Text
Ayah
Ayah seorang malaikat tak bersayap,seorang kepala keluarga yang bertanggung jawab,seorang yang tak pernah lelah bekerja untuk mencari nafkah,seorang yang menahan lapar demi keluarganya,
Yah mungkin itu sedikit menggambarkan tentang sesosok ayahku, ntah kenapa di malam yang sunyi ini sambil mendengarkan lagu favoritku nocturne op 9 no 2 (rekomendasi: sambil dengrin lagu), tiba-tiba aku ingin menulis tentang ayah, mungkin karena rindu haha. Oke, izinkan aku untuk bercerita tentang kisahku dan Ayahku.
Aku Alif hijriah dibesarkan dikeluarga yang sederhana dan penuh dengan kasih sayang, sekarang kami tinggal berempat di sebuah kontrakan di daerah kab. Bandung aku tinggal bersama ibu dan 2 adikku, ya betul aku anak sulung di keluarga ini. Ayahku telah meninggal ketika aku masih kuliah di tingkat 1 pada tahun 2014. Aku sangat dekat dan akrab dengan ayahku, masih teringat saat aku duduk di bangku SMA, selama 2 tahun aku selalu berangkat sekolah dengan ayahku naik motor jadul yang penuh cerita (kapan2 aku akan bercerita tentang motor ini) begitupun dengan pulang sekolah, bukan karena manja tapi emang jarak sekolah yang jauh dengan rumahku dan tidak ada angkot untuk pergi ke sekolah, yah jika tidak ada kendaraan pribadi orang2 di daerah rumahku harus menaiki perahu menyebrangi sungai citarum kemudian berjalan. Jadi setiap ayahku akan pergi bekerja aku ikut nebeng untuk pergi sekolah begitu pula dengan pulang, saat SMA kelasku berakhir jam 3 dan ayahku selesai kerja jam 5 sehingga aku harus menunggu hingga ayah selesai bekerja untuk pulang ke rumah. Oh iya ayahku bekerja di sebuah toko matrial bangunan, ayahku bertugas untuk mengangkat-ngangkat bahan2 material yang di pesan kemudian mengantarkannya. Nah, di selang waktu itu terkadang aku pergike tempat kerja ayahku karena jarak antara tempat ayahku bekeja dan sekolahku dekat cukup berjalan 10 menit. Terkadang juga ditempat kerja ayahku sambil menunggu waktu pulang, aku membantu pekerjaan ayahku yang bisa aku lakukan seperti memasukan pasir ke mobil menggunakan sekop, waw baru beberapa menit bekerja keringat pun bercucuran, huufft bagaimana ayah bisa bertahan selama berjam2 melakukan pekerjaan ini. Sebenarnya momen ini tak bisa aku lupakan dengan ayahku, bekerja bersama-sama hingga tetes keringat berjatuhan diatas dahi kita berdua, sambil sesekali aku bercerita tentang kegiatan di sekolahku kepada ayahku kemudian ia membalas dengan senyuman yang sangat aku rindukan. Akhirnya mobil bak sudah terisi penuh dengan pasir saatnya kita mengantarkan pesanan ke pelanggan, di saat2 ini lah yang aku sukai ketika badan yang penuh keringat ini tertiup angin yang masuk ke jendela mobil bak, sejuk sekali rasanya. Setelah selesai bekerja kamipun pulang, sesampainya rumah setiap malam ayah selalu tidur terakhir dia selalu melakukan kegiatan yang unik menurutku yaitu mencari nyamuk yang menggangu tidur anak-anaknya.
Karena itulah aku sangat menghormati ayahku dia juga menjadi inspirasiku ketika kelak aku meenjadi seorang ayah, pria yang penuh tanggung jawab terhadap keluarganya, tak mengenal lelah untuk mencari nafkah bagi keluargannya dan sangat menyayangi anak dan istrinya. Ayahku orang yang sederhana, setiap bekerja dia selalu mengenakan kaos ditutupi dengan jaket biru dan mengenakan celana jeans longgar yang selalu ia ikat dengan tali rapia merah serta topi coklatnya. Walaupun ayahku lulusan SMA namun dia sangat memprioritaskan pendidikan anak-anaknya, ayahku sangat ingin aku berkuliah di ITB, ini menjadi motivasiku untuk mengabulkan cita-cita ayahku . Nah singkat cerita Alhamdulillah aku dapat berkuliah ITB dengan bantuan beasiswa bidikmisi, yang aku sadari uang beasiswa ini adalah uang rakyat yang ku anggap ini sebagai hutang yang harus aku ganti, tapi yang terpenting sekarang ini aku harus kuliah dengan benar karena aku di bayar oleh rakyat.
