Tumgik
adrizaltanjung-blog · 7 years
Text
Temani Aku Sejenak
Sudahlah,, mentari ku mulai senja Lelahku tak kunjung terhenti Sudahlah,, angan ku lelah menerka Mimpiku tak kunjung pagi Aku tak mengapa di tikam rinduku, Aku tak ragu dihantui bayangan itu, Yang aku ingin hanya sesaat bersandar, Sampai perlahan aku akan mulai memudar,, Jika hati mu tetap membenci ku Jangan hilangkan indah kisah kita Meski tak ada yang perlu kau kenang Izinkan aku sejenak dipelukan mu Berbagi cerita, bercanda dan tertawa Hingga senyum mu temani aku pulang AN2Z.
0 notes
adrizaltanjung-blog · 8 years
Text
Ketika doa jadi pengharapan terakhir
Aku tak tau alasan tuhan menunda semua rencana ku. Aku pun tak mengerti perihal rindu yang tak kunjung usai itu. Hanya yang aku tau rasa sakit ini tak kunjung usai, seolah semakin perih jika aku menelusurinya. Aku tak tau balasan apa yang akan tuhan berikan atas doa ku. Aku pun tak mengerti aku bisa di titik serendah ini. Hanya yang aku pahami tuhan akan menjawab semua pada saat yang tepat. aku tak pernah mengotak-atik doa ku untuk nya. Aku tak pernah mengganti alasan ku untuk bersama nya. Selalu pada maksud dan tujuan yang sama. Perihal judul kerinduan yang tak kunjung bertuan. Disaat seperti ini, dimana sisa-sisa harapan akan menjadi debu. Aku tak kunjung berhenti bercerita pada Mu tuhan. Hingga langit Mu akan membenci ku sekali pun doa ku tak akan berubah. Aku tau hanya Kau pelabuhan cinta yang hakiki. Namun segenggam harap masih terdengar lirih akan ijabah Mu Tuhan.
0 notes
adrizaltanjung-blog · 8 years
Text
Pembual Kecil
Aku adalah kesedihan,, aku adalah kepedihan,, aku adalah derita,, dan aku adalah nestapa,, semua itu karena aku menggilai dengan sangat seorang yang akan menjadi sajak dalam puisi kegagalanku. Aku terpaku, aku membisu, aku terdiam, bukan berarti aku tak ada. Aku adalah pemimpi, aku adalah penghayal dan kau adalah pengharapanku. Aku tertindih oleh takdir yang menghantam ku dengan keras, menghujamkan pedang kegelapanya tepat menghunus kehidupan ku. Namun aku tau,, itu adalah kekuasaan tuhan, itu adalah kasih sayang tuhan padaku. Aku tak pernah menyesalinya, sekalipun aku sering bertanya tentang keadilan yang selalu tak pernah berpihak kepadaku. Jauh dari roda hidupku, kau adalah dewi, kau menari seakan tak ada selendang yang akan kau risaukan. Tak akan ada lekukan yang akan kau kacaukan. Sekalipun kau kehilangan panggung, selalu ada sanggar demi sanggar yang akan meminta mu. Bahkan kau tak pernah tau apakah kau benar-benar hilang sandaran, karena selalu ada kursi mahkota menjadi tempat kau duduk bertahta disana. Sedangkan aku hanya pembual kecil yang menaruh rasa harap yang teramat sangat untuk memiliki singgasana tersebut, memimpikan kereta kencana untuk menjemputmu dan masih berkhayal memiliki kursi tersebut agar kau dapat bertahta dengan megah di sanggar ku. AN2Z.
