Text
Something Inspired of the Image on My Phone

Dear Diary, ...
Kadang, kalau kita tahu teman kita masih menulis diary, kesannya old banget nggak sih? Hari gini, masih sibuk nulis diary? Big no. Eh, tunggu dulu. Jangan asal nge-judge! Ternyata buku harian atau kalau saya lebih suka menyebutnya jurnal harian, itu sangat bermanfaat, lho.
Sejak kecil saya suka menulis. Saya mulai menulis buku diary saat saya duduk di bangku kelas 5 SD. Saya tidak pandai mengungkapkan dan mengekspresikan emosi, baik negatif maupun positif. Jadi, saya tulis saja pengalaman dan perasaan yang saya alami dari pagi sampai malam di buku diary. Excited!
Tahu nggak, betapa senangnya, ketika saya berumur 18 tahun, saya menemukan diary, diary saya ketika berumur 11 tahun? Kemudian saat saya berumur 20 tahun, sekarang ini, saya baru membaca lagi diary saya 5 tahun yang lalu. Wow. Excited!
Saya melihat perubahan emosi dalam diri saya. Saya mengamati perkembangan tulisan saya. Saya memahami progress hidup saya dari saya SD sampai kuliah ini. Permasalahan yang saya ceritakan dalam diary pun semakin saya tumbuh dewasa, semakin complicated. Dulu, saya pernah menulis bahwa saya sedih sekali, hari itu burung piaraan saya mati. Saya dan teman-teman menguburnya di taman samping sekolah. Kami selalu datang ke kuburannya dan mengingat kembali bagaimana kami memberinya makan dan memandikannya setelah jam pulang sekolah. Itu tulisan saya saat saya SD. Kemudian problematika ketika saya duduk di bangku SMP, sudah beda lagi. Berlembar-lembar buku isinya cinta dan cinta. Karena di usia itu, mulai ada rasa suka pada lawan jenis. Jadi, diary saya isinya perasaan bahagia jika berpapasan dengan doi di koridor sekolah dan perasaan sedih jika doi tidak masuk sekolah. Diary masa SMA pun berbeda lagi, saya memiliki banyak konflik pertemanan. Saya menulis bahwa saya sedih tidak menemukan teman yang sefrekuensi, walaupun akhirnya saya tetap punya sahabat-sahabat terbaik!
Nah, sekarang, saya sudah kuliah. Apakah saya masih mencatat hal-hal remeh temeh seperti itu? Tentu! Di usia 20 ini justru saya mengalami banyak kisah strugle dalam kehidupan yang ternyata sangat pahit. Saya ingin, saat sudah tua nanti, saya kembali membaca diary ini dan mengingat perjuangan di usia dua puluhan.
Saat ini, diary saya bukan lagi berupa buku jurnal setebal ratusan halaman. Tetapi saya buat model kapsul waktu. Jadi, saya siapkan satu kotak untuk menampung curhatan saya. Setiap hari, saya harus menulis satu dua kalimat, kesimpulan hari itu dalam kertas kecil. Kemudian, kertas itu digulung-gulung, dikumpulkan dalam kotak. Nantinya, akan ada 366 gulungan di akhir tahun. Saya akan membacanya pada tanggal 31 Desember 2020. Ya, membaca curhatan harian saya sejak tanggal 1 Januari 2020.
#30dayswritingchallenge #day25
0 notes
Text
A Lesson You've Learned

Kepercayaan —saya kira saya bakal dipecat. Sudah satu minggu saya tak menjalankan tugas saya sebagai pengajar yanbua di madrasah. Malam ini saya disidang, rasanya malu sekali dan pasrah. Keputusan apapun akan saya terima. Tetapi atasan saya baik sekali, beliau sama sekali tidak marah. Beliau bilang: "Jadi orang yang dipercaya itu memang sulit, sulit sekali. Beban. Coba bayangin, di antara banyaknya teman-teman kamu di luar sana, mengapa cuma kamu yang dipilih dan diamanahi pekerjaan ini? Itu karena kamu orang yang terpilih. Mulai besok, aktif lagi ya? Mulai lagi dari awal"
Saya terharu dan hanya manggut-manggut mengerti. Saya teringat kutipan yang pernah saya catat, entah bersumber dari mana, "Ketika ada amanah datang kepadamu, bukan kamu yang memilih amanah itu, tetapi amanahlah yang memilihmu. Dan amanah tak pernah salah memilih tuan." OMG! Esoknya, saya bersemangat memulai hari baru, semangat baru, dan koin baru!
Kepercayaan —saya menyadari betapa beratnya menjadi orang yang dipercaya. Di kelas saya, ada beberapa anak yang percaya pada saya. Mereka percaya apa? bercerita. Ya, cerita yang mereka ceritakan pada saya, tidak mereka ceritakan pada orang tua mereka.
Setiap anak-anak itu bercerita, rasanya saya ingin menangis. Yang saya tahu selama ini, anak-anak hanya tahu bermain saja. Tetapi saya salah, anak zaman sekarang seperti sudah punya beban masalah dalam hidup mereka. Saya mengajar di kelas jilid 1 ya, kelas alif ba ta. Anak-anak di kelas ini masih berusia sekitar 3-8 tahun. Akan saya ceritakan beberapa cerita yang tak pernah saya lupa, tanpa menyebutkan nama tentunya.
Pertama, waktu itu saya sedang mendata nama anak-anak. Ketua yayasan bilang, data harus menggunakan format fulan bin fulan. Okay. Tiba di anak laki-laki berusia sekitar 7 tahun. Setelah saya menulis nama lengkapnya, saya bertanya siapa nama bapaknya. Dia bertanya: bapak yang dulu atau yang sekarang? Hah! saya nggak pernah berhadapan dengan pertanyaan seperti ini. Bukankah kalau bapak kandung, berarti bapak yang dulu? Jadi saya menjawab: "Nama bapak yang dulu aja," eh dia malah balas: "Tapi aku nggak tahu nama bapak yang dulu siapa. Soalnya aku belum pernah ketemu," Oh My God what should I say?
Kedua, lagi-lagi saya harus bertanya, siapa nama bapak kamu? Seorang anak menjawab: nama bapak yang sekarang aja ya? Terus saya bilang, ya nggak boleh dong, kan nama anak harus diikuti nama bapak kandungnya. Dia diam cukup lama setelah baru bisa menjawab: masalahnya aku lupa siapa nama bapak kandungku. Akhirnya dia minta ditulis nama ibunya saja.
Ketiga, entah awalnya bertanya apa, saya hanya ingat kami sedang membahas tentang figur seorang bapak.
Murid: bapak itu kalau di rumah sukanya marah-marah!
Aku: lah, bapak kamu marah pasti karena kamu nakal
Murid: enggak, mbak mira.. Aku nggak nakal
Aku: ya kalau gitu, bilang sama bapak, jangan marah-marah sama aku, pak, gitu.
Murid: ehhh nggak boleh! seorang anak itu tidak boleh membantah perkataan orang tua. Kalau bapak marah ya aku diam aja.
Aku: kamu kata siapa?
Murid: aku itu, nonton di tv, di patroli!
Keempat, sempat kaget dengan pernyataan dia, dengan cerita dia yang tiba-tiba.
Murid: Mbak mira, aku punya pacar
Aku: Hah? Siapa?
Murid: Mmmm anak kelas sebelah
Aku: Hah? Ewhh ngapain pacaran sih
Murid: Hehehehe
Aku: Itu, kok, kukumu dicat? Kamu kan cowok, ngapain pakai cat kuku? Warna merah lagi!
Murid: Hehehehe ini cat kuku punya pacarku
Aku: Astagaaa, ya allah!
Murid: Kalau mbak mira pacarnya siapa?
Aku: Nggak punya!
Murid: Bohong!
Kelima, semakin ke sini semakin miris, guys.
Murid: Mbak mira, aku sedih.
Aku: Kenapa?
Murid: Masak tadi aku cuma ngerokok satu batang.
Aku: Hah? Astaga kamu ngerokok?
Murid: Iya, enak lho mbak. Tapi cuma boleh satu.
Aku: Hah? Nggak boleh! Kamu nggak boleh ngerokok.
Murid: Tapi enak, mbak.
Aku: Ibu kamu tau nggak kamu ngerokok?
Murid: *geleng-geleng kepala*
Keenam, masih dengan kasus yang sama.
Murid: Mbak mira, tadi aku nyoba ngerokok pake rokok bapakku.
Aku: Ihhhhh nggak boleeehhh tauuu
Murid: Hehehehe iya, iya, cuma nyoba aja!
Dari situ saya selalu overthingking. Bagaimana kalau anak saya nanti tidak mau cerita ke orang tuanya, malah cerita ke orang lain? Bagaimana cara membuat mereka nyaman bercerita ke orang tuanya sendiri? Mereka bercerita pada saya itu artinya mereka menganggap saya teman. Saya pun masih selalu memantau mereka. Maafkan saya, respons saya biasa saja. Saya tidak bisa menasihati mereka dulu. Saya merespons sebagai teman, sebagai pendengar, supaya mereka mau bercerita lebih banyak lagi. Karena kalau saya memarahi mereka, mereka akan pergi dari saya. Insyaallah saya pun memikirkan bagaimana cara berbicara pada anak-anak supaya mereka mau menuruti perkataan saya, tanpa membuat mereka takut.
#30dayswritingchallenge #day24
0 notes
Text
A Letter to Someone

