aksaraalyn
aksaraalyn
Ruang Cerita
13 posts
Sekedar kata untuk #AliranRasa
Don't wanna be here? Send us removal request.
aksaraalyn · 6 months ago
Text
5 Pesan yang Jadi Bekal Saya Memulai Awal 2025
@edgarhamas
Saya suka dengan pepatah ini, "In the beginning there is meaning, in the end there is feeling." Di permulaan ada pemaknaan, dan di akhir biasanya ada rasa.
Orang memulai harinya dengan membuat pengalaman, lalu senja harinya ia pulang membawa pengalaman, dan malamnya ia merenungi kenangan dari sebuah pengalaman. Dan, itulah yang membuat hidup jadi dinamis. Kita, memaknainya, setiap pergantiannya. Ada zikir pagi, ada pula wirid sorenya.
Bagi kita yang hidup di zaman ini, rasa-rasanya kita yang terbiasa menggunakan kalender Masehi jadi perlu membuat pemberhentian sejenak. Bukan, bukan kita merayakan akhir tahun gregorian. Kita sudah punya kalender sendiri. Namun terbiasanya kita menggunakan tahun-tahun gregorian ini akhirnya membuat kita jadi butuh juga memuhasabahi: akhir tahun 2024 aku sudah jalan sejauh apa, dan bagaimana aku memulai hari-hari setelahnya?
Maka, "in the end, there is feeling."
Alih-alih fokus membeli bahan bakar-bakaran, makin dewasa ini, saatnya diam sejenak bersama Allah dan diri kita sendiri. Hadiri kajian jika ada, mabit jika memang ada agendanya. Kalau saya sendiri, saya biasanya diam saja sambil merenung.
Saya selalu menanyakan dua hal: tentang apa yang telah saya lakukan, dan apa yang kelak akan saya azamkan. Saya akan lihat 100 target 5 tahunan, dan mulai memindai mana yang masih relevan, mana yang telah terjadi, dan mana yang masih mimpi.
Dan, pesan-pesan ini membantu saya —dan semoga kamu— untuk kembali menyegarkan sudut pandang menjalani hari-hari ke depan.
1. "Allow yourself to be a beginner"
Izinkan diri kita untuk menjadi pemula pada hal yang baru. Pada potensi yang kita baru asah, pada pekerjaan yang baru kita jalani. Sebab banyak orang menuntut dirinya harus langsung ahli, dan itu mustahil. Banyak guru bilang pada saya bahwa setiap hal butuh "Husnul Bidayah", awal yang baik.
Dan salah satu makna awal yang baik itu adalah: berikan hak pada dirimu untuk berproses.
2. "Some years you win, some years you build characters."
Hendaknya kita memahami bahwa tahun-tahun yang berjalan, tak selalunya berakhir memuaskan. Kadang ada masa dimana kita menang. Tapi, jangan overthinking kalau memang tahun ini kita "rasanya" tak menghasilkan banyak hal berarti. Kamu salah jika berpikir begitu.
Sebab pada akhirnya kita bertumbuh: kadang berakhir dengan momentum, kadang berubah menjadi pelajaran berharga. Baca surat Ali Imran 140, dan kita akan memahami siklus ini.
3. "I'rif qadraka..."
Seseorang pernah datang pada Imam Ibnu Mubarak, lalu dia meminta nasihat. Dan, jawaban Ibnu Mubarak singkat padat jelas namun sangat dalam, "i'rif qadraka", ketahuilah kapasitasmu. Dalam jalan panjang hidup ini, kita sering mengenal orang, tapi kenapa kita jarang duduk mengenal diri kita sendiri?
Mengetahui kapasitas kita, itu artinya memetakan apa yang bisa persembahan buat Islam dan umat ini.
Sebab generasi pembebas Al Aqsha bukanlah hanya dari orang-orang militer, tapi oleh siapapun yang memenangkan potensinya di bidangnya masing-masing. Dan itu hanya bisa benar-benar terjadi jika setiap orang mengetahui kapasitasnya, sehingga ia mampu menentukan posisinya.
4. "Maa kaana Lillahi yabqaa"
"Apapun yang dilakukan karena Allah, maka akan bertahan", itulah yang dikatakan Imam Malik bin Anas ketika menulis Kitab hadits Al Muwattha. Saat itu, buku-buku hadits sudah banyak. Namun Imam Malik tetap menulis dan bahkan karyanya bertahan sampai kini. Apa rahasianya?
