Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Saat hunting stroller kemarin, sebenarnya saya yang menyetir lho dengan kondisi hamil 37 minggu. Hihi maklum, suami tersayang belum bisa menyetir.
Sebenarnya orang tua saya agak khawatir mengizinkan saya menyetir. Tapi berhubung kemarin kami akan mampir ke beberapa tempat dan agak ribet kalau harus naik taksi online, saya kembali meyakinkan orang tua kalau saya dalam kondisi prima untuk menyetir.
Salah satu tempat yang kami tuju kemarin sebenarnya mencari tempat kursus menyetir. Mumpung suami sudah full di rumah dan ia merasa memang sudah saatnya ia yang berganti peran duduk di kursi setir.
Tapi sayangnya, tempat kursus yang kami tuju kemarin tutup. Kami pun mencatat nomor ponsel kursus tersebut dan ternyata kami mengetahui bahwa instrukturnya sedang pulang kampung dan baru bisa mengajar beberapa hari ke depan.
Lantas, upaya suami untuk belajar menyetir ini rupanya kuat sekali. Biar ia bisa diandalkan ketika hari H persalinan nanti tiba alasannya. Lalu suami pun browsing tempat kursus menyetir lainnya. Alhamdulillah, ternyata ada tempat kursus yang lebih dekat dari komplek rumah.
Pagi ini ia semangat mengayuh sepeda sendirian ke tempat kursus dan langsung mendaftar ikut latihan saat itu juga walau harus menunggu dahulu sekitar satu jam di loket pendaftaran.
Hihi dalam waktu menunggu satu jam itu dia sempat mampir ke baby shop juga lho di dekat sana dan tidak malu bertanya-tanya sendirian soal stroller bayi yang akhirnya menjadi tugasnya untuk membeli barang tersebut. Hehehe...
Akhirnya ia kembali ke tempat kursus dan memulai latihan menyetir perdananya dalam sejam. Saat kembali ke rumah, saya berikan kecupan karena terharu akan inisiatifnya belajar menyetir dan juga mencari stroller. Hehehe...
0 notes
Text
Mempunyai stroller sepertinya menjadi salah satu barang yang wajib diburu bagi sebagian calon ibu baru untuk menyambut kelahiran bayinya, begitu juga saya.
Dengan bermodal tips yang dibaca di IG, saya mempelajari kriteria stroller yang akan dibeli. Jauh-jauh hari pun saya sudah bicarakan kriteria ini ke suami melalui telepon saat kami masih LDM. Suami waktu itu belum dapat membayangkan dengan jelas jadi ia hanya mengiyakan saja dan berpesan bahwa pembelian stroller harus bersama dia. Saya sempat mengirimkan beberapa demo stroller yang saya incar, tapi kemudian diketahui suami tidak membuka link nya karena tidak bisa terbaca di HP nya.
Dengan suami sekarang sudah stand by di rumah, hari ini kami berencana pergi berburu stroller ke dua baby shop di daerah BSD.
Sampai di baby shop pertama, bertanya banyak kepada pegawai toko dan mencoba berbagai stroller, tidak ada model yang sesuai dengan kriteria dan juga target budget yang kami punya. Tapi setelah menimbang, akhirnya ada stroller yang lumayan kami sukai dengan harga sesuai budget tapi beberapa kriteria tidak terpenuhi. Lalu kami pergi ke toko kedua. Dari hasil hunting, ada stroller yang suami suka desainnya tapi beberapa kriteria tidak terpenuhi lagi.
Karena sumber dana berasal dari suami, jadi saya percayakan saja keputusan stroller mana yang akan dibeli padanya. Lalu akhirnya setelah berkutat dengan pemikirannya dan diskusi berdua, akhirnya suami memutuskan untuk membeli stroller yang lumayan kami sukai di toko pertama. Tapi kami memutuskan untuk kembali esok atau lusa dan segera pulang karena sudah terlalu sore.
Sesampainya di rumah, saya dan suami langsung browsing kembali merek stroller dengan kriteria yang kami setujui. Tak lupa, kami juga cek demo strollernya di Youtube agar secara visual, kami puas bisa melihat plus-minus-nya. Tapi akhirnya saya pusing sendiri memikirkan hal ini karena terpatok pada kriteria yang dipunya. Lalu akhirnya saya kembalikan keputusan penuh membeli stroller kepada suami saja.
