Text
Tiba-tiba Kepikiran
Semakin kesini semakin menyadari bahwa memilih pasangan semakin ketat. Aneh memang mungkin kalau menurut orang lain, usia makin matang tapi malah makin pilih-pilih. Bukan pilih-pilih yang harus seperti pangeran berkuda putih kok, tapi memilah dan memilih berdasarkan sifat, karakter, kebiasaan, atau bahkan track record. Keempat hal itu jadi pertimbangan yang kategori bisa dimaklumi dan tidak bisa dimaklumi serta kategori red flag, yellow flag, dan green flag. Karena apa? Karena menikah bukanlah tempat rehabilitasi. Dan ya, check & recheck seseorang yang sedang dekat denganmu ada manfaatnya kok (beruntunglah perempuan yang menguasai ilmu stalking :p). Perihal lanjut atau tidaknya kamu dengannya, ya semua keputusan ada di kamu (tapi kalau kata aku ya, kamu sudah melibatkan Allah untuk menanyakan jawaban dari, "Is he the one?" terus kamu ada rasa keraguan.. percayalah rasa itu bisa jadi petunjuk dari Allah).
Well, semoga kita menemukan seseorang yang bukan "asal-dapat-yang-penting-orang-orang-nggak-berisik-kapan-nikah-coy?"
Hehe. Met Haris Senin ol!
0 notes
Text
Cerpen : Jatuh Cinta di Umur Matang
Lebih rasional.
Langsung menganalisa, apa tujuan dari jatuh cinta ini. Kalau hanya sekedar bermain rasa, lebih baik bekerja aja mencari uang buat membeli kesenangan. Karena jika jatuh cinta hanya untuk menerka-nerka mau ke mana ujungnya, lebih baik beli tiket kereta dan pergi berkelana sendirian, lebih minim risiko daripada jatuh cinta. Langsung mengkonfirmasi, apa aja yang kamu miliki dan aku miliki serta apa yang tidak. Untuk hal-hal yang tidak kamu miliki, bagaimana kamu mengupayakannya? Apakah kamu termasuk orang yang tidak peduli dengan harta halal dan haram selama bisa mendapatkannya atau orang yang hati-hati? Sebab aku sangat hati-hati. Untuk hal yang sudah kamu miliki, apakah kamu bersedia untuk berbagi? Langsung menyaksikan, bagaimana tabiatmu yang terbentuk selama puluhan tahun. Karena aku tidak bersedia jika aku menjadi alasanmu untuk berubah menjadi lebih baik, apalagi jika kamu berharap aku bisa menjadikanmu lebih baik. Bagiku sejak awal sangat realistis, aku ingin jatuh cinta pada orang yang baik. Karena tidak ada jaminan aku bisa mengubahmu yang telah hidup dengan caramu selama puluhan tahun dalam sehari semalam apalagi beberapa hari saja. Aku memang tidak cukup sabar untuk menemanimu berubah, silakan berubah dulu menjadi baik kalau kamu memang berniat. Langsung pada intinya, tidak perlu terlalu banyak seremoni yang uangnya bisa kita pakai untuk pergi umroh atau membeli rumah. Daripada harus lelah menyiapkan banyak ritual, bagaimana kalau kita beramal saja, misal berbagi kebahagiaan dengan mengundang keluarga dan juga berbagi ke orang-orang fakir dan miskin. Biar doa-doanya buat kita, tidak ada penghalang untuk sampai kepadaNya.
Tidak perlu banyak basa basi, kalau kamu memang berniat untuk jatuh cinta. Jelaskanlah tujuanmu hingga sejauh mana, kalau kamu tidak ada tujuan, lebih baik hilang.
Karena aku tidak punya banyak waktu untuk mengulang-ulang kesedihan yang serupa. Karena aku pun sekarang lebih rasional, bukan lagi rupa menawan yang membuatku terpesona dan berkata "iya". (c)kurniawangunadi
678 notes
·
View notes
Text
Aku Kepada Aku
Pasti terasa berat di awal dan itu nggak apa-apa. Pasti akan sedih dan itu nggak apa-apa. Mau nangis? It's okay, habiskan jatah nangismu sampai air matamu berkata, "Sepertinya udah cukup, nggak ada lagi yang perlu ditangisi. Udah ya jatah menangis cukup sampai hari ini aja". No need to cut your hair. Kamu nggak perlu meringkuk sambil mendengar lagu dengan nada atau bahkan lirik menyayat hati. Kamu nggak perlu nyari referensi film sedih untuk memancing air matamu. Bukankah ini juga salah satu doamu agar kamu bisa cepat move on? Allah Maha Baik. Allah Maha Tahu.
Kamu nggak perlu menghindari tempat yang mungkin mengingatkanmu padanya. Kamu nggak perlu membenci pada hal-hal yang mungkin mengingatkanmu padanya. Hadapi. Jalani kehidupanmu seperti sebelumnya, akan baik kalau kamu menjalaninya lebih dari yang sebelumnya. Sebelum kenal dia pun kamu bisa sendiri. Buat kisah kasihmu dengan genre romantic comedy bukan angst. Kamu bisa, seperti halnya 2 tahun yang lalu. Ini bagian dari ujian kenaikan level. Selemat menetralkan hati sebelum bertemu dia yang memang untukmu.

