Text
Kebaikan itu Berspektrum : Kontemplasi agar Tidak Self Blaming dan tidak menjadi diri yang Arogan
Jadi tulisan ini sengaja dibuat untuk menanggapi cara pandang yang menurut saya kurang tepat. Banyak dari orang – orang ketika melihat orang lain melakukan sesuatu kemudian membandingkan dirinya dengan orang tersebut, membandingkan kerjanya dengan kerja orang tersebut, membandingkan capaianya dengan capaian orang tersebut. Output dari proses membandingkan tersebut muncul dalam dua wujud, wujud pertama adalah merasa apa yang diri, kerjaan, capainya lebih baik dibandingkan orang lain sehingga munculnya perasaan superioritas. Wujud kedua merasa diri, pekerjaan, capaianya lebih rendah dari orang lain sehingga memunculkan rasa inferioritas. Tentunya kedua wujud dari membandingkan memiliki konsekuensi yang berbeda terhadap kehidupan setiap orang, dan tiap wujud tersebut memiliki dampak positif dan dampak negatif masing – masing.
Pada individu yang mengembangkan superioritas karena merasa diri, pekerjaan, dan capainya lebih baik dibandingkan orang lain maka individu tersebut sedang dihadapkan pada potensi kehancuran dan potensi kesehatan mental. Superioritas yang telah terbangun menjadi sarana individu untuk menikmati hasil kerjanya, dalam hal ini mengapresiasi dirinya atas kerja – kerjanya selama ini. Merasa bangga atas dirinya sendiri atas keberhasilan, capaian, dan karya yang telah dihasilkan tentu membantu membentuk rasa berharga diri (self esteem) yang positif. Lebih jauh lagi self esteem akan membuat individu lebih mudah mencapai kondisi sehat mental. Disisi lain potensi kehancuran juga menghantui bagi mereka yang telah mengembangkan perasaan superioritas. Hal tersebut terjadi ketika perasaan superioritas itu menjelma menjadi kesombongan, perasaan sudah menjadi yang terbaik, dan berakhir pada ketidakmauan untuk belajar lebih karena persepsi sudah berada di puncak. Maka disini letak cara pandang yang perlu dibenahi itu.
Pada individu yang mengembangkan inferioritas karena hasil membandingkan diri, pekerjaan, dan pencapainya lebih rendah dibandingkan orang lain, maka sejatinya mereka juga sedang berhadapan dengan potensi ketidaksehatan mental dan potensi berkembang. Perasaan inferioritas pada taraf tertentu akan membantu seseorang untuk mengevaluasi dirinya, mencari titik lemah yang membuat dirinya mengalami pencapaian yang tidak memuaskan, dan menentukan langkah apa yang dapat membantu dirinya memperbaiki performanya. Dengan cara pandang seperti ini individu akan mudah berkembang, karena ada proses evaluasi diri dalam rangka memperbaiki diri untuk performa diri kedepnya. Disatu sisi, individu yang mengembangkan inferioritas akan berhadapn perasaan tidak berguna, kalah, dan perasaan tidak mampu mencapai hal – hal lebih baik daripada capainya sekarang. Perasaan – perasaan tersebut akan membuat individu mengembangkan learning helplessness pada dirinya, learning helplessness ini adalah kondisi dimana individu belajar dari kegagalan – kegagalan bahwa dirinya tidak akan pernah berhasil sehingga membuat indvidu tidak mau berjuan untuk suatu hasil yang lebih baik. Maka disini letak cara pandang yang perlu dibenahi itu.
Dari sekian metode untuk memperbaiki cara pandang yang saya anggap kurang tepat tadi, ada satu metode yang menurut saya menarik dan cukup aplikatif, yaitu melalui pemaknaan ulang terhadap diri, keja, dan pencapian kita. Mari sejenak pahami bahwa semua yang kita lakukan, diri kita, karya kita, kerja – kerja kita itu berspektrum. Mulai dari spektrum yang teknis nan sederhana menuju spektrum yang strategis nan kompleks. Setiap kerja pada spektrum tertentu beebeda dengan pekerjaan lain di spektrum yang lain, disebut sepktrum karena pada dasarnya mereka tidak dapat dbandingkan satu sama lain untuk menemukan mana yang lebih baik. Seperti pada spektrum warna cahaya, tidak bisa diakatakan warna merah lebih baik dibandingkan kuning, kita hanya bisa membandingkan kedua spektrum warna tersebut untuk menemukan peredaanya. Maka kerja – kerja, karya – karya, dan diri kita juga demikian adanya, kita bisa membandingkan diri, karya, dan capaianya kita hanya untuk menemukan perbedaan dan tidak untuk menemukan siapa yang lebih baik dan siapa yang kurang baik. Lebih dari itu nilai dari kerja, diri, dan capaiana kita itu sejatinya tidak bisa ada yang menilai secara pasti berapa besaran nilainya. Manusia lain hanya mengira – ngira besarnya kerja kita melalui reward yang kita dapatkan (missal gaji, apresiasi dari orang lain) dan proses penialain besar – kecilnya kerja, diri, dan capaian kita itu bisa jadi keliru.
Sekali lagi, kerja – kerja kita memiliki spekrumnya masing – masing, dari mulai memindahkan duri di jalanan hingga membuat strategi pengamanan suatu Negara, dari mulai membantu anak – anak desa untuk belajar hingga mendesain kurikulum pembelajaran suatu institusi pendidikan, dari mulai membantu petani di sawah hingga menyiapkan ketersediaan pupuk dan bibit nasional. Semua itu punya nilainya masing – masing berdasarkan spektrumnya masing – masing. Maka sekali lagi, kurang pas cara berfikir membandingkan diri, kerja, can capaian antar individu untuk menemukan siapa yang lebih baik. Karena kebaikan hati kita, kerja kita, diri kita, dan capaian kita berada pada spektrumnya masing – masing dengan nilainya masing – masing.
1 note
·
View note
Text
Kecemasan dan Ketenangan, Sebuah Siklus : Menghayati Hubungan Cemas – Tenang Sebagai Tameng Kesiapan Diri
Seperti halnya siang dan malam, dunia ini diciptakan oleh penciptanya berpasangan. Keberadaan atas yang mendampingi bawah juga dimaknakan sebagai demikian. Pria dan wanita, sendiri dan bersama, jauh dan dekat, kecil dan besar, dan berbagai macam sandingan lainya. Begitu juga dengan siang dan malam, keduanya datang saling mengisi waktu didalam kehidupan, orang jepang menggambarkan pergerakan siang dan malam yang diwakili oleh matahari dan bulan dengan analogi yin dan yang. Siang dengan sinar mataharinya yang hangat dipagi hari mampu membakar semangat hidup kebanyakan orang, sementara malam datang dengan sinar rembulanya yang meninabobokan.
Homo homini lupus katanya, manusia bagi manusia lainya itu seperti serigala. Mereka saling menjatuhkan satu sama lain, memangsa, menerkam, bahkan menikam dari belakang. Homo homini lupus berusaha menjelaskan berbagai macam pertikaian yang terjadi dalam sejarah panjang umat manusia yang kelam, penuh dengan perang, darah, dan kesedihan akibat dirampasnya hak manusia oleh manuia lainya. Duka nestapa mengiringi ungkapan homo homini lupus untuk terus menggema, mengisi ruang – ruang peradaban nan kelabu. Namun keberadaan manusia sebagai homo homini lupus tidak pernah berjalan sendiri, sebuah ungkapan yang juga disematkan kepada manusia bersanding denganya. Homo sosialis, manusia adalah makhluk bertimbal balik yang saling membutuhkan. Homo sosialis menegaskan bahwa mustahil bagi seorang manusia untuk hidup sendiri, mereka selalu meminta bantuan manusia lain dan manusia lain pun dengan senang hati membantunya. Homo sosialis menjelaskan senyuman serta tawa para bocah yang menggema menghapus tangisan duka akibat perang. Lebih visioner, homo sosialis bercerita tentang kesempatan manusia untuk merealisasikan dunia didalam perdamaian.