0 notes
adrizaltanjung-blog · 8 years
Text
Aku
Aku menutup hati dari cinta yang lain demi cinta yang kini nyaris tak akan pernah ku miliki lagi. Keteguhan ku terguncang dengan cara mu menuju hari kebahagiaan mu. Namun, tak sulit bagiku menggenggam erat cerita yang pernah kau tuliskan. Tak pernah mudah meluluhkan hati yang pernah sangat-sangat mencinta namun dengan mudah terluka terus-menerus. Aku terbaring seakan mati demi keutuhan hati akan cinta yang suci. Aku seakan terperangkap dalam magis masa lalu kita. Memang tak ada yang bisa aku banggakan dari diri ini, belum ada yang bisa aku raih, namun sampai titik itu akan akan memperjuangkan isi hati yang selalu tertuju padamu. Semakin aku mengingatmu semakin aku membunuh diriku secara perlahan. Namun aku tak pernah bisa keluar dari lingkaran ini. Kau datang di setiap saat di hidupku, seakan malam pun terasa tak lengkap tanpa memeluk hangat bayangan mu. Bahkan tuhan pun tau kau selalu ada dalam hari-hari ku. Aku seperti gila, aku berbicara sendiri sembari tertawa kecil memimpikan mu. Aku berjuang untuk seorang yang kini hanya ada dalam khayalku. Aku lelah, aku resah, namun aku sadar siapa aku. Namun untuk membuka hati demi yang lain, sungguh aku tak bisa. Biarkan aku menanti, menanti cerita yang tak akan ku temui suatu hari nanti.
0 notes
adrizaltanjung-blog · 8 years
Text
Suara Itu
Tak penat aku mengisi hari dengan kesibukan. Tak berhenti aku berbagi canda tawa untuk mengisi kekosongan waktu. Aku tak mau termenung sendiri atas rasa yang masih erat ku dekap. Dibalik kesibukan itu, ada sesuatu hal yang ingin segera aku lupakan. Namun semakin aku berusaha menghapusnya, jejak itu semakin nyata mengganggu ketenangan ku. Suara lembut itu senantiasa selalu menggema menyapa ku dengan indah. Keinginan ku yang keras untuk selalu bersamamu membuat ku seringkali berhalusinasi akan hadir mu yang terasa selalu ada. Ku rasa kau begitu nyata, membisikan kata-kata cinta yang dulu seringkali kau ucap. Terkadang aku seperti orang gila yang tersenyum sendiri mengingat kisah kita. Tingkah mu yang lucu serta bualan mu yang membuat ku tertawa terpingkal-pingkal tak pernah hilang dalam memoriku. Aku merasa kau begitu dekat, meskipun selangkah lagi kau akan menghukum ku dengan kebahagiaan mu. Ingatkah satu kata bualan mu, entah kau sadar mangatakanya atau kau dibawah alam sadarmu? Kau berteriak “laut” dengan lantang waktu kita di atas angkot di kota itu? Kata itu yang membuat ku seakan tak bisa melupakan mu. Kekonyolan masa lalu mu meyakinkan ku untuk selalu menggenggam erat cinta yang pernah kau titipkan. Karena aku ingin menghabiskan sisa hidupku dengan mu, memelukmu erat, tertawa bersama, mengisi waktu dengan kegilaan kita dan aku rindu suara itu.
AN2Z.
0 notes
adrizaltanjung-blog · 8 years
Photo
Tumblr media
0 notes
adrizaltanjung-blog · 8 years
Text
Rasa yang Tak Akan Kau Pahami
Gejolak kegetiran yang senantiasa merasuki sukma jiwa. Serangkaian peristiwa meluluhlantahkan keangkuhan dasar-dasar manusiawi ku. Mengusik keimanan ku menapaki jejak langkah. Seakan menyudutkan ku dalam kegundahan tak bertepi. Meratapi rasa yang kelak juga tak akan kau pahami. Aku seakan berdebu, menggebu menghilangkanya tak sesuai dengan tabiat ku. Kebodohan yang aku anggap sebagai pembenaran hati. Meluapkan segala amarah yang akan menyiksa diri. Menutupku dengan kerisausan yang tak menentu. Akan rasa yang kelak tak akan kau mengerti. Aku bergelut dengan alam, berbagi cerita kepada langit. Aku bertanya pada malam, hingga subuh akan menghanyutkan ku dalam kedinginan. Seketika aku tenang menyambut fajar, namun kau telah lebih dulu pagi. Menuntunku akan rasa yang kelak tak akan kau sadari. Celoteh ku pada angin akan hilalang yang bergerak bebas dalam aturan. Aku terbawa arus tarian jiwa dengan sekejap menggelinding pada putaran roda yang tak kunjung jalan. Berlari ku dalam derasnya badai seakan menyongsong halilintar. Seakan nyawa tetap memberi ku izin terpaku dengan kerinduan. Mencampakan ku dalam rasa yang kelak tak akan pernah kau ingat kembali. AN2Z.
