Tumgik
alrafikri · 6 months
Text
10 Hari Menulis
youtube
A silent romantic; Like sugar melting into black tea, as your voice swirls throughout my body. - Hikaru Nara
Pertama-tama mau berterima kasih kepada Tim Hore Klub Menulis, yang banyak mengadakan event untuk klub menulis. Sudah 2x ikut event-nya, dan seru banget. Volunteer loh.
Kedua, aku sering lihat bersliweran x day of something, x hari menulis, tapi ini kali pertamaku ikut challenge semacam ini. Exciting.
Disini aku merasakan langsung benarnya kata pepatah, If you want to go fast, go alone, if you want to go far, go together. Dengan 40+ orang yang mengikuti challengenya, dan masih ada 25 tulisan yang masuk di hari terakhir, ternyata, kalau bersama orang banyak, meneruskan suatu komitmen itu lebih mudah ya.
Ketiga, tentang hint temanya.
Tumblr media
Siapa yang menyangka kalau sendok garpu itu temanya bukan "makanan favoritmu" tapi ternyata "pairing"? Menengok lagi hint yang diberikan, setelah semuanya terungkap, jadi lucu sendiri. *aku ketawa beneran, irl
Keempat, 10 hari menulis ternyata impactnya tidak hanya di 10 hari itu buatku. Paksaan untuk menulis tentang suatu tema, membuatku melihat lagi apa-apa yang luput. Dari hal di sekitarku, memori-memori yang aku miliki, hal-hal yang pernah aku tulis. Membantuku untuk live in the present.
Kelima, membaca tulisan orang lain, serta komentarnya, membuatku lebih mengenal bagaimana orang menulis, dan bagaimana orang lain membacanya. Juga mengenal orang di baliknya.
Aku yang dulu mungkin hanya melihat, oh ini mas-mba CEOO, mas-mba PM, mas-mba GRC, mas-mba #halopops, etc. Identitas baru lebih melekat karena lebih tahu cerita dalamnya. Mas-mba yang suka naik gunung, mas-mba yang punya kebun di halaman rumahnya, mas-mba yang suka kpop dan bisa bahasa korea, mas-mba yang MBTInya "F" juga kaya aku.
Keenam, ada 3 tema yang sangat sulit buatku yaitu how-to, bebas dan pairing. Tapi kalau melihat tulisan yang lain, sepertinya memang rata-rata struggle di how-to juga. Kalau bebas, lebih struggle menentukan nulis tentang apanya, brain stormingnya. Kalau pairing struggle karena social skillku minus.
Ketujuh, kedelapan, kesembilan, kesepuluh. Aslinya mau nulis sampai 10 nyesuaiin 10 hari menulis, tapi susah juga ya ternyata. Jadi aku cukupkan sampai sini dulu :)
Anyway, sekali lagi terimakasih kepada peserta dan tim hore udah ikut dan mengadakan acara 10 hari menulis ini, kalian luar biasa. Time flies ya, jadi ga sadar tiba-tiba pekan depan udah lebaran. Taqabbalallahu Minna wa Minkum semuanya.
2 notes · View notes
alrafikri · 6 months
Text
The Observer
Hi mba Adilah. It's an honor for me, dapat bagian untuk menulis tentang mba Dilah di hari terakhir dari #10HariMenulis di klub menulis eFishery.
Anyway, entah karena aku yang kurang main atau memang kurang banyak teman saja, tapi ini pertama kali aku bertemu seseorang bernama "Adilah" dan dipanggil "Dilah". It's a very unique name, padahal kata "Adil" cukup sering dijumpai, tapi jarang digunakan untuk nama. I'm impressed.
Izin untuk sedikit sok tahu tentang mba Dilah, sambil membaca-baca tulisannya, dan menuliskannya disini. "The Observer" terinspirasi karena dari gaya menulis mba Dilah, aku membayangkan sosok wanita yang banyak mengobservasi sambil menyelami pemikiran di kepalanya.
Jujur salah satu kelemahanku adalah untuk ber-empati. Entah karena nir-empati atau terlalu overwhelmed untuk melihat dari perspektif orang lain. Ini membuatku cukup kesulitan menilai sifat seseorang hanya dari tulisannya. Tapi akan aku coba untuk menuliskan beberapa kesoktahuanku tentang mba Dilah yang bisa aku petik dari tulisannya:
Minimalis. Sifat ini kulihat dari blog dengan background warna putih, berjudul 23.59 dengan deskripsi "hari ini, apa kabar?" dan foto kucing sebagai header. Hmm, atau lebih ke misterius? Tapi kurasa tidak.