Begitu juga dengan kecemasan, ia tidak dilahirkan ke dunia ini sendiri saja atau dengan kata lain ada saudara kembar cemas yang mendampinginya. Ketidakcemasan yang biasa kita kenal sebagai sebutan ketenangan atau kedamaian ini yang dahulu hingga kini mendampingi keberadaan cemas. Menggunakan filosofi yin dan yang maka duet cemas – tenang juga merupakan sistem terpadu yang tiap komponenya (baik cemas dan tenang) memiliki karakteristik masing – masing. Pun juga keberadaan cemas yang karena suatu alasan bisa berganti menjadi tenang, dan kondisi tenang karena alasan tertentu dapat berganti menjadi cemas. Cemas datang bersama dengan kegelisahan hati, dirundung khawatir, dan ketakutan yang kemudian memunculkan kondisi – kondisi tidak nyaman. Berkebalikan dengan itu, tenang datang dengan kedamaian, keakuran, dan ketidak gelisahan yang kemudian menimbulkan kondisi ketidaknyamanan.
Kemudian yang menjadi rumit adalah karena kebanyakan manusia sangat tidak menghendaki keberadaan cemas didalam kehidupanya, namun sangat mengharapkan ketenangan. Tentu saja tidak mengherankan, pasalnya kecemasan yang hadir dalam kehidupan manusia dirasa membuat kondisi tidak nyaman, sementara berkebalikan dengan itu tenang dengan sifatnya berhasil memanjakan manusia dengan keberadaanya. Maka seketika cemas itu hadir di kehidupan manusia, kekcewaan hadir serta disana. Sebaliknya ketika tenang menghampiri, maka kebahagiaan turut serta membersamai.
Akan semakin pelik ketika manusia – manusia yang seperti itu berhadapan dengan kecemasan, kondisi – kondisi yang tidak nyaman seakan hadir membabi buta menyerangnya. Disatu sisi kekecewaan karena kecemasan hadir menikam dari belakang. Alhasil terpuruk menjadi satu – satunya jalan, seakan kehilangan cahaya di dalam gua yang gelap gulita. Maka ketika itu kehidupan tidak lagi semanis tebu, bahkan jauh lebih pahit daripada jamu.
Maka jauh sebelum kecemasan itu hadir, mutlak hukumnya bagi manusia – manusia itu untuk memahami bahwa keberadaan kecemasan sejatinya juga beriringan dengan ketenangan. Hanya dalam hitungan waktu maka ketika cemas datang menghampiri setelahnya akan mampir pula ketenangan. Tugas beratnya adalah bagaimana manusia bisa bertahan dan memanage dalam fase cemasnya dalam rangka sabar menunggu kedatangan tenang. Agar kemudian manusia – maunsia itu tidak berputus asa di dalam cemasnya. Agar kemudian lilin harapan akan datangnya ktenangnan itu tidak padam ditiup oleh angin kekecewaan. Terakhir, Agar kemudian cemas itu tidak mencemaskanmu, sewajarnya manusia membangun pemikiran bahwa setelah cemasmu akan datang tenangmu..
1 note
·
View note
Text
Keteraturan yang Sejatinya Kita Pahami
Rasulullah bersabda
“Orang islam adalah orang yang begitu sibuk memperbaiki diri, sehingga tidak memiliki waktu tersisa untuk mencari - cari aib orang lain. Orang islam adalah orang yang hari ini lebih baik daripada kemarin dan hari esok lebih baik daripada hari ini. Amal perbuatan yang paling disukai Allah adalah amal yang dilakukan terus menerus walupun sedikit”
Aku ingin membuka tulisan ini dengan sebuah sitasi, evidensi bahwa diri ini merupakan manusia bodoh yang tidak mengerti banyak hal. Mengambil perkataan orang suci atau mereka yang memiliki expertise power menjadi mantra tersendiri bagi tulisan - tulisan ini. Karena aku menyisipkan jiwa pada setiap katanya, agar ketika dibaca hati - hati kalian tersentuh.
Tulisan ini spesial untuk sahabat - sahabat kuliahku, yang bersedia menarik dari atas untuk menolongku saat terjatuh ke “lubang gelap”. Mereka yang mau “lompat” bersamaku ketika kami mulai menduga bahwa “berdiri” adalah hal yang saru. Mereka yang mau membersamai perasaanku ketika “gua yang gelap” itu tidak lagi mau menunjukan “ujungnya”, hanya memberikan “batuan keras” yang selalu kami “tabrak” karena tidak membawa “cahaya”. Mereka yang menemukan “api” ditengah gelap dan dinginya malam. Mereka yang peduli ketika luka di hatiku makin “menganga”.
Tulisan ini dirancang di awal tahun, dan sengaja diselesaikan saat semua sahabat - sahabatku sudah merasakan ritual ulang tahunya.
Rata - ratanya kita semua hadir di dunia ini sekitar 21 tahun silam, ketika kurs tukar rupiah masih Rp 2.500 untuk 1$nya. Ketika itu, jawaban untuk pertanyaan “siapa macan asianya?” adalah “Indonesia” yang berhasil merangsek naik dari peringkat bawah negara - negara berkembang. Kala itu, suap nasi begitu mudah didapat, namun tidak untuk semua kalangan. Har itu, hujan turun bersama dengan harapan - harapan baru untuk negeri ini, bangsa ini, dan manusia secara universal. Kemudian lahirlah kita beserta iringan doa dari mereka yang mencintai kita.
Seperti halnya tupai yang tidak pernah jatuh saat melompoat, keahlinya itu selalu diawali dari bahkan ketidakbisaan berjalan. Maka kita kecil itu hanya diam merengek dan menangis, kita kecil itu tidak mengerti sama sekali tentang kerumitan dunia dan segala sesuatu yang menyusunya. Kerumitan dunia itu yang selalu dan mutlak dihadapi oleh mereka orang tua kita setiap harinya. Kita kecil saat itu sangat tidak paham bahwa mereka orang tua kita selalu bergulat dengan masalah - masalah yang terjadi di dunia ini, demi kehidupan manusia yang lebih baik. Semangat mulia itu ternyata, mulai terkikis perlahan karena batu karang bernama masalah itu terlalu susah untuk dipecahkan.
Langkah gontai dan pikiran penuh dengan kecamuk badai hampir sealu mereka hadapi setiap hari, tentu saja dalam rangka mencoba mencari ide untuk terus bisa memecahkan masalah yang dihadapinya, ternyata mereka belum mau bertekuk lutut didepan batu karang itu. Lalu dengan senyuman palsu mereka memasuki pintu rumah yang disambut dengan celotehan kita kecil. Senyum palsu itu tidak lagi menjadi palsu, nyatanya kita kecil membuat segala terasa lebih baik bagi mereka. Lalu mereka mengerti, bahwa pekerjaan besar memperbaiki dunia dan kehidupan ini harus dilanjutkan, seketika itu mata mereka menatap lembut ke arah kita kecil seraya berkata dengan penuh harap “jadilah penerus kami, yang memperjuangkan kehidupan manusia lebih agar baik lagi”.
Mereka orang tua kita berharap bahwa nanti, yang kemudian akan mengembalikan kejayaan kemanusiaan, menumpas kerusakan, dan memperbaiki kehidupan di dunia adalah kita. Lalu demi mimpi besar itu mereka terus memadukan usahanya dengan doa - doa, yang bergerak vertikal mengetuk pintu langit ketujuh.
(Tarik nafasmu, lalu keluarkan perlahan)
Diamlah sejenak, nikmati suara - sura yang datang dari dalam dirimu. kemudian mereka berkata dengan lembut seperti belaian ibu. “apa yang sudah kamu perbuat selama ini?”. Mutlak kiranya pada tahun ini kita semua menjadi baru secara kuantifikasi masa kehidupan (read : umur). Bahwa mereka orang tua kita dahulu menitipkan misi bersih suci untuk mencintai kebenaran, agar kita perjuangkan adalah fakta tak terelakan. Maka tidak ada kata lain selain berjuangkan menuntaskan kerja - kerja mereka.