0 notes
Text
Ia kembali duduk lesu di atas tanggul itu. Matanya menatap laut biru tanpa berkedip. Kepalanya penuh. Ada gumpalan yang rasanya mengganjal di antara bilik jantung. Es krim Waku Waku Dracola rupanya tinggal stiknya saja, padahal ia berharap seiring habisnya es krim itu maka hilanglah gumpalan menyebalkan itu. Tak berapa lama, sahabatnya duduk di sampingnya sambil menyodorkan es krim yang sama. "Pelan-pelan saja, nanti juga hilang gumpalan itu", imbuhnya.
0 notes
Text
Beberapa orang tidak pandai bercerita, kadang mereka menunggu orang lain untuk menanyakan tentang apa yang sedang ia rasakan, sayangnya tidak semua orang lain punya empati yang sama
0 notes
Text
30/30
Akhirnya lunas sudah challenge 30 hari mencari cinta 30 hari bercerita ini. Yang harusnya 30 hari di Bulan Januari malah jadi 30 hari di tahun 2024. Ya sudahlah ya.. ndak apa-apa, yang penting pas 30 xixixixi. Hal ini tentu saja perlu diapresiasi, mengingat tahun-tahun sebelumnya aku berhutang 30hbc. Cukup sulit juga nyari ide cerita, sampai-sampai kalau mentok ya akhirnya cerita yang nggak seru-seru amat, jadi salut deh sama orang-orang yang bisa namatin 30hbc tepat waktu.
...................... (hehe bingung mau ngetik apa lagi)
Ya kurang lebih gitu lah ya, penutup 30hbc tahun ini, aku nggak tahu mau ngetik apalagi, yang penting aku sudah mengugurkan kewajibanku hehehehehe. Kalau kata aku mah, bagi yang nggak punya someone to talk, ikut challenge 30hbc ini sangat direkomendasikan. Ehe.