Ayahku sangat bahagia ketika aku sms bahwasanya aku diterima di ITB bahkan kata teman kerjanya ayahku ia sampe sujud ditengah lapang tempat ia bekerja. hingga saat aku bertemu dengan ayah dia langsung memelukku aku pun membalas pelukan ayahku, saat ingat ini aku selalu menangis karena itu adalah pelukan terakhir dari ayahku. Ayah selalu bercerita kepada teman2 nya tentang anaknya yang masuk ITB dengan penuh bangga, sebenernya aku aga risih ketika ayah selalu bercerita tentang ini, yah tapi aku mengerti mungkin ayah sangat bahagia akan hal ini dia selalu mengatakan seperti ini “tingali tukang kuli ge bisa nyakolakeun anak na di ITB”. Ketika itulah aku tahu kebahagiaan yang sesungguhnya yaitu ketika membuat orang tua kita bangga. Ayah juga punya satu kinginan yang selalu ia ceritakan ketika kita makan bersama dengan semua keluargaku yaitu untuk memiliki rumah didesa yang tidak ramai, dia ingin ketika tua nanti untuk mengurus cucu2 nya dengan ibuku jadi anak2 nya dapat fokus untuk bekerja di kota, aku kurang setuju sih kalo anak2 ku di urus orangtuaku, karena aku juga ingin mendidik anak2 ku dengan cara ku sendiri. Yah tapi itu sebuah keinginan ayah yang tidak bisa ia rasakan.
Jarak dari rumahku ke kampus sangat jauh hingga memerlukan waktu 1 jam dan tidak mungkin jika ayahku harus mengantar dan menjemputku, jadi aku pergi menggunakan motor sendiri, aku selalu berangkat jam 6 dari rumah karena jam 7 kuliah di mulai. Rutinitas ketika aku brangkat Ayahku selalu melihatku di depan pintu sambil tersenyum dan menasehatiku untuk berhati-hati dijalan. Setelah beberapa minggu kuliah idul adha pun sebentar lagi akan tiba, aku mengikuti kepanitiaan idul adha di salman. Saat H-1 idul adha seperti biasa aku pamit untuk pergi membuat shaf sholat untuk sholat id di lapangan kampus tapi tidak seperti biasanya ayah masih tiduran sambil memeluk adik bungsuku, aku pikir mungkin ayah sedang kangen dengan adikku, tak banyak pikir aku pun pergi. pembuatan shaf sholat pun dimulai dari pagi sampai malam. Setelah istirahat untuk melaksan sholat duhur aku mendapat telpon dari seseorang yang tidak tahu siapa ia mengaku sebagai dokter dia member tahu ayahku berada di RS dan aku menyuruhku untuk pulang. Aku tidak percaya begitu saja karena tadi pagi sebelum aku berangkat ayahku baik2 saja, tapi tiba2 terdengar suara ibuku menangis dan bilang ayahku terkena serangan jantung. Sangat kaget mendengar hal itu aku langsung berlari ke parkiran dengan penuh perasaan sedih dan bingung, aku langsung memacu motorku untuk pulang agar sesegera mungkin dapat bertemu dengan ayah. Di atas motor aku terus berdoa agar ayahku baik2 saja. Ketika sampai di rumah, rumahku sepi tak ada siapa2 perasaanku pun sangat kacau dengan aku berusaha untuk terus berpikir positif kemudian aku pun pergi ke RS. Sesampainya di sana aku mencari kesana kemari, hingga aku bertmu sodaraku yang terlihat menangis dia memanggilku dan mengantarkan ku keruangan dimana ayahku berada.
Ketika aku memasuki ruangan itu aku melihat seorang yang sedang terbaring dengan kain putih menutupi mukanya di samping orang itu ada ibu dan adikku sedang menangis, aku masih berdiri dengan penuh kebingungan tentang apa yang terjadi saat ini, aku meletakan tasku dilantai, aku menghapirinya dan perlahan aku membuka kain yang menutupi mukanya. Aku melihat badannya yang sedang memakai kaos kuning lusuhnya yang penuh pasir dan semen, memakai celana jeans longgar yang selalu ia ikat degan tali rapia merah sebagai pengganti sabuk, ketika aku melihat wajahnya aku sadar dia adalah orang yang selama ini merawat, membesarkan, dan mendidikku. Aku memeluk ayahku tak ingin rasanya kulepaskan pelukan ini. disaat aku memeluk ayahku di saat hatiku sangat-sangat sedih, aku bingung bagaimana keluargaku kedepannya siapa yang akan mencari nafkah, siapa yang akan membiayai sekolah adik2 ku. Aku melepaskan pelukanku aku menyusut air mataku, dalam pikirku aku tidak boleh seperti ini aku anak sulung aku harus menggantian posisi ayah bagaimanapun carannya. Aku menghampiri ibuku yang dari tadi menangis aku mencoba menenangkannya aku memeluk ibu dan adik ku.