Setidaknya dengan pergi ke toko dan melihat langsung demo plus-minus suatu stroller, suami sudah dapat mempelajari kriteria stroller yang akan dibeli nanti.
0 notes
Text
Mumpung sedang santai dengan suami di rumah, hari ini saya iseng menunjukkan video perineum massage ke suami dan saya katakan kepadanya pijat ini bisa mempermudah proses persalinan. Hihi mohon maaf ya jika ada yang tidak berkenan dengan pembahasan saya kali ini.
Sebenarnya, saya takut meminta suami melakukan ini karena jujur saja, membayangkan jari suami masuk ke daerah itu dan melakukan pijatan yang belum tentu benar sangat mengerikan.
Lalu saya tanyakan pendapatnya jika ia melakukan hal tersebut dan juga saya ungkapkan ketakutan saya.
Ternyata setelah melihat sekilas video tersebut dan karena suami sedang dalam kondisi mood kejantanannya yang naik, dia langsung antusias memperhatikan dengan baik.
Tapi berhubung bahasa Inggrisnya kurang baik, dia kurang mengerti dengan penjelasan video tersebut. Lalu kami menemukan video dari bidan Yesie dengan penjelasan yang mudah.
Kami pun akhirnya memutuskan untuk melakukannya. Ada perasaan perih luar biasa yang saya rasakan, tapi suami yang sudah memperhatikan video tersebut dengan baik, langsung menirukan bidan Yesie untuk rileks menikmati prosesnya. Ia mengingatkan kalau nanti kakak bayi keluar, prosesnya bisa lebih sakit dari ini, jadi ini merupakan suatu latihan sekaligus ikhtiar agar prosesnya lebih lancar.
Ah, saya jadi bersyukur mendengar ucapannya yang menyemangati saya.
0 notes
Text
Alhamdulillah, suami sudah kembali ke Serpong kemarin. Jauh hari sebelum ia pulang, saya sudah menyusun beberapa agenda selama ia di sini. Maklum, suami suka bosan jika terus di rumah.
Sebenarnya hari ini saya sudah mendaftarkan diri bersama suami mengikuti beberapa majelis ilmu yang tidak berbayar, tapi takut suami kecapekan karena perjalanan jauh, saya tidak yakin kami bisa hadir. Ternyata memang benar hari ini kami menghabiskan waktu di rumah saja.
Saat santai, saya menceritakan workshop menghafal hadits dengan gerakan yang saya ikuti. Kemudian saya praktekkan di depan dia salah satu gerakan hadits yang saya hapal. Saya ceritakan padanya bahwa alasan saya belajar 25 hadits pendek di workshop tersebut supaya anak kami nanti lebih mudah menghafalkan hadits dengan metode gerakan. Kemudian, saya ulangi gerakan tersebug dan suami dengan spontan mengikuti gerakan hadits tersebut dengan imutnya. Mungkin benar suami memang tipe pembelajar kinestetik.
0 notes
Text
Setelah 2 bulanan mengantri senam hamil di suatu rumah sakit, akhirnya hari ini tiba!
Agenda mengikuti senam hamil memang sudah dijadikan salah satu to-do-list di trisemester 3. Namun apa daya, kapasitas peserta di RS terdekat ini sudah penuh hingga akhirnya mendapat giliran di hari ini.
Belajar senam hamil sebenarnya sudah dilakukan otodidak melalui Youtube, tapi karena penasaran bagaimana rasanya belajar langsung dari instruktur yang berpengalaman dan ada kemungkinan nanti gerakan yang sudah saya pelajari sendiri akan dibetulkan posisinya oleh sang instruktur.
Alhamdulillah, setelah mengikuti kelas senam hamil barusan, saya puas sekali.
Mungkin benar kali ya saya itu tipe pembelajar kinestetik, yang baru puas belajar ketika bisa mengakses segala jenis gerak dan aktivitas tubuh. Hmm… Tapi kan saya lebih butuh konfirmasi atas apa yang telah saya pelajari secara visual yaa…
0 notes
Text
Sebagai calon ibu baru, saya tidak yakin bisa langsung menafsirkan berbagai arti tangisan bayi.
Walau sudah ada beberapa artikel yang menerjemahkan tangisan bayi, saya tidak terlalu yakin hal tersebut berlaku pada setiap bayi.