Namun kita paham sekali, bahwa kita yang mulai beranjak dewasa ini masih butuh asupan - asupan agar kapasitas diri menjadi lebih dan lebih. Agar misi mereka orang tua kita yang di migrasikan kepandak - pundak mungil kita itu bisa kami tuntaskan tanpa sisa. Maka nasihat - nasihat ini yang kemudian kujadikan hadiah ulang tahun kita. Belajarlah, lalu Berubahlah, Kemudian Berkaryalah :))
2 notes
·
View notes
Text
Agar Kemudian Situasi Berpihak pada Rencanamu (2)
Bahwa dalam perencanaan bisa jadi menemui kegagalan, itu adalah hukum alamnya. Bahwa rencan besar itu butuh strategi yang tepat, itu juga tidak salah. Begitu terus dinamika Rencana - Aksi yang selalu terjadi. Seperti tidak ada jalur alternatif lain yang bisa menjadikan rencana dengan mudah ter”aksi”kan. Dengan kata lain, Rencana sebagai sumber - sumber langkah kita, tidak pernah tidak berhadapan dengan kemungkinan gagalnya langkah kita.
-
Dalam tulisanku sebelumnya dipaparkan sebuah analisis kasus sederhana mengenai bagaimana bisa rencana pencalonan jokowi yang akhirnya terealisasi. Pada awalnya secara “hitungan diatas kertas” tentu saja sangat timpang, secara Prabowo yang sangat diunggulkan saat itu bisa menang mudah. Tapi fakta dan realita berkata lain, nyatanya jokowi menang dengan perbedaan suara tipis. Adnan Mubarak menilai bahwa keberhasilan mewujudkan rencana itu merupaka output dari kombinasi tiga variable, yang pertama adalah strategi, kedua adalah persiapan diri, dan yang ketiga adalah memanfaatkan momentum.
-
Agar kemudian situasi berpihak pada Rencamanu, maka sejatinya dan mutlak hukumnya bagi kamu (orang - orang yang berencana) itu untuk mengerahkan segala daya dan upaya. Agar kemudian situasi berpihak pada rencamamu maka mereka akan menuntut dirimu untuk bertransformasi lebih dahulu, mengubah niat serta tekad untuk siap menghadapi semua tembok yang menghadang. Satu langkah pastinya adalah, mengubah dirimu dalam rangka mempersiapkan “perjuangan”.
-
Ibu Leni, dalam sesi sharingnya denganku menyatakan sebuah statmen yang cukup berani, ujarnya kala itu “Semua rencana - rencana kita sangat bergantung dengan diri kita sendiri”. Pernytaan ibu Leni sejatinya sangat sejalan dengan pernyataan bang Adnan, yang arah pernyataanya juga sama mengarah ke person centered sebagai faktor utama berhasilnya seseorang dalam mengeksekusi rencanaya.
-
Namun di ujung ujarnya, Ibu Leni melanjutkan dengan statmen yang lebih bersifat transendental. Mungkin kurang lebih begini dengan pengubahan redaksi, “Ubahlah pribadi - pribadi kalian ke arah yang Allah dan rasulnya inginkan. Menjadi Pribadi yang berakhlaq mulia” . Jika ditelisik lebih lanjut, maka pribadi yang berakhlaq mulia ini bisa di turunkan menjadi tiga indikator besar, yang pertama (1) adalah Aman bagi orang lain, yang kedua adalah (2) menyenangkan bagi orang lain, dan yang ketiga (3) adalah bermanfaat bagi orang lain.
-
Terlepas dari strategi pencitraanya bagi saya, Jokowi yang kala itu berhadapan dengan prabowo lebih memenuhi ketiga indikator besar dari akhlaq mulia. sehingga dalam hitung - hitungan ini sangat wajar.
-
Jika rencan - rencana yang sudah kautuliskan ingin juga “diberhasilkan”, maka sudah tidak ada waktu lagi untuk berpikir, apakah dirimu harus diubah atau tidak? Apakah adabmu harus dipehalus atau tidak? Apakah tutur katamu harus lebih bermakna atau tidak ? Apakah tangan - tanganm harus lebih ringan untuk membantu atau tidak? Jawabanya ada pada dirimu.
-
Ibu Leni adalah Head of Regional 2 Cooperation, International Affairs, Indonesia Customs and Exercise, Ministry of Finance - Republik Indonesia
Adnan Mubarak adalah Reseracher dari UNICEF
0 notes
Text
Agar Kemudian Situasi Berpihak pada Rencanamu (1)
Berbicara tentang kesmpatan, maka pembicaraan kita tidak bisa terlepas dari menghitung peluang - peluang yang tersedia. Berbicara tentang kekuatan maka kajian - kajian yang diangkat tidak akan lepas dari sumber daya baik manusia maupun materi yang kita miliki. Berbicara mengenai momentum, maka diskusi - diskusi kita tidak akan melebar dari bagaimana mengamati kondisi masa lalu sampai sekarang, lalu melihat kemungkinan peristiwa yang terjadi di masa depan.
Megawati, sosok wanita pertama dan sejauh ini satu - satunya yang pernah mencicipi megahnya kursi kepresiden indonesia. kiprahnya di dunia perpolitikan nasional sudah dmulai dari sebelum dirinya akhirnya merasakan kursi tahta tertinggi nusantara. Prabowo, salah satu kompetitor megawati yang dikenal oleh masyarakat sebagai pribadi tegas, visoner, dan berwibawa juga sudah merasakan setidaknya duakali panasnya suasana pilpres Indonesia. dan sejumlah tokoh politik lainya yang dikenal dari sabang sampai merauke karena usahanya merebut RI 1.
lalu kemudian muncul seorang Jokowi, yang hanya butuh sekali nyalon untuk mengakuisisi tampuk kepemimpinan tertinggi di negeri ini. dibandingkan para pesaingnya yang sudah berkali - kali, jatuh bangun, berpeluh darah, Jokowi dengan lebih mudah dan lebih cepat menjadi orang nomer satu negeri ini. pertanyaan besarnya, kenapa bisa demikian?
Adnan Mubarak, salah satu peneliti UNICEF mengatakan bahwa, itu adalah buah dari kombinasi antara strategi, persiapan kapaistas individu, dan memanfaatkan momentum. Maka, dalam perencanaan mimpi - mimpimu Mustahil jika komponen - komponen tersebut dihilangkan salah satunya, atau diabaikan dua diantaranya. ketiganya harus lengkap berpadu dalam skema yang kamu buat sedemikian rupa.
Asarama Rumah Kepemimpinan Regional 2 Bandung, Selasa 26 September 2017
1 note
·
View note
Text
Pyramid of Dream : A Clash (2)
Suara ombak di pantai nampaknya membuat anak itu semakin jatuh dalam lamunanya. pikirananya mengangkasa melewati batas dimensi - dimensi kehidupan manusia, mencoba menerawang jauh tentang ide dunia pararel yang dikisahkan dalam novel bacaanya barusan. kali ini pinggiran pantai menjadi saksi bisu hancurnya mimpi seorang anak laki - laki. “le, kamu belum tidur tho?” tiba - tiba suara lembut bernada penuh kasih sayang menepuk kesadaranya untuk kembali dari lamunan panjangnya. suara seorang wanita berkepala empat itu dengan segera direspon oleh anak tadi. “ehhmm, iya buk, anuu.. iki loh buk.. aku gak yakin sama cita - cita ku” kata anak laki - laki tadi sembari menundukan wajahnya kebawah sembari kakinya memainkan pasir pantai.
