Tumgik
allihaveseen · 7 years
Photo
Tumblr media
Kurang lebih hampir 6 bulan saya kembali lagi ke dunia perkuliahan. Bukan seperti sebelumnya, yang ini terasa seperti tantangan bertubi-tubi yang minta untuk saya selesaikan. Hal-hal yang sebelumnya tidak begitu saya sukai, seperti yah berlama-lama di satu ruangan, diam dan mendengarkan dosen berjam- jam nonstop, kurang gerak dan lain sebagainya. Itu merupakan makanan yang harus saya lahap sehari-hari pada bulan2 tersebut. Namun saya selalu menggaris bawahi suatu hal yang terkadang orang lain lupakan, "tidak suka" bukan berarti "tidak bisa" kan... . Mengeluh? Tentu saja pernah, tapi semengeluh mengeluhnya, setiap tugas-tugas yang diberikan pasti dikerjakan juga. Terkadang hal tersebut menjadi bahan candaan saya dan teman-teman dengan nasib yang sama. "ada apa dengan kita?" . Namun pada akhirnya semua itu terlewati, drama-drama yang mengiringi semuanya. Baik drama berupa tekanan psikologis maupun drama korea yang menjadi selingan di kala lelah. Semua berakhir beberapa hari yang lalu. Bagaimana hasilnya, nanti kita lihat saja. . Drama puncak terjadi pada pertengahan desember ini. Cukup banyak yang saya pelajari. Memang terlihat menyeramkan pada awalnya, namun setelah dijalani hal tersebut tidak semenyeramkan bayangan yang telah kita pikir dan imajinasikan sebelumnya. . Saya tidak tau bagaimana cara teman2 lain mengatasi aura2 kecemasan tersebut. Bagi saya pribadi, saya harus keluar terlebih dahulu dari pikiran-pikiran menyeramkan tersebut sebelum saya memulainya. Saya percaya, sang pencipta yang menilai dan menentukan semuanya. Apakah saya layak atau tidak didasari semua yang telah saya usahakan. . Satu lagi hal baru yang membuat saya cengengesan, aura kecemasan berada dimana-mana saat itu. Tantangan selanjutnya bagaimana menangkal kecemasan oranglain masuk pada diri agar tidak menambah-nambah kecemasan yang sudah ada dalam diri. . Selain itu motivasi terbesar untuk menghibur diri adalah Pantai !!! Hampir 6 bulan saya tidak nyemplung, tidak berenang, mandi pun ngebayangin pantai. Akhirnya kesampaian juga..😉😋
0 notes
allihaveseen · 7 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
275K notes · View notes
allihaveseen · 7 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
The psychology of lying. Source http://pinterest.com/pin/246501779579098776/?source_app=android
0 notes
allihaveseen · 7 years
Photo
Tumblr media Tumblr media
For more posts like this, visit @mypsychology
22K notes · View notes
allihaveseen · 7 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
For more posts like this go to @mypsychology
9K notes · View notes
allihaveseen · 7 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
For more posts like these, go to @mypsychology​
25K notes · View notes
allihaveseen · 7 years
Photo
Tumblr media
Qur'an bagi saya? Semua orang muslim pasti mengenal Qur'an dan mendengar silsilah kedatangannya. Qur'an sebuah kitab suci umat Islam. Tapi apakah kita benar-benar memahami yang tertulis di Al Qur'an?
Bagi saya Al Qur'an bagaikan sebuah “text book” yang sangat lengkap dan luar biasa yang berisikan semua hal baik di dunia maupun akhirat, baik hal hal yang bersifat fisik maupun psikis ada di Qur'an.
Qur'an bisa dikatakan mudah dan juga sulit untuk dipahami. Setinggi apapun ilmu seseorang dan serelegius apapun seseorang, tetap saja disepanjang hidupnya dia akan selalu memperlajari Al Qur'an ini.
Inilah perbedaannya dengan buku-buku yang lain, buku yang lain pasti akan selalu ada referensi2 sebelum atau sesudahnya mengenai buku tersebut, itu yang membuat bagaimanapun tebalnya buku textbook, pasti selalu ada kelemahannya.
