adeekmenulis

[adeekmenulis]

It's my 1 year anniversary on Tumblr 🥳

[adeekmenulis]

Padamu, di 240 hari

Entah keterhubungan apa yang tercipta diantara kita? Apa kamu juga merasakannya? Sungguh aku begitu sesak dengan semua kedekatan ini, karena aku tidak bisa mengungkapkannya padamu. Aku tidak bisa jujur padamu. Aku begitu takut pada dinding hidupmu, kau sudah bersusah-payah membangunnya. Kau rawat, dan kau jaga dinding itu. Bahkan sebagian dari dunia ini tahu kuatnya dinding itu. Bagi mereka seolah tunduk pada dinding yang kau buat itu. Kau memilih membangunnya jauh sebelum bertemu aku. Jadi, aku juga tidak ingin merusaknya. Hanya saja, pribadimu yang tulus itu sempat membuat aku merasa, biar ku sampaikan saja perasaan ini. Akan ku bagi perasaan ini padamu. Aku tidak ingin kau membalasnya. Kau tidak perlu membalasnya. Aku hanya ingin katakan, bahwa aku sangat mengenalmu, aku merasa dekat denganmu, walau tanpa hubungan, walau tanpa perkenalan, walau tanpa ikatan. Bisakah aku berbagi ini padamu? Setidaknya kau tahu, dan begitu juga aku akan mengerti dan bisa memberi nama pada perasaan ini. Harus kusebut apa perasaanku ini? Aku begitu takut untuk menyadari, tapi sekali lagi, setiap ingin mengetuk dinding itu, aku terbanting di sudut dimana aku merasa adalah sebuah kesalahan dalam perasaan ini, masih banyak keraguan dan kebingunganku dalam menjelaskan perasaanku sendiri. Bahkan diriku sendiri saja ingin menghiraukan dan menjauh dari perasaan ini. Aku mencintaimu

[adeekmenulis]

Padamu, di 240 hari

Semakin hari, perasaanku semakin kuat. Sungguh aku tidak berani mengakui aku mencintaimu. Karena bisa saja ini memang bukan cinta. Bisa jadi ini hanya ketenangan batin yang aku rasakan saat bersamamu. Tapi aku tersiksa pada kedekatan itu. Aku begitu khawatir padamu. Aku merasakannya setiap hari. Setiap saat. Aku tidak pernah menyimpanmu dalam pikiranku. Tapi sejak awal memang benar kau sudah mengisi hari-hariku, tanpa bicara, tanpa menatap, kau memenuhiku. Aku selalu meyakinkan diri agar tidak jatuh dalam perasaan itu. Hanya saja, aku selalu bersyukur bertemu denganmu. Aku ingin katakan aku bersyukur bertemu kamu. Aku bahagia dan ingin mempelajari hidup bersamamu, dalam dekapanmu. Tapi aku tidak punya keberanian itu. Justru aku terus berkeras pada diriku sendiri untuk tidak larut dalam dirimu. Aku begitu takut walau dalam waktu yang sama aku juga sangat senang. Aku tidak tahu bagaimana mendeskripsikan perasaanku sendiri, karena aku tidak mengenalnya. Aku tidak memahaminya. Dan aku takut menganalisa diri ini. Memeriksa hatiku. Lagipula untuk apa, aku juga tidak tahu. Aku kesulitan, dan aku tidak ingin kau tahu, walau sebenarnya tingkahmu memberi aku isyarat bahwa kau mengenal isi hatiku. Aku mencintaimu

[adeekmenulis]

Padamu, di 240 hari

Aku sering mencuri kesempatan untuk melihatmu. Setidaknya aku melihatmu. Tapi semakin hari aku tak bisa mengelak. Aku selalu berharap kau akan bicara padaku, aku selalu berharap kau juga akan melihatku. Aku selalu berharap bisa berbagi apapun padamu bahkan untuk hal-hal yang tidak perlu. Entah kenapa perasaan itu begitu kuat setiap kali aku mengingatmu. Aku rasa kau akan jadi tempat terbaik untuk bercerita dan berbagi banyak hal. Tapi sayangnya, kau membangun dinding hidupmu yang begitu tinggi. Aku merasa terbakar setiap ingin mendekatinya. Aku berusaha mengetuk gerbang hatimu. Tapi kau sepertinya tidak menerima siapapun masuk selain jika kau izinkan. Aku merasa asing setiap kali berusaha memanjat dinding itu. Sampai akhirnya, kau benar-benar melakukannya. Mungkin kau sadar bahwa aku ingin masuk ke sana. Sindiran kecilmu menyayat aku sebenarnya. Tapi aku tahu diri. Aku tidak ingin masuk ke sana untuk berkunjung padamu. Aku hanya ingin menatapmu, barangkali kau butuh seseorang, aku jamin aku ada untukmu. Tapi sudahlah, aku jadi merasa malu dan tidak layak saat berhadapan denganmu sekarang. Sampai aku ingin berhenti menatapmu. Sebenarnya sejak awal aku sudah berusaha untuk tidak larut memandangmu. Tapi semakin aku mengelak, semakin aku jatuh dalam keberadaanmu. Jangankan ragamu, aku bisa merasakan jiwamu itu. Aku bahkan begitu bahagia melihat kedua sandalmu. Aku harap kau tidak merasakan yang sama denganku. Sulit sekali jujur pada diriku sendiri bahwa kedekatan dan perasaan yang begitu kuat bersamamu ini memang ada dan nyata. Tapi aku berusaha untuk mengabaikannya, dan begitu pula engkau tidak mau dan tidak peduli pada itu. Aku mencintaimu