Setelah ayah di kuburkan, aku tahu bahwa ayahku terkena serangan jantung karena kelelahan bekerja ibuku menceritakan bahwa 1 jam sebelum meninggal ayah masih sehat bahkan dia emngantarkan ibuku pulang dari sekolah adikku,iini pelajaran untuk kita bahwa Allah dapat mncabut nyawa seseorang kapanpun. Aku sangat bangga dengan ayahku yang meninggal karena keluargannya, dia rela mengorbankan jiwa untuk mencari sesuap nasi demi makan anak istrinya, hingga dia tidak mengelal rasa lelah. Semoga ayahku termasuk orang yang mati syahid, amin. Disaat yang sama aku juga harus memikirkan nasib keluargaku, nasib adik2 ku karena ibu tidak bekerja. Aku menghampiri ibuku yang sangat kehilangan suaminya ibuku juga bercrita bagaimana kedepannya keluarga kita, aku meyakinkan ibu ku bahwa aku akan mencari uang untuk keluarga kita walaupun aku juga bingung aku harus kerja apa karena aku juga sedang kuliah, apa aku harus keluar kuliah saja dan bekerja.
Setelah hari itu aku memutuskan untuk tetap kuliah dan mencari kerja yang bisa dilakukan sambil kuliah. Aku berusaha untuk menjadi pengganti kepala keluarga melakukan hal yang sama seperti ayahku termasuk mencari nyamuk disetiap malam haha walaupun mencari nyamuk hanya kuat aku lakukan 1 minggu ngantuk banget soalnnya. Namun apalah daya aku hanya seorang anak yang tidak bisa apa2 sangat jauh untuk menjadi seperti ayahku. Hari senin pun tiba aku memakai jaket biru yang ayah selalu pakai saat akan pergi bekerja. Aku merasa aneh, aku seakan tak percaya hal ini bisa terjadi ayah yang kemarin selalu menunggu ku di depan pintu sudah tidak ada, aku berbalik kearah pintu sekali lagi tetap tidak ada, aku merasa aneh sekali mungkin karena ayah yang tiba2 meninggal. Aku pergi kuliah walaupun cemas dengan keadaan ibu yang selalu menangis, tapi pada hari itu ada nenek jadi aku sedikit tenang tentang ibuku. Dijalan menuju kampus aku selalu teringat tentang ayah hingga aku selalu menangis diperjalanan. Di kelas pun begitu aku tak fokus, selalu teringat ayah hingga tak sadar air mata menetes, setariap kelas selsai aku terkadang memilih sendiri mencari udara segar dan melihat daun2 bergoyang tertiup angin mencoba melupakan kejadian hari itu.
Singkat cerita aku pun menumukan pekerjaan yang cocok yaitu jadi pengajar, jadi setiap beres kuliah aku mengajar di berbagai tempat, aku tetap niatkan mengajar untuk berbagi ilmu yang bermanfaat sebagai amal jariyah jika pun diberi uang aku anggap itu hadiah. Semua hasil dari mengajar dan uang beasiswa aku serahkan kepada ibuku yang mengatur keuangan untuk keluargaku. Terkadang aku merasa lelah melakukan ini semua, jika ini terjadi aku selalu ingat ayah yang bekerja tak kenal lelah dari pagi hingga petang untuk mencari nafkah bahkan sampai nyawa pun ia relakan demi kelurganya, sehingga aku pun kembali semangat. Yah seperti itulah sedikit ceritaku yang tak akan aku lupakan, aku sangat menyayangi ibu dan adik2ku. Aku bersyukur diberi kesempatan seperti ini karena dapat lebih berbakti kepada ibuku.
Jujur aku sangat rindu dengan ayahku, aku rindu ketika kita berkumpul bersama menceritakan kisah yang terjadi, aku rindu ketika kita makan bersama, aku rindu ketika kita tertawa bersama. Ingin rasanya bertemu dan memluk ayah, aku ingin menceritakan keadaan keluargaku ketika engkau meninggal. Aku cinta kamu ayah, terimakasih atas segalanya yang engkau berikan.
1 note
·
View note
Text
Memang BAIK jadi orang PENTING, tapi LEBIH PENTING jadi orang BAIK
Jendral hoegeng
0 notes
Text
The Pathway of Melodies

SMAN 1 Baleendah,
Kelas XI IPA 2 minggu-minggu terakhir disemester 2
Tett…tett…
Akhirnya waktu istirahat tiba juga,
Hampir semua orang yang tadinya mengantuk tiba-tiba menjadi semanagat dan bergegas keluar mencari makanan,.hanya tertinggal bebarapa anak saja termasuk aku yang siap menyantap bekal dari ibunda tercintah dan teman sebangku ku, ragil namanya yang terlihat sedang mengeluarkan sebuah gitar.