1 note
·
View note
Text
New Skill Unlocked
Hidup seperti anak kos nyatanya bisa mendatangkan manfaat juga, keadaan yang seolah memaksa, "Ayo coba tandangi dewe" berujung pada munculnya kemampuan baru. Entah karena jiper gara-gara kejadian ular masuk rumah atau karena biar rumah nggak kelihatan singup maka pagi itu aku memutuskan untuk babat-babat ranting maupun dahan pepohonan yang pertumbuhannya mulai nggak terkontrol. Berbekal tongkat pemotong dahan yang beberapa hari sebelumnya ku pesan lewat toko oranye dan juga gergaji dahan yang sudah dikaitkan sedemikian rupa pada sebuah galah, maka kegiatan babat-bbat resmi dimulai (koyok opo ae Biiil Billlll). Sejak mendengar gosip bahwa ular hijau menyukai tumbuhan yang menjalar a.k.a merambat, maka ku urangkan niatku mengatur melati agar merambat memenuhi pagar depan rumah. Cih, apa itu estetik?! Safety first bosss. Aku makin bersyukur mengurungkan niatku menanam telang. Ranting-ranting dan dedaunan yang tumbuh sampai ke area halaman rumah tetangga jugga nggak luput untuk dibabat, belajar jadi tetangga yang baik coy :p. Ranting maupun dahan pohon yang dirasa terlalu menjorok ke jalan juga nggak ketinggalan untuk dibabat. Dan tanaman lain di sekitar rumah yang sudah cukup lebat juga ikut dibabat. "Ini kalau dilakuin tiap minggu, bisa ngebentuk otot trisep bisep nggak sih?", batinku di sela-sela ngaso. Aktivitas babat-babat ini emang bikin njarem setelahnya, tapi percayalah ada keseruan dan kepuasan tersendiri kalau melihat hasil babat-babat yang kita kerjakan.
1 note
·
View note
Text
HBD Dik!
Met ultah Dik Dudung, walau kita beda spesies, boleh lah ya ku panggil "Dik". Terima kasih banget lho untuk 2 tahunnya, rasanya baru kemarin aku brebeken mendengar suaramu mengeong di tengah malam karena cuma kamu yang ku masukkan kandang di antara saudara-saudaramu yang lain. Terima kasih karena kuat bertahan sampai hari ini walapun kamu lek makan anyi-anyi. Terima kasih mau anteng menunggu di depan kamar mandi di tengah malam, padahal aku yakin kamu sebenarnya keluwen kan? Bukan mau menemaniku kan? Terima kasih karena nggak asal spraying seperti kucing lain. Hiduplah lebih lama dan jangan katutan janda wkwkwk.

0 notes
Text
Hari Minggu Part 2
Bagi mereka yang kerjanya 6 hari dan cuma dikasih libur di Hari Minggu, rasanya kurang. 24 jam di Hari Minggu rasanya cuma saknyukan. Masalahnya dalam 24 jam itu inginnya bisa bagi waktu buat bersih-bersih rumah tapi juga tetep berkualitas istirahat alias do nothing-nya. Terus juga pengennya pagi-pagi disempatkan olahraga tipis-tipis, tapi ya gitu waktu kerasa cepat betul. Bisa nggak sih nambah hari jadi ada Hari Minggu Part 2? Agar supaya, di Hari Minggu Part 1 bisa untuk fokus bersih-bersih, lalu di Hari Minggu Part 2 bisa olahraga tipis-tipis dilanjutkan aktivitas do nothing yang berkualitas.

0 notes
Text
2112
Semakin berumur rasanya pergantian umur juga terasa biasa aja. Dulu waktu SD rasanya pengennya dirayakan seperti teman-teman yang lain, ngundang anak sekelas pakai kartu undangan lucu yang pasti ada kalimat "Tiada kesan tanpa kehadiranmu"-nya. Kalau sekarang rasanya lebih kayak ganti tanggal seperti tanggal-tanggal kemarin tapi tetap masih terasa ada yang berbeda. Nggak dirayakan nggak apa-apa, nggak diucapin di insto juga nggak masalah (soalnya aku juga nggak pernah seromantis itu sama sobi-sobiku *peace out), yang terpenting orang-orang terdekat masih mengingat dan memberikan doa yang hangat xixixi. Berganti umur itu menurutku baru terasa kalau ada orang yang nanya tentang umur, nah di momen itulah rasanya kayak, "Lhah udah umur segini aja nih??? Ihhh tua betul". Umur baru juga berarti harus bersiap dengan pertanyaan masyarakat yang makin kompleks alias "Lho Mbak, sampean wis umur semono mestine absdhdjfhfhuegf", hmm sepertinya aku harus menyiapkan "Hehehehe" lebih panjang lagi. Terkadang juga kalau ingat umur rasanya nggak sinkron sama kelakuan yang seperti anak SD, padahal dulu waktu masih kecil kalau melihat sosok mbak-mbak di umur-umur segini nampak dewasa, anggun, kalem, dan berwibawa.