Senang berkontemplasi dengan diri sendiri. Entah itu menulis atau curhat di jurnal pribadi, melamun atau berbicara dengan dirinya sendiri untuk mengurai benang dalam pikirannya.
Menyukai me-timenya. Ini aku lihat dari banyaknya tulisan dengan kata "sendiri" sebagai judul. Agak cocoklogi sih.
Introvert. Kalau yang inimah emang ditulis "..untuk kita yang introvert..".
Well, kalau dari tulisannya aja, aku bisa membayangkan mba Dilah ini orangnya deep. Suka hal-hal yang maknanya dalam. Entah itu tulisan, lagu, buku, quote, atau apapun. A complex human being, yang mungkin kadang sulit juga untuk paham dengan dirinya sendiri.
... Kayanya udah deh sotoynya.
Terakhir, interaksiku dengan mba Dilah di kantor itu sebatas inisiatif verified metrics, tetapi ada satu quote yang sangat aku setujui dari mba Dilah (walau sepertinya orangnya udah lupa pernah ngomong gini).
"Bayangkan jika semua orang bisa efektif & efisien secara async, betapa bahagianya hidup"
Kalau itu bisa terwujud, surga sih.
0 notes
alrafikri · 6 months
Text
Apa yang Terlihat dari Jendela Rumahmu?
youtube
Hujan.
Kalau kamu sepertiku, mungkin kamu juga menyukainya, menyukai rintik yang mengeras seiring dengan gradasi gelapnya awan. Bisa jadi suka karena hawanya, bisa jadi suka karena tenangnya, bisa jadi suka karena gemuruhnya bisa mengalihkanmu dari gemuruh yang ada di hatimu.
Kamu-kamu yang menghela nafas, dengan muka yang menghangat. Menahan tangis di pelupuk matamu dan juga perasaan ingin dikaburkan dari dunia. Menunggu tumpahnya perasaan, bersamaan dengan simfoni keras hujan yang menerjuni atap.
Aku sendiri pernah berpikir, kenapa aku menyukai hujan?
Apakah aku suka jika aku keluar, dan kehujanan? Mungkin iya, tapi hanya di momen tertentu. Momen ketika ada tangisan yang ingin aku sembunyikan, dan sedikit ingin mendinginkan hati yang memanas. Momen ketika belum sekolah, saat ibu berkata, hujan gerimis bikin sakit, tunggu nanti kalau sudah deras. Tapi di hari-hari biasa, aku tidak suka kebasahan dan kehujanan. Aku lebih suka untuk menikmati hujan dari tempat yang kering.
Apakah karena kenanganku dengan mantan pacarku yang sekarang jadi istri? Kenangan bersama si doi, memegang jaket trucker merah maroon untuk berdua, berlari mencari tempat meneduh, sambil tertawa tanpa tahu “karena”-nya. Sesampainya di tempat meneduh pun masih belum hilang residu senyuman, saling mencubit pipi dan bergurau penuh kehangatan.
Jadi, sebenarnya apa, alasanku menyukai hal itu?
Mungkin sebagai gambaran, seberapa aku suka hujan, aku adalah detektor hujan yang handal. Selain dari peringatan di google weather, suasana menjelang hujan, bau bau petrichor (bau sebelum hujan yang sakral bagi penganutnya) yang tercium dari jarak 1 kilometer, aku bisa menebak, bahwa sepuluh menit lagi, hujan akan tiba, meski saat ini langit sedang biru-birunya.
Di tengah perjalananku berpikir, aku sempat punya tempat singgah. Mungkin, aku suka hujan karena aku merasa terlindungi? Terlindungi dari kebasahan, terlindungi dari petir petir yang ada di luar, terlindungi dari kedinginan dan potensi untuk sakit batuk pilek.
Tapi ternyata tidak juga. Kadang aku suka untuk membiarkan jendelaku terbuka di kala hujan, menikmati cipratan-cipratan air kecil yang masuk ke dalamnya.