hening menyeruak diantara ibu dan anak tadi, seolah memberikan jurang pemisah diantara keduanya. angin semakin kencang saja hembusanya, memainkan dedaunan dan menimbulkan suara gemerisik yang khas. deburan ombak juga tak mau kalah, berpadu dengan cahaya dingin dari sang ratu malam menciptakan suasana canggung diantara keduanya. wanita itu meraih tangan anak lelakinya lalu berjongkok dihadapanya seraya berkata “naak, sekarang sudah malam.. kamu ndak ngantuk? apa ndak sebaiknya istirahat dulu? nanti ngobrolnya bisa dilanjut besok”. tanpa banyak bertutur kata lagi, anak laki laki tadi berdiri dan membersihkan celananya dari pasir pantai yang menempel. lalu berjalan disamping kiri ibunya ke arah penginapan.
jadi anak itu bernama hakam, dialah dulu yang selalu menghabiskan waktu pulang sekolahnya hingga sore hari di mobil perpustakaan keliling. membaca dan terus membaca hingga semua buku yang terdapat di perpustakaan keliling itu sudah dia sambangi selama tiga tahun. dia yang dahulu tidak mau pulang dari perpustakaan keliling kecuali ibunya datang lalu menyuruhnya pulang dengan gagang sapu. dia juga yang dahulu membakar semangat supir mobil perpustakaan keliling untuk bisa sampai di balai desa tepat waktu agar hakam kecil bisa melanjutkan buku yang dibacanya. sampai pada suatu waktu, dia juga yang membuat dirinya tidak memiliki teman dekat karena terlalu sering membaca tanpa bermain dengan anak lainya. dia juga yang duhulu selalu di ejek dengan ejekan “si kutu buku” lalu dilempari dengan tanah oleh anak - anak lain, katanya karena tidak pernah main kotor - kotoran. dia juga yang dulu memutuskan untuk berhenti membaca dan berusaha berbaur dengan anak - anak lain di desanya. dan dia juga yang dahulu kembali dari kumpulan anak - anak yang sedang bermain tanpa senyuman, hanya ada tangisan dan air mata karena di lempari tanah oleh anak - anak lainya. hingga kini, teman sejati hakam adalah buku. buku kosong untuk ditulisi cerita - cerita kehidpanya, dan buku bacaan untuk diselami kisahnya.
hingga pada suatu masa hakam sadar, bahwa untuk menjadi mahasiswa pertanian seperti apa yang dia cita - citakan sebelumnya adalah hal yang mustahil. tentu saja bukan karena keenceran otak hakam atau kemampuan menyimpan informasinya. kemustahilan menjadi mahasiswa pertanian ini datang dari lubuk hatinya yang terdalam, ketakutan yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya, rasa takut yang dia ketika membayangkanya membuat sekujur tubuhnya merinding. keputusan yang ia buat adalah meninggalkan cita - citanya menjadi seorang ahli tanaman, dan beralih kepada guru. mimpinya hancur, kandas, tak berbekas.
suara decitan engsel jendela tua yang dibuka mengantarkan hakam melepaskan kembali tangisanya malam itu, tidak besuara memang, namun isak tangisnya yang mengudara secara tegas menggambarkan betapa tersayatnya hati seorang hakam. cicak di dinding berjalan mendekati lampu pijar yang menggantung tepat di atas kepala hakam, seoalah ingin ikut menghbur hakam dari tangisan yang memilukan itu. sementara di ruangan lain wanita berkepala empat itu menggelar sajadah lalu mengenakan mukena coklat muda yang tampak lusuh. diiringi decitan kipas angin reyot suara takbiratul ihram mengudara. sujud terakhirnya dibuat panjang oleh wanita tersebut, lalu seketika bangkit dari sujudnya pipi wanita itu basah karena lelehan air mata. doanya sederhana pada Allah, “tolong kembalikan senyuman hakam Ya Rabb” lirihnya. sayup - sayup terdengar suara burung hantu diluar jendela, solah ikut mengaminkan doa wanita tersebut.
2 notes
·
View notes
Quote
Seseorang bertanya kepada ulama salaf: “Berapa banyak kami harus membaca Al-Qur'an?” Ia menjawab: “Tergantung pada seberapa besar kebahagiaan yang kamu inginkan.”
Tertanggal 16 Juli 2017 Untuk sementara waktu akun ini dikelola oleh admin; semoga tiada lain kebaikan yang dapat diambil darinya.
Salam Apel (Ayo Pelajari Al-Qur'an)
Admin Baru ©Ibn Syams
(via quraners)
213 notes
·
View notes
Quote
Jadi, begini Al Quran sampaikan padamu dengan terang; Musa yang kala itu bayi mungil nan keadaan paling lemah, tidak tenggelam di sungai Nil walau alirannya deras. Sedangkan Firaun, justru tenggelam oleh air di saat-saat terkuatnya, terpongah dan terangkuhnya. Allah gambarkan pada kita; betapa dengan mudahnya Dia atur sebaik-baik makar, yang manusia terlemahpun Dia menangkan, sedang manusia terkuatpun dengan sekali hempasan Dia binasakan. Tetaplah optimis memandang masa depan, “Aku tidak takut akan masa depan umat Islam”, kata DR Muhammad Natsir, “selama mereka masih berpegang pada din-mereka, baik secara pribadi maupun kolektif.”
@edgarhamas (via edgarhamas)
Wamayyataqillaha
200 notes
·
View notes
Text
Pyramid of Dream : A Journey (1)
Ditengah kampung asri nan hijau hidup anak kecil lugu yang polos. Asrinya desa nampaknya tidak membuat dia lantas berpikir untuk hidup selamanya di desa. Hal yang paling disenanginya adalah ketika mobil perpustkaan keliling bantuan dari kemendikbud terparkir rapih di balai desa. Bukan lagi hafal wajahnya, petugas perpustakaan itupun hafal nama serta jam - jam kritis ketika ibu si anak akan datang membawa tempat makan berwarna coklat lusuh, lalu duduk disamping anak kecil itu sembari menyuapi tempe goreng dengan nasi hangat. Sementara itu, anak tersebut hanya terpaku pada kata demi kata di buku yang ia sedang pangku. "Anak itu yang selalu membakar semangat saya untuk sampai ke kampung ini" batin petugas perpustakaan keliling. Lalu anak itu dengan cepat beranjak remaja, hampir semua buku di perpustakaan keliling sudah dibacanya. "Hampir semua buku sudah kau baca nak, tidak ada lagi yang bisa kau baca setelah tiga buku terakhir itu" jelas petugas perpustkaan. "Tidak apa paman, semua sangat menarik dan memberikan banyak hal kepadaku" balas anak itu sembari meletakan buku yang sudah selesai dia baca hari itu ke tempat dimana dia mengambilnya. "Baiklah paman, sepertinya sudah waktunya paman untuk istirahat, untuk hari ini terima kasih ya paman!" kata anak itu lagi sembari melangkah kearah petugas perpustakaan. "Apa cita - citamu nak?" timpal petuga perpustakaan, wajahnya terlihat serius. "Aku ingin menjadi ahli tanaman, lalu meningkatkan jumlah panen padi kampung ini" jelas anak itu sambil menatap lurus kearah petugas perpustakaan. Angin berhembus pelan, seketika hening merasuk, hanya terdengar suara kicauan burung gereja diantaranya. "Jadilah seperti burung elang itu, dia terbang bebas dengan tujuan yang jelas! Lalu pulang kesarangnya dengan membawa hasil buruan untuk keluarganya" jelas petugas perpustakaan dengan nada tegas dan lugas, tangan kananya memegang pundak anak tersebut sementara tangan kirinya menunjuk elang yang terbang gagah diangkasa. "Tentu saja paman!" jawab anak itu dengan anggukan yang meyakinkan. Sampai pada suatu ketika anak itu beranjak menjadi seoramg mahasiswa. Bukan mahasiswa pertanian seperti yang pernah ia katakan kepada petugas perpustakaan dahulu, namun menjadi mahasiswa ilmu keguruan dan pendidikan. Mengapa bisa? Kau pasti mengira bahwa cita - citanya berubah menjadi guru karena ingin mendidik petani - petani handal lalu meningkatkan jumlah panen pada desanya ? Bukan? .............