2 notes
·
View notes
Text
Daydreaming
Bagaimana kalau uang, lencana Korpri, jabatan, atau karir bukanlah sesuatu hal yang dianggap penting di dunia ini? Maka dengan kesadaran penuh aku memilih menghabiskan waktuku di kebun belakang rumah. Rumah siapa? Ya rumahku *sambil membayangkan rumah impian*. Menyemai biji-biji sawi hijau sambil membayangkan sawi itu siap petik dan siap melengkapi Indomie Ayam Bawang dalam mangkok bergambar ayam jago. Memetik cabe yang merah merona seperti gincu mbak-mbak. Menanam Bunga Matahari, Kertas, dan Marigold lalu mengatur layout-nya sedemikian rupa supaya bisa dipamerkan ke khalayak Instagram tentunya. Di sore hari duduk menikmati senja sambil mencomot pisang goreng buatan sendiri lengkap dengan segelas susu kedelai pemberian tetangga dalam upayanya promosi ke sekitar sebelum ia pasarkan ke masyarakat luas.
Nikmat sekali kegiatan berandai-andai ini..

1 note
·
View note
Text
From Rujak Cireng With Love
Aku nggak tahu asal muasal kami berenam bisa punya tujuan khusus dalam berteman: "Traveling bareng-bareng". Dan untuk memenuhi tujuan khusus tersebut tanpa mengotak-atik uang bulanan dari ortu, kami memutuskan untuk menjual sesuatu. Di tengah persaingan ketat danusan di kampus yang populer dengan donat kentangnya, Cici membawa ide segar untuk menjadi reseller salah satu produk rujak cireng dan pisang cokelat alias piscok.
Mulailah hari itu kami menawarkan 2 makanan tersebut ke lingkungan sekitar terlebih dulu. Daaan ternyata cukup banyak peminatnya xixixi terutama si rujak cireng. Kami menawarkan dari sosmed ke sosmed walaupun tampilan flatlay-nya nggak menarik blas wkwkwkwkwk.

Margarin.. saos sambal.. cireng.. bumbu rujak..hmm Jaka Sembung naik getek alias gak nyambung pek. Tapi ya sudahlah ya, yang penting hari ke hari makin banyak yang minat. Kami makin pede berjualan sampai ngide jualan di PAMMITS. Baru regis ke panitianya aja kami udah membayangkan rujak cirengnya jadi rebutan (lebay) dan ludes.
Tapi ya harapan tinggal harapan. Beberapa hari sebelum hari-H berjualan di PAMMITS, Cici membawa berita mengecewakan, rujak cireng yang kami jual mengandung bahan pengawet yang enggak banget. Singkat cerita kami sepakat untuk nggak menawarkan lagi produk tersebut. Kami tetap berjualan di PAMMITS dengan menu mamin penuh kepasrahan dalam membuat dan menjualnya (re: roti panggang dan es teh) . Bayang-bayang pembeli rebutan hilang dalam teriakan-teriakan anak elektro yang membuka booth di depan kami. Bayang-bayang jualan kami ludes juga lenyap ditelan malam karena keesokan paginya mau nggak mau kami melanjutkan menawarkan di danau. Oalaah.. life.. life..
Meskipun demikian kehidupan berteman kami masih berlangsung, pun juga kehidupan mencari cuan. Mati satu tumbuh seribu. Rujak cireng dan pisok lenyap berganti menjadi pelindung kabel. Pelindung kabel sudah nggak ngehits lalu berganti ke buket jajan. Dan buket jajan ini lah yang bertahan sampai kami semua lulus. Walaupun sampai Pattara balik kampung, traveling bareng-bareng kami hanya terealisasi ke Pantai Lenggoksono (itu pun zonk), tapi setiap acara kumpulan full team di Food Fest dan setiap acara menginap di kost Fitri, Pattara, dan Cici nggak pernah zonk dan sampai hari ini akan menjadi kenangan manis yang punya ruang spesial di hati *a6.