I wrote this letter for someone who gives me butterflies and makes my heart beat faster. A person that I can’t describe in a word, but complicated words. I can’t get my crush off my mind.
Kurang ingat bersumber dari mana, paragraf tersebut merupakan definisi sesungguhnya dari terminologi crush yang saya hafal karena relate sekali. Nah, di challenge kali ini saya akan menulis surat untuk —dia —yang menghilang entah ke mana.
Dear crush I can't be with,
it's funny when you had crushing on me a few years ago and I have a thing to you until right now.
Meski sudah usang terkikis tahun, saya masih ingat dengan jelas bagaimana kita bisa saling mengenal. Entah dari mana kamu mendapat nomor telepon saya waktu itu, kemudian kamu berpura-pura menjadi orang lain selama beberapa hari. Hahaha mengapa kamu tidak setidak percaya diri itu? Padahal saya senang sekali setiap mendapat teman baru, siapa pun itu.
Dulu, saya selalu kesal ketika kamu membicarakan topik-topik aneh yang tidak saya mengerti. Apalagi kamu sering memakai bahasa Inggris. Ish.. Tolonglah! Setiap kali kita chatting-an, ada kamus terjemahan di sebelah saya, loh. Google translate? Nothing, ponsel pada zaman itu belum pintar, tahu? Setiap bangun tidur, alih-alih mendapat ucapan selamat pagi, saya malah mendapat pertanyaan pelik dari kamu —unik sih. Tetapi saya baru tersadar, kamu membawa saya ke dunia yang baru, sudut lain yang belum pernah saya jamah. Mengagumkan. Setiap detik saya selalu terpana seperti terpananya Putri Jasmine kepada Aladdin, yang membawanya terbang pergi dari istana yang mengekang.
Semakin hari saya merasa kemampuan bahasa Inggris saya meningkat. Tentu saja berkat bolak-balik buka-tutup kamus demi memahami pesanmu. Terima kasih, ya? Kamu memberi pengaruh baik bagi kehidupan saya pada waktu itu.
Sayangnya, di saat saya menaruh segala harap, kamu menghilang tiada bilang. Bertahun-bertahun saya memikirkan apa kesalahan saya, yang membuatmu dengan mudah pergi? Tentunya doa dan ikhtiar tak pernah absen saya dedahkan. Tetapi kamu sungguh-sungguh tak pernah merespons saya lagi.
Padahal, banyak hal yang ingin saya beri tahu ke kamu. Saya sudah hafal nama-nama pemain sepak bola dari klub favorit kamu. Saya sempat menilik game-game yang dulu kamu selalu ceritakan pada saya. Saya sudah mendengarkan lagu-lagu andalan kamu. Saya juga menonton film-film yang kamu rekomendasikan. Tidak bisakah kita membahas itu —lagi? Saya berjanji tidak akan membalas “kamu ngomong apa sih? nggak jelas deh”. Percayalah, sekarang saya mengerti semua kesukaan kamu dan saya yakin kok kita bakal satu frekuensi.
Mmm,
tetapi sayangnya, awal tahun ini saya memutuskan untuk tidak akan memedulikan kamu lagi. Sudah cukup saya bersedih hati memikirkan orang yang tak pasti. Dengan berat hati pun saya meng-unfollow semua akun media sosial kamu. Saya juga me-remove semua akun tersebut supaya kita tidak saling mengikuti. Oh, tenang, saya tidak pernah membenci kamu, satu detik pun tidak pernah terpikir. Bukan bermaksud childish sampai harus memblokir semua itu. Saya merasa aneh saja, setiap kamu sigap menonton instastory saya dan rutin menge-like postingan saya, sementara kamu tidak membalas pesan-pesan saya selama bertahun-tahun. Untuk apa? Daripada kita saling berprasangka, kita cukupkan saja sampai di sini. So, kita tak saling mengenal lagi, kan? Itu yang kamu mau.
Sekarang ini cerita kita sama dengan debu yang baru saja saya bersihkan. Hilang. Saya bahagia sekali ketika saya tidak melihat username kamu lagi di media sosial. Saya baru sadar selama ini saya terlalu nyaman patah hati. Ternyata itu tidak baik. Saya juga harus menemukan kebahagiaan saya sendiri. Kapan pun kamu ingin kembali, saya masih menjadi teman cerita kamu, kok. Saya masih selalu mendoakan kamu.
Dengan demikian, saya tidak memiliki crush lagi. Saya ingin menyudahi lelah. Rasanya lega sekali bisa menulis apa yang selama ini saya pendam dan ingin saya sampaikan kepadamu. Ya, meskipun saya tahu kamu tidak akan pernah membaca tulisan ini. Setidaknya saya sudah berhasil meluahkan apa yang saya pikirkan.
Terima kasih!
#30dayswritingchallenge #day23
0 notes
Text
Tentang Hari Ini

Saya pikir saya akan menghabiskan 24 jam hari ini untuk tidur, makan, rebahan, dan Twitter-an sepanjang hari. Karena dua hari kemarin saya demam dan sakit kepala. Pikiran aneh-aneh mulai muncul apalagi sekarang sedang terjadi peningkatan pasien Covid 19 di kota saya. Syukurnya, ibu saya bilang kalau saya cuma kebanyakan bermain gawai sampai tengah malam. Memang akhir-akhir ini saya sering tidur pukul 12 malam di mana jam tidur saya pukul 9 malam, biasanya. Dua hari ini pun saya mencoba kembali ke habit saya, tidur pukul 9 malam.
Keesokan harinya, yaitu hari ini, saya terkejut karena tiba-tiba sembuh. Padahal semalam sakit kepala luar biasa. Ada tiga hal yang membuat saya bisa sembuh total. Pertama, saya makan madu dan minum air putih yang sangat banyak lebih dari biasanya. Kedua, kemarin siang saya creambath ke salon. Hihi itu cukup membantu karena kepala saya dipijat-pijat, surga dunia. Ketiga, saya memperbaiki jam tidur saya.
Setelah badan terasa enteng, saya keluar rumah pukul 5 pagi —mendung dan dingin. Saya menghirup udara banyak-banyak, ini tips dari guru biologi saya. Tiba-tiba saya teringat hari ini ada deadline tugas kuliah. Saya pun membuka laptop dan mengerjakan tugas tersebut, tugas mereview jurnal kritik sastra. Saya menargetkan selesai satu jam, sampai pukul 6 pagi. Tapi ternyata jurnal yang saya review susah sekali, bahasanya tinggi, dan pembahasannya pun berat. Saya baru selesai 3 jam, pukul 8 pagi. Lol.
Suasana gelap dan hujan lebat di luar membuat saya malas mandi. Btw, saya sudah sarapan nasi dan ayam goreng dari ibu saya tetapi, bapak saya malah membuat nasi goreng untuk saya. Saya pun sarapan dua kali pagi ini. Seketika saya berpikir: ya allah betapa beruntungnya saya, pagi belum rampung, sudah makan dua kali, itu pun masih ngemil. Sementara saya tahu banyak sekali orang yang harus kerja dulu supaya bisa sarapan. Itu pun sarapan yang dirangkap 3 perhari :')
Okay, pagi yang mendung ini mengawali hari saya yang indah. Aktivitas hari ini sama seperti biasa, beberes rumah, ngemil, baca buku, menulis, dan kuliah daring sampai sore. Nah, sore hari ini saya menghabiskan waktu bersama ibu saya, berdua. Kami duduk di ruang tamu mengintip dari balik kaca jendela, tetangga depan rumah, —menikah. Saya dan ibu saya menyayangkan mereka tidak memutar lagu Yovie and Nuno - Janji Suci. Itu lagu kesukaan kami setiap ada acara pernikahan. Akhirnya kami menyanyikan sendiri lagu itu, hahahaha!
Next malam hari saya berangkat ke madrasah untuk mengaji. Hari ini pelajaran Taklimul Mutaalim dan guru ngaji saya berasal dari luar kampung. Saya mengaji bersama 4 orang teman lainnya. Jadi satu kelas hanya ada 5 anak, dua perempuan dan tiga laki-laki. Sepulang dari situ, pukul 20.30 malam saya langsung tidur, takut pusing lagi kalau begadang.
#30dayswritingchallenge #day22
0 notes
Text
About Love