0 notes
adrizaltanjung-blog · 8 years
Text
Edelweiss Romantis
Hanya berbeda satu hari saja antara tanggal jadian kita dengan hari ulang tahun mu. Aku tak mengira sebegitu indahnya dua hari berturut-turut tersebut. Hari itu, aku terkejut dengan nada dering sms yang masuk ke hp ku. Pagi itu sangat berarti bagi hidupku, kau menanyakan perihal cinta yang ku ucapkan seminggu lalu. Aku terdiam sesaat, selepas itu aku bersorak kegirangan tak tau apa yang tengah aku rasakan. Aku pikir, saat itu lah aku merasa sangat bahagia sekali, dan sampai saat ini belum ada yang mampu mengulangi kebahagiaan hari itu. Sehari pun berlalu, aku yang sebelumnya tak tau tanggal lahir mu kaget bukan main, ternyata sehari setelah jadian tersebut adalah tanggal kelahiranmu. Aku pusing, aku tak tau mesti harus memberi mu kado apa. Aku berfikir dan terus berfikir mencari kado yang kuharapkan selalu kau ingat. Tiba-tiba saja muncul ide gila di benak ku yang ku utarakan kepada mu, aku bilang kadonya pending dulu, yang jelas hari ini HBD buat kamu. Lima hari telah berlalu, tiba saatnya aku melakukan niat ku yang terpendam. Aku melangkahkan kaki ku untuk mendaki gunung bersama teman-teman ku. Hari senin pertama setelah jadian, adalah moment istimewa dalam hidup ku. Dengan tubuh gemetaran, aku beranikan diri menemui mu. Aku yang kaku dan terlihat lugu memberikan setangkai edelweiss sebagai kado ulang tahun mu. Sehabis itu, aku langsung pergi dengan detak jantung yang masih tak menentu. Masih menerka-nerka apakah kau suka dengan bunga itu. Dari kejauhan aku terus memperhatikan mu, ternyata raut wajahmu tak bisa membohongi bahwa kau suka dengan kado tersebut, kado tanpa bingkisan, kado tanpa tulisan, sangat berkesan dan semoga masih kau simpan. Walaupun bunganya sudah memudar, tangkainya sudah menghilang akan tetapi semoga cerita itu masih kau kenang. Bunga yang melambangkan keabadian, seperti cinta ku pada mu yang tak pernah padam. AN2Z
2 notes · View notes
adrizaltanjung-blog · 8 years
Text
Hujan di Senja Itu
Kita sering melakukan kegilaan yang teramat konyol. Bahkan tertawapun jadi bahan untuk saling melempar kekonyolan dalam diri. Tak ada yang mampu menghalangi kebahagiaan kita dalam kehidupan yang setidaknya butuh sedikit kebodohan. Masih membekas jelas dibenak ku, suatu sore yang teramat indah tersebut, tiba-tiba saja hujan turun membasuh segala kegundahan hati yang saat itu kita dalam posisi saling menyalahkan. Kau berlari dibawah rintik-rintik hujan di sore yang cerah itu, sedangkan aku berjalan mempercepat langkah menyusul mu. Aku berteriak supaya kau berhenti, tetap saja teriak ku sengaja kau tulikan, kau terus berlari dan begitu pun aku persis selalu sama. Hingga akhirnya kau berhenti dan menoleh kebelakang, menatapku dengan rasa takut mu yang selalu aku rindukan itu. Kau terdiam, kedua tanganmu terlihat kaku, kau tampak kedinginan, namun kau bertambah cantik dengan tampang mati gaya tersebut. Aku mengatakan perihal bodoh yang senantiasa akan kau ingat selalu. Selepas senja kau bergegas pergi meninggalkan ku dalam kegetiran hati yang takut akan kehilanganmu. Hujan di senja itu akan selalu mengingatkan ku betapa kuatnya kita dahulu.