Ya, beliau melakukannya tulus karena Allah, maka Allah menjadikan karya itu "abadi" menginspirasi umat melintasi ruang dan zaman.
Mirip-mirip dengan quote Maximus, "What we do in life echoes in eternity"
5. Terhubung dengan misi para kesatria: Al Aqsha
Dan ini yang pamungkas. Saya terkesan dengan salah satu quote demonstran pro Palestina di Amerika, "bukan dunia yang telah membantu Gaza, tapi Gaza lah yang membangunkan dunia." Clear. Jernih.
Permasalahan Al Aqsha dan Palestina adalah milik pendekar hati nurani. Selama kita masih bertaut dengan Al Aqsha, maka kita akan sadar: beban kita belum ada apa-apanya, dan visi kita bertaut dengan mereka; yang terabadikan dalam lisan seorang ibu di pengungsian Gaza, "Al Aqsha, jika tidak dibebaskan oleh aku, maka oleh anak-anakku. Jika bukan oleh anak-anakku, maka oleh cucuku!"
263 notes · View notes
aksaraalyn · 8 months ago
Text
Mindset dan Masa Sulit
Hari itu, dia bercerita banyak hal. Tentang ujian yang datang padanya setelah berhijrah. Orang-orang yang mensupport dia dipanggil Allah, adiknya keluar dari pesantren, dan ada lagi.
"Ayo, Herlinda! Menurut pian apa tipsnya supaya tetap istiqomah dalam hijrah" ujar si kakak meminta pendapatku terlebih dahulu.
Rasanya, akupun masih belajar tentang ini. Mungkin, hari esok dan seterusnya juga masih.
"Pertama, terima aja" ujarku. Sebab, dengan menerima artinya kita menyadari bahwa inilah realita. Fakta yang harus dihadapi. Pahitnya memang harus dirasa, sakitnya memang harus diakui, juga terjalnya harus dilalui.
"Kedua, sabar dan berdo'a kali ya" tambahku lagi. Di sana ruang-ruang yang sangat kita perlukan. Pelukan hangat tanpa suara. Dekapan rindu yang membuncah. Rasanya, ingin sekali mengeluarkan banyak kata. Kau tau, nyatanya air mata sebagai perwakilan atas apa yang tak bisa lagi diucapkan. Sering kali aku berujar, "Ya Allah, aku yang meminta. Dan kau berikan jawaban. Berikan aku kelapangan dalam menerima" Kapan waktu, aku juga sering mengulang, "Ya Allah, rasanya ini berat sekali. Bolehkah hamba minta hadiah setelah ini?"
"Setelah semua upaya, husnuzhon yang mendatangkan semangat, bahwa Allah tau yang terbaik untuk setiap hamba-Nya"
Akhirnya si kakak menyadarkanku, "Oh, tapi gak semua orang bisa punya mindset itu tau dek. Kenapa ka Herlinda bisa memunculkan husnuzhon menghadapi ujian? Tersebab, sudah ngaji Islam. Kalo nggak, mungkin nggak?".
Mindset tak hadir dengan sendirinya. Simplenya dalam pembinaan kita diajarkan untuk menjadi pribadi yang bersyakhsiyyah Islam. Punya pola pikir dan pola sikap yang Islam. Seiring sejalan dengan apa yang ia hadapi.
Bahwa, dibalik sesuatu ada pelajaran. Entah itu hal yang menyenangkan ataupun tidak.
Mindset yang benar hadir di masa sulit ketika kita menjadikan Islam sebagai solusi dalam kehidupan.
عندما تظن بأن بعد الشقاء سعادة، وبعد دموعك ابتسامة، فقد أديت عبادة عظيمة ألا وهي حسن الظن بالله
Ketika engkau meyakini bahwa setelah kesengsaraan ada kebahagiaan, dan setelah linangan air mata ada senyuman, maka sesungguhnya engkau telah menunaikan ibadah yang agung, yaitu berprasangka baik kepada Allah
0 notes
aksaraalyn · 8 months ago
Text
Kereta Berikutnya
"Disaat kamu mengikhlaskan keadaan, disanalah Allah sedang merencanakan kebahagiaan" sebuah tulisan yang kembali membuatku merenung.
Aku sering mengatakan pada diriku 8 bulan yang lalu, "Hei, jangan me-romantisasi kesedihan". Iyaa, kuusap dadanya sembari surah al-Insyiroh terus dilisankan.
