ahmadpakpahan
ahmadpakpahan
AhmadPakpahan
200 posts
Nyicil cerita di sini dulu, semoga bisa jadi buku.
Don't wanna be here? Send us removal request.
ahmadpakpahan · 1 year ago
Text
Udhuhu
0 notes
ahmadpakpahan · 2 years ago
Text
Tumblr media
Cara berperan sebagai anak yang berubah!
Cara menjadi anak saat masih pelajar, mahasiswa, sudah bekerja, menjadi suami dan ayah tentu berbeda. Dan dari semua perubahannya saya mengerti kalau dimata orang tua, buah hatinya tetaplah seorang anak kecil meski mereka telah jadi kakek dan nenek dan anaknya telah jadi ayah dan ibu. Rindu mereka tidak berubah meski ada cucu yang lebih sering menarik perhatian, kasih mereka tak terkikis meski ada menantu yang lebih simpatis.
Sebuah tulisan pembuka setelah sekian lama menyibukkan diri melatih kemampuan di bidang lain, dan rasanya kemampuan menulispun mulai menurun. Yap, waktunya melatihkembali rutinitas lama. Memotret kenangan dalam kata dan kalimat.
#menyudahiharidenganbaik
8 notes · View notes
ahmadpakpahan · 4 years ago
Video
youtube
Underprivileged millennials: Being young, poor in Jakarta Dokumentasi JP ini memberikan sudut pandang yang semakin luas, di usia yang sama dengan kita, banyak orang yang berjuang. Salah satu statement di kolom comment yang benar-benar menampar saya : …. we don’t even have an opportunity to pursue our dream because we are too busy to make a living.
146 notes · View notes
ahmadpakpahan · 4 years ago
Text
Tulisan : Terlihat Mudah
Satu hal yang kemudian kusadari setelah sekian lama mengamati, tidak hanya mengamati perjalanan sendiri melainkan juga perjalanan hidup orang lain. Pada setiap urusan hidupnya yang terlihat mudah, ternyata tidak semata-mata karena memang orang tersebut adalah orang yang pandai, cakap, terampil, memiliki banyak keahlian.
Seringkali saya meminta nasihat kepada mereka, tentunya selain mendapatkan nasihat-nasihat umum seperti kita harus belajar, berinvestasi leher ke atas, menambah jejaring dan keahlian. Ada nasihat-nasihat tambahan yang saya simpulkan, hampir sama. Berbuat baik, kepada siapa? Kepada orang tua.
Katanya, kita bisa jadi pandai dalam bersedekah bersama teman-teman kita, rutin setiap senin dan jumat. Selalu ada untuk menolong teman-teman kita. Selalu meluangkan waktu untuk orang lain. Selalu mencurahkan energi dan pikiran kita ke dalam organisasi, komunitas, dan lain-lain. Tapi, bisa jadi kita jarang hadir di rumah, tidak meluangkan waktu untuk orang tua kita, tidak membantu meringankan pekerjaannya sesederhana membersihkan kamar kita, membukakan pintu dan menutup pintu pagar ketika orang tua hendak keluar atau masuk rumah, merapikan meja makan, dan hal-hal yang tampak sederhana dan seolah tak bernilai bagi kita, dibanding dengan aktivitas kita di luar rumah. Temanku yang lain, yang tampak biasa-biasa saja, tidak ada yang spesial dengan kemampuan akademiknya di kampus, pun tidak menjadi pejabat penting dalam organisasi. Ketika dia mendaftar magister di luar negeri, dengan mudahnya mendapatkan beasiswa, bahkan beasiswa penuh. Lulus dari sana langsung mendapatkan pekerjaan yang sangat baik, ketika para lulusan yang lain masih bingung mencari pekerjaan ketika pulang. Tentunya, kalau orang lain yang tak mengenal bagaimana orang tersebut tidak akan tahu kalau temanku tersebut adalah orang yang selalu ada untuk orang tuanya. Bahkan, ketika ada urusan organisasi dan orang tuanya meminta tolong untuk diantar ke suatu tempat, dia tak segan untuk minta izin ke organisasi dan memilih mengantar orang