan kembali dengan Cornell yang kali ini dengan team Lillikoal-nya (Lilligant+Torkoal) dan berhasil memprediksi Tapu Lele milik Cornell akan switch ke Torkoal saat Porygon2-nya melakukan TR, Torkoal Cornell pun harus menerima Gigavolt Havoc dari Magnezone saya dan tewas di tempat. Win 2-0.

R3 vs Adryan Sutantoso

Saya sekali lagi bertemu “Adryan Sutantoso Magnetman yang kali ini tidak bawa Magnezone”, begitu ujar Hashegi dan Zen dari meja komentator. Pertandingan ini adalah pertama kalinya saya bermain di meja stream dan rasanya lumayan gugup (bisa dilihat pada video, kaki saya bergetar hebat huaha) tapi semakin menambah dorongan untuk menang, biar asik (apanya). Pada pertandingan ini Adryan juga tidak membawa Porygon2 sehingga meringankan beban saya dalam mengatasi teamnya. Pertandingan tersebut dapat disaksikan di Youtube channel milik PKMN-ID. Win 3-0. (pertama kalinya bisa menang 3 kali pada Swiss Round, yee!)

R4 vs Dyelinne Syam

Saya berhadapan lagi dengan Dyelinne, match ini adalah match yang paling sengit dari semua match yang saya hadapi hari itu, dimana terdapat banyak sekali mind games yang menentukan. Pada akhirnya Dyelinne dapat menutupi informasi hingga klimaks pertadingan bahwa Kartananya adalah pemegang item Choice Scarf, sehingga walaupun saya sudah memasang Tailwind, Kartana milik Dyelinne tetap outspeed Porygon-Z saya yang memang tanpa speed investment. Lose 3-1.

R5 vs Josua Sudrajat Marbun

Saya menghadapi Josua Marbun yang belakangan saya ketahui veteran VGC dan baru saja comeback bermain kembali. Saya kalah dengan kondisi yang sama seperti melawan Dyelinne dimana baru pada di klimaks pertandingan saya sadar kalau Tapu Lele miliki Josua juga pemegang item Choice Scarf. Lose 3-2.

Hasil 3-2 di Swiss Round adalah pencapaian baru bagi saya dan menjaga asa untuk bisa Top Cut pertama kalinya, apalagi dua player yang mengalahkan saya, Dyelinne (5-0) dan Josua (4-1) sudah dipastikan untuk lolos, jadi walaupun tetap deg-degan saya cukup merasa yakin bisa melaju ke babak berikutnya. Setelah istirahat siang, hasil pun diumumkan dan memang ternyata saya merupakan salah satu player yang lolos, hore!

Di pairing Top 8, saya kembali harus melawan Andrew, namun tentu saja dengan format Bo3 sekarang. Best of three adalah zona yang belum pernah saya jejaki sebelumnya, membuat saya cukup khawatir, apalagi Andrew sudah melawan saya di babak Swiss round dan memiliki gambaran bagaimana team saya akan berkerja. Tapi akhirnya saya berhasil mengalahkan Andrew dengan skor 2-1. “Gileee masuk Top 4!” teriak saya dalam hati, walaupun memang sejak awal membawa determinasi ingin juara tapi ketika trophy juara cukup dekat, rasanya luar biasa.

Di babak Top 4, sialnya saya kembali harus melawan Dyelinne yang mengalahkan Cornell di babak Top 8. Sebelum pertandingan saya memutar otak dengan keras, mencoba mengingat dan mencari celah dalam team Dyelinne, tapi seingat saya saat itu sangat sulit dan benar saja Dyelinne bermain dengan sangat tenang dan mengunci kemenangan dengan skor 2-0, team saya tidak bisa berbuat banyak, mungkin ini lah yang disebut bad match-up. rekt.

(Dokumentasi PKMN-id; Staff dan Peserta Live Tournament di Kalbis Institute)

Turnamen pun berakhir dengan dinobatkannya Andy Willyanto sebagai jawara dari turnamen tersebut setelah mengalahkan Dyelinne di babak Final. Ninetales-Alola milik Andy sungguh mengerikan saat itu huaha Selamat Andy!

(Dokumentasi PKMN-id; Top 4! Bersama Yosua Setiawan ft. Hashegi & Zen)

(Hadiah Top 4, dapat patch lucu Larvitar x Croconaw, senang!)

Introspeksi : Live tournament kali ini menampar saya karena saya bisa-bisanya tidak meng-cover opsi yang sangat umum, yaitu item Choice Scarf yang dipegang oleh Pokémon lawan. Dengan menggunakan Pokémon dengan speed tanggung, saya memang bisa fleksibel memegang kendali di dua tipe speed control yang berbeda dalam kondisi speed lawan normal tanpa modifikasi, tapi selain Whimsicott dan Tapu Lele, semua Pokémon saya tidak bisa outspeed Pokémon Scarf lawan yang secara umum dipegang oleh Kartana, Tapu Lele dan Garchomp. Kesalahan tersebut harus saya bayar mahal karena dapat dimanfaatkan dengan baik terutama oleh Dyelinne di babak Top 4.

Extras | Penjelasan Konsep Team Dual Speed Control

(Team Champion-Fini yang sayangnya tidak jadi Champion)

Saya sebenarnya sangat suka dengan konsep team ini, karena semua Pokémon yang saya pilih adalah damage dealer yang sangat terpercaya, Life Orb Tapu Lele, Electrium-Z Magnezone, Swords Dance Marowak, Normalium-Z Porygon-Z dan Guts Machamp. Mereka dapat meng-OHKO berbagai macam lawan dengan coverage yang luas. Sebagai catatan, Whimsicott yang saya bawa memiliki Tailwind dan Trick Room sekaligus, membuat team saya mampu menyesuaikan kondisi sesuai dengan kebutuhan. Kalau ada yang harus saya revisi mungkin adalah investment speed dari Porygon-Z agar dapat outspeed Scarf Kartana saat Tailwind saya aktif.

3. Wikiba Hyper League

Perishian, the Cat!

Usai Live Tournament Jakarta 6, terdapat jeda yang cukup lama sampai event turnamen berikutnya (LCQ & GF), mungkin ada jeda sekitar dua bulan kalau tidak salah. Dalam jeda tersebut, Wikiba Asia mengadakan sebuah Liga battle Pokémon dalam rangka ulang tahun mereka yang ke-2 (Selamat Ulang Tahun Wikiba Asia!), Liga tersebut bernama Wikiba Hyper League. Berbeda dengan sistem sirkuit yang digunakan PTC, WHL menggunakan sistem Team Battle, dari 6 team yang terbagi dalam 2 grup yang kemudian akan terpilih dua team terbaik untuk bertanding di Final. WHL juga menggunakan format Gen 7 Battlespot Double Battle, berbeda dengan PTC yang menggunakan format VGC17. Saya sendiri tergabung dalam team Perishian (Hore!) bersama Hafidz, Cornell, Ruc, Tong dan Andrew sebagai kapten tim. Saya senang sekali berada di dalam team ini, karena dalam waktu beberapa bulan bermain di WHL saya jadi bisa lebih mengenal karakter-karakter teman-teman VGC dan segala bercandaannya huaha.

