ahahazis
ahahazis
Hantu Angkasa
527 posts
Don't wanna be here? Send us removal request.
ahahazis · 2 years ago
Text
mustahil.
Aku bertemu denganmu dalam mimpiku malam tadi; kita habiskan waktu berdua dan melakukan banyak hal yang memang seharusnya menjadi kebiasaan atau keseharian kita pada saat ini—jika seandainya aku, kita, bertahan.
Dalam mimpiku, meski memang tak begitu banyak, tapi kulihat ada yang berubah darimu. Tidak, bukan berarti aku menyangsikan hal itu. Kau masih tetap kau, masih wanita yang aku kenali dan yang aku kagumi.
Ya, namanya mimpi, pasti yang teringat hanya patahan-patahan saja, tak akan menjadi cerita utuh dan yang kuingat kini memang tak begitu banyak. Meskipun begitu akan aku tuliskan di sini, biar mimpiku malam tadi menjadi bagian lain dari ingatanku tentang kau.
Yang masih teringat dari mimpiku, tepat pada saat aku menulis ini, adalah kita yang menghabiskan waktu hanya sebagai teman saja. Yang terjadi hanyalah kita saling berbagi cerita tentang ke mana hidup mengantarkan kita. Meskipun begitu, aku cukup bahagia akan temu yang meskipun semu.
Lagi, karena itu hanyalah mimpi, kau hilang tiba-tiba. Atau mungkin aku yang berpindah tanpa sadar? Entahlah, mungkin itu tak harus benar-benar aku pikirkan. Yang tentu saja aku bisa pikirkan adalah bagaimana jika pada suatu saat nanti waktu membawa kau ke hadapanku? Apa yang akan kukatakan?
Ah sudahlah, hal itu pun sebenarnya tak usah aku khawatirkan, karena secara matematis memang mustahil kita akan berpapasan lagi—dalam mimpi maupun kenyataan.
0 notes
ahahazis · 2 years ago
Text
There's this longing,
so bad that I'm hoping
that I am, again, winning
your very everything
6 notes · View notes
ahahazis · 3 years ago
Text
Setiap kali kutikam sebelum lelapku, esok harinya kau bangkit, bahkan masih dengan senyuman terkutuk itu lagi. Ini sudah berulang kali terjadi, mungkin sudah ribuan kali. Jika kau tak bisa mati, bisakah kau pergi dari sini dan jangan kembali? Kau sendiri juga tahu, berdamai dengan memori tak pernah membuahkan hasil, apalagi denganmu.
0 notes
ahahazis · 3 years ago
Text
Ada satu hal yang ingin kutanyakan: apa kurangmu?
0 notes
ahahazis · 3 years ago
Text
Kini lubang bekas pakumu sudah layaknya pajangan yang selalu kutatap lekat, hanya untukku mengajar diri sendiri, bahwa luka terkadang abadi meski bisa ditutupi.
“Dengan kurang ajarnya kamu, memaku dinding pikiranku hanya untuk memajang potretmu sendiri, sampai kemudian kamu lepas kembali.”
11 notes · View notes
ahahazis · 3 years ago
Text
I love seeing your hair. They are making waves as beautiful as people see in the ocean.
I love traveling through your eyes. They mirror things but also make them more lovely.
I love how my nose perceives your scent. It digs deep into my mind, makes itself like a drug of mine.
I love the way your voice enters my ears. It echoes like when I am inside a deep cave, looking for the source.
I love how your lips curve. It forms a crescent that even the moon is envious of yours.
I love it when you breathe. The breezes of the ocean even mesmerize me less than you do.
The more I think of it, the more reasons I'll find to love you. And I won't even complain.
1 note · View note
ahahazis · 3 years ago
Text
Later, in the very far away future, the two of us will meet again.
It is when the sun burns us, and we'll be just floating particles in space. Maybe, just wishful thinking, we could end up with being a new star. We would repeat this process until we witness the universe goes darker inexorably.
3 notes · View notes
ahahazis · 3 years ago
Text
Kamu sudah banyak yang mencintai, jadi apa bedanya jika aku tidak sama?
1 note · View note
ahahazis · 3 years ago
Text
Hidupku tak sepi-sepi amat tanpamu, lantas apa yang aku takutkan dulu?
2 notes · View notes
ahahazis · 3 years ago
Text
Lupa
Aku lupa, puisi buatku hidup; membuatku merasa yang sejatinya memang seharusnya aku rasakan.
Aku senang, berpuisi aku sedih, berpuisi aku bahkan marah dengan berpuisi.
Aku kini hidup layaknya orang mati; aku tak merasakan apa-apa.