tuanya. Dulu, sebagai seorang aktivis mungkin agak jengkel ketika ada anggota yang tidak bisa hadir karena ada urusan keluarga. Tapi, hari ini, semakin dewasa, saya menjadi lebih paham skala prioritas seseorang. Itu belum termasuk dengan segala kesiap sediaannya yang lain untuk orang tuanya, yang saya tahu dari orang tuanya langsung. Anaknya adalah anak yang selalu bisa diandalkan. Ujarnya. Temanku yang lainnya lagi pun demikian. Tak jauh beda ketika memberikan nasihatnya kepadaku. “Sekalipun orang tua kita mungkin tak begitu memahami dunia kita saat ini, tetaplah berbuat baik selama itu bukan kekerasan dalam rumah tangga dsb. Perbedaan pendapat dengan orang tua, sikap dingin, perbedaan pandangan, itu semua adalah hal yang niscaya terjadi antara orang tua dan kita sebagai anak. Kita perlu untuk mencari celah di mana kita bisa berbuat baik.” Akan lebih menyesakkan kalau kita sudah tahu bahwa orang tua kita sebenarnya mudah untuk kita dekati, bisa diajak bicara, tapi justru kemudahan itu membuat kita merasa tidak perlu merawatnya dengan baik. Dan kemudian kita merasa banyak sekali hambatan dalam hidup kita, ketika mau sekolah, bekerja, memasukin kehidupan berumah tangga, bahkan mungkin saat berumah tangga. Bisa jadi, penyebabnya sedekat itu. Dan kita tidak berusaha mengatasi penyebabnya, tapi sibuk mencari cara dari luar yang jauh, yang mahal, yang berputar-putar jalannya. Lihat raut wajah kedua orang tua kita, jika keduanya masih ada, atau mungkin salah satunya. Yang mulai menua, tenaganya tidak sekuat dulu, yang lelah menyiapkan makanan di rumah yang jarang kita makan. Yang setiap pagi membangunkan kita tapi kita tak kunjung mau beranjak bangun. Setiap hari harus mengurus rumah seisinya dan kita masih mengeluh karena rumah ini terasa tidak hangat, berharap orang lain yang menghangatkan rumah ini tapi kita sendiri tidak mau.  Tak terlintas dalam benak kita untuk mengantar orang tua kita ketika mereka ada urusan, menemaninya berkunjung silaturahmi, ke rumah sakit, membeli makan, tidak harus urusan yang sangat penting. Memang mungkin agak sulit bagi kita, membatalkan sedikit urusan kita, mengurangi aktivitas kita yang terlihat begitu memukau banyak orang. Tapi kesibukkan itu justru meniadakan kesempatan-kesempatan kita untuk mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam hidup, melalui doa-doa orang tua kita yang begitu dekat, kepada anakknya yang dilahirkannya dan selalu ada memudahkan orang tuanya. Kehilangan orang tua itu sama saja dengan kehilangan doa-doa yang paling mustajab. Jangan sampai, kita kehilangan doa-doa itu bukan karena orang tua telah meninggal dunia. Mereka masih ada di sekitar kita, tapi kita sudah kehilangan doa-doa mustajab tersebut, karena kita tidak pernah memintanya, tidak pernah meluangkan waktu untuknya, dan tidak pernah hadir sebagai anak yang dulu pernah diberikan kasih sayang yang begitu besar ketika masih kecil.  Ketika sudah besar, anak-anaknya tak lagi sedekat dulu. Tak lagi menunjukkan keinginannya untuk dekat dengan orang tuanya. Seolah-olah anak tersebut tidak menginginkan kehadiran orang tuanya, bahkan dianggap orang tua sebagai penghambat langkah kakinya. Padahal, kemudahan yang kita cari begitu dekat. Tapi, kita mencarinya begitu jauh. 18 Maret 2021 | ©kurniawangunadi
931 notes · View notes
ahmadpakpahan · 5 years ago
Text
Gak apa-apa🙂
Jika kamu tidak beruntung hari ini, tidak apa-apa...
Setidaknya kamu masih bisa menjadi salah satu alasan kebahagiaan untuk orang lain.
23.03 thoughts, universe.