Aku menyaksikan dia yang terbiasa menyimpan banyak teka, menyampaikan niat yang diupaya. Kusaksikan ia yang hampir frustasi dengan ujian rasa, memilih jalan yang Allah ridha.
Iyaa tak apa yaa Allah ujarnya. Sebagaimana doa yang dia pinta, agar lapang atas keadaan yang ada. Hari ini kusaksikan sosok itu, kembali tersenyum sebagaimana biasanya. Banyak hari yang ia renungi. Belajar kembali memupuk rasa percaya. Bahwa Allah lebih baik ketetapan-Nya.
Biarkan kereta itu lewat. Tunggulah kereta berikutnya yang siap bertualang dengan tujuan yang sama. Agar usahamu tak dibiarkan berlalu, tapi dirangkul dalam menuju. Agar rencanamu tak dianggap ketinggian angan, tapi didukung penuh kepercayaan. Agar cintamu tak sia-sia sebab tepat pada orang yang layak menerima dan memberi lebih dari yang kau punya.
Iyaaa, tunggulah kereta itu. Lukislah peta terbaik yang akan dituju.
-Menunggu isya di Hunafaa
#journey
0 notes
aksaraalyn · 9 months ago
Text
Agar Kamu Mengerti
Hai, kak! How your feeling? Rasanya begitu banyak hal yang terjadi akhir-akhir ini ya. And I proud of you, thanks.
Terima kasih telah menyusuri jalan dan memakna. Tanpa langkahmu kita tak akan tau bagaimana petualangannya. Dan, tentu saja dibalik semua itu DIA ingin kamu mengerti.
اَللهُمَّ لَكَ اَسْلَمْتُ وَبِكَ اَمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْكَ اَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ وَاِلَيْكَ حَاكَمْتُ فَاغْفِرْلِيْ مَاقَدَّمْتُ وَمَا اَخَّرْتُ
Yaa Rob, padaMu aku berserah dengan segala kelemahan dan kekurangan. Engkaulah yang memberikan kekuatan, kemampuan serta kelapangan untukku.
Untukmu, yang juga sedang dibuat mengerti, semoga kita lebih peka dan faham apa yang sang Pemilik Semesta inginkan yaa ...
Banjarbaru, 13 Oktober 2024
0 notes
aksaraalyn · 9 months ago
Text
Mengadukan Ketakutan
Pada setiap hati yang sedang berselimut kekhawatiran, untuk setiap rasa percaya yang mulai memudar dan berganti pada ketakutan, aku tahu bagaimana rasanya, meski kita berbeda jenis dan tingkatannya. Kamu tahu? Seorang guruku pernah menasihati, bahwa rasa khawatir dan ketakutan yang sedang kita rasakan itu adalah bukti dan sinyal dari Allah agar kita segera menyandarkan segalanya itu pada-Nya. Untuk semua khawatir dan takut.
Beenar, Allah sudah menjelaskannya dalam al-Quran bahwa setiap kita akan Allah uji, entah urusan perut, tempat tinggal, kendaraan, pekerjaan dan uang, dan semua burmanya masa depan. Tapi beginilah kita, hamba yang bebal dan enggan membaca firman-Nya, hingga kita lupa dan seakan menyimpan segalanya itu di dalam hati dan pikiran, yang pada ujungnya hanya membuat sakit dan kebingungan tanpa ujung.
Tidak apa-apa, untunglah aku dan kamu masih bisa menyadari keadaan dan berusaha untuk memperbaikinya, terutama soal hati dan niat kita. Sebab ada banyak hal yang Allah mudahkan karena niat dan isi hatinya, padahal secara mata mungkin itu akan terlihat berat dan sangat rumit. Mungkin, selama ini niat kita yang salah dan hati kita yang sebenarnya keruh, hingga tidak bisanya kita berbicara dengan hati kita sendiri.
“Menentukan titik cukup”, kalimat ini sebenarnya singkat tapi penuh dengan berjuta makna.
Barangkali kita yang tidak memiliki titik cukup hingga seakan-akan semuanya terasa kurang dan harus ditambah, atau barangkali kita kehilangan titik cukup hingga kita harus mencicipi sesuatu yang haram dan tidak Allah sukai. Kamu tahu? Dan hal ini yang sering aku terlupa dan tersilap.