Hmm.. Entahlah. Apapun alasannya, yang sampai sekarang akupun masih mencarinya. Saat ini, aku hanya ingin berhenti menulis dan menikmati hujan di siang hari ini.
0 notes
alrafikri · 6 months
Text
Just write anything randomly
Well. 10 hari menulis, sepertinya cukup besar chance seseorang mengalami writer's block ketika berkomitmen untuk continuously menulis secara konsisten. And here I am, dengan tema "bebas", dan writer's block yang ada di kepala.
Barusan membaca, salah satu cara untuk mengatasi writer's block adalah dengan "free writing". Menulis sebebas-bebasnya, apapun yang ada di kepala. Menulis random, apapun, seperti yang seringkali kita lakukan di Twitter, mungkin. Tidak ada yang menyebut twitter dengan X kan? We still call twitter, twitter.
Itulah yang akan aku lakukan sekarang, menuliskan apapun yang ada di kepala, tanpa ingin memikirkan diksinya, tanpa ingin memikirkan rima, dan susunan katanya. Bebas, sebebas bebasnya bebas.
Bahkan, aku ingin memberikan warning. Disini aku tidak akan memikirkan flownya sama sekali, tidak memikirkan bahasa yang digunakan, campur aduk, tidak memikirkan pesan yang ingin ditulis, tidak memikirkan apapun, cukup menulis saja.
Wah hari ini cuacanya sedang sendu ya.
Seperti itu contohnya, dari berbicara tentang warning tiba-tiba berbicara tentang cuaca. Tanpa flow, bebas.
Anyway, tadi aku sempat konsultasi ke Istri, hari ini baiknya menulis tentang apa, temanya bebas, kataku. Kalau menurut istriku, mungkin lebih baik menulis tentang, "I wish I was a cat, no school, no work, just meow meow". Sebenarnya menarik, tapi aku belum bisa memahami perspektif kucing seutuhnya.
Tadi juga kepikiran ingin menulis cerpen, rasanya sudah lama tidak menulis cerpen. Tapi belum ada idenya, ceritanya, tokohnya, bingung sendiri jadinya.
Ah, sebenernya agak menyesal langsung menulis di Tumblr. Biasanya dalam tantangan ini, karena ada minimal 250 kata, aku menulis di word untuk tahu word countnya, sekarang, aku bahkan tidak tahu sudah ada di kata ke-berapa. Wait, lemme open the word counter first. 267 words huh. Well, barely passed the bar.
Jadi, inti dari tulisan hari ini, tulis apapun yang ada di kepala kalian. Peduli setan dengan tulisannya, rimanya, diksinya, nuansanya, yang penting ada dulu tulisannya. Supaya tidak perlu membayar denda, ya kan?
youtube
0 notes
alrafikri · 6 months
Text
Lepaskan perlahan
youtube
Katanya mimpiku 'kan terwujud Mereka lupa tentang mimpi buruk
Seperti halnya mimpi, perubahan tidak peduli pada subyeknya. Kadang kita menyambut perubahan dengan raut bahagia, kadang juga datangnya perubahan justru menyebar duka.
Untukku sendiri, di satu sisi aku ingin berubah, ke arah yang lebih baik tiap harinya, di sisi yang lain, ada perubahan-perubahan yang aku belum siap untuk menghadapinya. Ada perubahan yang harus dihadapi, ada perubahan yang kita malah mencoba untuk mewujudkannya.
Salah satu lagu yang sangat menggambarkan perubahan adalah lagu Raisa - Jangan Cepat Berlalu. Lagu ini bercerita tentang hubungan yang sangat erat, antara ibu dan anaknya. Kalau kita ingat masa kecil kita, ternyata hanya perlu waktu 17 tahun, dari kita bayi hingga kita akil baligh lalu lama-lama 'lepas' dari orang tua.
Anak kecil, subyek yang paling banyak mengalami perubahan. Dari golden age usia 0 - 6, dari manusia yang sangat bergantung pada orang tua, hingga menjadi manusia yang independen. Sedangkan orang tua, perubahannya telah lebih lambat, mungkin juga berhenti, sejak umur 25 tahun. Brain white matter peaked at age 25.
Dalam setiap siklusnya akan ada perubahan dalam hubungan, hingga nantinya bisa merenggang atau lebih erat.