1 note · View note
ahahazis · 4 years ago
Text
Pukul Dua Belas dalam Gelas Kesebelas
Gelas-gelas di depanmu sudah lama tuntas, kini kau minta yang kesebelas.
Malam pukul dua belas memang waktu yang berlarasan dengan minuman keras, yang kau yakin bisa buatmu tertidur pulas.
Lukamu begitu membekas, sampai guyuran hujan yang deras membuat danau yang benar-benar luas.
Jelas dia bukan pembelas, yang merasa harus beralasan atas air matamu yang habis dia kuras, juga atas singgahnya yang sekilas, layaknya sinyokolas.
Bandung, 22 September 2021
1 note · View note
ahahazis · 4 years ago
Text
Membayangkan Seberapa Cantiknya Persephone
Tak ada yang lebih gila daripada Hades, yang berani-beraninya membiarkan separuh dunia membeku dan menderita, hanya karena seorang wanita. Seberapa cantiknya dia, Hades?
Dapat kubayangkan rambutnya yang tak pernah berhenti bergelombang.
Terbayang jelas sudut matanya yang tajam dan tak mengampuni mataku untuk sekadar berkedip.
Bisa kulihat merah bibirnya yang membuat darahku terlihat sangat pucat.
Sebegitu cantikkah dia, sampai kau membiarkan amuk Demeter menyiksa mereka yang tak tahu apa-apa, Hades?
Kuyakin dia begitu cantik, sehingga kegilaanmu adalah hal yang paling bisa aku pahami, Hades.
1 note · View note
ahahazis · 4 years ago
Text
Dalam sebuah mimpi
Aku menemuimu di mimpiku. Aku dan kau, di lima belas tahun yang lalu, yang tidak pernah bertukar lebih dari tiga kalimat. Bukan karena kita sangat berjarak, melainkan aku yang tak memiliki keberanian untuk menjangkaumu. Di mimpiku, kau masih agung, selayaknya aku mengenalmu dulu sampai sekarang.
Di mimpiku, aku kembali ke masa lalu, membawa ingatan dan penyesalan dari masa ini. Setengah sadar aku ikuti alur mimpi, mencoba mengingat siapa saja yang bisa aku ingat. Tentu yang aku ingat jelas adalah kau, yang sampai sekarang masih kutempatkan cukup tinggi di pikiranku, karena aku masih saja mengingatmu.
Berbekal penyesalan dari masa ini, jiwaku sadar bahwa dalam mimpiku menemuimu mungkin adalah satu-satunya kesempatan untuk mencoba menjangkaumu, untuk mengatakan hal yang sejak lima belas tahun lalu aku coba kubur dalam-dalam. Lama sudah yang terkubur itu menghantuiku, bertanya kabarmu sampai kini.
Aku menghampirimu dalam mimpiku. Langkah yang dulu tak pernah kuambil itu terasa berat, meskipun yang melangkahkan kakiku bukanlah sepenuhnya aku. Aku di lima belas tahun yang lalu mungkin dengan setengah sadarnya juga menolak, "aku" merasa takut, karena menjangkaumu itu hanya benar-benar bisa jika dalam mimpi. Bodoh, padahal ini adalah mimpi-"ku" di masa depan.
Aku, memaksakan kakiku yang ragu, akhirnya tiba di hadapanmu. Penyesalan-"ku" di masa depan muncul lagi, dia bahkan menghantui saat aku memiliki kesempatan untuk menenangkannya, yang mungkin juga akan menenangkanku. Sepertinya bukan ini yang diinginkannya, menyapamu dalam mimpi.
"■■■, aku...", belum sempat menyelesaikannya, kesadaranku seperti hilang dari masa itu. Tepat pukul 4.30 pagi ini, penyesalan yang seharusnya sudah menjadi tenang ini terang-terangan mengejekku.
Mungkin di lain mimpi, jika kita dipertemukan lagi, akan kuakhiri semuanya. Penyesalan ini biarkan aku pelihara, karena aku sadar, untuk menjangkaumu—kini—secara langsung adalah hal yang tak pernah mungkin. Sampai nanti.
4 notes · View notes
ahahazis · 4 years ago
Photo
Tumblr media
(4 Agustus 2021) #haiku (at Bandung) https://www.instagram.com/p/CSJ75PLBasU/?utm_medium=tumblr
0 notes
ahahazis · 4 years ago
Text
Api menyala, ganti cahaya palsu, bawakan hangat.
0 notes
ahahazis · 4 years ago
Text
Sorot matamu; sering buatku lupa lelahnya hidup.
0 notes
ahahazis · 4 years ago
Text
Jika keberuntunganku habis hanya untuk memilikimu, aku tidak akan sedikit pun merasa keberatan. Biar saja aku menjadi manusia paling sial dalam hal lainnya.
0 notes