6 notes
·
View notes
Video
tumblr
Karakteristik Cinta Sejati 1. Berakar pada paradigma self in relation to others : simplenya mah orientasi cinta ke arah membangun hubungan diri dengan orang lain dengan baik. 2. Tumbuh dalam situasi memberi : cinta sejati itu tidak pernah memikirkan "take and give", selalu berbicara tentang "give give give" 3. Eksternalisasi secara proporsional sesuai subyek penerima : pengejawantahan ekspresi cinta sejati sangat bergantung dengan penerima cinta. Simplenya mah kalo penerima cinta suka sate ya jangan dibeliin nasi padang dong ! (Ngegas) 4. sifat Eksternalisasi searah : arah nya selalu ke orang yang dicintai, jadi gak peduli seperti apa kondisinya yang penting orang yang dicintai harus mendapatkam ekspresi cinta. 5. Posibilitas menetap tinggi : cinta sejati itu setia 6. Berkembang meluas : menular (?) menanakonda (?) menularkobra (?) menularpiton (?) - Cinta sejati di awali dengan triadic transendental - person - self paradigm, menyadari keinginan dari kekuatan transendental untuk kemudian melihat apa - apa saja yang diperbolehkan atau tidak, lalu dimanifestasikan dalam bentuk perilaku pada subyek yang dicintai berdasarkan keinginan subyek yang sudah disaring atas apa - apa saja yang diperbolehkan. (Ninin, 2014) #psychologi #love #mother #mom #theory #eternally #grateful #bandara #miss #umi #home #holliday #kangen #ibu #makan #minum #nangis #hujan #sambel #loh #kok #captionya #jadi #ngaco
4 notes
·
View notes
Text
Mesin Waktu Alternative: Sebuah Ide Fiksi Ilmiah
Asalamualaikum, halo.. saat ini aku sedang bepikir apa yang sedang aku di masa depan lakukan ya? hey… fida yang dimasa depan, sekarang umurmu berapa? sudah membantu siapa saja? apakah kamu sudah menikah? bagaimana dengan anak - anak mu? kamu kerja apa? dengan siapa menikahnya? umik abik sehat kan? terus kamu kemarin lulus psikologi unpad cumlaude nggak? dan segudang pertanyaan lainya ketika aku bisa diberi kesempatan untuk bertemu dengan aku yang dimasa depan.
yaah… nampaknya itu sedikit berhayal mengingat jika megunakan rumus dilatasi waktu pada teori reltivitas enstein tidak mungkin terjadinya perputaran waktu yang mundur. Atau dengan kata lain tidak bisa dilakukan perjalanan lintas waktu,entah iu kembali ke masa lalu atau terbang meloncati waktu menuju masa depan.
Jadi, aku berpikir untuk membuat tulisan ini sekarang, disaat umurku masih 20 tahun dan akan aku baca lagi ketika umurku sudah lebih dari 20 tahun yang entah pada umur keberapa aku akan membuka, mambaca, dan menghayati tulisan ini. dan Suh ini time machine yang paling hebat dan sempurna adalah ingatan manusia ketika berpadu dengan fantasi.
Seorang filsuf pernah mengatakan, jika ada suatu mobil yang berjalan pada suatu lintasan berbentuk sirkuit lalu kecepatanya semakin lama semakin mendekati keceptan cahaya dan suaranya mulai tidak bisa didengar oleh manusia biasa sehingga mobil itu tidak berwujud lagi karena sangkincepatnya bergerak dan tidak terdengar lagi suaranya saat bergerak, maka apakah yang membuktikan bahwa mobil itu tetap ada dilintasan berputar tadi?
Yak, tepat sekali jawabanya adalah waktu. waktu sebuah dimensi yang kesanya cukup simple dan sederhana namun tidak dapat diurai secara teoritis oleh ilmuan fisika. Selalu terjadi benturan antar perkembangan teori dengan hasil uji ekspement dalam laboratoriumnya. Intinya waktu disini memgang peranan penting dalam membuktikan keberadaan mobil tadi.
halo aku yang dimasa depan! sekarang aku masih mahasiswa tingkat tiga semester 6 fakultas psikologi unpad loh, aku yakin diriku dimasa depan adalh diriyang tidak jauh berbeda dari aku yang sekarang. ekarang tahun 2017 lohh, kamu udah makan hari ini? btw kamu sering pulang kerumah umik dan abik kan? amu harus pulang fida, gaboleh sombong (?), aku merencanakan untuk lulus diwisuda bulan februari 2018 dengan predikat cumlaude loh, apakah target itu tercapai? siapa nama anak pertamamu? udah mencapai pencapaian apa saja kamu?
dan akhirnya mesin waktupun telah usai…..
4 notes
·
View notes
Text
A Question
Bagaimana seharusnya jalan ada untuk digunakan sebagaimana fungsinya, dia rela terlahir sebagai yang dinjak - injak dan dilewati atasnya agar fungsi penciptaan dirinya bisa maksimal. Bagaimana seharusnya pejalan kali atau mobil atau motor ada adalah untuk menjalankan sebagaimana fungsinya, dinaiki dan digunakan oleh manusia sebagai moda perpindahan dari "A" ke "B". Demi wujud eksistensinya mereka rela dipergunakan sedemikian rupa. Nyatanya mereka yang sudah diduduki, dipaksa bekerja, masih harus berjalan diatas jalan itu. Lalu apakah manusia bisa rela dengan bagaimana hukum alam memperlakukan dia sebagaimana mestinya demi eksistensi manusia itu sendiri? A question to contemplate, answer by your self.
1 note
·
View note
Text
Bersenang - senang dengan yang dianggap menyakitkan
How this semester end are like some flowes bloom, in the end only the patient one can see and feel how beautifull they are. Banyak hal yang manusia belum pernah tahu, tapi manusia terlalu malas untuk mencari tahu. Bahkan sekadar bertanya tanpa membuka buku sedikitpun kemalasan itu masih menggelayuti. Kebanyakan hanya menggunakan kelas reguler untuk menambah pengetahuan serta memperdalam pemahaman. Berharap teman sekelompok memberi pencerahan. Buku dibeli hanyan untuk melepas tegang, berakhir sebagai penghias lemari. Kelas Psikologi Sosial Terapan sore itu berakhir dengan "untuk kalian sejauh ini saya tidak ada komentar ataupun masukan, kalian sudah mengikuti alur yang dibuku dengan baik" dari dosen pembimbing kami. Lantas senyum terlukis diwajah ku dan dua orang temanku, hari kecil ini berkata "as i was predicted before, Alhamdulillah" Nyatanya berakit - rakit kehulu berenang - renang ketepian, bersakit - sakit dahulu bersenang - senang kemudian tidak berlaku bagiku. Nyatanya dalam proses menggali ilmu pengetahuan dan memahaminya sebagai suatu sistem hukum alam adalah bukan bersakit - sakit, tapi itu bagian dari bersenang - senang menurutku. Terlebih rekan - rekan yang supportive menjadi booster tersendiri bagiku dalam proyek meta analisis ini. Karena ilmu adalah bagian ciptaan Allah yang indah selain Wanita dan perdamaian.
0 notes
Text
Manusia dan Perdamaian Dunia
Kunci berdamai bukanmemiliki kekuatan, tapi saling memahami ~anonim
Presective taking (mengambil sudut pandang orang lain dalam hal melihat, menilai, dan berperilaku terhadap suatu kejadian) merupakan kemampuan seseorang untuk memposisikan diri sebagai orang lain, pada akhirnya orang tersebut setidaknya bisa menduga apa yang dipikirkan, dirasakan, dan apa yang mendorong seseorang melakukan sesuatu. Majasnya seperti ini, anda menjadi pengelihatan, pendengaran, perasaan, pikiran, dan hati orang lain. Mungkin rasanya seperti menggunakan sharingan untuk melihat memori, perasaan, motivasi, dan pemikiran seseorang.