Doaku hari ini “yaa Allah, jadikan dunia ini datang ke kakiku dengan hina, hingga aku mudah untuk menginjaknya dan tak menganggapnya besar, mudah pula bagiku menggunakannya untuk kebaikan”
Tidak ada yang salah dari mengadukan hari-hari yang membuatmu tak nyaman, entah dunia yang kian mengkhianati, menakut-nakuti, atau dunia yang membisikkanmu kekhawatiran. Ingat, semua itu datangnya dari setan, tak layak bagimu untuk ikut pada apa yang setan dan keburukan itu ajak.
Semoga, kebaikan yang pernah kita kerjakan di masa lalu, bisa menjadi penerang dan sebab Allah memberikan petunjuk untuk hari ini, hari esok, dan masa depan.
Selamat mengadukan kekhawatiran dan ketakutan pada-Nya, semua akan baik-baik saja kok, asal sandaranmu hanya pada-Nya :)
@jndmmsyhd
312 notes · View notes
aksaraalyn · 9 months ago
Text
Mendung Hari Ini
Jika datang padamu keraguan soal masa depan, entah penantian separuh hati, rezeki, anak, pekerjaan dan semua gemuruh yang tidak mengenakkan hati, percaya bahwa tidak ada yang buruk dari semua itu.
Sebab kepasrahanmu pada Tuhan itu yang pasti akan menenangkan hati dan pikiran. Benar, aku percaya kamu sudah berdoa setiap hari, mengupayakan dengan sebaik-baik upaya, bahkan kamu sudah berikhtiar semaksimal yang kamu bisa.
Tapi jika Allah mengatakan belum waktunya, kamu bisa apa? Yang kamu bisa hanya memperbanyak prasangka baikmu pada-Nya, memupuk sabar dan menebalkan iman.
Apa yang belum waktunya, tidak akan pernah Allah berikan. Dan jika sudah waktunya, pasti Allah hadirkan, siap atau tidak siapnya kamu.
Aku tahu kamu lelah dan sudah pengang telingamu mendengar ucapan orang lain terhadap dirimu. Tapi, bukankah orang lain berhak bebas berbicara dan kamu pun bebas untuk tidak menanggapinya?
Terkadang, ketenangan itu datang di sepertiga malam, dengan keadaanmu yang sudah suci dan khusyu' dalam salat. Tidak terasa air mata itu turun tanpa kamu minta, tersebab gemuruh hati yang kamu tumpahkan pada pemilik alam semesta dan semua takdirnya.
Kamu tidak salah menceritakan, sebab ceritamu pada-Nya pasti didengar dan pasti diberikan jawabannya. Sabar, ya. Sebentar lagi kok :')
— Jundi Imam Syuhada (@jndmmsyhd)
927 notes · View notes
aksaraalyn · 9 months ago
Text
Luka di hati itu tidak mudah disembuhkan, bahkan seringkali ia terbuka cukup lama hingga bertahun-tahun. Uniknya, luka itu hanya akan sembuh jika dibasuh dengan maaf dan sabar, sembari meminta kebaikan dari Tuhan yang menggenggam setiap hati manusia. Wahai hati, melembutlah.
Luka yang terlalu lama seringkali mengakibatkan infeksi dan merembetnya luka, entah dendam, hasad, iri, bahkan jiwa yang tidak bisa mendapatkan kebaikan.
Sesiapa yang hatinya sedang sakit, semoga Allah sembuhkan, mintalah bantuan dan pertolongan pada Allah, agar mudah bagi hati memaafkan dan melapangkan dada.
@jndmmsyhd
322 notes · View notes
aksaraalyn · 1 year ago
Text
"Ya Allah, aku sudah menganggap baik seluruh takdir yang engkau berikan padaku, maka aku mohon sembuhkanlah dan perbaikilah hidupku"
Puncak tertinggi dari hati yang bersih adalah menyerahkan segalanya bahkan masa depannya pada Ilahi.
Tanpa tapi.