(Logo team Perishian si kucing mabuk)

Singkat cerita, Perishian sukses menyabet gelar juara dan saya secara ajaib dapat meraih tiga kemenangan masing-masing melawan satu orang dari 3 team yang berbeda. Rangkuman perjalanan Perishian telah ditulis oleh Hafidz dalam blognya, sila dikunjungi jika ingin mengetahui sepak terjang Perishian lebih lanjut.

(gambar diambil dari blog M. Hafidz Syahril)

Extras | Penjelasan Konsep Team 2 Screen 2 Weather

Ketika membuat team untuk WHL, saya sebenarnya cukup bingung bagaimana saya akan memulainya. Satu hal yang saya inginkan adalah Rain Swift Swim Kingdra, karena terlihat keren (iya, alasannya receh) dan setelah mengamati meta Battlespot Double Battle, saya melihat weather adalah salah satu faktor yang digunakan sebagai win condition. Berangkat dari sana saya mulai mencari weather setter yang cocok, namun saya sadar Pokémon dengan Drizzle seperti Politoed atau Pelipper seringkali berada dalam keadaaan yang tidak diuntungkan dengan adanya Mega Charizard Y yang dapat menyapu Rain dengan ability Drought-nya. Menyadari itu, yang kemudian terpikirkan oleh saya adalah set weather secara manual lewat Prankster Pokémon, selain Prankster berjalan setelah ability dari Mega Evolution keluar, dalam team preview saat akan bertanding, lawan pun mungkin tidak mengira bahwa Prankster Pokémon saya juga akan menyediakan jasa pasang cuaca. Terinspirasi oleh team yang digunakan Piku di PTC yang menjadikan team-nya sulit digebuk, saya pun tergoda mencoba menggunakan Klefki dengan dual screen-nya dan ternyata memang berjalan dengan sangat baik, jadi MVP dalam team ini sudah jelas adalah Klefki.

Team VGC 17 yang digunakan Piku dapat dibaca di blognya.

4. LCQ & (potential) GF Preparation

Pada awalnya, saya merasa tidak terlalu ingin ikut event LCQ dan mencukupkan musim VGC17 di Live Tournament Jakarta 6 sebelumnya, kemudian hanya datang ke Grand Final sebagai penonton dan menjadi penggembira saja. Tapi, karena publikasi oleh PKMN-id soal LCQ dan GF dilakukan secara gencar dengan kualitas produksi yang sangat baik, lama kelamaan saya tergoda juga ingin kembali merasakan atmosfir turnamen sekali lagi.

Setelah menjalani sirkuit yang panjang selama berbulan-bulan, PTC17 telah memasuki babak berikutnya, yaitu Grand Final. Pada Grand Final, 8 player dengan poin tertinggi akan saling beradu kemampuan kembali. Namun, bagi player yang tidak bisa sering mengikuti turnamen sehingga tidak bisa mendapatkan banyak poin, PKMN-id mengadakan event Last Chance Qualifier (LCQ) dimana siapa pun yang berada di Top 8 dalam turnamen ini akan qualified untuk mengikuti Grand Final menyusul 8 Grand Finalist sebelumnya.

(PKMN-id; Poster promosi event Grand Final PTC17 yang epic)

Motivasi saya saat itu adalah ingin mencicipi atmosfir Grand Final, masalahnya LCQ diadakan sehari sebelum Grand Final, jadi apabila berkeskspektasi untuk lolos ke Grand Final saya idealnya mempersiapkan 2 team yang berbeda, masing-masing untuk satu event, agar teman-teman Grand Finalist yang sudah lebih dulu lolos tidak dapat mempelajari team saya saat LCQ berlangsung.

Sebulan brainstorming saya hanya dapat melahirkan satu team yang saya rasa cukup solid, itu pun adaptasi dari team dual speed control yang saya gunakan sebelumnya. Sampai akhirnya waktu yang tersisa semakin sedikit, saya teringat akan team meme yang pernah saya mainkan di Showdown yang secara ajaib berhasil panjat ladder sampai 1600+ hanya dalam 2 jam saja (tercepat dari yang selama ini pernah saya alami). Karena tidak punya pilihan saya terpaksa membawa team tersebut dan berdo’a semua akan berjalan lancar nantinya.

5. The Day

LCQ & (hopefuly) GF

Last Chance Qualifier

Hari yang dinantikan pun tiba, dengan 28 peserta yang terdaftar, mungkin itu adalah turnamen dengan pemain terbanyak dari yang sudah pernah saya ikuti sebelumnya. Team yang saya bawa untuk LCQ adalah team meme dengan Oricorio + (Quiver Dance) Pheromosa sebagai bintang utamanya, selain itu juga memiliki double duck (Golduck+Pelipper), Tapu Lele dan Dugtrio-Alola sebagai back-up. Yang paling saya khawatirkan adalah saya sudah lama tidak latihan dengan team ini dan hanya mencoba 3 kali di Battlespot dengan meraih 2W1L dimana satu kekalahan dalam latihan tersebut membuat saya cukup kepikiran, tapi sekali lagi saya tidak punya pilihan lain.

(Dokumentasi PKMN-id; keriuhan suasana event LCQ, Ramai!)

Berbeda dengan live tournament sebelum-sebelumnya yang biasanya pada babak Swiss Round memakai format Bo1, pada LCQ format yang digunakan adalah Bo3, hal yang sekali lagi menambah kekhawatiran saya, karena biasanya team meme hanya ‘bagus’ untuk Bo1.

R1 vs. Stephanus Andhikajaya

LCQ saya diawali dengan Derby Bogor melawan Kang Stephanus yang belum pernah saya hadapi sebelumnya. Seingat saya dancer duo dapat melakukan tugasnya dengan baik di game 1 dan melakukan sweep setelah set-up. Pada game 2 saya cukup kesulitan karena lead dengan double duck mode, maksudnya untuk memberikan kejutan apabila Kang Stephanus memilih lead yang dipersiapkan untuk dancer duo, namun ternyata cukup fatal karena saya kesulitan menghadapi Tapu Fini-nya dengan double duck, walaupun akhirnya saya berhasil memenangkan round tersebut. Win 1-0.