35 notes · View notes
ahmadpakpahan · 5 years ago
Text
Selamat Pagi Aku yang Suka Menulis
Sepagi ini biasanya aku sudah menyelesaikan satu tulisan, entah tentang apapun itu. Dan entah sejak kapan ku mulai lupa bagaimana cara dan rasanya menulis, menulis dengan cara merasakan tulisan itu sendiri. Entah tulisan yang meninggalkanku atau aku yang menjauh dari menulis.
Selain kebiasaan menulis, frekuensi izin kerja karena berbagai alasan juga minim sekarang. Selebihnya kurasa aku tidak banyak berubah. Mungkin. Yang jelas aku tidak benar-benar berhenti menulis. Seperti banyak hal yang juga tidak benar-benar berhenti dari diriku.
Sudah dulu ya, ada rutinitas yang harus kutunaikan hari ini, rutinitas yang juga menenggelamkan tulisan-tulisanku seperti sebelumnya. Hai aku yang suka menulis, akan kucoba lebih sering singgah dan menyapamu.
Tumblr media
7.41 | 7.10.202 | Pagi Cerah, Entah dengan Siangnya
2 notes · View notes
ahmadpakpahan · 5 years ago
Text
Tumblr media
Kalimat yang dikutip dari sahabat kekasih-Nya. "Aku tidak sebaik yang terlihat, tapi juga tidak seburuk yang terlintas di hatimu"
1 note · View note
ahmadpakpahan · 5 years ago
Text
Tumblr media
Beberapa hari yang lalu....
Sesederhana tawa menunggu sang surya terbenam sembari menatap bentangan sawah usai dipanen. Beliau bertanya, kuliah di mana nak?. Kami semua tersenyum (wajahnya masih kayak anak kuliahan yak). Udah kerja buk jawab salah seorang temanku senja itu.
Usai mengabadikan foto ini aku ikut tersenyum dari balik lensa untuk beberapa saat sebelum akhirnya menyusul teman-temanku yang sudah duluan ke puncak bukit kecil di seberang jalan. Aku menerka-nerka, mungkin tawa itu karena beliau teringat anak di rumah saat melihat kami, atau anak beliau di rantau?. Hannya siibu dan Dia yang tau.
Aku tidak hannya akan ingat tempat itu, tidak juga sekadar senyuman ibu paruh baya itu. Aku akan ingat, sore itu kalian memberi tawa saat pergi membelakangi wanita di depan lensaku ini. Kalian tau apa yang kuucap dalam hati? Teruslah jadi orang yang seperti ini, kalian tidak peduli dimanapun, kapanpun. Teruslah membagikan kebaikan di hati kalian. Kalian tak sempat melihat senyum siibu dengan mata sayu itu menatapi kalian sampai hilang dari pandangannya. Detik itu aku lega menjadi yang terakhir pergi, ada sebuah moment yang bisa kuabadikan di ruang maya ini. Usia dan hirukpikuk keseharian akan membuat kita lupa pernah di sana, nanti aku akan mengingatnya lewat tulisan ini. Mungkin kita bakal tersenyum bersam saat bercerita tentang hari ini, nanti.
27.09.2020 | 21.18 | Menunggu Nasi Matang
0 notes
ahmadpakpahan · 5 years ago
Text
Dalam hidup kita ga di tuntut buat terus melawan ko. Kadang ada fase dimana kita harus bertahan. Sesekali sambangi diri yang sebegitunya babak belur dengan keadaan.
2 notes · View notes
ahmadpakpahan · 5 years ago
Text
Banyak kisah, dia yang dipertemukan oleh harta dan berpisah juga karena harta, ada pula yang dipertemukan lewat cuitan dan kagum pada sosial media dan akhirnya berpisah karena tidak sesuai realita. Mencari dan menemukan itu sulit susah, selalu tidak pasti. Yang pasti itu bahwa keberkahan selalu berdekatan dengan cara-cara yang baik. Antara tanjakan dan turunan, perbaiki cara menjemput. Apapun itu.
@jndmmsyhd
678 notes · View notes
ahmadpakpahan · 5 years ago
Text
Tumblr media
Tumbuh itu kadang ada patahnya, bahkan saat mekarpun ada bergugurannya.
Soal tumbuh dan mekar ini tidak melulu hikmahnya lewat orang-orang bijak nan piawai merangkai kata.