Tidak mudah melatih husnudzon dan prasangka baik pada Allah itu, mungkin bagi mereka yang Allah hujani dengan kenikmatan akan mudah untuk melakukannya, tapi tidak mudah bagi mereka yang Allah berikan gerimis bahkan hujan ujian. Soal pasangan, keluarga, pekerjaan, keadaan sosial, ekonomi dan semua hal yang barangkali menyesakkan dada, seakan Allah tidak mencintainya. Padahal, tidak selalu yang Allah hujani dengan kenikmatan itu berarti Allah suka padanya. Dan tidak pasti juga yang hari ini Allah berikan ujian bertubi-tubi menandakan Allah membencinya. Semua ada takaran dan tolok ukurnya, dan pada ujungnya, semua yang bisa mendekatkan diri pada Allah adalah kenikmatan, entah ujian atau nikmat yang datang. Aku pun sama denganmu, masih tertatih untuk bisa selalu mengedepankan prasangka baik. Semoga Allah berikan kita hati yang seluas samudera perihal takdir ini, Allah berikan selimut sabar atas dinginnya ujian. Sebab surga tidak pernah murah.
@jndmmsyhd
1K notes · View notes
aksaraalyn · 2 years ago
Text
Sebuah Temu
Tumblr media
Aliran Rasa #2
Perjalanan hidup mengharuskan manusia berinteraksi dengan manusia lainnya. Entah itu temu yang direncana juga dinanti. Ditunggu dan dirindu. Bisa pula, tak sengaja untuk sebuah temu.
Satu hal yang pasti, "Tak ada yang namanya kebetulan dalam hidup". Allah al-Aliim Maha Mengetahui yang terbaik untuk hamba-Nya.
Tentang sebuah temu, akan ada hari di mana bersamanya kau akan bahagia, sangat. Senyummu tak pura-pura ditampakkan, mengalir tulus dalam ramai pembicaraan. Nasehat yang tak menghakimi, rengkuh ilmu meniti kehidupan.
Tentang sebuah temu, ada pula yang membuatmu sesak. Rasanya oksigen menipis, suhu di sekitar memanas, tak tenang, resah. Kecewa pada keadaan yang tak siap ditemui. Suara jujur yang menyentil hati. Lengkingan nasehat yang tak mau ditemui. "Astaghfirullah hal 'adhzim" berulang kali dilafalkan, elusan lembut yang coba disampaikan pada gemuruh yang bertalu.
Ya Robb, bimbing aku untuk setiap temu. Ada yang menghantarkan kalimat hamdalah riuh, syukur bersambut. Adapula air mata yang mengiring jumpa serta istighfar yang coba dibawa.
Allah Kariim, berikan petunjuk Mu yang jelas dan bisa kupahami. Untuk temu yang meminta keputusan. Jangan biarkan salah menafsirkan dan memberi harap sebuah temu dikemudian. Jaga dari rasa yang salah. Jangan biarkan jatuh, terbentur hingga pecah dalam hal yang membuatMu marah.
Yaa Rahman Yaa Rahim, ajari dan bimbing diri untuk menjaga. Lisan yang nasehat diberi bukan caci. Pandangan yang tunduk bukan meluas tak tau batas. Pendengaran yang baik lagi manfaat serta menerima nasehat. Gerak jemari pada hal yang membawa kebaikan. Langkah kaki yang menggiring pada ridho dan membawa keberkahan. Bijaksana dalam temu yang Engkau ridho.
Tumblr media
Bersabarlah dengan "sabar yang jamil". Terimalah dengan lapang. Jalani dengan tenang. Terima setiap ketetapan.
Allah guide me all the way^^
1 note · View note
aksaraalyn · 2 years ago
Text
Jangan (Terlalu) Kecewa
Aliran Rasa #1
Setiap episode kehidupan manusia mengalami dua fase yang berulang, sabar dan syukur. Berkali-kali, kadang ada dititik "ahiya, aku udah sabar" atau merasa "aku selalu bersyukur dalam hidup".
Si Aku. Nyatanya, kamu harus belajar lagi. Uji coba dua fase ini akan terus berlanjut hingga masamu hidup di dunia selesai. Jangan, kamu jangan claim dulu. Lebih tepatnya "kita". Iya, bisikku pada diri sendiri.
Ketika setiap tanggung jawab yang diberikan kau ambil dengan segenap raga dan sepenuh jiwa. Matamu kau ajak bertahan. Istirahatmu kau minta dikurang. Jari-jemari kau support mengayun. Aahh, rasanya kau bahagia esoknya. Usaha itu "kau" rasa berhasil. Kau perhatikan detailnya, di mana salah dan kurang untuk perbaikan berikutnya dan kau lakukan "menurutmu".
