I sometimes search for myself at the bottom of many a cup of tea while writing you a letter(s).
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Kelak kalau kamu memilih pasangan...
Menurut saya, menilai perilaku calon pasangan dari bagaimana ia bersikap terhadap harta jauh lebih esensial, bahkan fundamental dibanding sekadar melihat seberapa besar nominal kekayaan, menterengnya pekerjaan yang dimilikinya.
Saya tidak menafikan bahwa ada orang yang memutuskan menikah dengan seseorang karena ‘kekayaannya’. Namun, yang tak kalah penting, namun sering kali luput diperhatikan adalah bagaimana cara ia mengelola hartanya.
Belajar dari kisah seorang petani yang lahannya dibeli untuk proyek Pertamin* dengan nilai miliaran rupiah. Tak lama setelah itu, hartanya habis tak bersisa. Mungkin bukan karena ia bodoh, melainkan ia tidak siap menjadi orang kaya.
Ada mentalitas yang tidak ikut bertumbuh saat harta datang secara tiba-tiba. Tanpa kesiapan, kekayaan justru bisa menjadi beban. Maka dari itu, saat menimbang masa depan dengan seseorang, jangan hanya melihat apa yang ia miliki, tapi perhatikan pula bagaimana ia 'memperlakukan' yang ia miliki.
Sebab kekayaan bisa datang dan pergi. Tapi kebijaksanaan dalam mengelola adalah hal yang akan tinggal lebih lama.
Dan pada akhirnya, hidup bukan tentang siapa yang paling banyak memiliki, melainkan siapa yang paling bijak mengelola, dan mempertanggungjawabkan apa yang diamanahkan padanya. Karena harta itu ujian, baik yang sedikit maupun yang banyak.
176 notes
·
View notes
Text
paket memaafkan
selama ini, yang kamu tahu, memaafkan idealnya menjadi satu paket dengan melupakan. kalau benar kita memaafkan seseorang, seharusnya kita juga melupakan kesalahannya. kalau kita sudah melupakan kesalahan seseorang, seharusnya kita juga sudah memaafkan.
yang kamu temui, laki-laki dan perempuan cukup berbeda soal memaafkan dan melupakan ini. perempuan lebih mudah memaafkan, tetapi sulit sekali melupakan. setiap rincian kejadian, kesalahan, setiap kata, setiap tatapan mata, semua terekam dengan sangat nyata. sementara itu, laki-laki kebalikan. jika ditanya-tanya, jawabannya adalah "lupa". tetapi, perasaan yang membekas setelahnya: marahnya, bencinya, muaknya, lebih lama menetap.
baru-baru ini, kamu menyadari. sebagai perempuan, kamu memang tidak akan bisa melupakan. bukan bakatmu. bukan keahlianmu. sulit. seberapa pun keras kamu telah memaafkan, luka yang tersisa itu bukan bekas--melainkan keseluruhannya.
namun rupanya, isi paket memaafkan yang lebih penting dari melupakan adalah bertaubat. baik yang meminta maaf maupun yang memaafkan, keduanya harus bertaubat. yang meminta maaf bertaubat dengan menyesali perbuatannya dan bersungguh tidak mengulangi. yang memaafkan bertaubat atas dosa-dosa lain yang mungkin menjadi sebab datangnya perlakuan (perbuatan) tadi.
selanjutnya, apa persamaan memaafkan dan bertaubat? memaafkan dan bertaubat tidak terjadi hanya sekali dan selesai. keduanya adalah pekerjaan seumur hidup yang harus dilakukan setiap hari. sama seperti memilih, sama seperti menyayangi.
90 notes
·
View notes
Text
Suka banget sama nasehat Ust Nudzul Dzikri bahwa:
Semua perempuan yang sedang mengusahakan untuk menjadi perempuan shalihah itu babak belur, mati matian melawan hawa nafsunya dan berusaha menjaga keimanannya. Meski terkadang terombang ambing dengan sebuah perasaan. Berusaha untuk berpegang teguh pada kebaikan agama dan RabbNya, serta semua bentuk perjuangan ini Lillah.
324 notes
·
View notes
Text
dewasa itu menyadari bahwa pilihan kita hanya dua; kalah atau dikuat-kuatin aja.
372 notes
·
View notes
Text
Cerpen : Jatuh Cinta di Umur Matang
Lebih rasional.