Beberapa minggu lalu sorang nenek yang almarhumah cucunya adalah teman baik kami bertutur sebelum kami pulang dari ziarah. Mad kenapa jarang nulis sekarang, nenek selalu nunggu tulisannya lo sejak uni pertama kasih lihat tulisan Ahmad dulu. Iya nek, InshaAllah diupayakan konsisten lagi nulisnya nek. Jawabku setelah terdiam beberapa saat. Ternyat tulisan yang banyak kurangnya ini ditunggu oleh seorang nenek di seberang negeri sana apapun isi tulisannya.
Atau sore tadi misalnya, seorang pelajar SMA yang entah dari mama menemukan video editanku 17 Agustus kemarin. Karena ketertarikan yang sama di bidang editing kami jadi ngobrol untuk beberapa saat di dm. Dan yap, siadik ini diusia SMA sudah menjajal hobi editingnya dengan software editing di laptop yang lumayan serius pengerjaannya. Aku yang sudah salut dengan semangat belajar siadik ini makin tertampar saat dia bilang, "bagus tidaknya video bukan dari ngedit di laptop atau hp bg, tapi skill editornya". Bem, aku yang beberapa hari ngulik soal laptop rendering di jendela maya akhirnya mulai mengurungkan niat untuk memenuhi ego diri dengan editing via laptop yang kalau dipikir-pikir masih bisa tercover dengan apk di hp.
Terkadang tumbuh dan mekarnya kita datang dari orang yang usianya sepuh sekali, atau bahkan lebih muda dari kita. Soal patah dan gugurnya kembali ke penerimaan dan pemahaman kita. Selalu ada cara tidak terduga dari-Nya untuk mendidik diri ini pelan-pelan.
Dan perlahan, cerita harian ini kembali dituliskan.
1 note · View note
ahmadpakpahan · 5 years ago
Text
Tumblr media
Dan dalam rintik hujan tengah malam ada nyanyian yang hannya bisa didengar segelintir manusia. Nyanyian yang datang bersamaan dengan banyak hal yang berlintasan di kepala mereka.
Memeluk sepi bersama tiap tetes hujan yang jatuh ke bumi, bersama suara gemericik yang tidak terhitung jumlahnya, bersama isi batin yang sukar dijelaskan warna dan rasanya.
Manusia kecil, aku ingin melihatmu tumbuh di kota ini. Biar kelak aku bisa memperkenalkan hujan tengah malam saat kamu mulai memahami hal-hal rumit.
0 notes
ahmadpakpahan · 5 years ago
Text
Tumblr media
Penghrgaan Pertama untuk Mereka
Penghargaan akan prestasi akademik atau perlombaan dalam bentuk apapun seingatku tidak pernah tergenggam oleh tangan ini sedari zaman sekolah sampai selesai kuliah.
Dan di hari wisuda, protokoler sidang wisuda memanggil namaku untuk kedua kalinya setelah pemindahan jambul toga dan penyerahan ijazah.
Hannya ada empat nama dari delapan ratusan wisudawan yang dipanggil dua kali oleh protokoler, satu nama untuk mahasiswa dengan IPK tertinggi, dan tiga nama untuk bintang aktifis kampus. Kategori kedua untuk tiga nama ini pertamakali diberikan untuk mahasiswa di tahun 2017 sejak kampus berdiri di tahun 2004.
Bukankah bintang aktifis harusnya mahasiswa yang punya trekrekor baik dalam akademik yang juga sejalan dengan nonakademik lengkap dengan semua berkas-berkas pelatihan, seminar, kepanitiaanini itu dan bla... bla... bla.
Aku yang masih kebingungan tidak langsung maju ke depan saat 3 nama yang lain sudah setengah jalan menuju panggung penghargaan. Aku yang berdiri tepat di depan kursi wisudaku sendiri menoleh kearah tribun kiri ruang wisuda. Dua wajah yang tidak lagi muda memberi isyarat dengan tangannya agar aku segera maju ke panggung. Dua pasang mata yang berkaca-kaca meski mereka sendiri tidak begitu paham apa itu bintang aktifis kampus itu masih saja memberiku isyarat.