R2 vs. Andre Winata

Andre juga merupakan lawan yang belum pernah saya hadapi sebelumnya dan katanya LCQ adalah ajang pertamanya mengikuti turnamen. Seingat saya di round ini saya juga mengandalkan dancer duo sebagai sweeper dan menyimpan Pelipper di belakang karena Andre memiliki Ninetales-Alola yang bisa sangat merepotkan kalau dibiarkan set Aurora Veil, juga Taunt pada Oricorio saya sangat membatasi gerakan Snorlax dan Celesteela yang Andre bawa. Win 2-0

R3 vs. Brahma Bon

Saya kembali mendapatkan lawan yang belum pernah saya lawan sebelumnya dan ketika melihat team preview saya tahu, team Ama sangat mudah untuk menyapu team saya. Team Ama memiliki Oranguru, Wishiwashi, Talonflame dan Metagross yang hanya melihat keempat pokemon itu saja saya sudah ngeri duluan karena team-nya cukup fleksibel. Saya memenangkan game pertama karena mendapatkan lumayan banyak flinch krusial dan Muddy Water miss dari Wishiwashi Ama, namun di 2 game sisanya saya dibantai tanpa ampun. Lose 2-1.

R4 vs. Nicolas Oei

Masuk stream lagi! Hore! Pada titik ini saya sebenarnya ingin pamer ke-meme-an dancer duo tapi malah berakhir fail, mungkin kualat. Riya itu tidak baik teman-teman.

(Diambil dari channel Youtube PKMN-id, Oricorio myluv)

LCQ benar-benar menambah banyak pengalaman dan kenalan baru bagi saya, sama seperti Andre, LCQ juga merupakan ajang turnamen yang pertama bagi Nic. Ketika melihat team preview dan ada Tapu Fini di dalam team Nic, saya ogah lead dengan double duck karena akan sangat sulit jadinya, karena itu saya lead dengan dancer duo yang mana ternyata kesalahan yang lebih besar karena ternyata Garchomp milik Nic adalah pemegang Scarf dan sangat sangat sangat cepat (lebih cepat dari +1 speed Oricorio saya yang merupakan Modest 252 speed). Saya kalah telak di game 1, namun untungnya dapat membalikkan keadaan di dua game berikutnya. Pertandingan saya melawan Nic dapat ditonton di channel Youtube PKMN-id. Win 3-1

R5 vs Josua Sudrajat Marbun

Akhirnya saya dipertemukan dengan lawan yang sudah pernah saya hadapi sebelumnya. Josua kali ini membawa para goodstuffs yaitu Garchomp, Ninetales, Porygon2, Arcanine, Celesteela dan Tapu Koko. Sedari awal saya sudah tahu jika harus melawan team dengan Ninetales akan sulit untuk dimenangkan dengan team meme ini. Saya sempat menang di game 1 namun kalah di dua game berikutnya dan harus puas mengakhiri Swiss Round LCQ ini dengan kekalahan. Lose 3-2.

Dengan rekor 3-2 kalah dari Ama (5-0) dan Josua (4-1) yang sudah dipastikan untuk cut, harapan saya cukup besar untuk bisa lolos ke Grand FInal esok harinya.

Saat pengumuman dibacakan ternyata saya meraih peringkat 6! Yang berarti qualified untuk mengikuti Grand Final esok hari, hamdalah. Kesenangan saya semakin bertambah saat nama Ricardo ‘Ruc’ dipanggil sebagai peserta LCQ terakhir yang lolos. Saya sontak berteriak mengahapiri Ruc, karena saya sadar dengan ini berarti seluruh anggota dari Perishian akan bertanding di Grand Final besok, termasuk William Tong yang pulang jauh-jauh dari Hong Kong untuk mengikuti event ini dan meraih peringkat ke-3. Ntap.

(PKMN-id; LCQ standing)

(Dokumentasi PKMN-id; Qualified LCQ trainers)

Pada titik ini saya sangat lega, karena target ingin mencicipi atmosfir Grand Final akan saya rasakan esok harinya. Bisa bertanding dengan para top VGC17 players Indonesia tentu akan menjadi suatu pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan nantinya.

Extras | Penjelasan Konsep Team DDR (Dance-Dance-Revelation)

(trace manual logo Dance Dance Revolution supaya bisa bikin joke versi Oricorio; Iya, seniat itu)

Secara teori ini adalah hyper offensive team yang mengandalkan damage besar langsung dan seminimal mungkin melakukan switch karena seluruh anggota team ini memiliki defense dan special defense yang sangat rapuh. Itu sebabnya saya memasang Choice Scarf pada Pelipper karena saya ingin langsung men-deliver damage tanpa harus membuang turn dengan set Tailwind, benar-benar team yang linear dan tidak fleksibel. Selain double duck, duo dancer pasca set-up Quiver Dance juga merupakan combo yang mematikan dan juga sangat cepat. TR lawan adalah hal yang harus saya ekstra waspadai karena cara untuk menghentikan TR lawan hanya dapat dilakukan lewat Taunt Oricorio atau meng-KO langsung TR setter lawan. TR dari Oranguru adalah hal yang paling sulit dihentikan, karena selain sulit untuk di-KO, pilihan item Oranguru juga tidak sebaku item yang dimiliki Porygon2 (99% Eviolite) yang dapat dengan mudah di-Taunt.

(Team joget Dance-Dance-Revelation)

(Finally) Grand Final

Berbeda dengan ketika datang ke event LCQ yang terbebani target ingin lolos, saya datang ke event Grand Final dengan hati riang gembira, tanpa beban dan determinasi apa pun huaha. Hanya berharap bisa bermain dengan baik dan menikmati hari itu sebaik mungkin. Team yang kali ini saya bawa adalah modifikasi dari team dual speed control sebelumnya yang saya sesuaikan dengan meta-shift pasca World Championship beberapa minggu sebelumnya. Team yang saya bawa beranggotakan Whimsicott, Braviary, Porygon-Z, Marowak-Alola, Machamp dan Tapu Koko.

(PKMN-id; Grand Finalist Profile)

R1 vs Fadli Putera

Fadli juga merupakan lawan yang belum pernah saya hadapi sebelumnya, team yang ia bawa pun sangat mengerikan dengan segitiga Tapu Lele-Drifblim-Metagross ditambah Nihilego membuat saya langsung pusing seketika melihat layar team preview, karena secara umum team saya kesulitan menghadapi Metagross. Saya kalah di game 1 dengan banyak mengumpulkan informasi dan memukul balik pada game 2. Di game 3 saya kalah karena baru sadar ternyata Metagross milik Fadli luar biasa lambat (belakangan diketahui memang tanpa speed investment), jadi di dalam TR bahkan ia dapat menyerang lebih dulu dari Machamp saya. Lose 0-1.

