Hidupku untuk-Mu, apalagi matiku?! Menulis tuk menasehati diri. IG: @adhaadit
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
The Last
Terima kasih tumblr sudah menemani selama 5 tahun terakhir. Mungkin ini waktunya untuk berpamitan. Mungkin ini waktunya untuk memulai hal baru. Mungkin ini juga waktunya untuk fokus menatap ke depan. Biarkan masa lalu untuk tertinggal. Tak semua rahasia harus dibuka. Mungkin, itu jalan terbaiknya. Rahasia yang selamanya akan selalu menjadi rahasia.
Diri ini, hanya mencoba menyembuhkan kecewa. Tak baik berlama di sini. Doakan aku. Semoga harimu menyenangkan :)
21.10.2018
15 notes
·
View notes
Text
Bye-bye
Path resmi pamit hari ini. Yang namanya perpisahan memang selalu menyedihkan. Apalagi untuk seseorang seperti saya, yang sangat sensitif terhadap kata itu (pisah). Ketika yang lain sibuk mem-backup segala sesuatunya (re:kenangan), saya hanya bisa tersenyum. Karena memang di sana tidak ada foto ataupun video yang bisa disebut benar-benar "kenangan" :)
Karena bagi saya, Path, kenangannya bukan terletak pada foto/video. Tapi lebih kepada aktivitas di sana, interaksi di kolom comment. Iya, kenangan saya terletak di situ. Yang mungkin, menurutnya adalah hal yang biasa, tapi tidak bagi saya. Terima kasih path, turut mewarnai cerita saya :)
1 note
·
View note
Text
Mungkin, jalannya memang harus seperti ini. Mungkin...
1 note
·
View note
Text
MASALAH
Setelah dipikirkan kembali. Ternyata kita tidak benar-benar dekat. Juga tidak terlalu akrab. Bahkan dengan siapapun, diri ini tidak benar-benar akrab oleh siapapun. Akhir-akhir ini rasanya hidup seperti dibiarkan mengalir. Memang, tetap ada yang diperjuangkan, namun saat ini, tidak seperti dulu. Dulu sekali.
Di tengah masalah jati diri ini, sepertinya belum mengenali sepenuhnya. Apakah diri ini extrovert? Tapi aku tak begitu kenal banyak orang, pun tak mudah akrab dengan suasana baru. Apakah mungkin introvert? Aku tak merasa ada orang yang menganggap diri ini merupakan bagian terpenting dalam hidupnya, bahkan dalam lingkungan terkecil, teman-teman terdekat.
Kalau begitu, aku ini makhluk jenis apa? Yang mana? Sepertinya saat ini, hidup, dipusingkan dengan masalah definisi seperti itu.
Ah, yang kutahu aku hanya perlu menghadapi masalah. Bukan untuk mengatasinya.
13102018
0 notes
Text
...
Kamu. Sedang menaruh hati kepada siapa. Aku penasaran.
4 notes
·
View notes
Text
Laa hawlaa wa laa quwwata illa billaah...
Ya Allah tolong mampukan.
Ya Allah tolong cukupkan.
0 notes
Text
Berkorban
Hal yang membuat kesedihan hari ini; ketika melihat seseorang rela berkorban untuk kita, di satu sisi kita hanya berdiam diri melihatnya :(
0 notes
Text
Jangan Takut
Pernahkah kalian merasakan sebuah perasaan yang mungkin datang tiba-tiba. Maksudku engkau baru mengenalnya sekian detik, namun terasa bertahun-tahun lamanya?
Agaknya rasa memang seperti itu. Tak selalu menunggu waktu untuk mengungkapkan segalanya. Terkadang getaran hati itu hanya membutuhkan sekian waktu saja untuk membuatmu jatuh. Maksudku jatuh hati. Jatuh cinta.
Kamu, jangan ragu. Ambil cintamu. Bisa jadi ia adalah orang yang semenit lalu kamu kenal. Orang yang beberapa hari lalu mencoba mengungkapkan dirinya, membuka dirinya. Jangan takut.
@adhaadit | Cimahi, 26 Agustus 2018
1 note
·
View note
Text
Rindu Menulis
Hallo tumblr, lama tak jumpa. Tak kusangka waktunya datang juga. Rindu menulis, rindu membaca. Rindu menulis, kemudian pusing memikirikan tulisan yang setidaknya memiliki sedikit makna. Rindu membaca, menunggu tulisan-tulisan yang tidak ada jadwalnya kapan bisa dibaca. Agaknya menulis dan membaca benar-benar merupakan refleksi dari apa yang dirasakan dalam hati.
Ya, akhir-akhir ini segala luapan emosi -apapuk bentuknya- tercurahkan lewat tindakan. Tidak seperti biasanya, terpendam dalam hati; yang akhirnya berbuah tulisan. Tumblr, aku rindu. Rindu menulis; tentang apapun itu. Tentang kehidupan. Tentang perasaan. Tentang cinta.
1 note
·
View note
Text
Aku berterima kasih pada jarak, juga waktu. Karenanya, rindu ada. Rindu untuk menanti. Rindu untuk berjumpa. Oya, aku rindu.
@adhaadit
0 notes
Text
Lembaran Baru: Sebuah Analogi
"Memulai hal baru bukanlah pilihan yang salah..."
Kalimat pembuka obrolan sore hari dengan seorang kawan yang entah kenapa tiba-tiba mengajakku bertemu, menemuiku di sesi olahraga. Katanya ada hal penting yang ingin dibicarakan. Yang ingin dia bagikan. Entahlah ke mana arah tujuan pembicaraannya, aku tidak bisa menerka-nerka.