Hingga suara lain datang. Dan kau belum siap menerima. Katanya, tutup dengan dua tangan. Tapi, datang lagi suara lainnya. Kali ini lebih nyaring dan semakin dekat di sisi yang berbeda. Kau mulai bertanya kan? "Kenapa harus suara dari jauh yang pertama menyapa?". Semisal, suara terdekat yang menyapa "gema"nya tak akan sebanyak ini. Kau, juga akan lebih mudah menerima. Mungkin.
Tumblr media
Tak apa! Silahkan kecewa. Jangan terlalu ya^^
"Jika masih ada rasa sakit dan kesal coba cek hatimu, iya hati kita, bukan hati orang lain" benarkah langkah kita karena Dia? Atau masih ada goresan ingin dipandang manusia?
Ada juga yang bilang, "Jika kau memulainya karena Allah. Maka, jangan berhenti hanya karena manusia".
Sekali lagi, tak apa kecewa. Alirkan rasa. Kalau tidur, rasa marahnya jangan dibawa.
Dariku untukmu. Si Aku.
0 notes
aksaraalyn · 2 years ago
Text
#dakwah
AKU BERHENTI HALAQOH SAJA
(Sebuah renungan, untuk kita yang lelah di jalan Dakwah)
Ustadz, dulu ana merasa semangat dalam dakwah. Tapi belakangan rasanya semakin hambar. Ukhuwah makin kering. Bahkan ana melihat ternyata para syabab banyak pula yang aneh-aneh.” Begitu keluh kesah seorang daris kepada musrifnya di suatu malam.
Sang musrif hanya terdiam, mencoba terus menggali semua kecamuk dalam diri daris. “Lalu, apa yang ingin …antum lakukan setelah merasakan semua itu?” sahut sang musrif setelah sesaat termenung.
“Ana ingin berhenti saja, keluar dari Halaqoh ini. Ana kecewa dengan perilaku beberapa syabab yang justru tidak islami. Juga dengan organisasi dakwah yang ana geluti, kaku dan sering mematikan potensi anggota-anggotanya. Bila begini terus, ana mendingan sendiri saja…” jawab daris itu.
Sang musrif termenung kembali. Tidak tampak raut terkejut dari roman wajahnya. Sorot matanya tetap terlihat tenang, seakan jawaban itu memang sudah diketahuinya sejak awal.
“Akhi, bila suatu kali antum naik sebuah kapal mengarungi lautan luas. Kapal itu ternyata sudah amat bobrok. Layarnya banyak berlubang, kayunya banyak yang keropos bahkan kabinnya bau kotoran manusia. Lalu, apa yang akan antum lakukan untuk tetap sampai pada tujuan?” tanya sang musrif dengan kiasan bermakna dalam.
Sang daris terdiam berpikir. Tak kuasa hatinya mendapat umpan balik sedemikian tajam melalui kiasan yang amat tepat.
“Apakah antum memilih untuk terjun ke laut dan berenang sampai tujuan?” sang musrif mencoba memberi opsi.
“Bila antum terjun ke laut, sesaat antum akan merasa senang. Bebas dari bau kotoran manusia, merasakan kesegaran air laut, atau bebas bermain dengan ikan lumba-lumba. Tapi itu hanya sesaat. Berapa kekuatan antum untuk berenang hingga tujuan? Bagaimana bila ikan hiu datang? Darimana antum mendapat makan dan minum? Bila malam datang, bagaimana antum mengatasi hawa dingin?” serentetan pertanyaan dihamparkan di hadapan sang mad’u.
Tak ayal, sang daris menangis tersedu. Tak kuasa rasa hatinya menahan kegundahan sedemikian. Kekecewaannya kadung memuncak, namun sang musrif yang dihormatinya justru tidak memberi jalan keluar yang sesuai dengan keinginannya.
“Akhi, apakah antum masih merasa bahwa jalan dakwah adalah jalan yang paling utama menuju ridho Allah?” Pertanyaan menohok ini menghujam jiwa sang daris . Ia hanya mengangguk.
“Bagaimana bila ternyata mobil yang antum kendarai dalam menempuh jalan itu temyata mogok? Antum akan berjalan kaki meninggalkan mobil itu tergeletak di jalan, atau mencoba memperbaikinya?” tanya sang musrif lagi.
daris tetap terdiam dalam sesenggukan tangis perlahannya.