R2 vs Ramon Adianto

Kalau tidak salah Ramon juga merupakan player yang baru pertama kali mengikuti turnamen di event LCQ dan langsung lolos sebagai Grand Finalist, mantap. Ia membawa Flygon yang pada awalnya saya curigai adalah pemegang Choice Scarf seperti yang dibawa oleh Garry Karnadi. Ternyata tanpa diduga item yang ia pegang adalah Red Card! Yang secara tidak langsung menguntungkan Tapu Koko saya yang terhindar dari damage Bulldoze Flygon setelah melakukan Dazzling Gleam. Pada round ini saya menang di game 1 dan dibalas Ramon di game 2 yang akhirnya saya balas lagi di game terakhir Win 1-1.

R3 vs Brahma Bon

Bertemu kembali dengan Ama dengan team yang sama dengan yang ia bawa kemarin. Sejenak saya pikir team yang saya bawa untuk Grand Final dapat mengatasi team Ama dengan lebih baik. Tapi ada satu kartu Ama yang tidak menonjol pada LCQ kemarin namun sangat menyulitkan saya, yaitu Talonflame. Kombinasi Metagross dan Talonflame milik Ama mampu memporakporandakan team saya, saya kalah dua babak sekaligus. Lose 1-2.

R4 vs Josua Sudrajat Marbun

Saya untuk ke-sekian kalinya harus menghadapi Josua, jodoh betul, tapi kenapa sama laki-laki huaha. Di titik ini kami sama-sama sudah desperate karena pemain dengan 2 Lost di awal sudah dipastikan tidak akan masuk ke babak berikutnya, jadi kami main dengan cukup santai (atau sedih). Josua membawa team yang sama dengan yang ia bawa saat LCQ kemarin. Pada round ini saya kalah di game 1 namun dapat membalas dua kemenangan sekaligus di dua game berikutnya. Win 2-2.

Usai sudah perjalanan saya (dan 11 Grand Finalist lainnya) di PTC17. Selesai jeda istirahat, pengumuman Semi FInal pun diumumkan. Garry Karnadi harus melawan M. Hafidz Syahril dan M. Mangan akan berhadapan dengan Fadli Putera.

(Dokumentasi PKMN-id; Semi Final Fadli vs Mangan)

Setelah mengalahkan Mangan di Semi-Final dan Garry di babak Final, Fadli Putera pun resmi dinobatkan sebagai juara dari PTC 17!

(Dokumentasi PKMN-id; Champion, selamat Fadli!)

(PKMN-id; PTC17 Grand Final Standings and Teams)

Hal menyenangkan lainnya dari event Grand Final ini adalah akhirnya seluruh anggota Perishian bisa bertemu dan foto bareng, Hore!

(Perishian; William Tong, M. Hafidz Syahril, Cornell Ridha Ajie Adyas, Andrew Loekmanto,Ricardo Tjakraatmadja dan saya sendiri huehe)

Usai event Grand Final dan masih di venue, saya beserta Martin, Felita, Nic dan Angga sempat mojok untuk main format ‘just for fun’ yaitu Battle Royale dan Multi Battle, sungguh lain kali harus main lagi ngahaha (sayang tidak sempat didokumentasikan). Pulangnya, anak-anak Bogor kembali pulang bareng diantar oleh Kang Stephanus (Makasih banyak Kang!) sampai stasiun dan lanjut naik kereta dan pulang ke rumah masing-masing, what a day! Alhamdulillah

Introspeksi : Sebelum Grand Final saya sudah merasa team saya akan kesulitan melawan Metagross dan dari 16 Grand Finalist hanya 2 player yang membawa Metagross dalam team-nya, tetapi sialnya saya harus menghadapi keduanya dan juga kalah dari keduanya. Hal tersebut kembali saya nilai sebagai kesalahan dalam proses team building karena tidak berhasil meng-cover opsi kemungkinan yang akan dihadapi, karena memang dalam battle pokemon, saya rasa team building sudah menentukan 50% dari kemenangan itu sendiri. Saya juga cukup menyesal mengganti Move Flare Blitz Marowak saya menjadi Brick Break, karena saya rasa saya khawatir berlebihan akan potensi meningkatnya popularitas Ninetales pasca World Championship, alhasil damage output dari Marowak saya terlihat bercanda.

Extras | Penjelasan Konsep Team Dual Speed Control v 2.0

(a.k.a Team Braviary because Braviary is Bae <3)

Secara konsep, team ini sama persis dengan Dual Speed Control versi sebelumnya, team fleksibel yang mampu bermain baik di dalam Tailwind maupun Trick Room. Saya hanya mengganti Magnezone menjadi Tapu Koko sebagai pemegang Electrium-Z dan Tapu Lele menjadi Braviary sebagai pemegang Life Orb.

Masuknya Tapu Koko dimaksudkan untuk bisa menyerang langsung di turn 1 kepada misal Garchomp, Arcanine atau Kartana tanpa khawatir akan di-outspeed, karena sebelumnya saya harus set Tailwind dan Protect terlebih dahulu apabila lead lawan lebih cepat dari pokemon saya dan itu sangat mudah diprediksi oleh lawan yang sudah berpengalaman. Braviary saya masukkan ke dalam team karena memang saya ingin (saya tahu ini alasan yang kurang bertanggung jawab huaha), walaupun pada prakteknya Life Orb Adamant 252 Atk Braviary adalah pokemon yang sangat bisa diandalkan untuk melakukan sweep jadi saya rasa tidak terlalu masalah. Whimsicott juga saya buat lebih ofensif dengan mengganti Taunt menjadi Nature Power untuk melakukan chip, menghabisi pokemon lawan yang sudah sekarat atau meng-KO Gyarados bahkan ketika Koko sudah tidak berada di dalam field.

6. Review PTC17

Dari sudut pandang peserta

Sebelumnya saya ingin menggarisbawahi, review berikut hanya berdasarkan apa yang saya alami selama berpartisipasi menjadi peserta PTC17, saya juga hanya mengikuti 2 Online Tournament, 2 Live Tournament (Dota Café & Kalbis Institute) dan event LCQ-GF.

1. Ketepatan waktu turnamen. Dari semua Live Tournament yang saya ikuti, turnamen dimulai segera setelah semua pemain yang sudah mendaftar ulang dan mengisi team sheet, sekali pun ada keterlambatan dari jadwal biasanya karena ada pemain yang baru datang dan keterlambatan tidak lebih dari 30 menit. Untuk Online Tournament biasanya lebih tepat waktu dengan toleransi keterlambatan sekitar 10-15 menit.

8.5/10

2. Akses makan siang dan tempat sholat. Live Tournament yang saya ikuti selalu memiliki akses yang mudah baik untuk tempat sholat maupun mencari makanan (beli sendiri), makanan disini tidak selalu makanan berat tapi yang jelas sangat cukup kalau hanya untuk mengganjal perut.

