akusuciii

[akusuciii]

Aku mengagumi laut, tapi sekarang aku juga menyukai hujan. Tidak ada alasan di balik itu.

Dan aku baru sadar, ternyata aku menyukai airnya. Tenang, dingin, mengagumkan dengan caranya masing-masing, sama dengan kamu, far.

Kamu seperti air itu; aku bisa menyetuh, merasakan, mengagumi dengan keindahan kamu. Namun, tak memiliki bentuk lebih dari itu.

[akusuciii]

Aku pernah mengagumi kamu, tapi sekarang aku menyerah mengagumi kamu.

bukan apa-apa, hanya saja aku perlu mengikis bayang sedikit demi sedikit yang belum sempat dimiliki.

Bukan apa-apa, aku lelah memendam rasa sendirian.

Dan aku berharap, kita akan tetap menjadi dua kubu asing yang tidak akan saling mengenal satu sama lain.

[akusuciii]

Hujan membawa kenangan, bahkan cerita itu belum sempat di mulai. Dan dalam heningnya hujan, cara melupakan paling tenang adalah berdamai dengan hati.

[akusuciii]

Jejakku merasuk melangkah ke dalam bayangmu, menembus tirai indahnya dirimu, dengan ingin yang terlena. Dirimu jatuh, tak berdaya.

Akan ku raup hatimu, kubuai egomu dengan belaian lembut, memabukanmu dengan bisikan-bisikan kata rayuan. Serta, lirikan menghayutkan jiwa, mengarahkanmu ke dalam lautan hasrat yang dalam dan tak terkendali.

Sampai kau terjerat, tunduk dengan cinta

yang ku miliki, hingga kau akan gila dengan

hal itu.

[akusuciii]

Bagaimana rupa hatimu?

Apakah itu lembut? Aku tak pernah tahu. Bisakah aku menembus dinding hidupmu? Dengan cara apa aku menyatu denganmu?

Atau haruskah aku menjeratmu dengan seribu satu bisikan rayu?

Apakah itu akan membawaku kepadamu?

Aku sendiri tak yakin.

[akusuciii]

Parasmu amat menggangu akalku,

Langkahku yang pasti kini buyar oleh

jejakmu.

Lalu bagaimana lagi aku menghindar?

Jika seluruh isi imajinasiku penuh dengan

Bayangmu.

[akusuciii]

Di antara hiruk-pikuknya pelabuhan waktu,

kita belum juga berlabuh, bahkan sampai

layar itu berlalu.

[akusuciii]

1.495 hari mengagumimu

Hening yang bergemuruh

Senyap yang riak

Dan rasa yang tak pernah sampai

[akusuciii]

Pelukan sunyi

Dalam diam, ia memeluk dunia, bukan dengan kata, tapi dengan hati yang penuh.

Matanya tak menangis, namun sunyinya berbicara, seperti doa yang tak terucap.

Tak butuh kata untuk mengerti, karena terkadang, pelukan sunyi lebih berarti.

[akusuciii]

Perasaan di ujung jarak...

Langit dan laut saling berhadapan, saling menatap, saling membatu, saling sunyi.

Di tengah jarak yang tak terhitung, Laut menggelora, namun tak bisa menyentuh langit, sedangkan langit menatap jauh ke bawah, terpisah oleh ruang yang tak bisa dijangkau.

Sama seperti perasaanmu,

terlalu dalam untuk diungkapkan,

terlalu tak tergapai untuk dimiliki.

[akusuciii]

Laut, senja dan rasa...

Kau menatap seperti langit menatap bumi—tenang, tapi tak pernah benar-benar menyentuh.

Sementara aku menyimpanmu seperti laut menyimpan rahasia: dalam, gelap, dan tak pernah selesai.

Setiap kedip matamu adalah percikan kecil yang menjalar ke hatiku, dan setiap diamku adalah gemuruh yang tak kau sadari sedang mencarimu.

Kau adalah sore yang tak pernah reda, sedangkan aku adalah pelabuhan yang selalu menunggu, bahkan saat layar sudah lama berlalu.

Dirimu seperti senja yang hangat,

Dan aku adalah lautan yang tak bersuara.

[akusuciii]

Senja sesaat

Kau hadir dengan paras senja yang menyimpan jingga paling hangat dalam ingatanku, dan matamu tak ubahnya lautan yang tenangnya mampu menenggelamkan seluruh logikaku.

Aku hanyut di antara riak tatapanmu, tempat di mana waktu enggan bergerak, dan rindu tumbuh seperti ombak yang tak pernah lelah kembali.

Namun kau adalah senja yang hanya singgah sejenak di langitku,

lalu pergi sebelum sempat kutanya;

“Apakah kau juga merasa hangat yang sama?”

[akusuciii]

Aku suka laut, mari kita pergi ke pantai.

Di sana ada lapang yang mampu meredam segala bising yang menganggu.

Di sana ada tenang yang mampu menidurkan kekhawatiran yang datang tak diundang.

Di sana ada rindu yang mampu membawa pulang harapan yang terbang.

Di sana ada candu yang mampu meniadakan kebosanan.

Dan di matamu; aku melihat lautan, begitu dalam. Hingga sesak dan sakitku hilang.

Sajak September

[akusuciii]

Kepadamu lelaki yang harus mengubur mimpi terbesarmu, aku titipkan hormat yang tak mampu diucap oleh dunia.

Kepadamu pria yang harus memikul beban hidup, tanpa pernah meminta dipahami.

Kepadamu ayah yang harus menyembunyikan lelahnya, di balik senyum yang kami peluk setiap pagi.

Kekallah kamu pada rumahmu yang baru, akan ku kenang setiap perjuanganmu dalam diam yang penuh cinta.

Selamat ulang tahun untukmu di surga.

20-april

[akusuciii]

Di setiap senja yang memudar, aku melihat bayanganmu. Di setiap malam yang sunyi, aku mendengar suaramu.

Namun, ketika fajar itu tiba, semuanya hanya menjadi kenangan. Aku tersesat dalam lautan waktu, mencari jejakmu yang hilang.

Terkesan lagi, terluka sekali lagi.

Hati ini terus berdetak, mencari jawaban yang tak pernah datang.

[akusuciii]

Aku mencari keindahan pada lautan, tapi menemukannya hanya di dalam matamu._

[akusuciii]

"Mungkin, dalam memuja-mu aku tak mampu.

Mungkin, dalam ketakwaanku, aku tak cukup.

Namun, berikanlah yang terbaik, Ya allah.

Aku berharap kepada-mu sebagai hamba-mu. "