O Allah, let this day onwards be under your blessings always..
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Perjalanan
Setiap perjalanan akan selalu tidak pernah mudah. Ada banyak pengorbanan yang dilakukan. Ada banyak harta yang dicurahkan. Ada banyak kejadian-kejadian yang diluar ekspektasi terjadi begitu saja seolah berusaha membuatmu ragu apakah akan melanjutkan. Bahkan tak sedikit air mata yang tumpah kala mencoba merefleksikan. Terlebih jika itu perjalanan memenuhi panggilanNya. Padahal sadar atau tidak kita sebenarnya setiap waktu sedang berjalan menujuNya. Detik demi detik, hari demi hari yang kita lalui akan selalu masuk dalam catatan amal. Betapa sering kita tanpa sadar mengisi catatan itu justru dengan kesia-siaan. Betapa banyak dosa-dosa yang keluar begitu saja tanpa ada perasaan bersalah mendalam. Lantas jika saja bukan karena Ke-Maha-annya dalam segala hal, barangkali kita tak layak mendapat surgaNya. Jangankan surga, sekedar ampunan, bahkan hembusan nafas yang Dia berikan setiap detiknya pun kita tak pernah layak menerimanya. Hanya karena keMaha Luasan Rahman dan Rahim-Nya lah kita masih diberikan kehidupan. Hanya karena ke Maha Besaran sifat pemaaf-Nya lah kita masih diberi kesempatan untuk meminta ampunan. Maka benarlah doa yang pernah dipanjatkan Imam Al-Ghazali: “Wahai Tuhanku, ketika aku memujiMu, sesungguhnya aku sedang mencela diriku sendiri”. Seakan menunjukkan bahwa kita adalah benar-benar makhluk yang hina dan tidak ada apa-apanya dibanding segala keMaha PerkasaanNya.
Perjalanan manusia, tak pernah kita tahu kapan kita mencapai ujungnya. Tapi kita punya kesempatan untuk memilih ujung mana yang akan kita masuki. Apakah itu khusnul khotimah, atau nauzubillah, su'ul khotimah.
176 notes
·
View notes
Text
Jika jawaban terbaik saat ini adalah menunggu, maka tiada hal lain yang dapat dilakukan selain memantaskan dan mendoakan.
Dan barangkali harus bersiap jika nanti pada akhirnya harus mengikhlaskan
- Mushonnifun Faiz Sugihartanto, 2019
483 notes
·
View notes
Text
“Pendidikan keluarga itu ibarat makan pagi. Makan siangnya adalah sekolah formal, dan makan malamya kembali ke pendidikan rumah. Maka sudah seyogianya anak-anak akan baik baik saja jika “sarapannya” bermutu dan makan malamnya bergizi, meskipun tanpa makan siang. Sebaliknya menjadi masalah jika makan siang namun tak sarapan juga tak makan malam.”
— Prof. Daniel M. Rosyid
370 notes
·
View notes
Text
“Kakiku lelah sekali. Ia kerap mengejar seseorang yang padahal orang itu sendiri tidak menujuku.”
— (via mbeeer)
1K notes
·
View notes
Text
Selama Allah paham, itu cukup.
Doa; mengutarakan segala yang kelu untuk disampaikan, memeluk dari jauh, menjaga walau tidak bersama.
Allah Maha mendengar, Allah tau segala yang tidak bisa kita definisikan secara gamblang ke manusia.
Banyak-banyaklah mengadu kepadaNya akan hal yang tidak bisa kau jalani sendiri. Karena kasih sayangNya sangatlah luas, melebihi semua prasangka hambaNya.
Untuk jiwa-jiwa yang belum ditakdirkan bersama, untuk raga yang masih terpisah jauh, dan segala rasa yang masih ragu untuk diutarakan, mengadulah kepadaNya.
Karena Ia lebih besar dari segala harapan kita :)
Kairo, 27 Mei 2019 || 03.46 clt
1K notes
·
View notes
Text
Bisakah kamu berjanji kepadaku?
Mengapa pada hal-hal yang belum kita miliki, kita selalu memandang dan mengatakan bahwa itu lebih indah, lebih cantik, lebih menarik, lebih bagus, dari apa-apa yang kita miliki?
Nanti, sewaktu kita telah mendapatkannya. Kita begitu bahagia, merasa telah mendapatkan sesuatu yang sangat berarti. Tapi, waktu bergulir, berganti tahun. Apakah kita sanggup mempertahankan rasa syukur kita pada kadar yang sama, seperti saat pertama kali kita mendapatkannya?