9/10

3. Players. Teman-teman yang biasanya mengikuti turnamen biasanya sangat terbuka jika dimintai pendapat atau masukan seputar kompetitif seperti Nature, IV, EV, Moveset dst. Jadi, jangan ragu atau malu untuk meminta pendapat, mereka akan memberikan masukan terbaik versi mereka masing-masing. Soal kepribadian juga semua menyenangkan, mungkin beberapa awalnya tidak memberikan kesan ramah (mungkin emang bawaan dari lahir ha ha) tapi kalau sudah kenal semuanya baik, tentunya selama kita berperilaku baik juga ya.

8.5/10

4. Teknis Turnamen. Bagi pemain baru, tidak perlu khawatir tidak mengerti teknis berjalannya turnamen, karena terutama pada Live Tournament pasti akan dijelaskan (biasanya oleh Hashegi) dan untuk Online Tournament untuk PTC17 pendaftar ulang akan masuk ke dalam grup FB khusus turnamen pada hari itu saja, kemudian cukup mengikuti instruksi dari post yang ada disana, sekali pun ada pertanyaan bisa langsung ditanyakan ke penanggungjawab turnamen via pm.

9/10

5. Battle Video. Battle video dari peserta yang bertanding di meja stream akan di-upload ke Youtube channel milik PKMN-id, jadi sekalipun misalnya berhalangan hadir, kita masih bisa mempelajari apa saja yang terjadi dan apa saja yang digunakan dalam turnamen tersebut dari pemain yang bertanding di meja stream, terutama team milik pemenang turnamen misalnya.

10/10

6. Usage Statistics. Selama PTC17 berlangsung, biasanya pasca Live Tournament, panitia akan merilis usage statistics Pokémon yang digunakan dalam turnamen. Desain yang digunakan pun tepat guna dan enak untuk dilihat.

8.5/10

(PKMN-id; Usage Statistics Pokémon dari Live Tournament Jakarta 1)

7. Hadiah. Terutama setiap diadakannya Live Tournament, pemenang dan runner-up mendapatkan hadiah tunai + merch official pokemon, selain itu pemain yang lolos Top 4 atau Top 8 juga memiliki kesempatan mendapatkan hadiah merch official pokemon (walaupun saya kurang yakin soal ketentuan hadiah Top 4 dan Top 8).

9/10

8. Desain. PTC 17 juga memiliki desain-desain mandiri (non-official pokemon) yang apik yang diterapkan pada logo atau kemudian dikonversi menjadi trophy, pin, topi, kaos etc.Membuat sirkuit ini memiliki branding tersendiri yang menurut saya sangat bagus untuk kelangsungan jangka pajang komunitas.

9/10

9. Event LCQ+GF. Jujur saja, saya tidak henti-hentinya dibuat kagum oleh persiapan yang dilakukan oleh panitia PTC17 dan para staff PKMN-id dalam mempersiapkan event LCQ dan Grand Final. Semua aspek dari poster, stream, trophy, partnership, venue, Grand Finalist ID, caster, prize board, sampai membuat video-video yang berkaitan dengan promosi yang berkaitan dengan VGC dikerjakan dengan kualitas professional dan membuat peserta (khususnya saya) bangga menjadi bagian dari komunitas ini. You guys did a very superbly awesome job on this! Salute!

11/10

Dengan standar tinggi yang sudah dikerjakan oleh panitia PTC17 kemarin, saya sebagai peserta ingin berharap PTC18 akan menjadi lebih baik lagi saja rasanya sungkan, tapi semoga memang panitia sanggup untuk membuat sirkuit ini lebih baik lagi dan menjadi wadah VGC di Indonesia yang konsisten dan menyenangkan bagi pesertanya. Aamiin!

7. The Unexpected

Malaysia Trip!

Setelah event Grand Final pada bulan Agustus usai, wacana soal terbang menjemput CP (Championship Points) ke negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia mulai sering dibicarakan anak-anak. Saya yang tadinya tidak terlalu tertarik, akhirnya tertarik setelah ditanya bolak balik “Ikut ga?” “Ikut aja” oleh Piku, terlebih karena teman-teman seperti Hafidz, Andrew dan Cornell juga berminat untuk berangkat. Akhirnya saya ikut rombongan ke Malaysia bersama Piku, Hafidz, Andrew dan Hashegi.

(Event yang kami ikuti; Malaysia Open dan Midseason Showdown Winter 2017)

Saya sebenarnya (saat ini) tidak tertarik dengan CP, karena untuk mengumpulkan CP pasti biayanya mahal sekali (dasar myskyn), karena harus bolak-balik ke negara tetangga untuk mengikuti official tournament dari Pokémon (untuk sekarang Indonesia tidak memiliki official tournament). Cuma rasanya kesempatan ini sayang dilewatkan begitu saja, karena saya merasa mumpung masih banyak teman yang bisa bermain bersama, saya ingin menikmati momen-momen seperti ini, sebelum prioritas hidup lain semakin menuntut misalnya.

Sebagai catatan, Malaysia Open juga merupakan pengalaman pertama saya mengikuti official tournament yang diadakan oleh TPCI (The Pokémon Company International) jadi saya tidak terlalu punya ekspektasi bagaimana semuanya akan berjalan. Saya membawa team dengan anggota Sash Whimsicott, Life Orb Tapu Lele, Electrium-Z Tapu Koko, Groundium-Z Metagross, Assault Vest Snorlax dan Guts Machamp. Saya sadar betul sedari awal bahwa dengan komposisi seperti ini team saya akan kesulitan menghadapi hard TR team atau pun team dengan Porygon2 yang di-support Tapu Lele (karena Metagross saya tidak punya Meteor Mash, hanya Bullet Punch). Tapi karena sudah terlanjur suka dengan team ini dan melakukan adjustment lagi saya anggap merepotkan, akhirnya saya memilih percaya kepada team ini.

(Suasana Malaysia Open menjelang akhir turnamen)

Singkat cerita, saya mengakhiri Malaysia Open dengan rekor 3W4L dan MSS Winter dengan 3W3L, sungguh hasil yang medioker dan antiklimaks dari perjalanan saya dalam format VGC17 huaha . Saya bermain dengan sangat tenang selama Malaysia Open namun kalah dari situasi yang memang sulit untuk dimenangkan oleh team saya, saya kalah dari 2 team dengan late Porygon2, 1 hard Trick Room team dan 1 lagi memang apes dan tidak perlu dibahas, untungnya Andrew dan Andy bernasib sama dengan saya (3W4L) jadi saya tidak sedih-sedih amat ngahaha. Lain lagi saat MSS, saya banyak melakukan aggressive gamble play yang pada akhirnya berakhir dengan kekalahan (apalagi MSS menerapkan Bo1 untuk Swiss Round-nya), misalnya berasumsi bahwa Arcanine lawan lebih lambat dari Metagross saya yang Adamant max speed karena di-pair dengan lead Whimsicott oleh lawan (ternyata Arcanine cepat dengan Inferno Overdrive, RIP).