Langsung menganalisa, apa tujuan dari jatuh cinta ini. Kalau hanya sekedar bermain rasa, lebih baik bekerja aja mencari uang buat membeli kesenangan. Karena jika jatuh cinta hanya untuk menerka-nerka mau ke mana ujungnya, lebih baik beli tiket kereta dan pergi berkelana sendirian, lebih minim risiko daripada jatuh cinta. Langsung mengkonfirmasi, apa aja yang kamu miliki dan aku miliki serta apa yang tidak. Untuk hal-hal yang tidak kamu miliki, bagaimana kamu mengupayakannya? Apakah kamu termasuk orang yang tidak peduli dengan harta halal dan haram selama bisa mendapatkannya atau orang yang hati-hati? Sebab aku sangat hati-hati. Untuk hal yang sudah kamu miliki, apakah kamu bersedia untuk berbagi? Langsung menyaksikan, bagaimana tabiatmu yang terbentuk selama puluhan tahun. Karena aku tidak bersedia jika aku menjadi alasanmu untuk berubah menjadi lebih baik, apalagi jika kamu berharap aku bisa menjadikanmu lebih baik. Bagiku sejak awal sangat realistis, aku ingin jatuh cinta pada orang yang baik. Karena tidak ada jaminan aku bisa mengubahmu yang telah hidup dengan caramu selama puluhan tahun dalam sehari semalam apalagi beberapa hari saja. Aku memang tidak cukup sabar untuk menemanimu berubah, silakan berubah dulu menjadi baik kalau kamu memang berniat. Langsung pada intinya, tidak perlu terlalu banyak seremoni yang uangnya bisa kita pakai untuk pergi umroh atau membeli rumah. Daripada harus lelah menyiapkan banyak ritual, bagaimana kalau kita beramal saja, misal berbagi kebahagiaan dengan mengundang keluarga dan juga berbagi ke orang-orang fakir dan miskin. Biar doa-doanya buat kita, tidak ada penghalang untuk sampai kepadaNya.
Tidak perlu banyak basa basi, kalau kamu memang berniat untuk jatuh cinta. Jelaskanlah tujuanmu hingga sejauh mana, kalau kamu tidak ada tujuan, lebih baik hilang.
Karena aku tidak punya banyak waktu untuk mengulang-ulang kesedihan yang serupa. Karena aku pun sekarang lebih rasional, bukan lagi rupa menawan yang membuatku terpesona dan berkata "iya". (c)kurniawangunadi
641 notes
·
View notes
Text
Ya Allah aku berniat menjaga diriku dengan izinMu dan kuasaMu, maka jagalah aku
Karena utusanMu mengajarkan untuk selalu berprasangka baik dengan segala keputusanMu
Maka, aku berprasangka baik padaMu; siapa yang menjaga kebaikan dan kebenaran dengan niat yang baik dan benar, Engkau akan sampaikan juga pada tujuan baik dan benar, dengan seseorang yang baik dan benar, dan semoga kami selalu dalam jalan kebaikan dan kebenaran
237 notes
·
View notes
Text
Bila perasaanmu begitu mendalam terhadap sesuatu hal, maka kembalikanlah hal itu kepada Allah biar dirimu tidak tenggelam dan bila pikiranmu terlalu jauh merenungkan suatu urusan, maka pulangkanlah urusan itu kepada Allah biar dirimu tidak tersesat.
Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepadaNyalah dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah Dia dan bertawakkallah kepadaNya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan. (QS. Hud: 123)
©Fajar Sidiq Bahari (@fajarsbahh)
309 notes
·
View notes
Text
Pencapaian hidup;
Salah satu pencapaian dalam hidup yang pastinya akan berbuah ketenangan; adalah ketika kita dengan penuh kesadaran mengakui bahwa setiap keluarga; pernikahan; dan manusia—sudah pasti memiliki jatah rejeki dan ujiannya tersendiri.
Dan segala kenikmatan pada orang lain, jangan hanya memandang nikmatnya, mereka pun punya ujiannya tersendiri.
Dan segala kesusahan pada orang lain, jangan hanya memandang betapa nelangsanya, sebab disisi yang lain Allah selalu mencurahkan kenikmatan pula untuk mereka. Yang tidak selalu mampu kita lihat, dan takkan pernah sanggup kita takar.
Dengan memandang segalanya demikian, mudah-mudahan Allah melindungi kita dari rasa iri dan dengki atas pencapaian; keindahan; dan apa yang tampak sempurna dalam kehidupan orang lain.
Mudah-mudahan Allah selalu lembutkan hati kita untuk mensyukuri setiap karunia-Nya.