Dari pada nanti frustasi sendiri tidak mengerti si bayi menangis terus, jadi saya antisipasi dengan mulai mempelajari baby sign language (BSL) dari sekarang. Sekalian, agar saya dapat berkomunikasi dengan lebih baik dengan si bayi dari sedini mungkin.
Saya sudah mengunduh aplikasi kamus basic BSL, tapi kosakatanya terbatas. Jadi, hari ini saya mencoba mencari kata baru di Pinterest.

Tapi ternyata, kalau belajar dari still image begini, sayanya takut salah mempraktekkan gerakannya. Jadi, akhirnya mencari-cari lagi referensi di Youtube. Memang sepertinya saya adalah pembelajar visual ya.
0 notes
Text
Kalau melihat hasil tes MBTI yang dihubungkan dengan gaya belajar, ternyata saya juga setipe dengan suami yang kinestetik. Hmm... Iya sih, kembali lagi pada pemikiran transfer ilmu lebih cepat jika dipraktekkan langsung saat proses belajar.
Saya juga setuju pada pernyataan dari laman tersebut yang mengatakan bahwa saya menyukai pembelajaran yang to-the-point, jelas, dan penuh dengan contoh realistis.
Tapi toh kalau dibilang saya pembelajar kinestetik, saya sudah merasa cukup dengan cara belajar visual.

Membaca dan bisa mengilustrasikan kembali ilmu tersebut bagi saya sudah cukup, walau kadang harus mengkases Youtube juga sih untuk memperjelas hal-hal yang sifatnya teknis.
0 notes
Text
Setelah menilik kembali gaya belajar suami, saya merasa suami lebih ke tipe visual-kinestetik yang mana ia harus melihat secara fokus dan mempraktekkannya langsung.
Kemudian, saat saya mengecek dengan hasil tes MBTI di laman ini, ternyata suami lebih cenderung pada gaya belajar kinestetik.
Transfer ilmu lebih cepat jika suami mempraktekkan pembelajaran langsung dengan instruksi logis yang jelas dan harus dirangsang dengan pemecahan masalah. Dan ternyata, kepribadian suami yang ekstrovert juga harus dihadapkan pada pembelajaran kolaboratif. Hmm.. jadi sepertinya tepat untuk mengajaknya aktif mengikuti berbagai seminar parenting. Tapi tidak semua seminar parenting dipraktekkan saat acara, kebanyakan hanya duduk dan mendengarkan saja.
Tapi setelah melihat piramida terbalik ini,

saya jadi menyadari kembali bahwa memang dengan berpartisipasi aktif atau mempraktekkan langsung, kita bisa dengan lebih mudah mengingat. Jadi, mungkin setelah mendapatkan ilmu di seminar, langsung segera beri ruang kepada suami untuk segera mempraktekkannya langsung dalam kehidupan sehari-hari.
0 notes
Text

Kalau melihat kembali suami saya yang dulu susah disuruh membaca buku persiapan melahirkan, saya pikir suami bukanlah tipe pembelajar visual. Tapi ketika saya memintanya menyimak saya yang membacakan buku tersebut, saya mengira suami adalah pembelajar auditori.
Terkadang, saya sedikit meragukan gaya belajar auditorinya karena ekspresi suami yang kebanyakan hanya ber-hmm-ria. Seperti terkesan hanya masuk telinga kanan lalu langsung keluar ke telinga kiri. Memang sih ketika dikonfirmasi ilmunya, sesekali dia bisa mengutarakannya kembali, tapi tidak terdengar antusias. Jadi, untuk meyakinkan saya bahwa suami sudah sepaham dengan saya, saya memintanya turut serta hadir di majelis ilmu dengan harapan “meminjam mulut profesional” alias ia mau mendengarkan kajian orang-orang yang lebih berilmu.
Balik ke Desember lalu, kami mengikuti seminar Ayah ASI dan berbagai kelas persalinan.
Saat mengikuti seminar Ayah ASI, saya melihat suami biasa-biasa saja ekspresinya. Entah materinya dapat diresapi dengan baik atau tidak. Waktu itu saya tidak langsung mengonfirmasi apa yang ia dapatkan dari seminar tersebut. Tapi ketika kami mampir ke rumah teman, ia menegur temannya yang memberikan ASI dari botol dot dan suami bisa dengan baik menyampaikan apa yang ia lihat dan dengar dari seminar tersebut. Di sini saya menyimpulkan ia adalah pembelajar visual-auditori.