Pemain Indonesia yang mendapatkan hasil paling baik pada dua turnamen tersebut adalah Piku yang membawa pulang 112 CP kemudian disusul oleh Hafidz yang membawa pulang 60 CP, selamat untuk Piku dan Hafidz!

Team Report dari team yang digunakan Piku dan mendulang 112 CP dalam dua event bisa dibaca di blognya.

(Malaysia Open + MSS Winter Squad ; Piku, Shegi, Hafidz, Azka, Andy, Andrew; yang jongkok no CP. s a d l y f e)

(Last Hope; Team yang saya gunakan dalam Malaysia Open & MSS Winter; Difotoin Andrew)

Overall perjalanan ke Malaysia adalah pengalaman yang menyenangkan bagi saya, saya juga sempat mencicipi bertanding melawan top players region SEA seperti Martin Tan dan Lewis Foong dan selalu berada di posisi 1-1 sebelum akhirnya kalah di game terakhir. Juga karena sebagian besar akomodasi untuk penerbangan dan penginapan kami sudah diurus oleh Piku (terima kasih Piku!), jadi kami bisa lebih fokus mengahadapi event. Ini juga kali pertama saya mempersiapkan turnamen sampai melakukan beberapa sparring dengan teman-teman, biasanya saya hanya melakukan test di Showdown, karena itu saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Bagas, Piku, Cornell, Adryan, Yosua dan Isya yang telah menjadi rekan sparring dan memberi masukan pada team saya.

Terakhir, saya ingin memberikan highlight momen untuk perjalanan ke Malaysia ini, beberapa diantaranya adalah:

1. COMIC FIESTA GEDE BANGET dan banyak wibu. Semoga kapan-kapan bisa jualan disini, aamiin.

2. Reaksi bengong orang-orang saat menghadapi Assault Vest Snorlax saya, sungguh, ada yang sampe mangap karena Specs Lele-nya gagal membunuh Snorlax saya di Psychic Terrain ketika HP Snorlax saya sudah 70%.

3. Thunder Clefairy in opposing rain team.

4. Team Dicky Wijaya, Double Duck x Koko AloRaichu x Lele Gross, hyper offensive garis keras, sinting (dan Top Cut dengan 7-0).

5. “INDOMIE?!?!?!?” Tanya seorang pramusaji meyakinkan kalau kami memang pesan indomie, padahal tidak.

6. “Ini kalian ya?” tanya seseorang di boarding room bandara KL sambil menunjukkan postingan di page FB PKMN-id ketika kami sedang main multi-battle dengan tampang beler. (belakangan memperkenalkan diri sebagai Dini dan ternyata teman Ricardo ‘Ruc’)

7. Thx Air Asia.

8. Shoutouts & Thank you Notes

Family

Mungkin terdengar klise, tapi tanpa dukungan moral atau terkadang finansial dari Bapak, Ibu, Kakak dan Adik, saya mungkin juga tidak akan kecemplung sampai sejauh ini. Terima kasih untuk tidak merasa aneh dengan saya yang sudah usia segini tapi malah mencoba untuk bermain kompetitif huehe

The Early Influencers

Bima Surya Permana

Tahun 2014 lalu, saya yang sudah lama tidak main Pokémon (terakhir SMP) dan sedang butek mengerjakan Tugas Akhir ditawari Bima untuk menamatkan game Pokémon Omega Ruby-nya (karena ia punya dua cartridge dan dua console). “Nanti kalau udah tamat kita battle, Mas. Pake team story masing-masing”. Wah ini, saya sangat excited dan mengiyakan ajakan Bima saat itu. Sejak saat itu pula saya mulai rajin buka-buka Bulbapedia dan sadar kalau Pokemon sudah jauh berkembang dan menjadi jauh lebih menarik daripada ketika saya terkahir kali saya main dahulu. Berbekal pengalaman dan pengetahuan yang lebih, tentu saja ketika akhirnya kami battle saya selalu kalah dari Bima, saya melakukan kebodohan-kebodohan seperti lempar Toxic ke Poison Heal Breloom dan bingung mengapa HP-nya malah bertambah.

Itu adalah titik dimana saya benar-benar ingin tahu lebih lanjut soal macam-macam ability yang dimiliki tiap Pokémon , karena waktu saya SMP, saya hanya main grinding level sampai tamat, lalu selesai. Jadi, bagi saya Bima adalah orang yang sudah menyemplungkan saya ke dalam racun bernama Pokémon competitive battling ini, dalam artian yang baik tentunya huaha makasih banyak sekali lagi Bims!

Tio Yudha Prasetya

DI tahun yang sama, Tio dan saya terlibat sebuah project dan saya bercerita soal battle dengan Bima. Kemudian kami mencoba mencari apakah ada solusi online belajar battle Pokémon tanpa punya 3DS dan saat itu pula kami menemukan Showdown dan sering main kapan pun kami bosan (format SIngle), dengan set yang bodoh-bodoh tentunya. Bagi kami saat itu saling bodoh-membodohi lewat set aneh lebih penting dari menang hahaha. Bermain di Showdown setiap hari bareng Tio mengakselerasi pengetahuan saya soal battle Pokémon dan akhirnya bisa mengerti mana Pokémon yang cocok untuk kompetitif dan mana yang cocok untuk membodohi lawan, makasih banyak Yo!

Faiq Ahaddian Zaim

Tahun 2015 saya naik level untuk beli 3DS dan main di cartridge, Faiq adalah teman yang setia mengajak atau bersedia diajak battle tiap minggu, bahkan ketika ia harus menemani istrinya studi ke Jepang pun, ia masih meluangkan waktu untuk main, biasanya kami main format Single. Walaupun saya lebih sering menang daripada dia (HAHAHA), tapi saya yakin dia sebenarnya jago dan punya potensi berkembang. Selama bermain bareng Faiq pula saya merasakan serunya team building untuk meng-counter team satu sama lain, jadi bagi saya sejak saat itu battle tidak melulu soal Pokémon kuat, tapi juga mendesain sistem yang akan berjalan saat battle. Suwun bapak Faiq!

(menemukan komentar Faiq sahabat Pokémonku di channel Youtube Piku)

The New Poké-Friends!

Anja A. Saefullah

Orang yang seketika langsung tertawa setelah kenalan (gara-gara ingat battle video) jarang-jarang kan hahaha. Bagi saya Anja menjadi teman pertama di keasingan lingkungan baru. Karena saat itu saya belum kenal banyak orang, saya jadi sering banyak ngobrol dengan Anja saat live tournament di DOTA café, juga sempat friendly battle (dan saya pun di-bully oleh Gigavolt Togedemaru dan Scarf Kommo-o -nya huaha). Haturnuhun Nja, semoga lain kali ada kesempatan bertemu di pairing turnamen!