0 notes
adrizaltanjung-blog · 8 years
Text
Ini belum berakhir
Aku bahkan tak tau dari mana aku harus memulainya. Bukan sajak-sajak indah, bukan juga barisan kata-kata puisi para pujangga. Tetapi ini adalah coretan dinding akan sebuah pengharapan yang sebentar lagi mungkin musnah. Aku berjalan diatas dunia ini, diiringi dengan langkah yang kokoh, begitupun keangkuhanku mengawali keluh kesah ini. Aku terlahir dari keluarga yang sederhana, jauh dari kata kaya tetapi alhamdulillah masih bisa merasakan nikmat yang Maha Kuasa. Singkat cerita, aku mencintai seorang wanita dari latar belakang terpandang, aku begitu dalam mencintainya, sehingga membuatku hanya punya satu tujuan, yaitu agar bisa menghabiskan sisa hidupku denganya, menjalin hubungan yang serius, lanjut ke jenjang pernikahan yang di ridhai-Nya, menjalin keluarga yang samawa, dan mempunyai keturunan yang shaleh dan shaleha, harapku. Dia adalah wanita pertama yang menemani masa-masa remajaku yang teramat indah. Dia adalah pacar pertamaku dan aku selalu berdoa kepada tuhan agar dia pun jadi pelabuhan kasih sayangku yang terakhir. Dia yang mengukir cinta, menorehkan rasa yang tak akan terganti, dan melukis cerita yang teramat dalam dan berkesan. Karena kesalahan dan hidupku, dia pergi meninggalkan ku dalam rindu yang sama sampai saat ini. Aku tak pernah sakit hati denganya, dengan perkataanya yang sampai saat ini masih aku jadikan motivasi agar aku bisa berkeluarga denganya. Akan tetapi apalah dayaku, jika latar belakang keluarga adalah hambatan baginya, apalah daya ku jika materi yang melimpah yang diinginkanya, apalah dayaku yang harus berjuang dari nol untuk hidupku. Aku bukan puncak yang bisa langsung di nikmati keindahanya. Aku harus melangkah step by step, mengalahkan segala halang rintang, bahkan harus terluka demi puncak yang masih dalam khayalku. Sampai tiba saatnya kini, aku menggigil, aku meronta pada dunia, mendengar wanita yang selalu aku semogakan, yang selalu aku impikan, aku nantikan akan dipersunting orang lain. Aku layu, aku jatuh, aku rapuh bahkan aku tak dapat berkata apa-apa selain doa agar aku yang akan mendampinginya. Aku, sampai kapanpun akan menyimpan rasa untuknya, aku ingin membahagiakanya dalam hidup bersamanya. Tuhan, aku ingin bercerita pada Mu tentang kepedihan hatiku, aku tau Kau yakin bahwa aku sanggup melaluinya, tapi aku sudah teramat lelah, aku sudah teramat malu, aku sudah hilang kendali akan hidupku. Tuhan, haruskah aku merelakanya? Aku tak kuasa membendung deras air mata yang membasahi qalbu ku. Tuhan, sudahlah sudah teramat panjang bagiku untuk semuanya, sudah teramat lelah aku untuk menahanya. Pinta ku hanya satu, jangan lah Kau getarkan hati ku setiap melihat dan mendengarnya, jangan lah kau getirkan aku dengan cerita tentangnya, dan hilangkan lah rasa ini bila dia memang bukan jodohku.. Ini bukan akhir, ini akan jadi motivasi untuk terus mengejarnya..