Sebab, hidup ini penuh sekali plot twist. Apa yang bisa jadi kita dambakan dalam hidup orang lain agar ada dalam kehidupan kita; dilain sisi orang lain pun bisa jadi mendambakan apa yang kini ada di hidup kita agar ada di kehidupannya.
Mudah-mudahan Allah menjadikan kita untuk selalu peka membersihkan kacamata hati, agar memandang segala hal dalam hidup ini tidak melalui debu-debu dunia, yang mengaburkan banyak nikmat yang Allah curahkan.
Jumat, 18 April 2025 11.01 wita
187 notes
·
View notes
Text
Barangkali terhadap rumitnya permasalahan hidup yang kita hadapi hari ini, adalah karena kesalahan kita dalam meletakkan sudut pandang.
Sebagai orang beriman, meletakkan ujian sebagai unsur yang akan selalu ada dalam setiap episode kehidupan adalah sebuah keharusan. Mengapa demikian? Sebab ujian adalah bagian dari konsekuensi keimanan itu sendiri.
Seseorang akan diuji kelaparan, ketakutan, kekurangan harta, jiwa, buah-buahan, dsb. yang memaksa sampai ke titik terlemah seorang hamba. Tujuannya tidak lain tidak bukan adalah untuk menyeleksi seberapa jernih kadar keimanan dari seorang hamba.
Cara pandang yang demikian itu sudah semestinya menjadi batas minimal kesadaran yang harus dimiliki. Sebab memang demikianlah cara-Nya untuk melihat seberapa sungguh hambanya membuktikan keimanan itu pada-Nya.
Barangkali, ketika kita telah menempatkan setiap episode kehidupan di bawah kehendak-Nya, kita akan mulai melihat bahwa segala hal—baik kesenangan maupun kesusahan—merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Di sinilah kesabaran, keikhlasan, dan rasa syukur menjadi tiga pilar penting yang mesti kita tegakkan. Sering kali, kita lupa bahwa ketidaknyamanan hidup hari ini bisa menjadi sebab terbukanya pintu rahmat di kemudian hari. Mungkin Allah menahan sesuatu yang kita cintai demi memberi kita sesuatu yang lebih kita butuhkan. Atau, barangkali Ia menunda keinginan kita agar kita belajar menumbuhkan jiwa yang lebih tangguh. Maha Bijak Allah dengan segala kehendak-Nya. Maka, ketika menghadapi kerumitan persoalan, mari kita bertanya kembali pada diri sendiri: Apakah kita sudah menempatkan pandangan kita di tempat yang semestinya? Sudut pandang yang berpusat pada keyakinan bahwa tidak ada rencana yang melebihi rencana-Nya, dan tidak ada ketetapan yang sia-sia di sisi-Nya. Dengan demikian, tidak ada lagi alasan bagi kita untuk merasa terpuruk berlama-lama. Sebab, di balik setiap cobaan, selalu terselip hikmah yang menuntun kita pada kebijaksanaan, selama kita mau merenung, memohon pertolongan, dan terus melangkah di jalan-Nya.
Surakarta, 07 April 2025
253 notes
·
View notes
Text
sebagai manusia biasa
sebagai manusia biasa, aneh kalau seseorang nggak mau memaafkan orang lain. seakan-akan dirinya nggak pernah berbuat salah kepada orang lain, nggak perlu maaf dari orang lain. padahal, kerelaan orang lain itulah bagian yang harus ada dari taubat.
sebagai manusia biasa, aneh kalau seseorang merasa lebih suci dari orang lain. kita tuh cuma beda dosa. sementara, kita nggak tau dosa siapa dan dosa yang mana yang diampuni. atau dosa siapa dan dosa yang mana yang tidak.
sebagai manusia biasa, aneh kalau kita bermaksiat. tanpa maksiat saja, tabungan pahala yang banyak pun tidak akan cukup untuk membeli surga. kalau bukan karena syafaat Alquran, cinta nabi pada umatnya, dan Rahmat Allah, mungkin hanya nabi yang layak mendiami surga.
sebagai manusia biasa, aneh kalau setelah berbuat salah, seseorang malah mengumbar-umbar aibnya. Allah telah menutupi aibmu. tetapi kamu mengulangi, mengulangi lagi. lalu kamu yang membeberkannya sendiri.
setiap duduk di antara dua sujud, kita meminta Allah menutupi kekurangan kita, keburukan kita, aib kita. tapi segala macam doa tidak ada artinya kalau kita mematahkannya sendiri.
berdoalah dengan sungguh-sungguh. wujudkan doa itu dalam perbuatan, perkataan. bagi Allah, segalanya mudah dan mungkin.