Cinta adalah ketika seorang ibu bangun pukul 4 pagi, keluar ke rumah tukang sayur, mengetuk pintu dan memilah sayur dan lauk untuk keluarganya.
Cinta adalah ketika seorang ibu rela bangun pagi lebih dulu dari ayah dan anak-anaknya, menyiapkan segala yang dibutuhkan mereka. Padahal ia juga harus berangkat kerja pagi.
Cinta adalah ketika seorang ibu rela tidur terlambat demi memastikan ayah dan anak-anak sudah makan malam, mengerjakan tugas sekolah, dan demi melihat mereka tidur terlelap.
Cinta adalah ketika seorang ibu tak pernah benar-benar tertidur pulas karena memastikan anaknya berselimut rapat dan tak diganggu nyamuk.
Cinta adalah ketika seorang ayah mau mencarikan apa yang dibutuhkan anaknya untuk sekolah besok pagi padahal sudah pukul 10 malam.
Cinta adalah ketika seorang ayah masih mau membeli makanan setelah pulang kerja, padahal kemarin-kemarin makanan itu tak pernah dimakan anak-anaknya.
Cinta adalah ketika seorang ayah berkata "iya, bisa, ada" padahal ia sedang tidak bisa dan tidak punya apa-apa.
Cinta adalah ketika seorang ayah rela tidak bekerja karena hari itu, anaknya minta diantar ke suatu tempat.
I can't write more!
Cinta selalu tak terdefinisikan. Cinta lebih dari sekadar tulisan yang diungkapkan. Cinta hanya bisa dirasakan, lalu tiba-tiba membuat air mata menetes perlahan. Itulah cinta dari ayah ibu saya.
#30dayswritingchallenge #day21
0 notes
Text
Celebrity Crush

Tahukah kamu? Sebelumnya, saya menulis bahwa celebrity crush saya adalah Reza Rahadian, Jefri Nichol, dan Nicholas Schubring Saputra. Baru terpikir alasan saya menyukai mereka adalah ketika Reza berperan sebagai Dika di film Imperfect, Jefri berperan sebagai Nathan di film Dear Nathan, dan Nicsap berperan sebagai Rangga di film Ada Apa dengan Cinta. Ternyata saya nge-crush-in tokoh fiksi, bukan orangnya.
Lalu, saya ngefans sama siapa dong?
Nah, saya teringat, dulu saya suka dengan Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan. Sebagai Dilan? No, jauh sebelum itu. Tahun 2011 saya melihat boy band cilik bernama Coboy Junior, beranggotakan 4 anak SD berusia 11 tahun, sama seperti usia saya, Iqbaal, Aldi, Bastian, dan Kiky.
Setiap pagi saya asik nontonin mereka menyanyikan lagu berjudul "Kamu" di Inbox atau Dahsyat hahaha! Disusul dengan lagu Eaaaa, Kenapa Mengapa, Ngaca Dulu Deh, dan Terhebat. Oh my! Lagunya keren semua! Saya comate garis keras. Saat istirahat sekolah, saya rela tidak jajan, karena uang saku habis untuk membeli foto-foto dan poster member Coboy Junior. Saya juga pernah dijadikan sebagai admin fanpage di facebook, lol. Fanpage Soniq, fansnya Iqbaal. Saya sering berdebat dengan orang-orang yang membenci Coboy Junior. Mereka selalu menghina, bahwa Coboy Junior seharusnya tidak ada. Masih kecil kok nyanyi lagu cinta-cintaan? Hey, memangnya kamu cinta-cintaan umur berapa? Lirik lagu mereka sesuai dengan kehidupan ABG pada masa itu. Untungnya, ibu saya juga menyukai Iqbaal. Kami sama-sama mengikuti perkembangan Iqbaal dari Coboy Junior, film 5 Elang, sinetron Hanya Kamu, CJR, Dilan, dan Bumi Manusia. Lagu-lagu Coboy Junior masih saya perdengarkan sampai sekarang.
Jadi, saya ngefans sama Iqbaal atau semua member Coboy Junior nih? Okay, actually saya mengikuti mereka semua. Saya masih "mendukung" Bastian meskipun dia resign dari Coboy Junior pada tahun 2014. Saya mendengarkan lagu barunya yang berjudul Surat Izin Mencintai, saya juga menonton sinetronnya yang berjudul Bukan Cowok Biasa. Saat ini, saya pun mengikuti channel youtube milik Kiky dan Aldi. Seru banget, mereka sering nostalgia. Rizky juga pernah stand up comedy karena dia mirip komika Rahmed. Nah, Iqbaal ini yang nasibnya menjulang tinggi lebih daripada mereka. Apalagi saat dia memerankan Dilan dan Minke, Bumi Manusia, ugh saya langsung menyuruh ibu saya nonton. Kami bangga!
#30dayswritingchallenge #day20
0 notes
Text
My First Love

Jika mencintai seseorang, katakan padanya sekarang —reply 1988.
My first love? Mmm cinta monyet, kan? Cinta anak kecil, suka-sukaan nggak jelas. Btw cinta monyet kalian umur berapa? Coba diingat-ingat. Saya terkejut sekali ketika teman saya bercerita, cinta monyetnya kelas 9 SMP. Sementara saya masih ingat betul pertama kali saya menyukai lawan jenis yaitu ketika saya duduk di bangku kelas 5 SD. And guess what? Orang yang saya sukai merupakan anak SMP, lol. Dia senior saya tetapi saya lupa alasan pasti mengapa saya bisa menyukai dia.
Delapan tahun yang lalu, setiap saya pulang sekolah, saya ambil jalan lain yang lebih jauh. Saya ambil jalan yang lewat depan rumah dia. Lol. Bodohnya. Sebelum melewati rumahnya, saya rapikan ikat rambut dan jepit lucu, saya rapikan seragam saya, dan berjalan pelan-pelan melirik sudut-sudut rumahnya. Setiap hari jumat dan sabtu, dia sudah duduk santai di beranda rumah karena sekolahnya pulang lebih awal dibanding sekolah saya. Saya lewat tanpa menyapanya. Ya, karena kami tidak saling mengenal.
Suatu hari, tidak disangka ternyata saya satu organisasi dengan dia. Ada menit di mana saya duduk bersebelahan dengannya. Dia pun menyapa saya dan kami berkenalan. Dia kaget setelah mengetahui saya masih anak SD usia 11 tahun sementara dia berusia sekitar 14 tahun, mungkin. "Hahaha astaga masih anak SD" - katanya menertawai saya.
Sejak itu kami jadi dekat dan sering mengobrol. Setiap pulang sekolah, saya cepat-cepat pulang dan mengecek apakah ada SMS darinya. Kami biasa SMS-an sampai malam. Dia sangat baik pada saya. Dia seperti kakak laki-laki yang menjaga adik perempuannya OMG, ya, saya dianggap sebagai adik. Lol. Saat saya SMP dan dia SMK, saya mengajarinya bermain media sosial, yaitu facebook. Haha mungkin dia sudah lupa. Setelah itu pun kami tidak SMS-an lagi, pindah jadi inbox-an :p
Seiring berjalannya waktu, saya punya kehidupan sendiri begitu pula dengan dia. Kami lost contact. Bahkan saya melihat batang hidungnya saja hanya setiap setahun sekali saat lebaran. Suatu hari dia datang bertanya kabar. Saya sudah biasa saja dengan dia. Tapi, entah mengapa tiba-tiba saya mengaku kalau saya pernah menyukai dia dulu. Hahaha saya lega bisa jujur meskipun terlambat. Dia bertanya mengapa baru bilang sekarang, mengapa tidak sejak dulu saya jujur? Yakali! Ternyata dia juga pernah menyukai saya, tetapi enggan bicara. Kami saling menyukai di waktu yang berbeda.
Sekarang dia sudah menikah dengan orang yang sangat tepat! Saya berbahagia untuk mereka. Cheers!
#30dayswritingchallenge #day19
0 notes
Text
Thirty Facts about Myself