Setiap langkah menuju panggung tidak pernah kulewatkan tanpa berpikir kenapa namaku disebut kedua kalinya. Begitu kental diingatanku kalau kuliah yang kujalani tidak sepenuh hati, bahwa beragam kegiatan yang kuikuti di luar jadwal akademik adalah pelarian. Bukan aku yang pantas menerima ini, ucapku dalam diam persis saat pimpinan tertinggi kampus menyerahkan piagam bintang aktifis kampus. Percakapanku dengan diri sendiri pecah dengan gemuruh tepuk tangan dari wisudawan dan semua yang menghadiri wisuda.
Orangtua wisudawan dipersilakan meninggalkan ruang wisuda terlebih dulu agar akses ke luar tidak berdesak-desakan. Dan hal pertama yang kulakukan bukan menemui ayah dan umak, tapi malah menemui pembantu ketua 2 yang membidangi akademik dan kemahasiswaan kampus. Sederhana saja, aku bertanya kenapa ak yang menerima penghargaan ini?
Sang puket 2 kampus malah tersenyum dan bilang kalau beliau sudah menduga aku akan memanyakan hal itu, dan jawaban beliau "teman-teman satu angkatanmu yang meminta agar penghargaan ini diberika padamu" jawab beliau dengan senyum teduh.
Aku tidak menanyakan apapun lagi, bergegas aku meninggalkan rektorat setelah izin pamit pada bu puket 2 dan menemui orangtuaku. Dan benar saja, ayah dan umak sudah duduk menantiku di selasar kampus lengkap dengan kerumunan adik-adik junior, alumni dan teman-teman yang sengaja datang lengkap dengan sekian kado mereka.
Untuk pertama kalinya aku tersenyum menggenggam tangan ayah dan umak dengan lega. Penghargaan ini untuk mereka.
Meski demikian, aku tetap merasa belum benar-benar berbakti kepada mereka, belum benar-benar membahagiakan mereka. Maka jika ada amal dan perbuatanku yang bernilai pahala dan kebaikan, semoga Allah jadikan itu jariyah yang berlipat-lipat bagi ayah dan umak, sebab tidak akan mampu aku menebus bakti pada beliau dengan cara apapun dan selama apaun.
12.08.2020 | 1.17 | Kontenplasi usai ngobrol dengan ayah single fighter.
3 notes · View notes
ahmadpakpahan · 5 years ago
Text
Tumblr media
Dua tangan mungil itu lahir ke dunia yang tidak baik-baik saja ini beberapa bulan lalu. Dan hari ini dengan dua tangan mungil itu ia menggenggap jari siapa saja yang ada di dekatnya. Ya, untuk saat ini baru jari manusia dewasa yang mampu ia genggam.
Sejak si kecil Kiara selalu dibawa bu kepsek (emaknya) ke sekolah, ia selalu jadi penawar penat dan keriuhan pikiran semua orang di tempat saya ngajar. Rutinitas baru di sekolah, wajib ngucap salam ke gadis kecil (Kiara) ini sebelum memulai apaun😄.
Beberapa waktu lalu saya bertemu seorang bapak usia 50an di pelataran Jam Gadang yang menggunakan kedua tangannya untuk mengabadikan siapa saja yang menukarkan sejumlah dengan lukisan tangan.
Atau beberapa jam lalu, saat malam Minggu saya habiskan dengan ngobrol bersama ayah dua anak yang kedua tangannya piawai memasak dan menyajikan berbagai jajanan kuliner mulai dari mie Surabaya sampai sate sejak dua tahun lalu. Dua tangan yang akrab dengan bau bawang beserta teman-temannya yang meramaikan aroma dapur itu selalu ditunggu dua buah hatinya di rumah meski harus menunggu sampai tengah malam, rutinitas ayah dan dua anak sejak sang isteri wafat 3 tahun lalu.
Dan Kiara, suara tangisnya mampu memenuhi seisi ruangan kantor di sekolah, tapi dengan dua tangan kakaknya yang masih 5 tahun, suara tangis itu selalu berhasil lenyap dalam tepukan-tepukan pelan di bahu dan pahan mungil Kiara.