Tentu saja sebagai kemampuan, prespective taking datang dari hasil latihan yang keras. Jarang sekali seseorang lahir dengan kemampuan prespective taking yang tinggi, atau dengan kata lain terlahir sebagai good prespective taker. Berkaca pada pepatah “tidak ada yang instan di dunia ini” pun demikian dengan prespective taking. Btw, kenapa sih kok orang bisa melakukan prespective taking?
Sejauh ini para ilmuan berusaha menduga mengapa manusia memiliki potensi untuk mengembangkan kemampuan ini. Secara biologis terdapat fitur neuron (sistem syaraf) di otak menusia yang memungkinakn manusia untuk menghayati peran orang lain. sederhananya seperti ini, bayangkan (dibayangin ya…) anda sedang bejalan sendirian dalam basement gedung yang suasanya cukup gelap, lalu anda bertemu dengan pembunuh yang sedang melaksanakan aksinya, anda melihat dengan jelas bagaimana pembunuh itu menyayat perlahan leher korban dengan pisau cutter dan darah segar mulai muncrat membasahi tangan pembuhuh pun baju korban diiringi dengan jeritan tertahan dari korban yang diikat dan disumpal mulutnya, bau darah yang khas dengan cepat menyeruak ke seluruh basement dan anda menciumnya. apa yang anda rasakan ? bergidik ? seram ? terasa ngilu di leher? mual karena darah / bau darah? ; atau mungkin seperti ini, pernahkah dalam hidup anda seseorang yang anda cintai berhasil melakukan sesuatu? meraih prestasi tertentu? atau orang yang anda cintai tersebut sedang bahagia? (entah karena apapun) apa yang anda rasakan? bahagia juga? ikut tersenyum? memberikan selamat dengan nada bahagia? atau mungkin iri?
pertanyaan selanjutnya, mengapa anda jadi bahagia? padahal kan yang menerima penghargaan, menorehkan prestasi, dan yang lagi bahagai adalah orang lain yang anda cintai. mengapa anda juga malah ikut - ikutan bahgia? atau mengapa anda takut? mengapa anda merasa ngilu di leher? atau mencium bau darah? padahal anda sedang tidak ada di TKP nyatanya (yaiyalah kan cuma ceirta), mengapaa?. Tadi saya berbicata tentang fitur neuron di otak yang memungkinkan kita untuk menghayati peran orang lain bukan? menurut penelitian yang menggunakan mRI dan EEG yang memungkinakn mengetahui daerah mana yang aktif ketika seseorang melakuakn perilaku tertentu. Pada seseorang yang sedang melihat dan memperhatikan orang lain, ditemukan bahwa ada suatu daerah yang aktif. ketika aktivasi daerah tersebut di korelasikan (dicari hubunganya) dengan menghayati perilaku seseorang hasilnya ternyata positif, yang artinya semakin aktif daerah tersebut maka semakin menghayati seseorang terhadap perilaku tertentu yang ditampilkan oleh orang lain, selanjutnya daerah tersebut diberi nama oleh ilmuan sebagai miror neuron. miror neuron inilah yang dari tadi saya bilang sebagai fitur di otak yang memungkin seseorang menghayati peran orang lain.
Nyatanya manusia normal dilahirkan memiliki miror neuron ini, artinya tidak ada garis keturunan khusus jika ingin memiliki fitur otak miror neuron tersebut. Seseorang tidak perlu menjadi “uchiha” atau “hyuuga” untuk mendapatkan fitur yang potensial ini, cukup terlahir sebagai manusia normal, bahkan sejauh ini dan setahu saya belum ada penyakit tertentu yang mereduksi keberadaan fitur ini di otak. Artinya semua manusia berpeluang untuk menghayati peran orang lain, baik peran sebagai individu, atau sebagai makhluk sosial yang bekerja, berelasi, dan hidup dengan orang lain. Dengan kata lain juga setiap manusia memilik peluan untuk mengembangkan kemamuan prespective taking.
Kemampuan Prespective taking memungkinkan seseorang untuk berpikir “oh, saya tidak boleh mencuri walaupun saya butuh karena orang yang saya curi akan kehilangan sesutu dan sedih, saya tidak suka sedih dan tidak suka kehilangan sesuatu yang saya miliki, pasti dia juga seperti itu” dan memungkinkan seseorang untuk berpikir seperti ini “Oh, saya ingin meberikan sesuatu pada orang yang tidak berkecukupan itu, karena hidup berkecukupan itu menyenangkan maka orang itu (yang tidak bekrcukupan) pasti juga akan bahagia dan senang ketika bisa hidup dengan terpenuhinya kebutuhan - kebutuhanya”.
Kemampuan prespective taking memungkinkan seseorang untuk merasakan seperti ini “dihina itu tidak enak, bikin sakit hati. maka saya tidak akan menghina orang lain” dan juga memungkinkan seseorang untuk merasakan seperti ini “tidak memafkan membuat kegelisahan, maka saya akan memaafkan setiap kesalahn orang baik yang meminta maaf ataupun yang tidak”
Juga seperti ini “kehilangan orang yang dicintai sangat menyedihkan, maka saya tidak akan membuat orang lain kehilangan orang yang dicintainya” pun juga seperti ini “kedamaian adalah hal yang diidamkan oleh saya, dan orang lain juga mengidamkan perdamian, maka saya tidak ingin menjadi aktor kekcauan”
dan setersunya (silahkan formulasikn sendiri)
tapi nyatanya, kemampuan PT (prespective taking) tidak berkembang di kebanyakan manusia, hal ini bisa saja disebabkan oleh faktor sosial dimana individu tersebut tinggal dan dibesarkan. Pun juga sangat bergantung dengan kepribadiaan bawaan (trait) individu tersebut, apakah memang diciptakan dengan kemampuan mengontrol amarah yang baik ataukah tidak, dsb. Tapi yang jelas kemampuan ini bisa dipelajari dan dikembangkan, dengan kata lain Dunia dapat mencapai Perdamaian dengan peran Manusia itu sendiri sebagai aktor perdamaian, dan perdamian dunia tidak mustahil dicapai.
Saya hanya terdiam saat ini karena kebanyakan manusia di dunia ini tidak memanfaatkan fitur neurn miror dengan baik. lihat rohingya, palestina, syuria, yang banyak seklai pembunuhan terjadi setiap harinya (saya tidak mau mengkuantifikasi), lihat afrika dan negara terbelakang lainya yang untuk makan dan minum saja manusia disana masih kesusahan.
why people…. why becasue the world so cruel
1 note
·
View note
Text
Filsafat Nabi Ibrahim
Oleh: Ahmad Fida Abdullah
#Part01
#ShareBermanfaat
Siapa yang tidak kenal Nabi Ibrahim? Bapak para nabi yang menolak mengikuti ayahnya untuk menyembah berhala yang tidak logis? Orang barat memanggilnya Abraham, sama seperti Daud dipanggil David, atau Ya’kub dipanggil Jacob. Dunia mengenalnya karena memang kisahnya sangat fenomenal, mungkin kisahnya menginspirasi para filsuf yang hidup setelahnya. Kisah menolak konsep yang dianggap benar oleh sekelompok masyarakat sekitar tempat tinggalnya karena tidak sesuai dengan logika kemanusiaan sederhana, dan mulai mencari kebenaran berdasarkan logika kemanuisaan. Semangat tulisan ini berpanutan pada perkataan Aveeroust (Ibnu Rusyd), beliau pernah berkata bahwa “kebenaran (wahyu) tidak dapat bertentangan dengan kebijaksanaan (filsafat), sebab keduanya saling menguatkan dan mendukung. Tetapi jauh sebelum tulisan ini dibuat perlu disadari juga bahwa banyak ulama – ulama yang menganjurkan atau bahkan melarang seorang muslim mencampur adukan filsafat dengan islam itu sendiri, ulama – ulama tersebut memandang bahwa filsafat merupakan salah satu pengancam aqidah seseorang. …………. Dahulu di suatu peradaban manusia yang entah sudah bisa dikatakan maju atau belum, terjadi konflik sosial yang sangat tidak seimbang. Saat seorang remaja berhadapan dengan seorang raja dan pengikutnya. Konfliknya, tentang konsep metafisik “ketuhanan”. Sang raja menganggap bahwa patung – patung yang dibuat oleh manusia adalah lambang ketuhanan, oleh karena itu wajib bagi manusia menyembah dan meminta kepada patung itu. Sang remaja itu tidak semerta – merta setuju, logikanya bermain “kenapa harus meminta kepada patung yang bahkan tidak bisa mendengar?” atau “kenapa harus meminta kepada patung yang bahkan dibuat oleh manusia?” adalah pertanyaan yang sering dilempar oleh remaja itu kepada sang raja dan pengikutnya. Tentu saja raja dan pengikutnya yang sudah termakan dogma ketuhanan mereka sendiri tidak bisa menjawab dan yang terjadi sang raja marah besar.