“makannya gil” mengajaknya makan.
dia mengangkat kedua alisnya dengan muka khasnya yang kocak mengisyaratkan ‘iya’
“ wew bisa maen giatar oge gil?” tanyaku sambil melirik padanya.
Bukannya menjawab ia malah memainkan gitarnya sambil menyanyikan sebuah lagu, ntah lagu apa. aku hanya mendengarnya sambil makan, saat melihat jari-jari nya menekan senar gitar ada satuhal yang membuatku bertanya-tanya kenapa ada posisi jari2nya yang diulang beberapa kali, dan menghasilkan suara yang sama pula. Lantas kutanyakan hal yang membuatku bertanya-tanya.
“gil, gil napa tangan nya harus kaya gitu sih?” (sebenernya pake basa sunda).
“ini namanya chord. ini C, yang gini G, kalo ini A minor “ jelasnya.
“oh…, kenapa si C harus kaya gitu jari2 nya?” tanyaku lagi.
“bla…bla…bla…
sebenernya dia adalah pemain piano yang handal, dia pernah les piano saat smp, jadi pengetahuannya tentang teori musik sangat bagus. Dia pun menjelaskan dengan panjang lebar tentang musik, kenapa C gini G gitu dan sebagainya.
Semenjak saat itu setiap istirahat tiba aku selalu bertanya tentang musik, sebagai sahabat yang baik dengan senang hati dia menjelaskan apa saja yang kutanyakan. Banyak sekali yang ia jelaskan dari triad note, tempo, bahkan cara membaca not balok. Setelah beberapa kali menanyakan ini itu,aku mencoba mempraktikan ilmu yang telah kudapat dengan membuat aransemen sebuah lagu. Masih sangat ku ingat waktu itu dengan susah payah berhari-hari (bahkan berminggu-minggu kalo ga salah lama lah pokonya) membuat aransemen lagu kiss the rain untuk gitar, ya lagu ini sebenarnya dimainkan oleh piano lagu yang sangat indah menurutku. Yang kaya gini nih lagunya kalo belum tau.
youtube
Lagu ini pernah aku tampilakan di kelas XII saat ujian praktikum seni budaya, saat itu aku tampilkan bebarengan dengan sebuah video yang berisikan puisi tentang ibunda. Ketika selesai memainkannya ada beberapa temanku yang ku lihat matanya berkaca-kaca mungkin teringat dengan ibunya, senang sekali rasanya ketika sebuah karya kita didengar dan dapat memberikan arti untuk orang2 yang mendengarnya bagiku itu penghargaan yang begitu luar biasa. Aku pun bermimpi suatu saat hari nanti dapat memainkan sebuah karya di suatu panggung, untuk men-share musikku.
Sebenernya dari dulu aku udah suka sama suara-suara sederhana yang dihasilkan alam seperti kicauan burung, gesekan antara dedaunan, suara tetesan hujan, dan suara angin, membuat perasaan lebih nyaman. Menurutku sudah menjadi kodrat manusia yang dianugrahkan tuhan untuk mencintai keindahan dan salah satunya bunyi-bunyian ini.
Sampa akhirnya,,
Dago Tea House
Oktober, 2016
Perlahan lahan lampu menyala pertanda The pathway of melodies dimulai.
youtube
0 notes
Quote
untuk penulis lagu abal sepertiku didengar saja senang sekali rasanya. terlebih oleh orang yang kusayang
abal-abal
0 notes
Quote
hidup tidak lengkap tanpa bilangan real
Jalina Widjaja Ph.D, dosen pengantar analisis real (TVST’82 ITB)
0 notes
Text
Dugaan tentang pecahan satuan
saat iseng-iseng mengerjakan dugaan erdos-straus walaupun belum berhasil, tapi aku menemukan sesuatu yang menarik tentang pecahan satuan, tapi ini masih dugaan (belum tahu benar atau salah). aku tulis disini berharap ada yang memberi koreksi dan pencerahan.
contoh 11/30=1/5+1/6 perhatikan bahwa 22|30-10k pilih k=3 terpenuhi.
note : pecahan satuan adalah pecahan yang berbentuk 1/n
0 notes
Text
Erdos-Straus Conjecture
Dugaan Erdos-straus menyatakan bahwa bentuk 4/n dapat dinyatakan dalam 3 pecahan satuan berbeda (pecahan satuan adalah pecahan yang berbentuk 1/n). Dengan bantuan computer, konjektur ini telah di periksa kebenarannya hingga n=1014. Tapi sampai sekarang dugaan ini masih open problem (belum diketahui benar atau salah).
0 notes
Text
1=0
0+0=0
0+0+...+0=0
0+0+0+...=0
(1-1)+(1-1)+(1-1)+...=0
1+(-1+1)+(-1+1)+...=0
1=0
0 notes
Video
youtube

AAAAAAAAAAAA…….……!!!!!!!!!!
kuberteriak di tepi danau, hanya hening balasan yang ku dapat.
kududuk bermain air hijau, wuss angin membelai pipiku.