Hari itu, di sabtu sore yang cerah. Matahari mulai turun tergelincir ke arah barat, perlahan. Panasnya tak semenyengat tadi siang, namun cukup membuat berkeringat. Sedikit tiupan angin membuat kesejukan tersendiri ketika menerpa badanku yang terbalut oleh kaos khusus olahraga. Nyaman sekali.
Ia pun mulai membicarakan -yang katanya- hal penting dan harus diceritakan padaku. Entah mengapa aku merasa auranya begitu bersemangat. Terpancar dari gestur tubuh dan mimik di wajahnya. Aku tentu senang melihatnya, pasti ada hal baik yang ingin dia sampaikan.
"Aku tidak jadi berangkat interview, di perusahaan itu."
Seketika aku pun terkaget oleh yang diucapkannya. Mengapa bisa demikian. Karena yang kutahu ia bagaikan terobsesi dengan pekerjaan itu, bahkan sejak hari pertama aku mengenalnya. Beberapa hari yang lalu kesempatan itu ada di depan mata dan dia melepaskannya begitu saja.
"Aku tahu ini keputusan yang sulit dan sangat membingungkan. Namun setelah dipikir-pikir, aku punya hal lain yang kurasa lebih baik untukku."
Ternyata, ia tertarik pada suatu usaha. Iya, alasannya menolak interview adalah karena ia ingin fokus pada sebuah usaha itu. Sangat menjanjikan katanya, setelah ia mencobanya beberapa minggu yang lalu. Memang hasilnya tidak seberapa untuk sekarang, tapi kemudian hari akan sangat baik, katanya dengan sangat meyakinkan.
"Memulai hal baru bukanlah pilihan yang salah..." kalimat di awal pembicaraan tadi kembali ia katakan namun berkelanjutan, "...karena terkadang kejutan-kejutan muncul dari celah tersebut, yang membuat kita teryakinkan. Memutarbalikkan presepsi yang selama ini kita pegang. Kita hanya belum mencobanya saja, kawan. Percayalah."
Aku pun terkagum oleh semangatnya yang begitu besar akan hal tersebut. Betapa bangganya diriku memiliki seorang kawan yang berani mengambil resiko besar seperti itu. Melepaskan apa yang selama ini ia kejar dan cita-citakan.
"Lembaran baru," lanjutnya berbicara sambil menepuk pundakku, "kamu pun bisa memulai itu, kawan." Kemudian ia mengedipkan sebelah matanya kepadaku.
Aku pun terdiam. Kukira aku tahu apa yang ia maksudkan. Aku pun tersenyum, merelakan wajahku untuk diterpa angin yang berhembus melewatiku. "Mungkin hal itu," ucapku dalam hati, "sedang aku lakukan sekarang."
@adhaadit | Cikarang, 6 Juli 2018
0 notes
Text
Allahumma inni astakhiruka bi ‘ilmik...
Ya Allah, sesungguhnya aku beristikhoroh pada-Mu dengan ilmu-Mu.
0 notes
Text
Harusnya dengan mengetahui bahwa kematian pasti datang -kapanpun, di manapun, dan bagaimanapun- cukup membuat kita untuk menjaga lisan, perbuatan, dan amalan.
@adhaadit
0 notes
Text
Untungnya di dunia kita yang terbatas dan berbatas ini, Allah tidak hanya menilai diri kita dari hasil, melainkan juga proses yang dilewati.
Kemenangan adalah mereka yang tetap rendah hati di kala pencapaian begitu tingginya, menghargai dan memahami sebuah perjuangan. Kekalahan hanya terjadi ketika diri tidak bisa mengambil pelajaran dari sebuah perjuangan yang mungkin bukan hak kita di sana.
Biasanya kita menyebutnya dengan kata bersabar dan bersyukur.
@adhaadit | Cirebon, 29 Juni 2018
1 note
·
View note
Photo
HARI INI
Hari ini, kita akan belajar lebih mensyukuri kehidupan. Tentang hal-hal yang telah dimiliki di mana belum tentu orang lain bisa menikmati, untuk tidak menyia-nyiakannya. Tentang rejeki-rejeki yang diberi tanpa kita minta setiap hari, untuk tidak lupa mensyukurinya.
Hari ini, kita akan belajar lebih memaknai kehidupan. Tentang peran hidup kita yang telah diberikan; dari mana kita berasal, untuk apa kita hidup, dan ke mana kita setelah mati. Agar paham bahwa hidup bukan hanya tentang diri sendiri, tapi ada tanggung jawab dan bermanfaat bagi kehidupan yang lain.
Hari ini, kita akan belajar lebih bersabar menghadapi kehidupan. Tentang keinginan-keinginan yang belum tercapai, karena semuanya sudah Allah takar. Tentang untuk tidak khawatir terhadap hal yang sudah pasti; semisal jodoh dan rejeki. Tentang sesuatu yang harusnya kita sangat khawatirkan; semisal amalan dan ke mana kita berlabuh nanti sesudah mati.
Mulai hari ini, kita akan menjadi lebih baik lagi. Lebih berdoa lagi. Lebih bermanfaat lagi. Lebih belajar lagi, terutama dari kedua orang ini. Ya Allah berikanlah surga tertinggi untuk mereka. Aamiin.
1. Ali Banat. Pemuda kaya Australia yang mendonasikan seluruh kekayaannya dan membuat project MATW (Muslim Around The World) @matw_project setelah didagnosis kanker seluruh tubuhnya dan hidupnya tidak lama lagi.
2. Razan Najjar. Seorang perawat Palestina yang tertembak (ditembak) jantungnya oleh sniper Zionis saat mencoba menyelamatkan demonstran yang terluka.
@adhaadit | Cikarang, 3 Juni 2018
1 note
·
View note