cr: @charupin
Pelupa parah. Kunci motor ilang? Setiap hari! Kasihan temen2 sekolah saya sering pulang telat gara-gara ikut bantuin cari kunci motor. Kadang, saya juga sering lupa di mana saya memarkirkan motor di kampus. Lagi-lagi temen-temen saya yang pusing mencarikan motor saya. Thanks ya.
Enam tahun punya gitar di kamar, tapi nganggur.
Berasa cocok jadi intel setiap berhasil nemuin second account seseorang.
Suka meme comic indonesia. Ya allah dulu SMP saya mengoleksi ratusan gambar meme dari akun mci dan 9gag. Sampai tahu siapa admin-adminnya dan saya juga membeli buku “If You Know What Happened in Meme Comic Indonesia”.
Kecanduan Quora.
Tidak suka keramaian. Pusing. Bye.
Suka ngobrol (maksimal 4 oranglah) wkw.
Big loveeee indomie kuah dan mie sedaap goreng.
Tapi kalau disuruh pilih satu, indomie goreng aceh jawabannya!
Melankolis. Selalu nangis setiap nonton film apapun. Mau genre komedi, genre thriller, genre horor, pasti saya bisa menemukan sisi mengharukan yang tidak dirasakan teman-teman saya. Dan saya kalau nangis tidak hanya menetaskan air mata tapi sampai bengek sampai mata dan hidung memerah parah. Kalau mendadak ada tamu, mbak kenapa? Gapapa lagi nonton film.
Kadang udah punya prinsip sendiri tapi suka okay-okay ajalah, manut. Tidak suka ribet dan ribut.
Panikan tapi tidak heboh.
People pleaser alias paling nggak bisa nolak permintaan bantuan. Tapi sekarang sedang belajar menolak demi kebaikan diri sendiri. Love myself, bismillah.
Punya rasa sabar yang berlebih.
Makan banyak tapi berat badan nggak pernah naik. SMP - kuliah sama saja.
Tidak suka berdebat, lebih baik mengalah.
Tidak bisa marah.
Biasa saja dengan keberadaan kecoa. Tbh saya penasaran kenapa kalian bisa takut kecoa?
Menolak pedas. Lagi beli seblak atau ayam geprek yang levelnya sampai sepuluh-dua puluh. Level berapa mbak? Nol, mas.
Good listener.
Mengoleksi semua jenis buku.
Overthinking in the night, always.
Sekali pemalas akan malas 24 jam. Sekali rajin akan rajin 24 jam.
Introvert hang over.
Percaya the power of doa. Karena pernah sakit tipes sebab doa sendiri. Nggak nyangka doa minta sakit, eh dikabulkan :')
Nggak bisa olahraga kecuali berenang.
Punya insting yang bagus. Sampai sering dikira dukun.
Setiap sakit obatnya cuma tidur dan teh panas.
Kepo bangeeeet, kadang.
Hobi beli buku tapi bacanya setahun kemudian.
Sekian tiga puluh fakta tentang diri saya yang tidak penting bagi visi misi kehidupan kalian kecuali yang nge-crush saya tapi nggak ada sih. Btw, saya tidak senarsistik itu ya sampai mengetahui fakta diri sendiri, 30 hal pula. No. Saya menulis tulisan ini dibantu dengan teman-teman. I couldn’t have done it without yall. Thanks!
#30dayswritingchallenge #day18
0 notes
Text
Ways to Win My Heart

To be honest, there are no specific criteria to win my heart! Agak konyol memang tema ini hahahaha. Saya sendiri tidak tahu bagaimana caranya? Di dunia ini tiada kata sempurna. Di antara jutaan manusia di bumi ini, tidak ada yang benar-benar cocok. Kalau pun ada yang bilang seratus persen cocok, dapat dipastikan ada penerimaan, pengertian, keikhlasan, dan toleransi yang bagus.
Btw, tulisan ini ditujukan kepada siapa sih? Siapa yang membutuhkan tulisan seperti ini? Apakah seseorang yang ingin berteman dengan saya, atau seseorang yang ingin dekat dan memiliki tujuan tertentu dengan saya? Lol. Orang-orang yang pernah dekat dengan saya memiliki karakter yang berbeda. Mereka membuat saya terpukau dengan cara mereka masing-masing. Ingat-ingat ya, bahwa setiap anak dilahirkan dengan potensi masing-masing.
Ada yang berperangai biasa saja tetapi saya bisa suka, ada yang berusaha meng-upgrade skill mereka baru saya suka, bahkan ada yang awalnya saya benci, sekali lagi, benci, tetapi entah mengapa karena dia tekun berbuat baik pada saya, dia pernah meluluhkan hati saya :p
Saya fleksibel dalam berteman, nggak deng. Struggle juga mau berteman dengan saya, yang orangnya susah dekat dengan orang lain. Memang ada orang-orang tertentu (banyak) yang tidak saya senangi, dan mungkin saya nggak akan pernah nyaman berteman dekat dengan mereka. Biasanya orang-orang seperti ini terlalu cepat ingin mengenal seseorang. Baru mengenal sehari sudah tanya macam-macam, fiks auto ilfil. Apalagi saya paling tidak bisa menyembunyikan perasaan ilfil pada seseorang. Kalau bertemu langsung, paling saya jawab ala kadarnya, seperti iya, enggak, udah, oalah, oh gituuuu. Kemudian kalau di chat, saya nggak balas, atau saya akan balas sehari atau seminggu kemudian hahaha!
Sejujurnya saya adalah orang yang terbuka, sangat senang bercerita dan mendengarkan cerita orang lain. Saya pula bukan tipikal orang yang nge-read chat begitu saja. Pasti saya balas kalau memang masih ada bahasan yang menarik. Tetapi selalu ada orang-orang cringe. Niatnya ingin dekat tetapi caranya big no banget! Contohnya adalah yang pertama, orang yang baru saja kenal tetapi langsung menganggap saya sebagai teman dekatnya like saya harus selalu mengabari dia, saya sedang apa dan di mana. What? Who are you hey? Kedua, orang yang ingin terlihat pintar dengan cara memilih bahasa yang rumit dan tinggi. It's okay jika kita sedang membahas tentang karya ilmiah atau karya sastra. Tetapi ini obrolan santai, bro. Jangan berpikir saya anak bahasa Indonesia lalu kamu harus memakai bahasa Indonesia yang baku dan kaku. Tidak. Saya malah tidak suka. Santai saja please. Justru saya lebih suka typing alay, tahu? :')
Tetapi tenang saja, saya benar-benar berteman dengan semua kalangan. Tidak membeda-bedakan, kecuali yang suka spam dan mengganggu, auto block :'). Dan beruntunglah kalian yang dapat win my heart. Yaitu orang-orang yang bikin saya betah ngobrol seharian, bahkan setiap hari tidak pernah bosan dan tidak pernah kehabisan topik. Terima kasih telah menjadi teman yang baik. Hanya ada beberapa orang yang membuat saya betah seperti itu, sampai mengganggu jam tidur saya. Saya biasa tidur jam 9.30 malam. Citcat dengan orang-orang yang menyebalkan sudah saya akhiri di jam segitu. Tetapi, untuk teman-teman baik saya, saya bisa betah melek normalnya sampai jam 11.50 malam. Ada yang sampai jam 12.00 dan 01.00? Wow, sekarang sudah hari besok dari kemarin. Gila. Dan hanya ada satu orang selama saya hidup ini yang bisa bikin saya tidur jam 3 pagi. Kamu membuat saya hanya tidur dua jam. Kamu membuat saya betah bedagang. Kamu membuat saya memikirkan topik baru supaya chat kita tidak berakhir. Pokoknya kalau saya rajin bercerita ke kamu, kamu fine-fine saja untuk menjadi teman saya hahaha. Congrats! You win my heart for friendship!
So, how is the ways? Ngg- nothing. Be normal people and don't too much :p
Akhirul kalam, saya tuliskan kutipan favorit saya. Yuk, buat teman kita bahagia!
Jika kamu membuat seseorang bahagia hari ini, kamu juga membuat dia berbahagia dua puluh tahun lagi, saat ia mengenang peristiwa itu - Sydney Smith.
Fiks, kalau kamu membuat saya senang, pasti kamu akan saya kenang :)))
#30dayswritingchallenge #day17
0 notes
Text
Someone I miss