Di lagu itu, sang Ibu dengan anak yang sangat cepat berubah, berdoa supaya waktu bisa berjalan lebih lambat. Jangan cepat berlalu, karena sang ibu masih ingin hubungan mereka tetap seperti sedia kala.
Saat ini aku sendiri belum punya anak. Tetapi aku paham, tentang sakitnya perubahan itu, dan betapa aku tidak ingin menghadapi perubahan itu, tetapi harus dihadapi. Karena aku, memiliki orang tua juga.
Mendengar dan menulis tentang ini, membuatku sadar, betapa berharganya waktu yang bisa aku habiskan bersama mereka saat ini. Waktu-waktu yang terbatas, dan terus berkurang jatahnya. As they said, time is the most precious gift someone can give.
Jadi, yuk, pergunakan waktu sebaik-baiknya. Seperti kata Sal Priadi,
Sisakan untuk kami, sisa berapapun juga tak apa, diterima
Jangan lupa untuk menyisakan waktumu itu untuk semua orang yang kamu sayang. Habiskan bersama keluargamu, anakmu, istrimu, orang tuamu, adikmu, sahabat-sahabatmu.
Sehingga nantinya, tidak datang penyesalanmu dikala perubahan itu tiba saatnya.
1 note · View note
alrafikri · 6 months
Text
Menulis untuk...
youtube
Well life will pass me by if I don't open up my eyes Well that's fine by me
Aku pertama mencoba menulis di awal tahun 2014, ternyata sudah 10 tahun dari peletakkan batu pertamanya ya. Awalnya menulis bukan karena aku suka menulis. Bahkan, dulu membaca bukupun aku enggan. Hanya untuk, terlihat lebih keren saja.
Setelah kuliah, ternyata pergolakkan emosinya sangat naik turun. Aku kembali lagi ke blog ini, saat itu aku mulai menemukan ternyata menulis itu sangat katarsis bagi manusia 3% extrovert sepertiku. Saat itu, tulisan yang aku tulis banyak dikarenakan homesick, kangen keluarga dan rumah. I feel so lonely in Yogyakarta.
Perasaan kesepian itu, merasa tidak belong di Jogja itu, ternyata tidak lepas, dan terus kubawa dari awal hingga akhir kuliah. Dari situ, roller coaster emosi membawa aku kembali kesini lagi, kesini lagi. Banyak tulisan-tulisan yang dihasilkan, meski mungkin beberapa sudah aku simpan sendiri selamanya.
Membaca ulang tulisan-tulisan kala itu, beberapa ingin aku perkenalkan kembali disini, dengan quote yang paling aku sukai dari tulisan itu. Tulisan-tulisan katarsis, tempat aku menstabilkan emosi dan mentalku saat itu.
Hai: "Hai, namaku Ian. Nama panjangku.. Kesepian. Maukah kamu mendengarkan cerita-ceritaku?"
There's a Y: Obrolan antara X (sisi depresifku) dan Y (sisi yang 'kakak' dalam diriku). Plesetan dari "There is a way".
Marina: Kontemplasi kenapa marina menari di atas menara? Kenapa di atas menara?
That, you won't be able to meet everyone's expectation: Tentang peran, dan prioritas pemenuhan peranmu itu dalam kehidupan.
Teriakan bisu: Ini aku dulu buat setelah membaca puisi "Ayah"nya mbak Marcella FP, penulis NKCTHI. Fun fact, puisi ini pernah distoryin juga sama mbak Marcella FP di IGnya, achievement.
Beberapa itu sih. Biasanya aku tulis sambil menutup semua sumber cahaya di dalam kamar, kecuali layar PC, lalu mendengar lagu dalam playlist "cope with your d-word".
Intinya, karena tema hari ini healing, aku ingin bercerita bahwa inilah cara healingku. Menulis emosinya, mengalirkan pada wadah yang tepat. Sambil mendengarkan musik yang menyedihkan, karena katanya musik sedih lebih baik bagi orang sedih dibandingkan musik bahagia.
0 notes
alrafikri · 6 months
Text
Going Merry
youtube
Ada dua tempat ternyaman di rumah ini. Kasur kamarku, dan PC milik adikku yang boleh dipakai juga untukku. Bagi kami, PC ini menyimpan banyak kenangan. Dari mulai masih kuliah, mengerjakan skripsi, dipakai nyala 24 jam untuk mining bitcoin, menulis lowongan pekerjaan, hingga akhirnya dipakai untuk bekerja.