0 notes
adrizaltanjung-blog · 8 years
Text
Tak sekuat itu
Sampai kapankah diriku sanggup bertahan, Merelakan dirimu lepaskan cintamu, Aku yang menunggu tertatih dalam resah jiwaku..
Dulu kau bilang diriku malaikat pelindungmu, Dulu kau puji diriku bertahta dihatimu, Seakan dunia milik kita berdua..
Hingga tiba saatnya kau jauh melangkah, Meninggalkan ku dalam khayalan inginku, Terpaku diri akan indah cerita kita..
Ingin ku teriak, ingin ku meronta pada dunia, Kau tinggalkanku yang selalu mengharapkanmu, Tertutup waktu bagi ku untuk buktikan kepadamu..
Semudah itu kau hapus cinta yang selalu ada, Kau gelapkan bahagiaku, kau hujankan ceriaku, Tiada pelangi bagi ku, seakan tak berharga hidupku..
Merelakanmu, aku tak sekuat itu Meninggalkaku, semudah itu bagimu..
1 note · View note
adrizaltanjung-blog · 8 years
Text
Seutas Rindu yang belum (Tidak) Usai
Rindu, selarut malam yang tak kunjung terang, menantikan akan fajar menjelang, terpaku akan kuasa alam yang ditentramkan dari kebisingan. Bulan tak kunjung menjelang, sedangkan bintang seperti enggan datang, hanya angin bertiup tulus mengusik rasa kesendirian akan rindu yang masih tertahan. Tenang, ya kata itu yang tak ku dapati, ingin rasanya bersorak meluapkan kegetiran untuk mengusir semua kegundahan. Rindu, menjelang aku menghilang dalam keheningan. Aku ingin menasbihkan mu sebagai mahkota jiwa yang tak kunjung usai, bahkan tak bisa usai. Menautkan mu dengan perasaan adalah kesalahan terbesar dari anugrah ilahi. Mencampakan ku dalam kondisi porak poranda keharmonisan hati. Rindu, masih adalah setitik kata itu di hatinya? Bahkan aku sendiri tak meyakini itu. Selepas cinta yang harus tenggelam, setelah kasih yang kau padamkan, sampai saat ini aku masih menyimpan seutas rindu untuk mu. Aku hilang arah, aku hilang kendali, aku hilang semangat hidup, karena kau redupkan api cinta yang ingin selalu ku jaga. Aku lepas genggaman erat yang ingin kuperjuangan di atas kerinduan. Rindu, masih pantaskah kau untuk ku nantikan? Ya, seakan itu tak pernah bisa hilang dari ingatan. Kenangan indah yang telah kau goreskan, tak akan bisa ku musnahkan. Seakan tak bisa tergantikan, rasa ini masih seperti dulu bahkan lebih. Kau selalu menggebu dalam setiap perjalanan cinta yang teramat singkat akan hubungan dan teramat panjang di atas penantian. Rindu, tuhan pun tau aku selalu merindukanmu, menitipkan doa kepada Nya di atas kerinduan ku kepada mu adalah cara ku untuk mengingatmu. Semesta juga tau perihal nama nya yang selalu dalam lantunan kata-kata indah yang tersirat dalam bisikan akan kerinduan. Tuhan,, aku titip rindu untuk nya, aku titipkan semoga tertautkan dalam lauhul mahfudz akan kuasa yang tak akan pernah hilang. Seutas rindu yang belum (tidak perrnah) usai, semoga terjaga dalam naungan ilahi yang akan menjadi keindahan, semoga saja.
0 notes