Cerita ini semakin klimaks ketika kita mengetahui bahwa remaja tersebut adalah seorang anak tukang pembuat patung andalan kerajaan. Jelas bahwa konflik tidak hanya terjadi antar remaja dengan masyarakat sekitar, melainkan juga terjadi antara remaja dengan ayahnya, serta keluarga mereka dengan masyarakat kerajaan. Seorang remaja yang jika menurut ilmu perkembangan masih labil dan belum berpendirian ditekan, dicemooh, dihina, dikucilkan dan dianggap “bodoh” oleh keluarganya dan masyarakat sekitar hanya karena mempertanyakan pertanyaan logis yang tidak pernah bisa dijawab oleh siapapun pada zaman itu.
“mengapa manusia harus menyembah, meminta, dan atau memohon kepada patung yang tidak bisa bicara, mendengar, dan atau bergerak yang bahkan keberadaanya dibuat oleh manusia yang menyembahnya?” adalah pertanyaan yang hanya ada dalam kepalanya. Artinya itu adalah konsep yang muncul berdasarkan logika remaja tadi, tentu saja melalui pengamatan yang panjang dan teliti. Sadar bahwa mungkin perkataanya salah maka remaja ini berniat membuktikanya secara empiris bahwa hipotesisnya diterima atau tidak.
Suatu ketika saat para raja dan pengikutnya sedang berburu dihutan, kerajaan menjadi sepi seketika dan hanya ada beberapa orang pria dan sisanya wanita yang mengurusi rumah. Remaja ini berjalan dari rumahnya menuju tempat penyembahan sang raja dan pengikutnya dengan membawa sebuah kapak. “greeek” suara pintu rumah penyembahan itu dibuka, bau patung batu yang sangat khas menyeruak dari dalam tempat penyembahan. Remaja ini baru pertama kali masuk ke tempat ini, sebelumnya dia hanya duduk di serambi bangunan ini sembari menunggu ayahnya menyelesaikan tugasnya lalu pulang bersama. “hey! Kau mendengarku?” kata remaja ini kepada patung batu didepanya. “….” Tidak ada jawaban dari patung itu, hanya keheningan yang terjadi. “bagaimana jika aku memenggal kepalamu? Kau setuju?” sama seperti sebelunya tidak ada jawaban. “baiklah, kutanya sekali lagi kalau kau diam maka kuanggap kau setuju. Bagaimana jika aku memenggal kepalamu?”. “……” tidak ada jawaban “lagi – lagi diam saja, oke kuanggap kau setuju” katanya lagi. Remaja itu mengangkat kapaknya tinggi – tinggi bersiap memenggal kepala patung batu itu sekuat tenaga. Kapak sudah diayunkan dengan kecepatan tinggi, tapi tiba – tiba “TUNGUU!!!!” ada sebuah suara yang menghentikanya. Remaja itu berhenti dan menghela nafas. “apa yang akan terjadi jika aku hancurkan patung batu ini ya? Tentu saja mereka semua marah besar. Ah…. aku punya ide!! Haha”. Pikir remaja tadi diakhiri senyum kecil di ujung bibirnya, pikiranya mengatakan “tunggu” untuk memberi kesempatan remaja itu berpikir tentang dampak dari perbuatanya. “HAI KALIAN PARA PATUNG BATU!!! AKU TAHU KALIAN TIDAK BISA MENDENGAR, MELIHTA, BERBICARA, MAKAN SESAJEN ATAU BAHKAN MENGABULKAN PEROHONAN MANUSIA. BAHKAN KALIAN DIBUAT OLEH MANUSIA! AKU AKAN MENGHANCURKAN KALIAN, JIKA KALIAN PUNYA KEMAMPUAN UNTUK MENGEHENTIKAN KU, MAKA CUKUP BERKATA “JANGAN” MAKA AKU AKAN BERHENTI MENGHANCURKAN KALIAN” teriak remaja itu ke seluruh penjuru ruangan. “Haha, as always. Tidak ada jawaban” kata remaja itu sambil mengayunkan kapaknya ke patung batu didepanya “BRAAK” ………….. “Oohh, jadi diruangan penyembahan ini terdapat berbagai macam patung, dari mulai yang kecil sampai yang berukuran besar. Si kecil hanya sebatas batu yang dibentuk saja, sementara si besar dibentuk menyerupai manusia kuat dan diberi pakaian terbaik dan perhiasan terbaik. Dari yang pernah ku lihat si kecil hanya boleh disembah oleh para petani dan kalangan rakyat jelata sementara si besar hanya disembah oleh raja dan para petinggi istana. Mengapa konsep tuhan ini berkasta?” gumam remaja tadi sambil menghancurkan semua patung batu berukuran sedang dan kecil. Remaja itu menyisakan satu patung batu sesembahan yang besar dan meletakan kapak itu sela – sela tangan patung tersebut sehingga terlihat bahwa patung itu memegang kapak. “HEEIIII!!! KAU!!! APA YANG KAU LAKUKAN?! HAH!?” teriak suara lantang didekat pintu masuk suara itu berat, menyeramkan, dan masih terkesan berwibawa sekalipun berteriak, sepertinya pemilik suara itu marah besar. …………………….
Filsafat dimulai dengan mempertanyakan, diakhiri dengan membuktikan kesimpulan, dan mengejar konsep kebenaran sejati.