Lalu ketika kami mengikuti kelas teknik persalinan nyaman, saya cukup kaget melihat suami yang antusias melakukan berbagai instruksi sang pemateri. Mulai dari rela-relanya berbaring ikutan merasakan simulasi melahirkan lithotomy di saat bapak-bapak yang lain agak malu-malu mencoba, melakukan pijat endorphin, sampai praktek rebozzo ia lakukan dengan semangat. Setelah saya tanya alasannya, ia merasa senang dengan kelas ini yang full praktek dan pematerinya yang menyampaikan ilmu dengan baik. Sampai sini, saya merasa ia juga memiliki gaya belajar kinestetik.
Nah loh, saya bingung! Supaya penasaran, analisis terhadap suami ini dilanjutkan ke tulisan besok ya. Berhubung sayanya juga sudah mengantuk ketika menyetor tulisan ini hehehe.
0 notes
Photo

Alhamdulillah ‘ala kulli haal… saat ini sudah memasuki game level 4 di kelas Bunsay. Bulan ini tantangannya adalah mengamati gaya belajar anak. Karena si anak masih dalam progress beberapa minggu lagi, jadi mari amati gaya belajar sendiri dan suami.
Kebetulan saat ini saya dan suami lagi asyik-asyiknya belajar menyelami ilmu parenting dan menyusun visi-misi keluarga. Nah, materi kali ini pas sekali untuk memahami gaya belajar kami supaya saat sinkronisasi gaya parenting yang akan diadopsi, kami benar-benar saling bisa mentransfer ilmu dengan baik dan bisa membentuk home team yang hebat.
Saya mengganggap gaya belajar saya dan suami sama-sama cenderung ke audio-visual selama ini, tapi biarlah kami teliti kembali gaya belajar kami dalam tantangan 10 hari ke depan.
Bismillahirrahmanirrahiim, mari kita mulai tantangan ini lillahi ta’ala dengan mengharap keberkahan hidup dari-Nya…
0 notes
Text
Dearest anakku,
Saat ini kita lagi asyik merangkul ikatan lahir dan batin antara kamu dan bunda dulu yaa… ayah sedang berada jauh di pulau seberang berjuang untuk kehidupan kita. Meski berjauhan, ayah dan bunda tetap berusaha untuk terus melakukan bonding mesra dengan kamu.
Kakak suka tidak mendengarkan suara rekaman ayahnya mengaji? Ternyata ketika tantangan 10 hari berlalu, staregi meminta rekaman muratal & hypnobirthing ini berhasil menstimulus ayah lebih sering menelepon kita untuk sekedar membacakan doa dan mengaji bersama. Bunda bahagia sekali merasakan setiap pergerakan kakak di setiap momen tersebut. Rasanya, kakak juga hadir menyimak..
Masyaallah nak, jika keluarga melibatkan Allah dalam setiap sendi kehidupan, semoga bunda dan ayah diijabah ya menjadi orang tua cerdas yang sholeh/ah dan kakak juga menjadi anak yang sholeh/ah, cerdas, dan berguna bagi dunia ini ya nak… Aamiin…

0 notes
Text
Beberapa hari lalu, saat periksa ke dokter kandungan, bu dokter bilang bahwa ada satu lilitan di leher si kakak janin. Dokternya sih berkata seperti itu dengan biasa saja tanpa memvonis saya untuk sc.
Toh, walau ada lilitan pun, bayi juga masih bisa lahir dengan normal asal si ibu bisa menciptakan ruang untuk bayinya dengan bernafas perut, pikir saya menenangkan diri sendiri sambil mengingat pelajaran di kelas persalinan.
Meski demikian, saya ingin mengurangi bahkan meniadakan segala kemungkinan intervensi medis. Jadi berbagai ikhtiar untuk melahirkan normal pun ditempuh. Salah satunya ialah mengikuti kelas prenatal yoga yang dipandu instrukturnya langsung hari ini.

Selain meniatkan untuk ikhtiar lahiran normal, juga diniatkan untuk melatih kecerdasan menghadapi tantangan.
Saya yakin, kita semua sudah dipersiapkan secara alami untuk menjadi pejuang dimulai dari hanya satu sel sperma yang berhasil membuahi telur, hingga berjuangnya bayi terlahir dari rahim ibunya.