Setupnya sederhana,
Dua monitor, 1 vertikal 1 horizontal
Speaker
Headset
Keyboard + mouse + mousepad lebar
Thanks bro. Berkat curiosity adikku untuk mencoba merakit PC, aku juga bisa menikmati ini semua sekarang. Untungnya, tidak pernah terjadi kendala apapun ke PC ini, dan masih kencang digunakan sampai sekarang. Bahkan pernah juga hujan badai, lalu ruangan ini kebanjiran, atapnya tersambar petir, namun setup PC ini tetap kokoh berdiri, entah willpower dari mana.
Kalau diingat-ingat, bukan hanya barang elektronik yang pernah mampir di meja ini. Kadang juga ada kopi, makanan, snack. Benar-benar barang yang tidak boleh ada di dekat rangkaian kelistrikan. Andai keyboardnya bisa berkata, mungkin aku sudah dimarahi habis-habisan olehnya. Tapi aku yakin, mereka tidak sejahat itu.
Ada headset yang kulitnya sudah terkelupas, tapi fungsinya masih mantap, dan masih nyaman digunakan. Meski, agak effort juga untuk membersihkan serpihan yang menempel di baju setelah digunakan. Menjadi bukti nyata seberapa lama headset ini telah digunakan, dan dimanfaatkan sesuai fitrahnya.
Rasanya sayang untuk membuang atau mengganti satu barangpun. Mereka yang telah menemani kita dari awal kita berusaha hingga sekarang, lebih berharga hanya dianggap sebagai barang.
Memori-memori yang mereka bawa, bukti nyata perjalanan kita. Menjadi teman baik dalam suka maupun dalam duka. Bagiku, mereka adalah teman. Teman yang selalu menunggu kapan akan digunakan lagi, teman yang ikut berbahagia ketika dirinya bisa berguna lagi bagi kita.
That’s why, for me, this is my Going Merry.
Tumblr media
0 notes
alrafikri · 6 months
Text
How to eat an elephant?
youtube
Bekerja beberapa minggu ini rasanya cukup melelahkan. Di akhir quarter, biasanya banyak project project candi yang bermunculan. Hasil project dipakai oleh yang di atas untuk planning di quarter selanjutnya, atau pushing ideas ke berbagai tim lain untuk mengerjakan apa yang bisa menjadi benefit untuk company maupun timnya sendiri.
Bukannya ingin berkeluh kesah, tetapi qodarullah akhir quarter kali ini berada di awal bulan Ramadhan. Perubahan suasana dari sebelum Ramadhan ke awal bulan Ramadhan memerlukan adanya adaptasi-adaptasi baru. Seperti waktu bekerja, waktu tidur, waktu makan, waktu beribadah, waktu bersama keluarga, dan sebagainya.
Well, seperti most of the people, jalani aja dulu sih.
Ada satu mantra yang terngiang-ngiang ketika sudah merasa lelah tetapi pekerjaan masih menumpuk banyak. Mantra itu adalah “how to eat an elephant”.
Apa yang kalian rasakan, ketika berada di suatu survival game, dan kalian diwajibkan untuk memakan satu gajah utuh? Terasa mustahil bukan? Gajahnya lebih besar dari kalian, entah bisa untuk berapa piring satu gajah itu. Rasanya perut akan meledak duluan, bahkan sebelum kita memulai memakan gajah itu.
Tapi ternyata jawaban dari pertanyaan itu simple. 
How to eat an elephant? One bite at a time. 
Gimana caranya kita bisa memakan gajah? Satu gigitan demi satu gigitan.
Kalau kita shift perspektif ke satu gigitan, hal tersebut akan terasa mudah. Memang mungkin di antara sela-sela memakannya akan ada jeda, menunggu perut kosong kembali, tapi kalau kita mengulang satu gigitan itu terus menerus, lama-lama akan habis juga. Tidak mustahil untuk menghabiskan satu gajah utuh apabila kita bisa mengulang gigitan itu berjuta-juta kali. For convenience, anggap saja gajahnya tidak pernah basi.