[adeekmenulis]

Padamu, di 240 hari

Sering waktu, ketika aku bicara pada Tuhanku. Aku merasa begitu lega. Tapi entah ada apa, seperti masih ada sesuatu yang tidak biasa dihatiku. Sampai kau menghampiriku dan bertanya padaku. Pertanyaan yang mungkin hanya basa-basi buatmu, tapi pertanyaan itu membuat aku merasa begitu tenang. Hariku begitu lengkap. Rasanya seperti Tuhan telah mendengarku hari ini. Aku mencintaimu

[adeekmenulis]

Padamu, di 240 hari

Pernahkah kamu merasa terkoneksi tanpa komunikasi? Pernahkan kamu merasa begitu terhubung tanpa kedekatan? Dan itu terjadi pada kita, atau mungkin hanya padaku. Aku ingat bagaimana kau bersujud pada Tuhanmu hari itu. Aku membaca matamu, aku merasakan hatimu, aku ikut mendengar doamu. Orang bijak pernah berkata, "Serahkan semua pada Yang Maha Kuasa". Kini aku melihatnya dari mu. Kau memeluk erat semua sakitmu, kau melambungkan tinggi semua impian dan cita-citamu. Tapi tetap, kau tidak khawatir soal keberhasilan dan kegagalan nantinya. Karena buatmu, kau percaya bahwa mencintai Tuhan dan memastikan Ia terpuaskan, adalah lebih berharga daripada pencapaian hidupmu. Kau telah letakkan hidupmu dalam dirinya. Dalam renunganmu itu, ingin sekali aku berlari dan bertanya padamu. Ingin rasanya bicara padamu, dan meyakinkanmu bahwa semua akan baik-baik saja. Ingin rasanya aku mengusap sedihmu, memelukmu. Sungguh aku bangga padamu. Walaupun aku tak ada disana dalam pandanganmu, tapi aku lantunkan doa terbaikku untukmu, sekiranya kau dan aku sama-sama merayu Tuhan untuk berikan yang terbaik bagimu dan hidupmu. Aku mencintaimu

[adeekmenulis]

Padamu, di 240 hari

Aku pernah mendengar kalimat ini "Aku mencintaimu karena Tuhan". Mungkin kalimat itu terjadi padaku. Ketika kau memuja Tuhanmu, aku juga menemukan Tuhanku. Aku merasakan pengharapan baru dalam tuturmu. Cintamu pada-Nya, membuat aku merasakan cinta-Nya padaku. Mungkin bagi dunia, kau tak kenal banyak warna. Tapi untukku, mulai hari itu aku bisa merasakan ada banyak warna yang melukis aku. Ternyata ada bahagia yang sedang disiapkan untukku. Sampai aku menyadari, selama ini aku tidak baik-baik saja. Sampai akhirnya aku mengerti, aku kehilangan sesuatu yang aku sendiri tak paham apa yang hilang dariku. Lalu aku menemukannya. Aku menemukanmu yang selama ini telah aku tunggu-tunggu. Aku sadar sedang mencari sesuatu dan kini aku menemukanmu. Aku mencintaimu

[adeekmenulis]

Padamu, di 240 hari

Aku akan selalu ingat hari itu, hari dimana aku mengenalmu tanpa larut dalam tatapanmu, hari dimana aku mencintaimu tanpa merasakanmu, hari dimana aku aku bicara padamu dari sudut matamu. Hari yang bahagia. Aku ingat bagaimana keberadaanmu membuat suasana dingin di tempat itu menjadi begitu sejuk. Untuk mata yang seteduh angin, untuk suara setenang ombak. Aku mencintaimu

[adeekmenulis]

Penggalan lirik lagu Teramini hari ini membuatku sedikit tersentak. Katanya, "Tuhan benarkah Kau mendengarku? Kemana pergi doa-doa ku?" Atau kata-kata Mbak Kinan di film Layangan Putus, ia berkata, "Tak apa kalau layangan (harapan) kita putus terbawa angin, karena satu-satunya yang harus kita pegang erat, adalah diri kita sendiri." Ada lagi lagu rohani Kristen yang dinyanyikan Andmesh, "Kau, kukagumi dalam hati, kasih-Mu tiada duanya."

Kata guruku, kita hendaknya tidak mendiagnosa penyakit dengan perasaan-perasaan kita sendiri. Tapi agaknya, akan baik kalau kita mulai jujur, mengakui dan menerima perasaan yang ada. Tidak menyangkal, tidak mengelak.

[adeekmenulis]