Tiba-tiba ia mengangkat tangannya, “Cukup ustadz, cukup. Ana sadar. Maafkan ana. Ana akan tetap istiqamah. Ana berdakwah bukan untuk mendapat medali kehormatan. Atau agar setiap kata-kata ana diperhatikan…”
“Biarlah yang lain dengan urusan pribadi masing-masing. Ana akan tetap berjalan dalam dakwah ini. Dan hanya Allah saja yang akan membahagiakan ana kelak dengan janji-janji-Nya. Biarlah segala kepedihan yang ana rasakan jadi pelebur dosa-dosa ana”, sang daris berazzam di hadapan musrif yang semakin dihormatinya.
Sang daris tersenyum. “Akhi, jama’ah ini adalah jama’ah manusia. Mereka adalah kumpulan insan yang punya banyak kelemahan. Tapi di balik kelemahan itu, masih amat banyak kebaikan yang mereka miliki. Mereka adalah pribadi-pribadi yang menyambut seruan Allah untuk berdakwah. Dengan begitu, mereka sedang berproses menjadi manusia terbaik pilihan Allah.”
“Bila ada satu dua kelemahan dan kesalahan mereka, janganlah hal itu mendominasi perasaan antum. Sebagaimana Allah ta’ala menghapus dosa manusia dengan amal baik mereka, hapuslah kesalahan mereka di mata antum dengan kebaikan-kebaikan mereka terhadap dakwah selama ini. Karena di mata Allah, belum tentu antum lebih baik dari mereka.”
“Futur, mundur, kecewa atau bahkan berpaling menjadi lawan bukanlah jalan yang masuk akal. Apabila setiap ketidak-sepakatan selalu disikapi dengan jalan itu, maka kapankah dakwah ini dapat berjalan dengan baik?” sambungnya panjang lebar.
“Kita bukan sekedar pengamat yang hanya bisa berkomentar. Atau hanya pandai menuding-nuding sebuah kesalahan. Kalau hanya itu, orang kafirpun bisa melakukannya. Tapi kita adalah da’i. Kita adalah khalifah. Kitalah yang diserahi amanat oleh Allah untuk membenahi masalah-masalah di muka bumi. Bukan hanya mengeksposnya, yang bisa jadi justru semakin memperuncing masalah.”
“Jangan sampai, kita seperti menyiram bensin ke sebuah bara api. Bara yang tadinya kecil tak bernilai, bisa menjelma menjadi nyala api yang membakar apa saja. Termasuk kita sendiri!”
Sang daris termenung merenungi setiap kalimat musrifnya. Azzamnya memang kembali menguat. Namun ada satu hal tetap bergelayut dihatinya.
“Tapi bagaimana ana bisa memperbaiki organisasi dakwah dengan kapasitas ana yang lemah ini?” sebuah pertanyaan konstruktif akhirnya muncul juga.
“Siapa bilang kapasitas antum lemah? Apakah Allah mewahyukan begitu kepada antum? Semua manusia punya kapasitas yang berbeda. Namun tidak ada yang bisa menilai, bahwa yang satu lebih baik dari yang lain!” sahut sang musrif.
“Bekerjalah dengan ikhlas. Berilah taushiah dalam kebenaran, kesabaran dan kasih sayang kepada semua syabab yang terlibat dalam organisasi itu. Karena peringatan selalu berguna bagi orang beriman. Bila ada sebuah isyu atau gosip, tutuplah telinga antum dan bertaubatlah. Singkirkan segala ghil (dengki, benci, iri hati) antum terhadap saudara antum sendiri. Dengan itulah, Bilal yang mantan budak hina menemui kemuliaannya.”
Suasana dialog itu mulai mencair. Semakin lama, pembicaraan melebar dengan akrabnya. Tak terasa, kokok ayam jantan memecah suasana. Sang daris bergegas mengambil wudhu untuk qiyamullail malam itu. Sang musrif sibuk membangunkan beberapa darisnya yang lain dari asyik tidurnya.
Malam itu, sang daris menyadari kekhilafannya. Ia bertekad untuk tetap berputar bersama jama’ah dalam mengarungi jalan dakwah. Pencerahan diperolehnya. Demikian juga yang diharapkan dari Antum/antunna yang membaca tulisan ini.. Insya Allah kita tetap istiqamah di jalan dakwah ini.
Wallahu a’lam.
Tulisan seseorang. Semoga Allah menjaganya..
83 notes · View notes
aksaraalyn · 2 years ago
Text
Stop Waiting for The "Right Time"
@edgarhamas
Belum lama saya membaca sebuah kalimat, "train yourself to stop waiting for the 'right time'." Kau perlu melatih dirimu untuk berhenti menunda sebuah pekerjaan karena menganggap akan ada waktu yang tepat.