Tiada kerinduan kepada orang yang sudah tenang di alam yang berbeda selain menghadiahinya sebuah surat alfatihah.
I miss my grandpa so much. Eyang kakung, tetapi saya memanggilnya atung. Beliau mentor saya dalam berurusan dengan Tuhan. Kalau ada dari kalian yang mengikuti tulisan saya dari zaman blogger, saya sudah pernah menulis tentang atung di sana. Dan saya tak menyangka setelah saya mengunggah tulisan tersebut, teman-teman saya mengirim pesan yang menyatakan bahwa mereka tersanjung dengan atung.
Tuhan itu Maha Mendengar. Apa yang kita mau, butuhkan, Tuhan tahu. Tetapi kalau kita tidak meminta, kurang afdal. Biasakan kalau mau sesuatu, ya ngomong, berdoa. Jangan diam aja.
Kutipan tersebut adalah perkataan atung yang paling saya ingat. Saya masih hafal betul bagaimana mimik wajah atung saat itu, logat dan nada yang diucapkan, gaya beliau duduk sambil menumpangkan kaki kanan ke kaki kirinya, saya masih ingat semuanya. Petuah-petuah beliau sederhana tetapi cara beliau menyampaikan pesan untuk bekal cucu-cucunya sangat membuat kami terkesima, mendengarkan dan menerapkan.
Setiap kamis sore, hati saya sakit sekali mendengar pujian di masjid, teringat atung.
saben malem jumat, ahli kubur tilik ngomah. namun ora diwehi, banjur bali mrebes mili. baline nang kuburan, nyunggi tangan tetangisan.
Saya selalu mendengarkan syair tersebut bersama ibu dan eyang putri. Setiap malam jumat, eyang putri saya tak pernah absen mengingatkan saya untuk mengirim doa pada atung. Anyway, keluarga saya memercayai 'yang begituan'. Apa sebutannya ya? Kejawen? Tidak. Islami? Agak tidak juga. Intinya, kami memercayai kalau setiap malam jumat, atung saya datang ke rumah meminta doa. Kalau tidak ada doa, pasti atung saya akan sedih dan pulang dengan menangis kecewa.
Hah, atung benar-benar orang yang sangat sangat sangat paling saya rindukan kemarin, saat ini, dan selamanya. Memori masa kecil saya bersama atung akan saya ingat sampai bila-bila. Di mana saya setiap hari dikasih uang Rp1,000, dibonceng motor astreanya pakai selendang, dipinjami sepeda onthel tuanya, diajak kasih makan ikan-ikan di kolam, diajak menguras kolam, diajari menangkap ikan petho, dan lain sebagainya.
Btw, ada salah satu teman saya yang menunggu saya menulis tema ini. Adakah berharap saya menulis tentang cowok? Saya merindukan special someone? Mana ada :')
Saya tidak merindukan siapa-siapa HAHA. Bukan saya tak berperikekawanan, tetapi kalau rindu teman, sekarang mudah kan? Tinggal ajak Video Call lah. Saya rasa sama saja. Toh, saya dan teman-teman masih bisa tertawa seperti bertemu langsung. Oh iya, btw ada satu berkah pandemi ini. Berkat pandemi, banyak ajakan video call group dari teman-teman lama. Alumni-alumni masa sekolah, yang sebenarnya sudah lost contact, jadi berjumpa lagi!
#30dayswritingchallenge #day16
0 notes
Text
Mengarungi Ilusi

If I could run away, where should I go?
Pernah tidak, saat kecil, kamu ingin sekali pergi jauh dari rumah ini? Khususnya saat kamu sedang marahan dengan orang rumah. Rasanya tiada tempat untuk melampiaskan kekesalan. Meskipun sudah mengunci pintu dan menyendiri di kamar, tetap saja, kabur adalah pikiran terbaik saat itu. Kamu mulai merancang sebuah rencana, mengemasi pakaian dan barang-barang seperlunya. Mengawang jalan mana yang akan kamu tempuh. Tetapi pada akhirnya, rencana itu hanyalah sebuah fatamorgana yang menipu. Kita tidak tahu mau kabur kemana. Apakah kita akan kembali ke rumah ini? Bagaimana sekolah dan teman-teman kita? Apakah kita punya uang yang cukup untuk hidup sendirian?
Alih-alih menjadi anak yang kabur dari rumahnya, saya lebih sering memikirkan bagaimana jika saya menjadi sesuatu selain manusia. Random thought alert! Saya ingin menjadi peri liliput seperti thumbelina, hidup di pekarangan yang indah dan nyaman. Atau menjadi peri pekerja seperti tinkerbell di pixie hollow. Sesekali melihat aktivitas manusia tanpa ketahuan. Ya, saya ingin melarikan diri ke tempat seperti itu, dengan berubah menjadi kecil, supaya bisa bebas melihat kelakuan manusia yang sebenarnya.
Selama ini saya merasa seperti rapunzel dalam film Tangled dan Princess Jasmine dalam film Aladdin, terkurung di istana dan jarang sekali melihat dunia luar. Kalau saya boleh melarikan diri, saya hanya ingin pergi ke tempat yang sunyi, sepi, dan tenang. Lengkap dengan perasaan bahagia seperti apa yang dirasakan rapunzel ketika dibawa kabur oleh Flynn Rider dan perasaan takjub Princess Jasmine saat diajak terbang oleh Aladdin. I wish.
#30dayswritingchallenge #day15
0 notes
Text
My Chameleon Style
cr: @charupin
Mengapa bunglon? Karena style saya tak pernah konsisten dan berprinsip. Melainkan selalu berubah-ubah sesuai tempat, situasi, serta kondisi. Lingkungan dapat memengaruhi style saya. Lingkungan yang berbeda akan membuat style saya berbeda pula. Anyway, tema kali ini menarik, ya? Style. Gaya apa? Sebenarnya ada banyak sub-sub topik turunan dari style. Tetapi yang langsung terlintas dalam pikiran saya yaitu gaya berpakaian.
Dulu saya sekolah tidak berpakaian muslim. Ya, memang umumnya seperti itu sekitar tahun 2004-an, apalagi sekolah negeri, satu pun teman saya tidak ada yang berjilbab. Di keluarga saya pun belum ada yang berjilbab. Saya sekolah memakai rok pendek dan seragam sepantasnya. Kaos kaki panjang sampai lutut. Mungkin saya terinspirasi sinetron anak sekolah yang kaos kakinya panjang banget dan roknya pendek. Rambut saya ikat kuda dan ada poni di bagian depan. Kadang kala memakai bando-bandoan dan jepit-jepitan. Saya masih ingat style ini saya tiru dari member Cherrybelle.
Lulus sekolah dasar, saya mendaftar di SMP Negeri dekat rumah. Entah kesambet apa, saya pun lupa alasannya, tetapi saat saya ditanya oleh guru di sana mau pakai seragam muslim atau tidak, saya jawab muslim. Ibu saya terkejut dan berulang kali menanyakan keyakinan saya. Beliau juga menanyakan alasan saya, tetapi saya tak bisa menjawab juga. Aneh. Sejak usia 13 itulah saya mulai memakai kerudung, tepatnya kerudung pet instan (rabbani) - bukan endorse. Memang sedikit struggle di awal, yang mana biasanya saya memakai rok pendek, sekarang setiap hari saya memakai rok panjang.
Meskipun saya sudah berjilbab, saya masih mendapat beberapa masalah ringan mengenai identitas diri pada waktu itu. Masih ada saja teman yang bertanya "Almira, kamu kristen?" help. Pertanyaan itu muncul saat teman-teman saya bermain ke rumah, melihat pernak-pernik pohon natal dan lampu-lampu merah serta lilin-lilin merah budaya chinese. Didukung oleh muka ibu saya yang berwajah chinese padahal jawa tulen.
Lambat laun saya mulai nyaman menggunakan pakaian muslimah. Malah sekarang risih kalau keluar rumah tidak berjilbab. Malu banget. Oh ya, titik "tersolehah" saya saat masa SMA. Karena di kelas 11 saya dipilih menjadi ketua keputrian rohani Islam. Wuishhh! Betapa islaminya style saya. Pakai seragam longgar, jilbab menutupi dada, dan selalu menggunakan ciput. Kadang kalau tidak gerah, saya pakai handsock dan tidak pernah make up. Sementara di luar sekolah, saya pakai celana jeans, kaos panjang kekinian, dan jilbab segiempat paris yang disampirkan ke bahu alias tidak menutupi dada dan tidak memakai ciput juga. Casual. Tidak ribet.
Nah, masuk kuliah, style berpakaian saya masih islami. Setiap hari saya kuliah memakai pakaian muslimah, gamis dan jilbab. Style ini masih bertahan saya pakai karena saya dipertemukan oleh teman-teman yang berpakaian seperti itu juga, mulai dari semester 1 sampai sekarang. Eh tapi awal-awal jadi mahasiswa baru, saya kuliah menggunakan celana jeans, loh. Karena teman-teman pertama saya itu tidak ada yang memakai rok. Kemudian saya ganti circle pertemanan barulah saya ganti style juga.
Btw, seperti di SMA, di kampus ini saya mengikuti organisasi unit kegiatan agama Islam. Di sana tidak ada anggota yang memakai jilbab segiempat ukuran standar. Semua memakai gamis dan jilbab panjang yang menutupi tubuh mereka. Ha, dari situ saya mulai menyicil membeli jilbab-jilbab besar dan beberapa gamis. Pakaian tersebut hanya saya pakai saat pertemuan dalam organisasi. Di kelas, style saya biasa saja, rok, atasan, jilbab pendek.
Saya lupa di semester berapa, jurusan saya mengadakan suatu event. Dari rumah saya berpikir ah ini acara santai, yang mana saya tidak mau ribet pakai rok. Saya pun memakai jeans, atasan, dan jilbab tipis seperti biasa. Sampai di kampus, teman saya terkejut dan berkata, "Almira, you looked like rock and roll OMG!" HAH. Padahal kemana-mana saya berpakaian seperti ini kecuali di kampus. Tapi memang, mungkin karena dari semester awal saya pakai pakaian muslim selalu, teman saya kaget saya bisa pakai jeans. Hahaha. Apalagi jeans yang saya pakai ini model celana jeans yang sobek-sobek di bagian lutut!
#30dayswritingchallenge #day14
0 notes
Text
My Favourite Book