0 notes
Text
Basikal With Byuh

Dalam rangka meniru kegiatan #basikalwithview -nya Mas matisyahdu, beberapa waktu yang lalu (berbulan-bulan lalu, lebih tepatnya) aku mencoba rute baru yang sekiranya bisa dapat view yang aduhai. Berangkat lebih pagi karena lumayan jauh dari rumah dan juga biar masih bisa ngejar sunrise.
Pemilihan rute tentunya nggak asal-asalan, modal pengalaman blusukan (thanks to drg. Lucy dan tesisnya) dan nyimak Google Maps sebelum berangkat. Segala perbekalan masuk di keranjang bagian depan, sebagai upaya biar nggak smaput. Maka berangkatlah aku dengan ekspektasi dapat view aduhai.
Tapi ekspektasi ya tetap ekspektasi, agak ketinggian juga berharap dapat view maksimal seperti yang sering dipamerkan basikalwithview itu. Harusnya sadar diri, basikalwithview lokasinya di Bantul viewnya ya macam-macam (sawah, sungai, dan pantai) sementara di Bojonegoro viewnya ya cuma sawah, sawah, sawah, dan sungai (nyempil dikit). Bukan basikalwithview tapi basikalwithbyuh alias byuh, lumayan jempor juga pit-pit an waktu itu. Tapi meski demikian, Alhamdulillah-nya dapat bonus sunrise cantik ya Bund xixixixi.
0 notes
Text
One of A Kind

Di antara banyaknya orang di sekitar (terutama yang baru kenal) yang sibuk bertanya, "Kapan?" ternyata masih ada yang lebih peduli daripada sekedar pertanyaan, "Kapan?". Adalah Bu Nanik, yang pagi tadi ku temui sebelum beliau buka poli. Alih-alih menyuruhku untuk menyegerakan beliau berpesan, untuk menimbang segalanya dengan kehati-hatian. Bukan asal-asalan. Bukan sekedar ganti status di KTP. Dengan raut wajah antusias, beliau memulainya dengan doa yang baik di Jum'at pagi, untukku, di-Aamiin-kan pula oleh Mbak Dhidil yang sedang duduk di depan PC. Wow double combo.
Kata beliau, semua sudah ada waktunya masing-masing. Ya, aku setuju. Kata beliau, sambil menunggu sambil dipersiapkan segala hal. Ya, aku setuju. Kata beliau, tidak perlu memedulikan pertanyaan yang mengandung desakan itu. Ya, aku setuju (lagipula aku bukan Pak Anies).
Dengan imbuhan "Heha-hehe" aku mengangguk setuju apa yang diucapkan beliau. Baru kali ini aku menemukan orang lain yang nggak sekedar memuaskan rasa penasarannya lewat kalimat, "Ayo, ndang, nunggu opo?". Seneng deh nemu orang yang bisa relate dengan apa yang terjadi di hidup kita. Hehehehe. Ya gak sih? Ya dong. Jadi sembari menunggu, mari cari cuan lebih banyak lagi sampai... sampai Sungjin mualaf atau kalau enggak sampai menemukan Fedi Nuril KW sekian, sekian, dan sekian terima kasih.
1 note
·
View note
Text