Bosan, Ku pergi ke sungai di dalam hutan,
terdengar suara air yang memukul lumut berbatu, perkelahian ilalang pun tak terelakkan, kicauan sepasang jangkrik menjadi wasit pertandingan kali ini.
Semua terdengar harmoni nan cantik walau tak seindah konser orkes sebelah
Petualangan pun ditutup dengan hangatnya segelas pop mie & semangkuk teh rasa danau.
Ku santap dengan lahap di samping sang putri dengan muka berminyaknya
-river song, situ cileunca pangalengan
0 notes
Text
Negatif dikali negatif jadi positif
Di saat makan siang temanku bertanya kenapa negatif dikali negatif jadi positif. Hmm Ko bisa ya
Bukti.
Pilih a tak nol, andaikan -(-a)=-a
a-a=0
-a-(-a)=0
-a-a=0
-2a=0
a=0 kontradiksi dengan pernyataan a tak nol, jadi haruslah -(-a)=a
0 notes
Video
youtube
Disaat sang surya mencerahkan awan yang bermigrasi, seperti biasanya aku melangkah menuju ruang yang indah untuk tidur belajar, tak seperti hari kemarin nampaknya daun sedang berguguran, entah karena daun bosan dengan ranting ataukah daun mencintai angin. Cahaya pun memancar mengenai daun, seakan sang surya setuju dengan perpisahannya. TIDAKK aku terlambat!!! (run)
-Walking Throught Fallen Leaves, Lapcin ITB
0 notes
Quote
Jepang itu baik, untuk Jepang. Indonesia juga baik, untuk Jepang
Syarif Hidayat, (Location : Salman ITB)
0 notes
Text
Rumus abc untuk polinom berderajat n??
Assalamu’alikum, halo guys kali ini aku ingin bercerita tentang matematika nih. Kebetulan karna aku kuliah di jurusan matematika jadi sharing2 lah ya hoho, silakan di ambil dulu cemilannya kertas dan pena nya (bisi mau coret2). yoo langsung saja ke tkp.
Nah tulisan ini terinspirasi saat aku kuliah pengantar analisis kompleks dengan sang dosen yang sudah mengajar matakuliah ini sebanyak 30x katanya waw veteran sekali ya. Nah Beliau ini sering banget intermezo mungkin karena pengalamannya yang banyak pernah suatu hari dia bercerita yang menurutku menarik, karena aku pernah membuat kti tentang apa yang di ceritkannya saat SMA yaitu rumus abc untuk polinom. Aku baru tahu karena ternyata dibutuhkan waktu yang sangat panjang untuk mendapatkan kesimpulan tentang rumus abc, kesimpulan yang kudapat dari cerita beliau adalah bahwa rumus abc ada untuk polinom berderajat ≤4 ya kira2 seperti itu, jadi tidak ada rumus abc untuk berderajat 5 dst.
Oke begini nih sejarahnya, Jadi awalnya ditemukan permasalahan tentang persamaan kuadrat (polinom berderjat 2) yang muncul di babilonia pada tahun 2160-1700 SM. 3000 tahun kemudian (1000 Masehi) matematikawan arab al-Khwarizmi berhasil menumukan solusi umumnya.
Nah bagaimana untuk yang berderajat 3? ternyata berhasil di selesaikan di tahun 1515 oleh Scipione del Ferro
Selang beberapa tahun kemudian Ludovico Ferrari berhasil memecahkan rumus untuk polinom berderajat 4. Matematikawan lain pun berusaha untuk menemukan rumus abc untuk polinom yang berderajat lebih tinggi namun belum ada yang berhasil sampai lahirlah abelian dan mempublish teorema tentang rumus abc untuk polinom yang intinya “tidak ada rumus untuk mencari akar2 polinom yang dapat dinyatakan dalam bentuk abc untuk polinom berderajat lebih besar dari 4”.
Nah karena cerita ini aku buka kembali KTI ku saat zaman SMA karena seingatku di KTI aku berhasil menemukan rumus abc bahkan untuk berderjat n. Sepertinya ada kesalahan di kti ku, padahal sudah ku sumbangkan di perpustakaan SMA ku, gawat nih menyebarkan ilmu yang salah. Oke mungkin sebelum mencari apa yang salah bisa di baca dulu KTI ku saat zaman SMA dulu. Boleh sambil nyoba juga guys coret2 di kertas.
Unduh file nya di sini
My Drive
Nah ketika saya membaca lagi tulisan ini ternyata rumus yang diturunkan bukan untuk persamaan polinom umum tapi polinom khusus dengan banyak bet syarat nya (hubungan antara koefisien2nya ada syarat). Nah kira2 bentuknya seperti ini.