"Tugasku wis rampung. Kapundhuta kawula mawon, Gusti. Sing padha deneakur." —Salinem telah mangkat.
Loh? Tokoh utama kok meninggal dunia di bab pertama? Sempit sekali pemikiran saya saat pertama kali membaca buku tersebut. Saya masih berpikir bahwa sebuah cerita selalu dinarasikan secara runtut dengan plot maju. Ternyata tidak. Novel Rahasia Salinem karya Brilliant Yotenega dan Wisnu Suryaning Adji ini ditulis menggunakan dua alur secara selang-seling setiap babnya. Bab zaman sekarang ketika Mbah Nem telah tiada dan bab zaman Salinem kecil.
Wow. Bukannya membingungkan, justru dengan alur seperti ini, membuat saya pribadi tak sabar untuk ikut anak dan cucu Mbah Nem menelusuri rahasia apa yang disimpan perempuan nelangsa itu. Sehingga saya merampungkan novel ini hanya satu hari. Entah berapa jam.
Konflik dalam cerita ini sederhana. Setelah kematian Mbah Nem, anak dan cucunya ingin nama beliau tidak hanya diabadikan dalam pohon keluarga saja. Tetapi apa yang khas dari Mbah Nem supaya jiwanya tetap abadi? Ha! Bumbu pecel. Sayangnya, tidak ada yang tahu resep bumbu pecel ala Mbah Nem. Makanya Bulik Ning dan keponakannya sampai menelusuri jejak kehidupan Mbah Nem di rumah masa mudanya.
Resep bumbu pecel Mbah Nem sederhana, prasangka dan kisah di baliknya yang membuat rumit. Btw, saya membaca novel ini sambil mendengarkan lagu officialnya yang berjudul Dua Kata. Bagus. Liriknya sangat menggambarkan sosok Salinem. Apalagi novel ini diangkat dari kisah nyata. Hngg- tak terbayang, Salinem benar-benar ada.
Hidup adalah perkara sederhana. Jalani saja. Jangan mengeluh.
#30dayswritingchallenge #day13
0 notes
Text
My Favourite TV Series
Seperti biasa aku tidak bisa hanya menyebutkan satu series terfavorit. Sejak kecil sampai sekarang aku menonton series tv tanpa henti. Tentu sudah banyak berbagai genre series aku jelajahi dan ketahuilah bahwa mereka semua selalu memiliki tempat di hati aku :p
Sejak pagi aku bingung mau menulis berapa series di tema ini. Sebenarnya aku sudah menulis draft dari lama, aku menyebutkan 10 series bhaha. Kemudian sore tadi aku seleksi jadi 5 series. Mmm tampaknya masih terlalu banyak jadi malam ini, dengan bersedih hati aku harus menyingkirkan 2 series supaya jadi top 3 saja!
Heart

Series ini diadaptasi dari film dengan judul yang sama, pemainnya Irwansyah, Nirina Zubir, dan Acha Septriasa. Sementara seriesnya dibintangi oleh Irshadi Bagas, Yuki Kato, dan Ranty Maria. Kisah persahabatan Farel dan Rahel selalu membuatku ingin cepat-cepat pulang sekolah dan nongkrong di depan tv sampai sore. Melihat kepolosan seorang anak mama, Farel, seorang anak perempuan tomboy dari keluarga miskin, Rahel, dan seorang pelukis, Luna.
Sebenarnya Farel menyukai Rahel, begitu juga sebaliknya. Tetapi Rahel tidak mau pacaran karena trauma dengan keluarganya sendiri, sebagai anak broken home, pun kakaknya meninggal dunia karena diperkosa. Ia pun memilih berteman saja dengan Farel. Suatu hari, Farel bertemu dengan Luna kemudian jatuh cinta. Padahal Rahel masih berharap Farel menyatakan cinta padanya untuk kedua kali. Sampai ia mengukir nama Farel di rumah pohon markas mereka berdua. Sayangnya, Farel tidak bisa memanjat pohon jadi dia tidak tahu bagaimana perasaan Rahel yang sesungguhnya.
Meskipun tampak menyedihkan, series ini lucu banget dengan kehadiran engkongnya Didit, yang sering bertingkah lucu. Ditambah perseteruan Rahel Farel dengan senior mereka yang suka malakin duit, gengnya Kevin Julio. Detail ceritanya aku lupa-lupa ingat karena ini kan series saat aku umur 7 tahun hahaha. Dulu kalau nonton series ini sampai ketawa-ketawa sendiri, bahagia banget semacam tiada beban. Ha, episode Didit meninggal dunia ketabrak mobil penculik, itu aku sampai nangis tiga hari, yakin. Sedih banget. Di mana aku bisa nonton ulang series ini? :')
Malam Minggu Miko

Bodo amat ini series atau bukan aku kekeuh masukin Malam Minggu Miko di sini! Series ini menemani masa remajaku, kala SMP, saat manusia mulai pubertas, sekaligus masa-masa pertama kali suka sama orang. This tv series sooo relatee pada saat itu. Di samping menonton series yang disutradarai dan dibintangi oleh Raditya Dika, aku juga aktif membaca buku-buku karya Raditya Dika. Jadi, sama banget nih tema dan genrenya.
Miko (Raditya Dika) tinggal bersama temannya, Ryan, dan pembantunya, Mas Anca. Miko ini jomblo ngenes yang mana setiap malam minggu dia berusaha ngajakin gebetannya ke mana gitu atau ngapainlah, tetapi nggak pernah jadian. Eror. Terkadang gara-gara nasihat Ryan yang ngaco atau ulah Mas Anca yang polos tapi bikin rusuh.
Oh ya, ada pergantian pemeran teman satu kos Miko. Ryan harus keluar negeri untuk melanjutkan kuliahnya. Jadi, kekosongan ini diganti oleh Andovi da Lopez. Nggak masalah sih karena ceritanya masih tetap lucu.
Series ini masih ada loh di Youtube channel Raditya Dika dan Kompas TV. Sejak SMA hingga sekarang aku masih menonton ulang sebagai moodbooster aku. Sampai aku hafal dialog dalam beberapa adegan dan kalau disuruh baca naskah skenarionya, aku bisa hafal nada, logat, dan ekspresi mereka.
Big love bangetlah. Terima kasih selalu berhasil membuat moodku membaik!
Tetangga Masa Gitu