194 notes
·
View notes
Text
5.0
Kalo memang rezeki kita bukan nikah cepet, InsyaAllah rezeki kita "nikah matang". Aamiin.
Dengan begitu, fokus kita adalah ibadah. Dan orientasi kita adalah bagaimana membangun peradaban di entitas keluarga.
Coba persangkaannya kita diarahkan ke yang baik, kalo Allah lagi nyiapin diri kita sematang mungkin untuk menuju proses dan ujian yang lebih berat.
Settingannya dunia era sekarang itu emang menggempur peradaban. Manusia didesain berkehidupan materialistis dan jauh dari nilai-nilai humanis.
Jadi, tantangan membangun keluarga itu berat. Berat banget. Butuh landasan yang kokoh. Jangan sampai ada hal yang membuat kita menyegerakan menikah (karena tuntutan lingkungan sekitar) tapi dengan person yang desainnya beda. Selama tujuannya sama meski cara tempuhnya beda, nggak masalah. Yang penting masih dalam koridor syar'i. Perbedaan pandangan dalam keluarga itu keniscayaan. Dan itu salah satu ujian berumah tangga.
Persoalan internal keluarga itu harus bisa disikapi dengan penerimaan dan lapang dada.
Itu loh, di dunia luar ada ujian lebih besar, yaitu dunia yang makin nggak terkendali. Katahanan keluarga itulah yang perlu kita upayakan.
117 notes
·
View notes
Text
iri
kalau dulu lebih sering iri sama orang-orang yang Allah lebihkan dalam fisik dan hartanya, sekarang lebih suka iri sama orang-orang yang Allah telah beri kemudahan dan kesempatan untuk bisa mengenal dirinya dengan baik. Paham dirinya mau dan butuh apa. Paham segala kekuatan dan kelemahannya. Dan bisa memanfaatkan segala kapasitas yang diberikan oleh Allah untuk bisa menjadi manusia yang bermanfaat dengan maksimal.
Seseorang yang sudah tahu apa yang ingin ditujunya, dan bagaimana cara mendapatkannya. Seseorang yang yakin dan mantap dengan setiap keputusan yang diambilnya. Seseorang yang dengan segala privilege yang diberikan Allah padanya, ia gunakan dengan baik.
Seseorang yang tidak mudah digoyahkan oleh hal yang tidak penting semisal pendapat orang lain dan perasaan sesaat yang hadir. Seseorang yang kokoh dengan prinsip hidup yang dipegangnya.
Sedang diri sendiri, sering kali kebingungan dengan apa yang sebenarnya hendak dituju. Masih kerap diguncangkan oleh perasaan sendiri, sehingga antara tujuan dan keinginan menjadi tidak lagi sejalan.
Oh Allah, di antara semua bentuk rezeki yang telah Engkau berikan kepadaku, tolong tambahkan rezekiku berupa kemampuan untuk bisa mengetahui apa yang sebenarnya terbaik untuk dunia dan akhiratku. Bantu aku untuk bisa menjadi sebaik-baik manusia ciptaan-Mu. Bantu aku untuk bisa memaksimalkan segala hal yang telah Engkau anugerahkan untuk bisa bermanfaat bagi diri dan orang-orang di sekitarku.
394 notes
·
View notes
Text
Baru sadar, kenapa pada setiap raka'at sholat kita terdapat Al-Fatihah di dalamnya. Dan di dalamnya kita selalu minta ditunjukkan jalan yang lurus. Bahkan berkali-kali.
Ya, karena memang potensi kita berbelok dari jalan lurus ini banyak sekali. Tiap waktu godaan itu akan datang teruus. Bahkan sesederhana kita ga bersyukur dengan nikmat Allah saja sudah sedikit membelokkan kita dari jalan lurus itu.
Maka benarlah, Al-Fatihah dalam sholat mengajarkan kita untuk senantiasa bergantung sama Allah. Hanya sama Allah. Minta 'pegangin' Allah terus supaya ga menyimpang dari jalan kebenaran. Karena nyatanya semakin ke sini fitnah dunia itu semakin menyilaukan. Semoga kita tetap kuat untuk menempuh jalan ketaatan. Meski dihampar dengan berbagai kerikil ujian.
Qur'anic Double Date, 17 Februari 2025
324 notes
·
View notes
Text
Statement "tidak mesti semua kerja keras mendapatkan apa yang ditujukan," seharusnya bisa membuat kita sadar bahwa pernyataan "usaha tidak akan menghianati hasil" adalah sebuah kekeliruan.