* * * *
Apakah kamu bisa mempertahankan rasa syukur itu meski ia telah berubah seiring waktu? Apakah kamu masih akan tetap bersyukur saat ia mungkin tak seperti yang kamu harapkan?
Bukankah ia yang selama ini kamu pandang segala-galanya sebelum kamu memilikinya?
©kurniawangunadi | 18 september 2019
2K notes
·
View notes
Text
Jangan Dulu Patah
Jangan dulu patah. Masih ada waktu. Masih tersedia ruang untuk bergerak dan mencoba. Masih ada kesempatan untuk melakukannya sekali lagi, atau mungkin beberapa kali. Jangan dulu redup. Nyalakan lagi api harapan di bola matamu. Panggil kembali ingatan-ingatan tentang kesungguhanmu yang dulu. Utuhkan kembali niat mulia yang sempat mengisi penuh hati dan kepalamu, mewarnai siang dan malammu. Jangan, jangan dulu menyerah. Setidaknya, jangan sekarang. Jangan di usia semuda ini. Nalarmu masih tajam. Jiwamu masih kuat. Tenagamu masih berlimpah. Memang belum saatnya kamu hidup nyaman. Memang masih banyak jatah gagal yang harus kamu habiskan. Jangan berhenti di sini. Di atas semua itu, teruslah berdoa dan berbaik sangka. Jika daun yang sudah menguning saja tak ‘kan jatuh tanpa izin-Nya, apalagi cita-citamu yang indah itu.
…
Sebuah Pengingat 14 Februari 2019
2K notes
·
View notes
Text
Mendiamkan bukan berarti tidak memperjuangkan. Namun yang harus disadari bahwa terkadang barangkali munajat yang dilangitkan akan kalah dengan mereka yang menyertai dengan tindakan. Maka bersiaplah kehilangan sebab Dia pun berkehendak agar tawakkal setelah segala ikhtiar maksimal dilakukan
— Mushonnifun Faiz S
508 notes
·
View notes
Text
My 2019 Tumblr Top 10
1). 627 notes - 31 July 2019
2). 460 notes - 15 May 2019
3). 425 notes - 27 August 2019
4). 343 notes - 11 June 2019
5). 316 notes - 23 May 2019
6). 311 notes - 18 October 2019
7). 304 notes - 26 May 2019
8). 297 notes - 12 January 2019
9). 286 notes - 05 February 2019
10). 249 notes - 01 August 2019
Created by TumblrTop10
Terima kasih 2019 :)
37 notes
·
View notes
Text
Tertunda
“Tertundanya suatu hajat bisa jadi karena Dia mengetahui waktu yang terbaik bagimu, bisa jadi karena kamu belum siap, atau bisa jadi karena kamu suka menunda ketika Dia memanggilmu”.
Beberapa hari ini saya merenung. Tentang banyak peristiwa-peristiwa lampau yang telah dilalui. Perjalanan-perjalanan yang pernah ditempuh. Serta doa-doa yang pernah dipanjatkan. Jika menilik checklist target hidup, ada beberapa yang sudah tergapai, ada beberapa yang belum, juga ada beberapa yang melebihi ekspektasi. Bahkan juga ada yang belum berprogress sama sekali.
Ada banyak doa-doa yang dikabulkan olehNya, bahkan jauh melebihi ekspektasi yang saya impikan. Tak sedikit pula yang belum jua dikabulkan, dan disinilah terus menerus kita sebagai hamba-hambaNya seharusnya tak lelah untuk memanjatkan. Ada pula yang terkabul walau harus menunggu sekian lama untuk mendapat nikmatNya tersebut.
Lantas ketika mencoba merenungi segala perjalanan hidup ini, justru barangkali lebih banyak penundaan-penundaan yang ditetapkanNya. Entah mengapa dari dulu saya selalu meyakini, pun demikian orang tua selalu menekankan bahwa Allah tahu yang terbaik. Allah tahu waktu kapan kita telah siap. Allah juga barangkali ingin melihat sejauh mana kita berikhtiar dan berdoa. Sejauh mana kita tetap percaya akan keputusanNya. Serta sejauh mana kita tetap berprasangka baik kepadaNya.
Namun akhir-akhir ini ada satu yang mengganjal. Bahwa tertundanya segala doa kita bisa jadi karena kita sendiri yang memberikan hijab antara langit dan bumi melalui dosa-dosa kita. Mungkin makanan yang kita konsumsi masih tak jelas barang halal haramnya. Mungkin pula saat panggilan Shalat tiba kita justru masih tersibukkan dengan urusan dunia. Mungkin pula ada dosa-dosa kita dengan sesama manusia yang sampai saat itu ia belum memaafkan kesalahan kita.