XX: Sepertinya seru ya pindah ke kota lain, memulai kehidupan baru, teman baru, pokoknya segala sesuatu baru!
XY: Drakor mana yang kamu tiru?
XX: Summer Strike
XY: Kenapa harus niru drakor sih? Kenapa nggak menjalani kehidupanmu sendiri tanpa meniru orang lain? Kenapa nggak jadi tokoh utama di ceritamu sendiri aja? Versimu sendiri
XX: Ya udah aku nggak niru drakor lagi deh, aku niru dorama jepang aja
XY: Lagipula pindah kota juga akan ketemu masalah baru kan?
XX: Ngerusak angan-angan orang deh u! Nggak asik!
0 notes
Text
Tapi Ini Bukan Tentang Buku
Ternyata memang benar,
Ada buku yang mampu kita baca hingga epilog
Ada juga yang mencukupkan di bab-bab tertentu
Ada pula yang hanya mampu sampai prolog saja
0 notes
Text
Mandiri=Mana Bisa Sendiri?
Lagi-lagi karena sitkon aku harus datang ke tempat itu sendiri untuk kedua kalinya. Yang pertama, dengan harapan tidak ditertawakan petugas di sana karena kasusku yang agak lutchu (re: jempol ketulusupan kulit salak) T.T Dan yang kedua ini, dengan harapan, "Dikasih obat terus pulang".
Setelah dari loket pendaftaran, aku masuk ke ER, menyerahkan surat pengantar kepada seorang laki-laki berseragam merah lengkap dengan bordir bertuliskan "119", kemudian ia menunjuk sebuah bed di ujung ruangan. Dibantu dua orang perempuan yang sepertinya sedang magang, aku naik ke bed yang cukup tinggi (setinggi harapan tetangga) itu. Satu di antaranya mulai memasangkan tensimeter digital di lengan kanan, yang lain menyiapkan alat penunjang lain. Seiring kantong udara tensimeter itu mengembang, seorang perempuan lain melakukan anamnesis.
"Mbak keluarganya mana?", tanya seorang laki-laki berbaju OK hijau.
"Saya sendiri Dok", ujarku.
"Oh ya sudah, nanti ini dibawa ke pendaftaran lagi ya", lanjutnya sembari menyerahkan secarik kertas.
"Waduh, apa nih?", batinku.
Aku kembali ke loket pendaftaran sambil membaca dengan teliti kertas buram itu. Membaca berulang. Lalu memutuskan untuk duduk di ruang tunggu dekat loket.
"Harus 'staycation' banget nih?", batinku.
Singkatnya memang mau tidak mau harus 'staycation'. Dan berlanjut pada sesi pengsian form a-z.
"Pak ini kalau saya pulang sebentar, terus balik lagi boleh nggak?", tanyaku pada salah seorang petugas.
"Nanti izin dulu sama dokternya ya Mbak", jawabnya.
"Lha kenapa kok pulang dulu?", tanya petugas yang lain.
"Kran air di rumah belum saya matikan Pak hehehe"
"Kucing saya juga belum makan Pak, daripada nanti nyolong lele punya tetangga", lanjutku dalam hati.
"Mbak tetap minta ditemenin keluarganya ya nanti. Buat ambil obat dll", tambah petugasnya.
"Ya Pak"
Setelah mendapat izin dan pemakluman para petugas itu akhirnya aku pulang dan kembali lagi. Kali ini datang lengkap dengan ransel berisi segala barang yang dibutuhkan mirip orang yang betulan mau staycation wkwkwkwk. Aku memasuki ruang ER, menuju bed di ujung utara melewati beberapa bed yang penuh pasien dengan keluarganya. Semua sibuk dengan keluarganya sendiri, tidak ada mata yang menatap penasaran pada seorang perempuan beransel hitam mirip anak hilang ini hahahahaha. Aku berbaring di bed berwarna abu-abu dan tak lama sepasang suami istri yang ku kenal nampak terlihat masuk ke ruangan.
"Mbaaakk!", seruku penuh rasa syukur.
Bersyukur karena malam itu aku tidak berakhir sendirian. Bersyukur karena aku nggak ngenes-ngenes amat hahahaha. Ternyata ya, semandiri-mandirinya manusia ya tetap membutuhkan bantuan manusia lain. Jadi sebenarnya enggak apa-apa banget minta bantuan orang lain, lha wong orang lain aja kadang suka minta tolong semena-mena juga (hehehe nggak ding, becyandaaa).
0 notes