Tetapi, gantilah kalimatnya menjadi "Siapa yang berusaha dan bersungguh-sungguh pasti Allah berikan yang terbaik".
Dan kita pun sangat tahu, yang baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah, tapi yang dari Allah tentu itulah yang terbaik.
5 notes
·
View notes
Text
Bertambah dewasa juga berarti belajar memahami, bahwa meminta tolong dan menerima pertolongan adalah bagian dari kekuatan.
karena diciptakannya manusia lain untuk menyadarkan kita bahwa hakikatnya, kita tidak pernah sendirian di dunia ini. Kehadiran orang-orang yang dengan tulus memberikan dan menawarkan bantuan barangkali merupakan jawaban dari doa-doa yang selama ini kita pinta untuk diberikan kemudahan dalam hidup.
Maka jangan menghindar dari jawaban doa yang selama ini telah kamu tunggu-tunggu.
@milaalkhansah
184 notes
·
View notes
Text
Baru aja liat story ig-nya temenku. Aku sudah minta izin untuk menuliskannya kembali di akun Tumblr ini. Begini isi story-nya.
Fitrah jiwa itu menemukan yang setara. -Ustaz Oemar Mita
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, ruh-ruh itu bagaikan pasukan yang dihimpun dalam kesatuan. Jika saling mengenal di antara mereka, maka akan bersatu. Dan yang saling merasa asing di antara mereka, maka akan berpisah. (HR. Muslim 6376)
Bermakna atas hal kebaikan dan kejelekan, serta perbaikan dan kerusakan.
Bahwasanya manusia yang baik akan rindu kepada jenisnya (yang baik pula), sedangkan yang jelek dan semisal itu maka akan condong kepada yang sejenisnya pula.
Para ruh akan saling mengenal, sehingga akan hidup sesuai dengan tabiatnya. Maka apabila telah cocok, akan saling mengenal dan apabila berbeda, akan saling mengingkari.
Semoga hati kita selalu bisa memilih untuk condong kepada kebaikan. Aamiin. Laa hawla wa laa quwwata illa billah.
Bandung, 28/365
@monicasyarah
249 notes
·
View notes
Text
Will you watch and wait, holding the space for my return?
I love you. Worst. That is how I feel as I begin to express these tangled emotions.
Gross is an awkward term, but it encapsulates the discomfort swirling inside me, a feeling I can hardly articulate elegantly. Yet, beneath that chaos, a whisper emerges: I think I love you. This feeling is significant since I rarely allow myself to fall in love; those infrequent moments carry weight.
And if certain feelings hold that kind of importance, I will fight to keep them safe, to nurture them quietly within the confines of my heart, just for myself. The world doesn’t need to witness this vulnerability; it’s a treasure I want to guard, hidden away from the world.
“Time stretches between our messages, and the intervals between our reunions seem to grow longer, yet my love for you remains unwavering,”
I recall those words I stumbled upon in the art gallery, reminding me of you. Your absence does not dim my feelings; instead, it illuminates the steadfastness of my heart. Suppose I could articulate the essence of true love to the world. In that case, it might look like this: no matter the distance—whether you are oceans away, hidden behind waves and horizons—I find a way to cherish you, nurturing the flickering flame of our connection.
Will you watch and wait, holding the space for my return? Your patience may be the spark that keeps this flame alive.
I love you, honestly. Expressing how deeply I feel can be challenging, especially when I say it repeatedly. I cherish your infectious laughter and admire your side of seriousness. We have spent countless hours talking, and while I have focused on remembering every detail you share; with some stories you repeat because you are unaware of my good memory. But I love you enough to hear those stories over and over again, each time with fresh appreciation.
I love you and genuinely wish you knew how much joy your presence brings me. I have this passion for photography and always carry my analog camera, yet I have realised that in our time together, I have forgotten to capture moments of you, our meals, and us as a whole. I understand that some experiences feel so precious that simply being present in them is more meaningful than trying to preserve them through a photograph. It is been a beautiful journey just to sit in those moments with you.
I love you deeply. I have reached a point where I trust you enough to set you free, allowing space for our paths to wander apart. There’s an overwhelming sensation within me, a whirlwind of emotions that craves resolution. Yet, I find myself wondering where this journey of feelings might lead. So here I stand, placing my faith in you, curious to see just how long I'll hold onto this profound feeling. Time will reveal whether our lives will intertwine again next year or if this will be a bittersweet chapter in my story.
0 notes