0 notes
allihaveseen · 7 years
Quote
He breaks you, to build you. Deprives you, to give you. This pain in your heart was created to make you yearn less for this life and to yearn more for Jannah
Yasmin Mogahed (via islamic-art-and-quotes)
292 notes · View notes
allihaveseen · 7 years
Text
Pernah hinggap di Facebook
#experiencelearning Suatu kali, saya pernah membantu asesmen di tempat yang katanya anak-anaknya susah untuk di kondisikan, tidak seperti di Bandung. Pada kenyataannya, pernyataan itu tidak sepenuhnya omongkosong, mungkin sulit disini maksudnya karna mereka lebih berani dalam mengungkapkan dan mengekspresikan apa yang mereka pikirkan di muka umum. Mereka pernah berkata, datangnya mahasiswa seperti saya ini merupakan suatu hiburan bagi mereka, dengan sedikit memberikan "celetukan, pertanyaan atau pernyataan" menjebak. Sering terdengar celetukan "ahh mahasiswa" dan mereka tersenyum. (Ya karna kebanyakan yang datang kesini hanya untuk penelitian dan keperluan laporan pribadi mereka, dulu pernah ada yang berkata 'seolah kita kebun binatang' yang dilihatin orang luar. ) Saat itu seseorang bertanya "ka kita kan sudah melakukan pembunuhan, dosa besarkan, apa kita pantas di ampuni? " Ya, saya tau dari pertanyaan celetukan tersebut sebenarnya ada maksud di baliknya. Tentu saja tanggapan masyarakat dan judgement sebagai penjahat menjadi pikiran bagi sebagian besar anak disana, ketika mereka ingin berubah, apakah ada yang akan menerima atau mereka akan selalu dilekatkan dengan label tersebut. Ketika sudah begitu, apa gunanya berubah? Pada saat itu jujur saya sedikit speechless dan mikir dulu untuk menentukan jawaban yang dapat diterima dan sesuai dengan kondisi mereka. Entah kenapa pertanyaan jadi beralih dari sudut pandang agama, dan saya mengutuki kebuntuan otak saya dalam menjawab. (aduh gw bukan ustad, kaga ngerti juga ayat tentang pembunuhan dll, hanya tau sekilas dan intinya saja.) Sambil mendengarkan yang lain berbicara, saya mencari kata-kata positif yang setidaknya dapat menguatkan. Ahh saat itu terlihat jelas sorot2 mata menunggu jawaban, bahkan dari anak2 yang awalnya tidak terlalu peduli. Mungkin pertanyaan ini menarik perhatian mereka. Pada saat itu saya ingin memberikan perbandingan, ingin memberikan contoh nyata, tapi saya tidak tau siapa dan bagaimana saya harus mencontohkan, apalagi ini dari sudut pandang agama. Saat itu saya berpikir, ahhh bodohnya saya karna tidak bisa menyebutkan nama sahabat atau siapapun teman dekat nabi yang dahulunya sangat bengis tetapi berubah, mendapat ampunan dan berjuang di jalan islam. (pikiran saya saat itu, ini ranahnya ustad2 dalam menjawab..) Walaupun Saya tidak tau kisahnya, tetapi saya tau inti dari ceritanya, akhirnya saya menjawab lebih ke arah diplomatis. Setiap orang yang berbuat dosa, tetapi dia telah menyadari perbuatannya salah dan berniat untuk berubah, insyaallah akan di ampuni. Kemudian saya memberikan contoh, dengan kasus dia yang pembunuhan. Sedikit tanya jawab, menurut pandangan dia apakah dia menyesali, ingin berubah dan lain sebagainya. Sebenarnya saya tidak puas dengan jawaban saya... Namun tanggapan anak tersebut cukup positif, di akhir dia nyeletuk kembali "walaupun itu pembunuhan Ka? Menghilangkan nyawa seseorang kan perbuatan dosa besar" Saat itu saya kembali mengutuk kekurangan informasi di otak saya, ahh seharusnya saya dapat memberikan contoh kisah nyata, tapi tidak terpikirkan sama sekali. Akhirnya saya menjawab "Ya". Anak tersebut berpikir sebentar, dan saya sudah beralih fokus pada anak anak lainnya yang juga berebut bertanya mengenai hal lain. (ada yang berbisik, lu butuh belajar lebih dalam mengenai berbagai bidang, khususnya agama. Ya menurut pengamatan saya, salah satu strategi coping kebanyakan anak disini, yang dicoba diterapkan di setiap lembaga adalah pemberian pembelajaran agama, melihat apa yang di alami anak2 tersebut dari sudut pandang agama, setidaknya itu dapat sedikit membantu mereka untuk menerima kondisi dan yaah...sabar.) Pandangan yang tidak akan ditemukan pada kebanyakan masyarakat awam, kebanyakan manusia. Manusia yang apabila tidak ada UU tentang perlindungan anak, tidak ada kampanye tentang anak, (tidak ada slogan, dan himbauan bahwa "setiap anak yg berhadapan dengan hukum adalah korban") apakah akan tetap berpikiran bahwa mereka patut untuk di lindungi dan diterima sebagai manusia seutuhnya, patut di maafkan, patut diberi kesempatan untuk berubah? Entahlahh
0 notes