Tetangga Masa Gitu? Omg rasanya aku tak kuasa mengetik review ini. Nggak ngerti bagaimana tapi series ini bagussss bangeeet! Pelajaran tentang berumah tangga antara suami dan istri memperkaya wawasanku. Banyak sekali adegan dan dialog yang aku catat, karena akan aku terapkan nanti saat sudah menikah hahaha! Lol.
Jadi ceritanya ada dua pasangan yang bertetangga. Rumah mereka sebelahan. Rumah milik Angel dan Adi, pasangan yang sudah menikah 10 tahun lamanya, bersebelahan dengan rumah baru milik Bastian dan Bintang, pasangan yang baru saja menikah 8 hari. Background yang sangat bertolak belakang bukan? Di mana Bastian dan Bintang masih mesra-mesranya bilang I love you, bee. I love you moreeeeeeeee! Sedangkan Angel dan Adi setiap hari bertengkar karena masalah keuangan mereka, selalu berdebat karena saling menyalahkan, dan berantem karena tak ada yang ingin mengalah.
Please banget yang belum nonton, nonton sekarang juga. Ada di Youtube!
#30dayswritingchallenge #day12
0 notes
Text
When I Talk about My Sibling

Milikmu adalah milikku. Tetapi milikku bukanlah milikmu. — semboyan kami berdua. Ketika aku berbicara tentang adikku, aku hanya bisa menceritakan ketidakakuran dengan dia. Setiap hari kami berantem entah percecokan kecil atau besar. Kami suka rebutan barang. Apapun itu. Baju, kerudung, sepatu, tas, makanan, buku, charger, ah semua hal deh. Karena kami tidak punya pakaian pribadi alias baju milik saya, milik dia juga, begitu pun baju dia, baju saya juga. Kami sama-sama tidak ingat siapa yang beli baju itu. Aneh rasanya jika sehari kami akur. Maka sore atau malamnya salah satu dari kami pasti bikin gara-gara. "Heh aku lagi pengen pukul orang tau?" - "Sama, aku juga!" finally, kami main pukul-pukulan dan berhenti bila dimarahi ibu.
Ngomongin adikku, she's a drama queen and the only queen of this house. Dia sendiri yang melabeli dirinya dengan julukan seperti itu. Hngg - setiap ada tweet atau meme tentang seorang adik yang mengeluh karena disuruh-suruh kakaknya, I can't relate. Justru dalam kasusku terbalik, aku yang tidak berdaya. Dia ahli dalam bermain drama :p
Setelah dia menyerangku dan aku baru ingin membalasnya, tiba-tiba dia menjerit bukan main. Sampai waktu itu dua orang tetanggaku mendobrak pintu rumahku. Mereka terlihat panik dan ngos-ngosan. Hahaha. Betapa kesalnya mereka pikir ada pembunuhan kali ternyata hanya adegan kakak beradik sedang main jambak-jambakan. Adikku tanpa muka bermasalah lanjut main ponsel sementara aku yang menyembah-nyembah minta maaf pada mereka.
Tapi itu semua kisah masa SMP dan SMA kami. Sekarang aku dan adikku sudah baikan dan bersahabat. Dulu kami pakai kata sapaan lo-gue biar kasar karena bertengkar terus haha sekarang it's okay to call my sister adek dan dia panggil saya mbak. Kami saling mencari bila tak bersama, saling rindu bila berjauhan, saling mengingatkan, dan memberi bantuan. Dari pagi sampai pagi lagi berduaa selalu.
Oh iya, btw, kami terpaut jarak dua tahun. Dulu sih wajah kami berbeda jauh. Tidak tahu mengapa di usia 17+ ini kami agak mirip. Bahkan aku sendiri sering salah foto, kirain fotoku ternyata foto adik, salah ambil KTP adikku pun pernah.
Nah, akan sedikit aku ceritakan pengalaman kami berdua tentang kebingungan orang-orang. Sebenarnya tak perlu jauh-jauh, ibu dan bapakku saja sering keliru antara aku dan adik ini yang mana.
Aku pernah berpapasan dengan bapak pembina pramuka semasa SD. Kami saling bertukar senyum. Esoknya, adikku mendapat BBM dari kakak pembina pramuka tersebut, "Kemarin kamu habis dari mana?"
Di acara pesta pernikahan sepupuku, aku dan adikku duduk di belakang anak kecil umur 4 tahun. Anak itu menoleh ke arah kami, mengawasi kami, lalu bisik-bisik ke ibunya, "Bu, kok mbak Almira ada dua?"
Adikku bilang, nanti sore bakal ada temen-temen lamanya datang ke rumah. Mereka datang pas adikku masih mandi. Jadi aku yang membuka pintu. Tiba-tiba salah satu dari mereka histeris teriak-teriak dan hampir memeluk aku. "Alvina? kangeeen, eh- Mbak Almira? Maaf."
Teman media sosialku mau datang ke rumah. Sebelumnya, kami belum pernah berjumpa. Saat dia mengetuk pintu rumah, aku membuka dan terkejut. Siapa nih? Ya Allah dia cowok jadi aku agak gerogi. Aku malah bengong. "Kamu Alvina ya? Almira ada? Saya temannya Almira." Bodohnya aku malah menjawab: "Oh iya ada, bentar ya." Ya allah aku kan Almira? Gimana sih. Terus aku lari ke ibu. Aku bilang aku gerogi hahaha. Setelah beberapa detik aku mengatur napas, aku keluar menemui dia lagi. Aku duduk dan menyapanya. Dia malah bingung, "Loh, Almira mana?" Mmm.. Aku Almira. Niat awalnya aku mau pura-pura jadi Alvina :')
Aku baru saja ikut organisasi di dekat rumahku. Aku dan anggota baru lainnya wajib mengikuti acara bermalam selama dua hari. Kami dikumpulkan dalam satu ruang dan saling mengobrol menghabiskan waktu. Tiba-tiba ada yang manggil-manggil "Alvina.. Alvina.." aku tengok kanan kiri nggak ada siapa-siapa. Di hari berikutnya, ada yang mencolek punggungku, "Alvina!" Aku menoleh terkejut. "Alvina, ini aku teman satu kelasmu dulu pas kelas delapan." Hah? maaf saya bukan Alvina. Tapi saya Almira, kakaknya.
Saat orientasi mahasiswa baru di kampusku, ada dua orang yang mendekatiku. Mereka bilang mereka tidak asing denganku. Padahal aku sama sekali tidak mengenal mereka siapa. Lalu aku memperkenalkan diri, "Namaku Almira." Begitu tahu namaku mereka langsung excited. "Ah iya Almira! Kamu kakaknya Alvina kan?" Hah darimana kamu tahu nama adikku? "Alvina ini adik kelasku di SMP. Kamu mirip banget sama dia loh." Wow senior adikku di sekolah mengenaliku di kampus? Hebat banget.
Aku dan adikku pun menyadari kok kalau kami mirip. Malah sering lebay, contohnya kemarin adikku harus daftar ulang mahasiswa baru ke Yogyakarta. Dia malas pergi. Dia bilang ke bapak dan ibu kalau aku saja yang pergi ke kampus barunya. Loh? Hey! Kita tidak semirip itu juga kali sampai mau tukar peran.
Sepertinya kalau aku ceritakan semua akan menjadi buku setebal seribu halaman sih. Jadi, sebelum aku teringat momen-momen lain, aku sudahi dulu ya. Terima kasih.
#30dayswritingchallenge #day11
1 note
·
View note
Text
My Best Friend