Cornell Ridha Ajie Adyas

Saya selalu kagum dengan pengetahuan Cornell soal trivia competitive battle, seperti misalnya menyeletuk “Pakai Z-Celebrate aja” ketika saya bahkan tidak tahu Celebrate itu move bagaimana, apalagi efek Z-move-nya atau dengan sigap menjawab pertanyaan random yang saya ajukan “pokemon ini punya set-up move ga sih?” langsung dijawab “Bulk up”, yang bagi saya Cornell yang langganan Top Cut ini terlihat sebagai juara cerdas cermat hahah. Pada saat pulang dari Kalbis Institute Cornell pun banyak sharing soal pengalaman mengikuti turnamen di luar bersama teman-teman lain dan ia juga membantu saya test team yang akan saya bawa ke Malaysia Open dengan menjadi lawan sparring, makasih banyak, Nel!

Taufik A. Wiradarmo

Piku bagi saya terlihat sebagai orang yang ambius (dalam artian positif) juga sangat produktif, kadang saya kepikiran “Gila nih orang ngga ada capeknya apa gimana” hahaha. Saya sangat senang mengikuti channel Youtubenya, karena bisa memberikan saya gambaran tentang trainer-trainer di Indonesia seperti apa dan juga dibawakan dengan asik dan penuh ekspresi, tidak lupa kadang juga nyunda (kapan lagi ada Pokétuber nyunda ya kan). Piku adalah seorang team builder yang cermat yang memperhitungkan segala kemungkinan dengan baik dan mengeluarkan potensi maksimal dari team yang dibuatnya. Keandalannya dalam team building dan konsisten dengan konsepnya membuat saya selalu membangun team berdasarkan dengan pertanyaan “Apakah team ini bisa menang melawan team Piku jika bertemu?” dan ketika ia bisa mendapatkan hasil yang baik di Malaysia saya turut senang, a very well deserved result for him! Sebagai senpai dalam ke-Pokémon-an pun ia termasuk yang menghampiri dan menyapa saya di Dota Café, selain itu juga yang pertama kali follow back twitter saya (penting abis) huaha. Makasih banyak buat satu musim kemarin Pik! Semoga musim ini lebih sehat dan qualified worlds!

M. Hafidz Syahril

MHS a.k.a Daddy a.k.a Hafidz, orang yang kalau saya amati memiliki idealisme bertanding yang mirip dengan saya, kurang lebih “Menang memang penting, tapi lebih penting lagi menang dengan gaya” hal tersebut membuat saya merasa punya teman seperjuangan huaha. Saya menyadari hal tersebut dari pilihan pokemonnya seperti Sentret, Relicanth dan juga Sandslash-Alola. Hafidz memiliki sense yang sangat baik dalam bertanding, karena walaupun saya belum pernah melawan Hafidz ketika turnamen, kami cukup sering melakukan friendly battle dan saya jarang menang darinya. Selain jago battle Hafidz juga sangat jago mendapatkan informasi calon team orang, hati-hati semuanya! Hahaha. Sebagai salah satu trainer Indonesia yang sudah punya banyak CP di awal musim 18 ini, saya juga mendoakan Hafidz segera mengunci tiket ke Nashville!

Andrew Loekmanto

Kapten tim Perishian! Andrew yang awalnya saya kira anaknya cool ternyata doyan juga bikin tertawa orang. Bagi saya Andrew adalah teman yang ceria dan terlihat tambah kocak kalau sudah ngumpul bareng Hafidz. Hal yang saya kagumi dari Andrew adalah ketika ia menulis catatan saat sedang bertanding, tulisannya luar biasa rapi dan menyenangkan untuk dibaca ulang, sampai rasanya saya termotivasi untuk bikin catatan yang rapi juga lain kali. Andrew yang selain ahli dalam bidang kelahi pokemon juga sepertinya lihai menghibur orang, misal ketika saya kalah dalam sebuah match di Malaysia Open, Andrew yang melihat sisa match saya menghampiri dan bilang “Nggapapa, Andy juga kalah tadi” atau “Nggapapa, itu orang emang jago, sering Top Cut di event” dan seketika saya langsung merasa kalau kalah memang no big deal HAHA. Thanks Dru!

Dyelinne Syam

Dyelinne adalah teman VGC yang gambarnya keren, mengetahui di scene VGC Indonesia juga ada yang senang gegambaran membuat saya bahagia (kapan-kapan kita collab bikin artwork yuk!). Sebagai player, menurut saya Dyelinne sangat kuat, sampai saya takut kalau harus bertemu di pairing. Ketika bertanding pun entah bagaimana caranya ia bisa sangat-sangat tenang, bahkan ketika dulu Drifblimnya set Tailwind dan Gengar saya set TR, saya yang penasaran melirik ekspresinya tetapi tidak terlalu berubah, “Gile” ujar saya dalam hati saat itu. Dyelinne juga sepertinya satu-satunya yang saya beritahu kalau mungkin saya akan membawa Oricorio dan Braviary untuk LCQ dan GF dan kemudian di hari event pun berkomentar “Gila lu beneran bawa Oricorio” huaha

Hashegi Hanjaya

Sebagai bapak VGC dari PKMN-id, Shegi menurut saya selalu passionate saat menjadi penganggung jawab turnamen dan itu terlihat keren. Saya kadang kepikiran, kalau dahulu menjelang live tournament di DOTA café Shegi tidak melakukan follow-up dan mengajak saya ikut, apakah saya akan sebanyak ini ikut turnamen? Atau apakah saya akan berteman dengan banyak orang yang memiliki passion yang sama dengan saya sekarang? Karena saya yakin, saya sudah memutuskan untuk tidak akan datang ke live tournament tersebut sebelumnya. Makasih banyak, Sheg! Semoga tetap strong selalu bersama semua staff PKMN-id.

Ricardo Tjakraatmadja

Saya terlibat percakapan menarik dengan Ruc ketika menonton babak Semi Final di hari Grand Final, “Ka, lu kelahiran berapa sih?” tanya Ruc. “Tua gua, 91 haha.” Jawab saya. Kemudian dibalas lagi oleh Ruc “Ooh, gua 89 haha.” Seketika saya berbinar, karena merasa menjadi sedikit lebih muda di komunitas yang mayoritas dipenuhi oleh orang-orang yang lebih muda ini huaha. Saya belum pernah bertanding melawan Ruc, tapi sepertinya akan sulit karena Ruc pernah bercerita kalau playstyle dia lebih ke defensif, kontras dengan saya yang penggemar berat fast glass-cannon. Sampai ketemu musim depan Ruc!