Jadi tidak berlaku untuk polinom umum yang berbentuk
Dan kelamahan lainnya selain tidak berlaku umum rumus di KTI ini hanya berlaku jika syarat2 nya terpenuhi, jadi bisa dikatakan rumus ini sangat jelek karena banyak sekali syaratnya, dan syarat nya tidak ditulis di KTI ini waduduh aku baru nyadar sekarang kalo syaratnya ga ditulis. Tapi tak apalah yah hoho.
Jadi kesimpulannya tidak ada yang salah sih abelian sangat benar (ya iyalah), tapi rumus di atas juga tidak salah hanya saja rumus di atas sangat banyak syarat yang harus di penuhi dan rumus di atas tidak berlaku umum.
0 notes
Text
Ayah
Ayah seorang malaikat tak bersayap,seorang kepala keluarga yang bertanggung jawab,seorang yang tak pernah lelah bekerja untuk mencari nafkah,seorang yang menahan lapar demi keluarganya,
Yah mungkin itu sedikit menggambarkan tentang sesosok ayahku, ntah kenapa di malam yang sunyi ini sambil mendengarkan lagu favoritku nocturne op 9 no 2 (rekomendasi: sambil dengrin lagu), tiba-tiba aku ingin menulis tentang ayah, mungkin karena rindu haha. Oke, izinkan aku untuk bercerita tentang kisahku dan Ayahku.
Aku Alif hijriah dibesarkan dikeluarga yang sederhana dan penuh dengan kasih sayang, sekarang kami tinggal berempat di sebuah kontrakan di daerah kab. Bandung aku tinggal bersama ibu dan 2 adikku, ya betul aku anak sulung di keluarga ini. Ayahku telah meninggal ketika aku masih kuliah di tingkat 1 pada tahun 2014. Aku sangat dekat dan akrab dengan ayahku, masih teringat saat aku duduk di bangku SMA, selama 2 tahun aku selalu berangkat sekolah dengan ayahku naik motor jadul yang penuh cerita (kapan2 aku akan bercerita tentang motor ini) begitupun dengan pulang sekolah, bukan karena manja tapi emang jarak sekolah yang jauh dengan rumahku dan tidak ada angkot untuk pergi ke sekolah, yah jika tidak ada kendaraan pribadi orang2 di daerah rumahku harus menaiki perahu menyebrangi sungai citarum kemudian berjalan. Jadi setiap ayahku akan pergi bekerja aku ikut nebeng untuk pergi sekolah begitu pula dengan pulang, saat SMA kelasku berakhir jam 3 dan ayahku selesai kerja jam 5 sehingga aku harus menunggu hingga ayah selesai bekerja untuk pulang ke rumah. Oh iya ayahku bekerja di sebuah toko matrial bangunan, ayahku bertugas untuk mengangkat-ngangkat bahan2 material yang di pesan kemudian mengantarkannya. Nah, di selang waktu itu terkadang aku pergike tempat kerja ayahku karena jarak antara tempat ayahku bekeja dan sekolahku dekat cukup berjalan 10 menit. Terkadang juga ditempat kerja ayahku sambil menunggu waktu pulang, aku membantu pekerjaan ayahku yang bisa aku lakukan seperti memasukan pasir ke mobil menggunakan sekop, waw baru beberapa menit bekerja keringat pun bercucuran, huufft bagaimana ayah bisa bertahan selama berjam2 melakukan pekerjaan ini. Sebenarnya momen ini tak bisa aku lupakan dengan ayahku, bekerja bersama-sama hingga tetes keringat berjatuhan diatas dahi kita berdua, sambil sesekali aku bercerita tentang kegiatan di sekolahku kepada ayahku kemudian ia membalas dengan senyuman yang sangat aku rindukan. Akhirnya mobil bak sudah terisi penuh dengan pasir saatnya kita mengantarkan pesanan ke pelanggan, di saat2 ini lah yang aku sukai ketika badan yang penuh keringat ini tertiup angin yang masuk ke jendela mobil bak, sejuk sekali rasanya. Setelah selesai bekerja kamipun pulang, sesampainya rumah setiap malam ayah selalu tidur terakhir dia selalu melakukan kegiatan yang unik menurutku yaitu mencari nyamuk yang menggangu tidur anak-anaknya.