Ada banyak hal yang tidak dan bisa di jaga dengan dua tangan manusia. Bahkan jika ada yang mampu dijaga dan diraih oleh dua tangan manusia, tetap saja itu karena kehendak-Nya. Dan untuk hal-hal yang tidak mampu dijaga dengan dua tangan ini, cukup dengan menengadahkan kedua tangan ini lalu ucapkan semua keriuhan yang ada di kepala dan dada.
Untuk hal-hal yang tidak sepenuhnya bisa dijaga dengan dua tangan tak berdaya ini. Orangtua, keluarga, teman dan diri sendiri. Semoga tangan-tangan kita bergenggaman dalam kebaikan. Allahumma Aamiin.
Hal-hal yang antree di kepala dan menunggu ditulis setiap kali saya mlihat ke dalam mata Kiara saat jari saya digenggam. Bukankah dua tangan mungil itu baik sekali, ia mau menggengam jari-jari kotor ini. Terimakasih Kiara.
1:42 | 26•7•2020 | Minggu dini hari.
4 notes · View notes
ahmadpakpahan · 5 years ago
Text
"Maha besar Allah dengan segala ketentuan dan nikmatnya. Saat orang di luar sana menganggap saya atau kamu sebagai seorang yang baik, padahal usia saya berkarat dengan banyaknya main-main, terlalu banyak hal yang ingin ditulis tapi takut jika nanti malah menjadi bumerang untuk saya pribadi."
Maha besar Allah dengan menutup semua aib kita, nikmat yang kadang terlupa, tidak taunya orang pada aib kita adalah nikmat yang sangat besar, mensyukurinya dengan tidak berbangga hati dan memvonis bahwa diri ini seorang yang sholih.
Barangkali nanti orang melihat kita sebagai seorang yang baik, maka ucapkan doa semoga Allah benar-benar menjadikan kita seperti yang orang sangka. Dan jika nanti orang menjauh dari kita tersebab aib-aib kita yang tampak, maka ucapkan doa agar Allah matikan kita dalam keadaan taubat, bukan maksiat yang berlanjut.
Menata kepergian.
@jndmmsyhd
1K notes · View notes
ahmadpakpahan · 5 years ago
Text
Dari berbagai sumber kita tau kalau pengharapan sejatinya hannya boleh disandarkan pada-Nya. Dan dari sekian banyak yang tau tidak semuanya benar-benar melakukan. Dan dari sekian yang melakukan tidak semuanya benar-benar yakin.
Sore ini Allah izinkan berjodoh dengan kesederhanaan. Seorang Ustadz yang sering saya dan teman-temna mintai untuk mengisi berbagai kegiatan saat di kampus yang beliaunya juga menjabat di kursi dewan selama 4 periode. Tutur kata satun, pembahasaan yang akrab dan ramah selalu jadi yang paling dirindukan dari beliau. Sore ini saya Allah takdirkan mengantar pesanan empek-empek ke rumah beliau. Dansetelah 4 tahun kenal beliau ini kali pertama saya berkunjung ke rumah beliau. Sebuah kesederhanaan yang dijawab oleh sepetak rumah yang tidak terlalu besar.
Itu saja.
3 notes · View notes
ahmadpakpahan · 5 years ago
Text
Suatu hari nanti
Suatu hari nanti kamu akan paham mengapa Allah banyak meminta kesabaran darimu, meminta keikhlasan hatimu, meminta untuk menunggu do'a-do'a yang kamu langitkan sedari dulu.
Dan hari itu kamu akan dibuat terharu dengan cara Allah mengabulkan do'amu. Bahkan untuk do'a yang tidak pernah terucap di lisan dan malu untuk di langitkan. Semua Allah perkenankan.
***
Saat itulah.. hatimu akan merasa demikian bersyukur, sebab apa yang Allah wujudkan ternyata melebihi dari apa yang kamu pintakan. Kamu akan paham bahwa kecemasan yang pernah singgah mengusik hatimu tak ada nilainya sama sekali dibanding karunia Allah yang tidak terukur.
Itulah hari.. dimana kamu akan sadar dan mengakui bahwa Allah sebaik-baik Rabb yang Maha Mendengar segala do'a, dan percaya bahwa pada tiap-tiap tangan hambaNya yang menengadah tak akan pernah dibuat kecewa.
Bumi Allah || @khadijah1998
197 notes · View notes