Semoga Allah mempermudah upaya saya dan suami dalam melatih daya juang anak sejak sedini mungkin. Aamiin...
0 notes
Text
Kali ini saya ingin mengenali rasa takut terbesar saya ketika persalinan nanti, yaitu...
Iya, saya paling takut jika suami tidak bisa menemani saya menghadapi persalinan pertama kami.
Dahulu, suami bilang bahwa kontrak proyeknya akan selesai di bulan Januari dan ia berjanji akan menemani seluruh proses lahiran. Tapi ketika saya menanyakan progress proyeknya setiap ia menelepon, sepertinya ada kemungkinan kontraknya diperpanjang.
Kalau sudah berbicara seperti itu, saya rasanya ingin menghela nafas panjang saja. Mau bagaimana lagi, suami toh punya tanggung jawab terhadap proyek tersebut. Apalah artinya kelahiran ditemani suami dibandingkan jihadnya suami untuk pembangunan negeri ini ~ hahaha saya sok membesarkan hati sendiri niih. Makanya, saya mulai mempersiapkan emosi dan mental saya jika suami tidak bisa mendampingi.
Lalu malam ini ketika saya tanyakan kalau memang kontrak harus diperpanjang, apa yang akan ia lakukan? Suami saya mantap pada pilihan kalau ia diperbolehkan cuti 3 minggu, ia akan melanjutkan kontraknya, tapi kalau tidak, ia akan memilih resign untuk menemani saya melahirkan.
Duuh, hati saya meleleh ketika mendengarnya... Bagi saya, hal itu sudah cukup menenangkan ketakutan saya bahwa saya tidak akan sendiri menjalani proses ini nanti. Semoga semuanya berjalan sesuai harapan dan lancar ya.. Aamiin
0 notes
Text
Wah, senangnya bisa bergabung dengan IIP itu banyak banget ilmu kehidupan yang di sharing di sini.
Hari ini di grup IIP Tangsel, sesi Jumat hangat diisi dengan sharing MBTI kepanjangannya Myers-Briggs Type Indicator.
Sip, saya langsung klik link ini untuk cari tahu karakteristik saya. Lalu, hasilnya saya screenshot dan kirimkan ke suami. Tak lupa juga minta ia untuk mengisi tes tersebut. Tak disangka, ia bisa langsung mengirimkan hasil tesnya dalam beberapa jam kemudian ~sedikit terharu karena hal ini mengingat ia selalu sibuk.
Jadi dari tes ini, saya mengetahui bahwa saya dan suami hampir memiliki karakteristik yang sama dalam memahami informasi dari luar, menarik kesimpulan dan keputusan, serta pola hidup.

Kami sama-sama bertipe penjelajah, tapi yang membedakan adalah suami lebih ekstrovert sedangkan saya introvert ketika kami berada di tengah-tengah orang.
Dengan mengetahui kepribadian kami, kami harap kami bisa mencapai kebahagiaan kami dengan lebih saling memahami keadaan masing-masing.
0 notes
Text

Mungkin begitu kali ya ekspresi si kakak kalau sudah lahir ketika menirukan ayahnya yang pelupa hehehe...
Masih dalam rangka menagih janjinya suami untuk merekam hipnosis romantisnya, ternyata suami belum sempat membuatkan. Ya sudah deh, dimaklumi saja. Suami kan sibuk nian.
Lalu saya iseng coba mencari hypnobirthing di google apps, eh ternyata ketemu.
Di aplikasi yang saya download, sebenarnya ada 5 sesi hipnosis. Tapi hanya ada 1 sesi yang gratis dan sisanya berbayar. Yah, saya mah sukanya yang gratisan aja deh.
Jadi tadi saya coba dengarkan perdana ketika leyeh-leyeh di sore hari. Eh suara naratornya menenangkan sekali padahal baru sekedar instruksi doang sampai sayanya kepulasan tertidur hehehe...
Sayangnya aplikasi ini harus didengarkan dari awal, tidak ada tombol geser waktu rekamannya seperti di mp3 atau youtube player.
Ya, mungkin malam ini sebelum tidur saya akan coba dengarkan kembali.
0 notes
Text
Kali ini saya mau share project dadakan antara saya dan ibu saya. Yaitu mengadakan pengajian 7 bulanan yang dihadiri ibu-ibu RT.