Salah satu anugerah dalam hidup adalah memiliki teman. Btw, bedanya teman dan sahabat apa? Simpel sih. Sahabat akan selalu ada bersama kita bagaimana pun kondisi yang sedang terjadi. Lihat room chat kamu selama masa liburan atau pandemi ini. Tidak ada lagi pesan-pesan tentang menanyakan tugas kuliah, kan. Oh berarti mereka hanya sebatas teman kelas. Berbeda dengan sahabat kamu yang setiap hari bertukar pesan entah dia menceritakan suatu hal atau pun berbagi keluh kesah kepadamu.
Hidup yang akan terus berjalan, tidak berarti sahabat lama akan tergantikan dan terlupakan. Sejujurnya, aku masih ingat semua sahabatku sedari aku kecil sampai sekarang tentunya. Meskipun ada yang sudah lost contact, tetapi syukur-syukur masih ada satu dua sahabat lama yang memberi kabar.
Sahabat TK. Pulang sekolah selalu berdua. Berdiri di depan gerbang menunggu jemputan. Sampai rumah janjian mau main ke kandang ayam yang banyak anjingnya. Ish masih ingat, kan aku. Ketika kami masuk gerbang kandang, kami sudah disambut dengan anjing-anjing yang matanya menyorot ke arah kami. Kata sahabatku, jongkok, ambil batu, dan pura-pura lempar ke arahnya. Sontak anjing-anjing itu pergi. Kami pun berkeliling bahagia menjelajahi koridor kandang melihat jenis-jenis ayam pedaging dan petelur.
Sahabat SD. Kami ada berempat. Entahlah bagaimana kami bisa berteman dan di kelas berapa kami mulai bersahabat? Lupa. Yang aku ingat, kami punya tempat rahasia di sekolah. Yaitu pohon beringin kecil, rimbun, tapi pendek, ah aku tidak tahu apa nama pohon tersebut. Yang jelas setiap jam istirahat dan jam pulang sekolah, kami memanjat pohon itu, masuk ke bagian dalam, dan naik ke atas sampai kami tak terlihat oleh siapa pun.
Sahabat SMP. Jujur masa SMP adalah masa paling membahagiakan dalam hidupku. Bukan hanya mendapat sahabat yang baik, tetapi teman-teman kelas yang lain pun baik semua. Saat ini pula, teman lama terbanyak yang masih sering, bahkan setiap hari bertukar pesan ialah teman SMP. Bukan SD dan SMA. Nah, di sekolah ini aku ada 3 sahabat. Kami menamai geng kami dengan nama yang diambil dari sebuah akronim rahasia. Entahlah kami memang sering bertingkah aneh. Tetapi bersama merekalah aku bisa tertawa sampai menangis. Aku juga merasa pertemanan kami sangat positif. Kami saling mendukung dan belajar bersama apa yang menjadi kekurangan kami. Aku masih ingat saat kami mengadakan challenge "jajan sendiri ke kantin". Yup! Masing-masing dari kami tidak boleh ke kantin bareng. Harus satu-satu dulu, sendirian. Berani nggak?
Sahabat SMA. Aku belajar banyak banget tentang circle pertemanan di SMA. Di mana saat baru kelas 10 saja, aku dan sahabatku merasa tidak cocok. Tetapi kami masih dalam satu geng sampai kelas 12. Nah, di kelas 12 ini banyak sekali drama pertemanan yang terjadi di kelas. Meskipun penuh drama, kami masih bersahabat sampai sekarang. Btw kami berdelapan. Banyak ya? Haha. Kalau kami main ke mall atau makan di suatu rumah makan memang kami paling heboh.
Sahabat di kampus. Nggak nyangka di kampus ini aku dipertemukan dengan sahabat-sahabat yang sehati sejiwa bagai seraga pula. Ibarat pinang, kami dibelah lima hahaha. Bagaimana tidak? Selain satu pikiran satu visi dan misi, kami memiliki kemistri dan telepati yang kuat. Pokoknya satu server, ajaib.
NB : Ini tulisan mepet deadline alias sistem kebut semalam. Huhu. Akan aku edit kapan ada waktu sela. Terima kasih.
#30dayswritingchallenge #day10
0 notes
Text
What's Happiness?

"Cuma kamu yang bisa mengendalikan pikiranmu. Kalau lagi sedih atau apa gitu, dibuat seneng aja sih. Coba dulu deh, nanti kesedihanmu jadi ilang dan nggak gampang pusing lagi." — kata seorang anak SMP berusia 15 tahun kepada seorang mahasiswa berusia 20 tahun. Lol.
Dia adalah teman bermainku. Kami sering belajar bersama pagi atau siang hari. Sesekali menonton film yang tak pernah selesai, karena kami tidak bisa diam. Malamnya, kami membunuh waktu di beranda rumahku, hanya duduk menyapa orang-orang yang baru pulang dari jamaah masjid. Sembari berbual tentang kisah yang tak pernah kami ceritakan pada orang lain. Tahu-tahu sudah pukul 10 malam dan ibuku pun sudah lima kali mengintip dari balik jendela. Dia pulang ke rumahnya dan aku pula masuk rumah bersiap untuk tidur. Tetapi nyatanya kami masih bertukar pesan sampai pukul satu pagi.
Ada satu hari di mana aku terlihat murung dan tidak bersemangat. Padahal temanku sudah berkali-kali mengajakku bercanda. Aku bilang padanya, "Maaf aku nggak bisa ketawa hari ini, aku badmood. Pusing banget," dan quote di paragraf pertama adalah responsnya. Dia selalu membantu memperbaiki moodku. Entah dengan cara apapun pada akhirnya tawaku kembali.
Definisi bahagia setiap orang selalu berbeda. Tetapi sulit sekali mencari kebahagiaan dalam diri sendiri. Apalagi sudah setengah tahun ini kita berada dalam kondisi yang tidak baik. Dari pagi sampai pagi lagi di rumah aja. Sesekali mencari alasan keluar entah beli makan, mengisi bensin, atau beli kuota. Baru tadi siang aku mengajak adik sepupuku beli mie ayam. Di sana, dia girang bukan main. Loncat sana loncat sini, lari-lari, sampai teriak-teriak. Haha saking lamanya berdiam diri di rumah. Bahagia sederhana kan? Bahagia bisa datang dari hal sekecil itu.
Lalu apa itu definisi bahagia? Menurutku, bahagia adalah tenang, menemukan, ikhlas, dan bersyukur. Aku kupas satu persatu.
Tenang. Detik ini, sewaktu aku mengetik tulisan ini, saat ini, aku sedang duduk di teras bersama ibuku. Tujuan kami sama. Sama-sama mencari sinyal. Aku buka tumblr sedangkan ibuku buka facebook. Kadang kami mematikan ponsel ini dan diam menatap langit kosong. Tiba-tiba ada tetangga lewat dan menyapa "Ngapain berdua di luar? Lagi curhat ya?" hahaha aku dan ibuku tertawa bersama.
Menemukan. Kebahagiaan terhakiki, adalah menemukan sesuatu yang klop dengan kita. Contohnya seperti temanku di atas. Aku tak pernah peduli identitas temanku. Usia kami terpaut 5 tahun, lho! Tapi kami saling "menemukan". Aku bermanfaat untuknya dan dia pula bermanfaat untukku. Oke, contoh lain, menemukan uang disaku meskipun cuma Rp2000 senengnya ampun-ampunan. Padahal duit lusuh, kayak kanebo kering pula.
Ikhlas. Wah ini sih level tertinggi kebahagiaan. Ikhlas yang paling aku banggakan adalah ketika aku mengikhlaskan seseorang yang aku sukai hahaha! Tiga atau empat tahunan loh aku pernah suka sama orang. Tapi suatu hari aku bertemu dengannya, dia bersama pacarnya. Aku kaget dong? Patah hati? Jelas. Tapi sampai rumah aku pikir-pikir wah gila perempuan tadi lebih-lebihlah daripada aku. Jauh dari segi manapun. Hua aku sangat mendukung mereka. Perempuan itu adalah orang yang tepat untuknya. Mereka pasti bahagia! Bye, crush.
Bersyukur. Masa pandemi ini apa yang sepatutnya kita syukuri? Banyak. Aku bersyukur masih bisa makan apapun yang aku suka. Mmm, kalian sedang membaca tulisan ini kan? Berarti kalian punya gawai dan punya akses internet. Itu suatu rezeki yang luar biasa, lho. Masih banyak orang yang bla bla bla tahulah kelanjutannya :')
Okay, sekian kebahagiaan dalam hidup aku yang aku ingat malam ini. Nanti kapan-kapan teringat yang lain, akan aku tambahkan. Terima kasih.
#30dayswritingchallenge #day9
0 notes