Seperti halnya task kita yang menggunung, rasanya otak pecah duluan sebelum dilakukan. Maka dari itu coba lakukan sedikit-sedikit dengan step by step yang manageable meski dengan energi yang terbatas. Task-task “receh” yang bisa dilakukan kapanpun, dan saat ini juga. Ketika kita bisa mengulang itu sejuta kali, lama-lama tugasnya akan kelar juga kok.
So, how to eat an elephant? One bite at a time
0 notes
alrafikri · 6 months
Text
Sang Penikmat Langit Malam Kini Bersama Pujaan Hatinya
Halo, jadi bagaimana kabarmu wahai sang penikmat langit malam?
Lima tahun telah berlalu semenjak kamu menuliskan tulisan menyedihkan itu di dalam diary tempatmu bercerita. Bercerita tentang kesedihan, harapan yang hampa, perjalanan, dan kesepian di dalamnya.
Kulihat-lihat sekarang kamu sudah tidak sendirian ya? Ayolah, jangan tersenyum tersipu begitu dong. Aku bisa melihatnya di belakangmu, seorang wanita dengan mata cerah dan bibir mungilnya, sedang tertidur dengan posisi yang aneh, kala kamu menuliskan sesuatu di layar komputermu. Aku bisa melihat bagaimana kalian sangat nyaman satu dengan lainnya.
Jadi, bagaimana dia? Apakah dia yang mampu membuat kamu merasa telah melawan takdir? Ataukah dia yang membuat kamu merasa bahwa ternyata kamu dulu terlalu sombong, karena kamu merasa telah mengetahui takdirmu di masa depan? Apapun yang kamu rasakan, aku ikut berbahagia denganmu, aku senang sahabatku bisa menemukan kebahagiaannya. Aku harap, kebahagiaan ini terus berlanjut juga di masa depan.
Eh coba deh lihat ke luar jendela rumahmu. Langitnya biru banget, tiang listrik menjuntai tinggi, pohon-pohon tertata rapi di pinggir jalannya. Lihat juga ada burung-burung yang sedang bermain di antara kabel penghantar listrik. Agaknya, suasana jam 11.41 ini, terasa lebih indah dari jam 11.41 lima tahun yang lalu ya?
Suasana ini, apakah telah mewujudkan sebagian harapanmu? Harapan sederhana untuk membangun keluarga dengan wanita yang menjadi istrimu. Mimpi yang dulu pernah kamu tangisi di depanku, mimpi yang dulu pernah kamu hancurkan dengan alasan bahwa harapan telah mati di duniamu?
Dari senyum simpulmu, aku bisa menangkap kalau kamu sedang merasa bodoh telah berpikir seperti itu dahulu. Tapi aku yakin, ada perasaan bahagia juga disamping kamu merasa bodoh. Perasaan bahagia, dan lega, bahwa yang kamu takutkan, yang kamu khawatirkan, tidak menjadi kenyataan. Kamu sadar bahwa ternyata, takdir punya caranya sendiri untuk menyimpulkan sebuah cerita, kan?
Eh, mungkin segitu dulu deh suratku kali ini. Tuh, lihat istrimu di belakang sudah cemberut manja ingin diperhatikan oleh suaminya. Ayo, lanjutkan kembali membangun mimpimu. Salam ya untuk istrimu!
---
Prequel: Sang Penikmat Langit Malam Sedang Senja
0 notes
alrafikri · 6 months
Text
Suka Duka Kerja di eFishery
Ada suka dan duka menjadi seorang eFisherian.
Sukanya,
Pernah dalam suatu fyp instagram aku menemukan postingan: I don’t need money because I want to be rich, I need money because
I want to spend more time with the one I love
I want to do what I want to do, in the time I choose myself
Etc.
Waktu baca itu, hal pertama yang sangat relatable sebagai pekerja remote adalah, “lho, kok aku belum kaya tapi bisa dapet itu semua ya?”
That’s one of the blessings I got when I joined eFishery. 
Sangat bersyukur bisa bekerja remote, nemenin istri yang hybrid ke berbagai tempat di Indonesia. Ke Surabaya hayuk, ke Malang hayuk, Purwokerto hayuk, Jakarta hayuk.
Sangat bersyukur bisa berpuasa ramai-ramai dengan keluarga baru dan keluarga lama.
Sangat bersyukur bisa menjalankan aktivitas lainnya, terutama pernikahan dan ngunduh mantu, tanpa perlu repot terkait bolak balik ke kota tempat bekerja.