Kok dadakan? Iya, soalnya sebelumnya saya, ibu saya, dan suami sudah diskusi kapan pengajian untuk calon bayi itu diadakan, apakah ketika 4 bulan atau 7 bulan...
Suami bercerita kalau di Madura, pengajian diadakan ketika usia kandungan sudah 4 bulan karena ketika itu, ruh ditiupkan ke calon bayi. Saat ruh ditiupkan itu, ia ditetapkan 4 perkara yang kita berharap Allah memberikan takdir yang baik - rejeki yang berlimpah, berkah, halalan thayyiban - amal dan nasib yang baik - serta ajal yang husnul khatimah.
Sedangkan kata ibu saya, di lingkungan tempat saya tinggal biasanya pengajian diadakan ketika usia 7 bulan agar bayi dan ibunya selamat atas doa-doa yang dipanjatkan tanpa ada peristiwa khusus, dan hanya berupa pergeseran adat Jawa yang digantikan dengan pengajian saja.
Akhirnya kami bertiga setuju mengadakan pengajian 4 bulanan yang alhamdulillah saat itu 120 hari kandungan saya bertepatan dengan tahun baru Islam.
Maka persiapan ketika pengajian 4 bulanan itu maksimal mulai dari bikin undangan, cetak buku pengajian, pesan nasi kuning, dan tak lupa goodie bag.
Pengajian 4 bulanan lalu hanya dihadiri teman terdekat ibu saya dan saya, kira-kira ada 12 orang yang hadir.
Lalu, tiba-tiba ibu saya ingin mengadakan pengajian 7 bulanan lagi. Agar banyak yang mendoakan, sehat dan lancar pas persalinan nanti, kata ibu saya. Lalu digelarlah pengajian dengan peserta teman-teman liqo ibu saya pada awal tahun baru 2018. Persiapannya hanya menyiapkan makanan saja.
Nah, tak cukup pengajian liqo, kemarin ibu saya ingin mengadakan pengajian 7 bulanan lagi versi ibu-ibu RT. Pengajian ini diadakan tiba-tiba karena kebetulan kebagian jatah ketempatan pengajian RT di rumah dan tanpa ada pengumuman bakal ada pengajian dan doa khusus untuk saya karena ibu saya memang tak ingin woro-woro.
Lalu mulailah beberes angkut-angkut perabotan, gelar karpet, siapin makanan dan minuman teman beramah-tamah. Semua persiapan ini hanya saya dan ibu saya yang mengerjakan. Dan ketika para tamu sudah datang, ibu saya langsung menyampaikan permintaan dadakannya untuk membacakan asmaul husna, tadarus bersama surat Arrahman, dan berdoa khusus untuk saya dan si janin. Syukur alhamdulillah semua berjalan lancar hajatan semalam walau super duper dadakan hehe.
0 notes
Text

Walau LDM, menyiasati supaya selalu serasa diajak pillow talk sama suami itu sebatas bisa mendengar suaranya saja setiap hari.
Yeay alhamdulillah, suami setuju mau membantu istrinya membuatkan rekaman penyemangat ala hypnobirthing walau sempat kebingungan harus berbicara apa. Ketika ditanya apa dia ingat kalimat-kalimat hipnosis yang diucapkan sewaktu di kelas persalinan, suami mengaku lupa. Jadi saya coba berikan beberapa yang saya ingat dan contoh lainnya.
Saya minta khusus agar ia merekam berbeda beberapa kalimat yang ditujukan khusus untuk saya dan kakak.
Kemudian selang sehari dari pembicaraan itu... jeng jeng ada kiriman voice note dari suami.
Hihi tapi memang dasar pria dengan 7000 kata, rekamannya cuma berlangsung 25 detik dan dia hanya berbicara kepada si kakak saja.
Lalu setelah mendengarkan isi rekamannya, saya langsung telepon ia untuk segera mengucapkan terima kasih. Ia mengaku sendiri, "Rekamannya kedikitan ya?"
"Iyaaaa... Terus ditujukan buat ke kakak doang lagi. Buat bundanya mana?" protes saya.
Apa boleh buat, rekaman tersebut langsung dibuat begitu saja tanpa ada persiapan, aku suami. Tapi alhamdulillah, suami mau membuatkan ulang lagi dengan durasi yang lebih panjang dan penuh penghayatan dengan syarat ia harus mencatatnya dahulu di kala senggangnya.
Oke deh pak suami... ditunggu lagi yaa.
0 notes