Sebab, waktu yang tepat itu kapan?
Kita tak pernah tahu masa depan dan kejutan-kejutan apa yang disiapkan oleh Allah di lintasan takdir selanjutnya.
Sebagai orang beriman, kita disuruh oleh Allah untuk berikhtiar. Mengumpulkan sebab-sebab kesuksesan semaksimalnya, namun yang namanya kesuksesan serta kemenangan adalah hak prerogatif Allah. Seperti Ibunda Hajar yang teguh mencari air ke bukit Shafa dan Marwa, sesegera mungkin, demi agar Ismail kecil bisa mendapat seteguk minum. Akhirnya, justru air itu muncul dari dekat Ismail. masyaAllah.
Seperti pula Abu Bakr yang segera tanpa banyak basa-basi langsung membenarkan apa kata Rasulullah ﷺ, dan bersegera pula untuk menebar kebaikan ini agar orang lain juga mendapat manfaatnya. Dan itulah mengapa namanya adalah Abu Bakr. "Bakr" bermakna awal pagi. Dan awal pagi adalah waktu bagi orang-orang yang bersegera menghadapi dunia saat yang lain masih hinggap di gulingnya.
Amal yang disegerakan tanpa menanti-nanti akan membuahkan kesan tersendiri.
Dan itulah yang Allah firmankan, "Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa..." (QS Ali Imran 133)
Awalnya memang sulit, awalnya memang akan merobohkan ekspektasi. Awalnya akan membuatmu sedikit getir kenapa tidak sesuai harapan. Namun justru sebuah rencana baik yang diawali dengan langkah nyata, akan membuatmu kaya akan pengalaman.
Kamu dididik Allah dengan proses, dan lama-lama kamu akan ahli. Kelak, momentum itu akhirnya datang, bukan ketika waktunya benar, tapi karena kamu sudah siap mental dan siap pengalaman.
Itulah mengapa banyak ulama zaman dulu pernah memberi perumpamaan menarik tentang mencari ilmu, "orang yang belajar di masa kecil, seperti orang yang mengukir di atas batu..." Banyak di antara kita memahami kata mutiara ini setengah-setengah. Mengira bahwa mengukir di atas batu itu mudah.
Bukankah mengukir di atas batu itu butuh proses dan pengulangan? Sebab tidak pernah kita melihat seorang pengukir batu hanya butuh satu sentuhan untuk membuat ukuran yang bagus. Kecuali Spongebob. Hehe. Itu pun tidak nyata.
Tumblr media
Seperti itulah sebuah impian dan rencana baik. Yang ia butuhkan adalah kamu memulainya meski "baru" itu masih sangat keras dan berlumut. Tapi semakin panjang kau habiskan hari-hari dengan kebiasaan itu, "batu" itu berubah sedikit-sedikit, menjadi ukiran indah yang tak mudah dihapus.
468 notes · View notes
aksaraalyn · 2 years ago
Text
Ya Allah, Aku kembali!
Bismillah...
Aku, yang katanya pernah memilih jalan "Hijrah". Dan alhamdulillah, berhasil melewatinya. Tantangan dimasa awal bisa berlalu, meski tak luput dari khilaf, berjuang membesarkan hati, melapangkan dada, dan meluruskan niat di tengah perjalanannya.
Kukira, sudah cukup. Ternyata benar yang dikatakan "semakin tinggi pohon, anginnya semakin kencang". Kembali direpotkan mengendalikan diri yang terkadang suka menatap langkah sebelumnya, menjaga niat agar senantiasa karena dan untuk-Nya, menyadarkan diri bahwa setiap apapun yang dilakukan, Allah yang mampukan dan kuatkan. Bukan jumawa atas pencapaian yang dititipkan.
Ya Allah....
Aku orang yang dulunya pernah salah, meniti jalan kebenaran, dan lagi lagi berbuat salah. Ampuni hamba atas setiap khilaf, bimbing hamba dijalan yang Engkau ridho, bersamakan hamba dengan orang-orang yang sholih dan menjaga dalam kebaikan, tautkan cinta ini hanya padaMu.
Izinkan diri untuk kembali... Jangan biarkan langkah menjauh apalagi pergi. Atas setiap kesalahan, semoga Engkau mengampuni dan manusia memaklumi.
📝KMT, coretan di ruang tengah setelah belajar :)
2 notes · View notes