Karena itulah aku sangat menghormati ayahku dia juga menjadi inspirasiku ketika kelak aku meenjadi seorang ayah, pria yang penuh tanggung jawab terhadap keluarganya, tak mengenal lelah untuk mencari nafkah bagi keluargannya dan sangat menyayangi anak dan istrinya. Ayahku orang yang sederhana, setiap bekerja dia selalu mengenakan kaos ditutupi dengan jaket biru dan mengenakan celana jeans longgar yang selalu ia ikat dengan tali rapia merah serta topi coklatnya. Walaupun ayahku lulusan SMA namun dia sangat memprioritaskan pendidikan anak-anaknya, ayahku sangat ingin aku berkuliah di ITB, ini menjadi motivasiku untuk mengabulkan cita-cita ayahku . Nah singkat cerita Alhamdulillah aku dapat berkuliah ITB dengan bantuan beasiswa bidikmisi, yang aku sadari uang beasiswa ini adalah uang rakyat yang ku anggap ini sebagai hutang yang harus aku ganti, tapi yang terpenting sekarang ini aku harus kuliah dengan benar karena aku di bayar oleh rakyat.
Ayahku sangat bahagia ketika aku sms bahwasanya aku diterima di ITB bahkan kata teman kerjanya ayahku ia sampe sujud ditengah lapang tempat ia bekerja. hingga saat aku bertemu dengan ayah dia langsung memelukku aku pun membalas pelukan ayahku, saat ingat ini aku selalu menangis karena itu adalah pelukan terakhir dari ayahku. Ayah selalu bercerita kepada teman2 nya tentang anaknya yang masuk ITB dengan penuh bangga, sebenernya aku aga risih ketika ayah selalu bercerita tentang ini, yah tapi aku mengerti mungkin ayah sangat bahagia akan hal ini dia selalu mengatakan seperti ini “tingali tukang kuli ge bisa nyakolakeun anak na di ITB”. Ketika itulah aku tahu kebahagiaan yang sesungguhnya yaitu ketika membuat orang tua kita bangga. Ayah juga punya satu kinginan yang selalu ia ceritakan ketika kita makan bersama dengan semua keluargaku yaitu untuk memiliki rumah didesa yang tidak ramai, dia ingin ketika tua nanti untuk mengurus cucu2 nya dengan ibuku jadi anak2 nya dapat fokus untuk bekerja di kota, aku kurang setuju sih kalo anak2 ku di urus orangtuaku, karena aku juga ingin mendidik anak2 ku dengan cara ku sendiri. Yah tapi itu sebuah keinginan ayah yang tidak bisa ia rasakan.
Jarak dari rumahku ke kampus sangat jauh hingga memerlukan waktu 1 jam dan tidak mungkin jika ayahku harus mengantar dan menjemputku, jadi aku pergi menggunakan motor sendiri, aku selalu berangkat jam 6 dari rumah karena jam 7 kuliah di mulai. Rutinitas ketika aku brangkat Ayahku selalu melihatku di depan pintu sambil tersenyum dan menasehatiku untuk berhati-hati dijalan. Setelah beberapa minggu kuliah idul adha pun sebentar lagi akan tiba, aku mengikuti kepanitiaan idul adha di salman. Saat H-1 idul adha seperti biasa aku pamit untuk pergi membuat shaf sholat untuk sholat id di lapangan kampus tapi tidak seperti biasanya ayah masih tiduran sambil memeluk adik bungsuku, aku pikir mungkin ayah sedang kangen dengan adikku, tak banyak pikir aku pun pergi. pembuatan shaf sholat pun dimulai dari pagi sampai malam. Setelah istirahat untuk melaksan sholat duhur aku mendapat telpon dari seseorang yang tidak tahu siapa ia mengaku sebagai dokter dia member tahu ayahku berada di RS dan aku menyuruhku untuk pulang. Aku tidak percaya begitu saja karena tadi pagi sebelum aku berangkat ayahku baik2 saja, tapi tiba2 terdengar suara ibuku menangis dan bilang ayahku terkena serangan jantung. Sangat kaget mendengar hal itu aku langsung berlari ke parkiran dengan penuh perasaan sedih dan bingung, aku langsung memacu motorku untuk pulang agar sesegera mungkin dapat bertemu dengan ayah. Di atas motor aku terus berdoa agar ayahku baik2 saja. Ketika sampai di rumah, rumahku sepi tak ada siapa2 perasaanku pun sangat kacau dengan aku berusaha untuk terus berpikir positif kemudian aku pun pergi ke RS. Sesampainya di sana aku mencari kesana kemari, hingga aku bertmu sodaraku yang terlihat menangis dia memanggilku dan mengantarkan ku keruangan dimana ayahku berada.