3 notes
·
View notes
Text
Ingat dan Lupa
Dini hari ini tiba - tiba aku terbangun, duduk dan merasa ada yang harus kutulis. Lalu aku beranjak dari kasur dan pergi ke dapur. Rupanya segelas saja tidak cukup, tiga gelas air putih baru aku berhenti dan bersendawa ringan. Aku melihat jam di smartphone masih jelas 01.14 WITA disana. Lalu aku kembali menggengam smartphone ku dan mulai menulis. Actually aku bingung dengan apa aku memulai, it’s blank. Jadi aku diam dan berusaha mencari ide. Sampai akhirnya ide itu tidak muncul. - Mencari ide itu seperti kita mengejar kupu - kupu kurasa. Saat dikejar kupu - kupu selalu menjauh dan terbang kesana kemari menghindari kita. Lalu kita lelah dan duduk di sekitar pepohonan di pinggir taman bunga tempat kita mengejar kupu - kupu. Lalu entah apa yang membuat kupu - kupu itu melakukan hal ini, kupu - kupu itu datang dengan sendirinya. Kita mengejar ide dan tidak menemukanya, lalu bergegas tidur dan ide itu muncul. See? Ada kesamaan bukan? Iya sedikit. Pun sebenarnya jika dihitung secara kemungkinan kupu - kupu tadi tidak pasti akan ke kita kan, masih banyak kemungkinan dia hinggap pada yang lainya. Yah namanya juga “seperti” ya pasti ada yang terdistorsi, karena seperti bukanlah “adalah”. - Tiba - tiba ingatanku melambung tinggi menerjang jalanya waktu, dia menghempas ke masa lalu. - Hanya ada bintang di langit malam kala itu, sepertinya matahari dan rembulan sedang bermusuhan, nyatanya matahari tidak memberikan cahayanya kepada bulan agar bulan bisa bersinar malam itu, bahkan sedikit saja cahaya tidak diberi oleh matahari pada bulan. Aku di sebuah pulau dengan penghuni sedikit, kurang lebih 50 - 70 kepala keluarga, mereka hidup hanya satu kampung, dan sumber energi mereka adalah panel surya. Setiap rumah punya panel surya di atapnya dan dikombinasikan dengan kapasitor sebagai penyimpan listrik. - Entah sudah jam berapa pada malam itu, yang jelas hanya ada aku dan teman - teman SMA ku. Kami memang sedang dalam agenda liburan ke pulau di tengah selat sunda yang biasa disebut warga setempat dengan sangiang. Entah apa yang temanku lakukan, mereka selalu punya cara asik untuk menikmati malam, pun dengan ku. Aku hanya duduk di bawah pohon kelapa dan mengagumi dunia, pandanganku mengarab ke cakrawala, sendiri. Ombak sepertinya tidak ingin membiarkanku sendiri malam itu, dia mencoba menyapaku melalui deburanya yang teratur dan lembut. Aku suka dengan kedamaian atau “peace”, tentu saja aku tidak suka antonimnya yaitu konflik. - “Dukkk” suara benturan keras itu membuyarkan lamunanku. Ya, sebuah kelapa jatuh tepat di samping kanan ku. “Nyaris aja gue gak jadi liburan” gumamku sederhana saat itu. Sadar akan bahaya duduk bersender pada pohon kelapa aku beranjak pergi kali ini ke atas batu karang di pesisir pantai. Lalu aku duduk disana dan mulai menikmati alam. - Kali ini memoriku membawa aku setahun lebih maju dari memori sangiang, masih dengan tema pulau kali ini memori derawan yang entah kenapa berhasil di “unduh” ke zona proyeksi otak. - Jam sudah menunjukan pukul 9, keluargaku kebanyak sudah tertidur pulas mungkin karena lelah seharian bermain di pantai dan bersepeda keliling pulau. Tidak besar pulai derawan ini, 7 menit bersepeda sudah habis setiap penjuru pulai kita sambangi. Seperti biasa aku merindukan saat ini, saat dimana semua orang terlelap dan aku terjaga. Lalu aku keluar dan berjalan kearah dermaga kecil yang terbuat dari kayu ulin (kayu kebanggan masyarakat kalimantan timur, setahu saya hanya ada di kalimantan pohonya). 2 menit aku berjalan dari kamar tempat menginap hingga sampai di ujung dermaga. Malam ini cukup mendung tidak terlihat ada bintang menggantung dilangit, hanya bulan yang mau menyapaku malam itu. “Tak apalah” kataku, lalu aku mulai bersandar pada kayu pembatas di dermaga itu. Angin memainkan jaket dan rambutku, mungkin sebenarnya angin berusaha membuatku nyaman jadi kuanggap saja begitu. Aku melihat ke kaki - kaki dermaga yang menghujam ke bawah menembus air laut, banyak kepiting kecil yang berjalan disana lalu aku dekati mereka dan melihat ada sepasang yang sedang berkelahi, mungkin mereka memperebutkan wilayah atau mungkin juga pasangan kawin, mana yang benar entahlah. Lalu aku duduk bersila didepan kepiting - kepiting itu, mungkin mereka malu dilihat olehku dan mereka pergi kebalik pondasi kayu dermaga. Aku sendiri kali ini duduk bersila dengan backsound angin lembut berpadu ombak santai. Lalu aku mengambil nafas dalam - dalam dan membuangnya. Air mataku mulai menetes, i don’t know why kok bisa menetes yang jelas aku merasa ada kedamaian yang masuk kedalam jiwaku. - Aku selalu menghabiskan waktu seperti itu dengan melamun, melamun tentang penciptaan yang maha dahsyat ini. Selalu diakhiri lamunanku itu dengan puji - pujian kepada sang pencipta, and thankfull for giving me chance to see the creature. Sudah jam 2 rupanya, aku terlalu asik dengan puji - pujianku. Aku berjalan perlahan ke arah pantai dan ini benar - benar sunyi tidak ada suara manusia pun aku tidak mendengar suara angin. Hanya ada suara ombak, decitan kayu ulin, dan derap langkahku. Sebenarnya aku sudah akan pergi ke kamar saat itu tapi aku tertarik untuk duduk di kursi pantai depan kamarku. - Aku bangun dan jam menunjukan pukul 3.03 dini hari, ternyata aku tertidur di atas kursi pantai itu. Sadar hawa mulai dingin aku segera bangkin dan bergegas kekamar. Tapi, lagi - lagi aku dipaksa diam dan kagum. Pemandangan super menakjubkan saat itu, aku tidak melihat ombak, tidak merasa angin, dan tidak mendengar suara - suara lainya selain suara “ngiiiiiiiii” lembut yang muncul saat keheningan mulai menerpa. Menurutku ini menakjubkan dan aku kembali memuji sang pencipta. Aku duduk di kursi itu lagi dan membiarkan air mataku jatuh, aku merasakan sedang duduk disamping pencipta alam ini, ada semacam rasa super sangat nyaman. “Masya Allah, Alhamdulillah” hanya dua kalimat itu yang mampu muncul di pikiranku saat itu. - “Mas kok belum tidur?” kata umi yang terbangun malam ini, jiwaku sudab kembali ke masa ini 2.05 WITA dini hari. Umi punya kebiasaan ngecekin kamar anaknya kalo kebangun tengah malam, mungkin takut ada yg kabur dari rumah kali. “Kebangun mik” kataku singkat. “Jangan bobok malam - malam ya nak, nanti subuhnya susah” balas bidadari itu lagi “siap bubos” timpalku sambil mengulet dikasur. Lalu umik pergi, mungkin ke mimpinya lagi. - Kupikir setiap orang punya caranya menikmati hidup, selama tidak melawan norma dan nilai itu tidak masalah menurutku. Dan satu lagi ini tentang memori, sebuah karunia yang tidak ada bandinganya. Memori adalah sebuah gudang penyimpanan informasi dengan unlimited byte. Semua bisa masuk, informasi apapun. Dan kita bisa mengambil informasi itu jika kita mau. Ingatan selalu datang dengan antonimnya yaitu “lupa” rasanya ini juga karunia yang besar, aku sudah lupa lelahnya perjalanan ke dua pulai tadi tapi aku masih ingat benar ketenangan yang ada disana. Seandainya tidak ada lupa, mungkin ibu - ibu tidak mau punya anak untuk kedua kalinya, karena ingatan tentabg rasa sakitnya melahirkan tidak ada yang terhapua dari memorinya. - Dan sebelum tidur lagi, aku kembali tertegun betapa sang pencipta membuat dunia ini seimbang dan luar biasa sempurna hingga pertelan - peretelanya. Aku merasa beruntung aku mengenal pencipta dunia ini. Aku berharap bisa bertemu dengan Nya suatu saat nanti. I love you pencipta!
1 note
·
View note
Text
Ada sebuah cerita tentang perjalanan. Lalu berhenti. Mengisis apa yang perlu diisi. Lalu berjalan lagi. Tapi perjalanan waktu tidak pernah berhenti. Absolute traveler is time. - Waktu memutar segalanya, membalikan kesedihan sembari menyembuhkan luka. Waktu membuat luka dan mengobatinya. Selalu ada hasil dari perjalanan waktu, yaitu sejarah atau lebih enak disebut sebagai kenangan. - Terkadang aku membayangkan apa yang dilihat oleh layang - layang saat terbang. Terkadang aku membayangkan apa yang dilihat cacing didalam tanah. Lalu membayangkan apa yang dilihat ikan didalam air. Apa ya yang dilihat waktu? Sebagai sebuah dimensi yang menaungi realita. Mungkin waktu telah melihat bumi saat dibentuk, peperangan manusia yang kejam, perebutan kekuasaan, jatuhnya meteor dan yang berharap saat itu. Aku yakin bahwa waktu juga melihat kita, kebaikan dan keburukan kita. Mungkin yang tidak bisa dilihat waktu adalah isi hati kita. -
1 note
·
View note