Sebab itulah benar, dalam cerita ketika seorang kyai sepuh ditanyai santrinya tentang amalan apa yang membuat doa bisa cepat terkabulkan, maka kyai tersebut menekankan berkali-kali: “Istighfar”. Iya, bahkan sosok manusia yang terjaga dari dosa, Rasulullah SAW saja beristighfar setidaknya 70 kali, dalam sebuah riwayat, bahkan ada riwayat yang mengatakan 100 kali.
“Tidaklah seorang hamba beristighfar 70 kali sehari, kecuali Allah akan ampuni 700 jenis dosa (kecil), sebab tiap harinya seseorang itu sejatinya melakukan lebih dari 700 jenis dosa kecil.”
Lalu bagaimana dengan kita? Yang tak terjaga dari dosa-dosa. Yang acapkali tak sengaja melakukan dosa, bahkan mungkin kita tak menyadarinya.
Jadi, mari sejenak menyimpulkan. Bahwa tertundanya hajat kita bukan saja karena Dia tahu waktu yang terbaik. Namun justru lebih mungkin karena kesalahan-kesalahan yang kita perbuat, dosa-dosa kecil yang tak kita sadari. Sebab dengan begini, akan selalu ada ruang waktu dalam setiap hari. Untuk sekedar merenungi diri. Untuk sekedar berintrospeksi. Agar selalu ada alasan yang menguatkan diri, untuk tak lalai dalam sepertiga malam terakhir.
© Mushonnifun Faiz Sugihartanto | Lund, Sweden | 2019
764 notes
·
View notes
Text
Tanpa kamu harus bercerita panjang lebar pada manusia, Allah sudah mengerti bagaimana sulitnya kamu bersabar, tentang bagaimana gemuruhnya hatimu saat ini.
Menangislah sejenak, kepasrahanmu padaNya akan mendatangkan jalan keluar, ribuan usaha yang kamu lakukan tidak akan pernah membawa pada puncaknya jika ternyata kamu tidak melibatkan Allah dalam rencanamu.
Rancang dan tuangkanlah setiap rencanamu dalam secarik kertas, pada bait akhir tulislah "Aku, usahaku, dan doaku harus seimbang, dan untuk hasilnya aku ikuti jalan dan kemauanmu ya Rabb". Ia akan menenangkanmu, sebab kini kamu tidak bergantung pada hasil manusia, tapi pada hasilNya.
Setiap yang bergemuruh dalam dada terkadang akan membuatmu harus sedikit menangis, tidak mengapa. Biarkan ia tertuang dalam aliran airmatamu, hingga ia tenang, dan setelah itu kamu harus kembali menghapusnya dan mulai berjalan lagi. Tersenyum.
Karena setiap kita akan ada gemuruh dalam dadanya masing-masing, dan setiap kita punya tujuan yang harus dicapai. Semangat bertumbuh.
Jangan lupa doa.
@jndmmsyhd
2K notes
·
View notes
Text
Nothing can replace crying in sujood, like a weight’s being lifted off your shoulders. Like Allah’s saying, “I’ll take care of it”.
898 notes
·
View notes
Text
“Untuk mencintai ilmu, kamu hanya butuh kesungguhan dan kerja keras. Tapi untuk dicintai Ilmu, kamu juga butuh hati yang bersih, doa yang kuat, serta keridhaan dariNya.”
— Sebab ilmu adalah Cahaya, dan Cahaya takkan pernah diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang bermaksiat
269 notes
·
View notes
Text
Yang kamu dapatkan kelak, adalah yang kau perjuangkan hari ini. Semacam pengingat agar setiap hari, setiap jam, menit, detik, kita harus melakukan yang terbaik.
Mushonnifun Faiz S
149 notes
·
View notes
Text
“Aku hanya takut jika diri ini terlalu sibuk membuat diri terlihat baik, padahal sebenarnya aku tidak benar-benar menjadi orang baik”
— mfaizs
330 notes
·
View notes
Text
Mendiamkan bukan berarti tidak memperjuangkan. Namun yang harus disadari bahwa terkadang barangkali munajat yang dilangitkan akan kalah dengan mereka yang menyertai dengan tindakan. Maka bersiaplah kehilangan sebab Dia pun berkehendak agar tawakkal setelah segala ikhtiar maksimal dilakukan
— Mushonnifun Faiz S
508 notes
·
View notes
Text
Karena umur Ibumu belum tentu panjang dari waktu sibukmu.
Jangan lupa mengobrol dengan orang tua. Ingatlah bahwa dulu, mereka yang paling suka mengajak kita berbicara sejak kita belum mengenal kata.
1K notes
·
View notes