Ketika aku memasuki ruangan itu aku melihat seorang yang sedang terbaring dengan kain putih menutupi mukanya di samping orang itu ada ibu dan adikku sedang menangis, aku masih berdiri dengan penuh kebingungan tentang apa yang terjadi saat ini, aku meletakan tasku dilantai, aku menghapirinya dan perlahan aku membuka kain yang menutupi mukanya. Aku melihat badannya yang sedang memakai kaos kuning lusuhnya yang penuh pasir dan semen, memakai celana jeans longgar yang selalu ia ikat degan tali rapia merah sebagai pengganti sabuk, ketika aku melihat wajahnya aku sadar dia adalah orang yang selama ini merawat, membesarkan, dan mendidikku. Aku memeluk ayahku tak ingin rasanya kulepaskan pelukan ini. disaat aku memeluk ayahku di saat hatiku sangat-sangat sedih, aku bingung bagaimana keluargaku kedepannya siapa yang akan mencari nafkah, siapa yang akan membiayai sekolah adik2 ku. Aku melepaskan pelukanku aku menyusut air mataku, dalam pikirku aku tidak boleh seperti ini aku anak sulung aku harus menggantian posisi ayah bagaimanapun carannya. Aku menghampiri ibuku yang dari tadi menangis aku mencoba menenangkannya aku memeluk ibu dan adik ku.
Setelah ayah di kuburkan, aku tahu bahwa ayahku terkena serangan jantung karena kelelahan bekerja ibuku menceritakan bahwa 1 jam sebelum meninggal ayah masih sehat bahkan dia emngantarkan ibuku pulang dari sekolah adikku,iini pelajaran untuk kita bahwa Allah dapat mncabut nyawa seseorang kapanpun. Aku sangat bangga dengan ayahku yang meninggal karena keluargannya, dia rela mengorbankan jiwa untuk mencari sesuap nasi demi makan anak istrinya, hingga dia tidak mengelal rasa lelah. Semoga ayahku termasuk orang yang mati syahid, amin. Disaat yang sama aku juga harus memikirkan nasib keluargaku, nasib adik2 ku karena ibu tidak bekerja. Aku menghampiri ibuku yang sangat kehilangan suaminya ibuku juga bercrita bagaimana kedepannya keluarga kita, aku meyakinkan ibu ku bahwa aku akan mencari uang untuk keluarga kita walaupun aku juga bingung aku harus kerja apa karena aku juga sedang kuliah, apa aku harus keluar kuliah saja dan bekerja.
Setelah hari itu aku memutuskan untuk tetap kuliah dan mencari kerja yang bisa dilakukan sambil kuliah. Aku berusaha untuk menjadi pengganti kepala keluarga melakukan hal yang sama seperti ayahku termasuk mencari nyamuk disetiap malam haha walaupun mencari nyamuk hanya kuat aku lakukan 1 minggu ngantuk banget soalnnya. Namun apalah daya aku hanya seorang anak yang tidak bisa apa2 sangat jauh untuk menjadi seperti ayahku. Hari senin pun tiba aku memakai jaket biru yang ayah selalu pakai saat akan pergi bekerja. Aku merasa aneh, aku seakan tak percaya hal ini bisa terjadi ayah yang kemarin selalu menunggu ku di depan pintu sudah tidak ada, aku berbalik kearah pintu sekali lagi tetap tidak ada, aku merasa aneh sekali mungkin karena ayah yang tiba2 meninggal. Aku pergi kuliah walaupun cemas dengan keadaan ibu yang selalu menangis, tapi pada hari itu ada nenek jadi aku sedikit tenang tentang ibuku. Dijalan menuju kampus aku selalu teringat tentang ayah hingga aku selalu menangis diperjalanan. Di kelas pun begitu aku tak fokus, selalu teringat ayah hingga tak sadar air mata menetes, setariap kelas selsai aku terkadang memilih sendiri mencari udara segar dan melihat daun2 bergoyang tertiup angin mencoba melupakan kejadian hari itu.
Singkat cerita aku pun menumukan pekerjaan yang cocok yaitu jadi pengajar, jadi setiap beres kuliah aku mengajar di berbagai tempat, aku tetap niatkan mengajar untuk berbagi ilmu yang bermanfaat sebagai amal jariyah jika pun diberi uang aku anggap itu hadiah. Semua hasil dari mengajar dan uang beasiswa aku serahkan kepada ibuku yang mengatur keuangan untuk keluargaku. Terkadang aku merasa lelah melakukan ini semua, jika ini terjadi aku selalu ingat ayah yang bekerja tak kenal lelah dari pagi hingga petang untuk mencari nafkah bahkan sampai nyawa pun ia relakan demi kelurganya, sehingga aku pun kembali semangat. Yah seperti itulah sedikit ceritaku yang tak akan aku lupakan, aku sangat menyayangi ibu dan adik2ku. Aku bersyukur diberi kesempatan seperti ini karena dapat lebih berbakti kepada ibuku.
Jujur aku sangat rindu dengan ayahku, aku rindu ketika kita berkumpul bersama menceritakan kisah yang terjadi, aku rindu ketika kita makan bersama, aku rindu ketika kita tertawa bersama. Ingin rasanya bertemu dan memluk ayah, aku ingin menceritakan keadaan keluargaku ketika engkau meninggal. Aku cinta kamu ayah, terimakasih atas segalanya yang engkau berikan.
1 note
·
View note