William Tong

Player Indonesia handal dengan CP paling banyak dalam musim VGC17 kemarin! Keandalannya dalam bidang sabung Pokémon jelas tidak perlu diragukan lagi. Ia juga datang jauh-jauh dari Hong-kong agar bisa foto bareng Perishian demi mendukung komunitas VGC Indonesia dan mengikuti event LCQ dan GF, ntap. Sayang sekali dalam dua event tersebut saya belum berkesempatan bertanding dengan Tong. Dalam ke VGC-an Tong merekomendasikan saya mencoba menggunakan Specs 252 SpAtk Modest Tapu Lele kesukaannya yang sampai saat ini belum pernah berani saya coba gunakan huaha. Saat saya mengerjakan #inktober kemarin Tong juga merupakan salah satu yang rajin berbagi like dan share, ku terharu huaha Terima kasih banyak Tongqie!

Adryan Sutantoso ‘Magnetman’

Adryan adalah orang yang sangat passionate mengerjakan apa pun yang ia suka, kadang saya suka merasa iri karena ia seperti berani menaklukan rintangan sesulit apa pun untuk mencapai hasil yang ia inginkan. Kami sama-sama menggunakan Magnezone dalam musim VGC17 kemarin dan sudah bertemu beberapa kali di dalam turnamen dan selalu seru, karena Adryan anaknya ekspresif ketika bermain. Oh iya, Adryan juga membantu saya dalam testing team untuk Malaysia Open, Thanks, Dry!

Fadli Putera

VGC17 Indonesia Champion! Saya ingat suatu ketika saat itu saya sedang mencari tambahan member team yang akan saya bawa ke Kalbis Institute, lalu saya menonton video battle Fadli lawan Piku di channel Piku, dimana Porygon-Z dapat OHKO Snorlax dengan Z-Hyper Beam (walaupun saat itu Crit), segera setelah itu saya melakukan test Porygon-Z dan yakin dia adalah Pokémon yang tepat huaha (dan saya gunakan baik di Kalbis maupun GF). Nuhun bapak Fadli!

Josua Sudrajat Marbun

Josua a.k.a Josbun adalah trainer yang paling sering saya hadapi selama musim 17 kemarin, masing-masing 1 kali pada 3 turnamen yang berbeda dan yang jelas saya lebih banyak kalahnya hahah. Walaupun kami belum terlalu banyak mengobrol di luar battle tapi orangnya terlihat menyenangkan (walaupun sayangnya saat bertemu di R4 ketika Grand Final terlihat sedih sekali). Ayoo kapan-kapan kita sparring VGC18 Joss!

Stephanus Andhikajaya

Sesama pengguna Whimsi! Saya cukup kaget ternyata di scene VGC Indo Whimsicott tidak terlalu populer, bahkan setelah Worlds Championship dimenangkan oleh Ryota Otsubo dengan Whimsicottnya, namun akhirnya mata saya bisa berbinar ketika saya menemukan pengguna Whimsi lain R1 LCQ (walaupun saat itu saya yang tidak bawa Whimsi). Kang Stephanus selalu berbaik hati mengantarkan anak-anak Bogor sampai stasiun sepulangnya dari turnamen, terima kasih banyak Kang! Semoga lain kali bisa ngobrol lebih banyak juga ya.

Garry Karnadi

Saya suka sekali dengan team yang digunakan oleh Garry saat LCQ dan GF, terutama fast Tapu Fini dan Scarf Flygon-nya, karena rasanya berkarakter sekali. Runner-up PTC17 ini juga berbaik hati menawarkan saya bantuan apabila kesulitan mendapatkan pokemon tertentu ke depannya. Haturnuhun ya Gar, mungkin musim ini butuh h3h3

Andy Willyanto

Saya sebenarnya baru banyak ngobrol dengan peraih peringkat ke-1 PTC points ini ketika di Malaysia dan juga teman senasib hasil kurang oke disana (sad). Ia suka menggunakan kosakata unik yang terkadang sulit dimengerti (atau sengaja membuat orang lain tidak mengerti lebih tepatnya huaha). Battle pertama saya melawan Andy cukup berkesan bagi saya, karena ia menggunakan Froslass yang saat itu jarang digunakan dalam VGC17. Saya berharap musim ini bisa banyak bermain dengan Andy, siapa tau nular kan jagonya hahaha

Yosua Setiawan & M. Isya Apriliansyah

Yosua dan Isya adalah pemain yang bisa dibilang young guns dari scene VGC Indonesia, sejauh yang saya amati. Yosua yang merupakan veteran VGC ini selalu menjadi penantang kuat di setiap turnamen yang ia ikuti, sedangkan saya melihat Isya mirip dengan Piku yang merupakan seorang team builder yang cermat (Hard TR team-nya sungguh mengerikan). Mereka juga membantu saya menjadi lawan sparring untuk test team yang akan saya bawa ke Malaysia, makasih banyak ya Yos, Sya!

Aqlif Putra

I still remember the moment when the Grand Final’s 1st Round just started, Aqlif was walking around the room, looked into team preview screen on my DS and said “Wow, I’ll stick with this table, your team looks interesting” huaha. Thank you Aqlif for flew far away from Malaysia to support our community here in Indonesia. Hope you and Shakira will always be happy forever, and see you again sometimes!

Imam Bagaskara

Anak yang belajar VGC di ujung Surabaya sana, semoga cepat semakin jago dan bisa ikut turnamen musim VGC18 ini, Terima kasih juga sudah menemani sparring untuk persiapan ke Malaysia, Gas! (Buzzwole sama Fini balikin haha)

Zen, Eru, Mitha & seluruh staff PKMN-id

Zen, Eru dan Mitha adalah staff PKMN-id yang juga sering saya lihat bertugas dalam turnamen, tapi maaf sekali belum sering berinteraksi dengan kalian, semoga di musim yang baru bisa lebih sering ngobrol ya. Terima kasih juga Zen sudah repot mengucapkan ulang tahun lewat pm, terima kasih Eru suka berkomentar ketika saya upload gambar baru dan terima kasih Mitha sudah menyapa duluan di FB, ku terharu kalian baik sekali huaha

Selain itu, saya ingin mengucapkan terima kasih banyak ke seluruh staff PKMN-id atau semua pihak yang terlibat mengerjakan dan men-support PTC17, sungguh, karena kalian sudah membuat musim pertama saya main competitive menjadi sangat seru dan menyenangkan, semoga kalian semua sehat selalu!

Juga, terima kasih banyak untuk semua teman-teman di komunitas ini yang sudah memberi saya banyak pelajaran selama musim VGC17 ini dengan menjadi lawan yang baik atau sekedar main bareng di pojokan hahah (Ridho, Arvinaldi, Frendi, Ikhsan, Felita, Vincent, Afnan, Andre, Ama, Nic, Ramon, Martin, Angga) sampai ketemu lagi ya!

Sampai di sini dulu, terima kasih juga untuk yang sudah membaca tulisan super panjang ini, semoga waktu kalian tidak sia-sia ya hehe

Salam hangat,

Azka, Potato.

#pokemon vgc

0 notes