Working remotely at eFishery really gives me time. Time to do anything I want to do, in the time I want.
Langit biru tanpa polusi, kota kecil tanpa macet, nihil commuting yang memakan waktu dan energi, slow living. Nikmat apa lagi yang kamu dustakan, wahai anak muda?
Itu sih yang paling berasa di antara suka-suka lainnya, yang tidak mungkin kusebutkan satu persatu.
Dukanya,
“Lho mas almas lagi libur?” – ditanya di hari Jumat selepas Jumatan karena si penanya bingung kenapa aku ada di Purwokerto.
“Kerja dimana sekarang?” – dan ketika dijawab, si penanya menunjukkan ekspresi muka bingung, meskipun telah dijelaskan apa itu eFishery, Unicorn, Startup, WFA.
Dan restrukturisasi organisasi yang lebih cepat daripada kilat. Yah, namanya juga startup. But, I believe, koperasi, layaknya koperasi peternak sapi pangalengan, adalah awal eFishery berjalan ke arah yang terbaik. Fingers crossed.
0 notes
alrafikri · 6 months
Text
4:20 of Wedding
youtube
0 notes
alrafikri · 6 months
Text
Reason to Wake Up
youtube
Salah satu hal yang tidak terbendung jalannya dalam dunia ini adalah, waktu.
– وَالۡعَصۡرِۙ
– – – –
Aku terbangun pukul 5.30 pagi. Sinar matahari pagi menghangatkan kami, di pelataran jalan, dekat gedung-gedung di Ibukota, tempat kami tidur. Tidak seperti kebanyakan warga kota ini, kami tidak punya alarm, tetapi kami selalu terbangun tepat waktu, akibat pergeseran gelap terang dan dingin panasnya antara ada dan tidaknya matahari.
Di sebelahku, ada buah hati paling mungilku yang masih merem-melek dipaksa bangun oleh sinar matahari pagi. Kami hanya berdua, entah sejak kapan kepala rumah tangga ini meninggalkan kami sendiri untuk hidup di jalanan. Maafkan ibu ya nak, maafkan ibu kamu tidak bisa berkembang seperti anak pada umumnya. Gumamku sambil merapikan rambut anakku yang kusut karena tidur kami tidak menggunakan bantal.
Mungkin 30 menit telah berlalu saat kami mengumpulkan nyawa, entahlah, kami juga tidak punya jam, kami hanya bergantung pada apa yang kami rasakan dan diberikan oleh matahari. Aku merapikan gelaran yang kami pakai untuk tidur, lalu mengambil karung goni yang biasa aku gunakan untuk memungut sampah-sampah yang nantinya bisa dikilokan dan dijual kembali.
Inilah pagi hari kami. Seorang pemulung dan anaknya yang tinggal di daerah Jakarta Selatan. Kami tidak tinggal disini karena kami mampu membayar tanahnya. Kami hanya meminjam fasilitas negara yang beralas dan beratap, dimanapun ia berada. 
Alasan kami bangun adalah supaya kami bisa makan dan hidup di hari ini. Meneruskan kehidupan hingga waktu yang entah kapan datangnya. Apakah kami bahagia? Apakah kami semangat? Apakah kami punya alasan yang megah untuk kembali bangun lagi? Entahlah, kami belum punya kemewahan untuk memikirkan itu semua.
– Cerita dari Ibu pemulung dan anaknya yang aku lihat di bawah kolong jalan, dalam perjalanan menuju Kota Kasablanka untuk mencari Iftar
– – – –
Almas:
Aku sendiri pernah berada di beberapa fase hidup. Aku pernah menjadi orang yang terbangun dengan semangat untuk menjalani hari ini untuk menggapai mimpi. Aku pernah menjadi orang yang terbangun dengan rasa sesal mengapa aku masih hidup. Aku pernah menjadi orang yang terbangun lalu meniatkan sepenuh hari ini untuk beribadah kepada Allah. 
Well, untuk sekarang, aku terbangun, karena dibangunkan oleh istri cantikku.
0 notes
alrafikri · 10 months
Text
A Minute of Engagement
1 note · View note
alrafikri · 10 months
Text
Tumblr media
Nyawang konser di bioskop sama fiancee, anjay, keseruan yang tidak terduga.
The eras tour, meski cuma tau sedikit lagu Taylor Swift, tapi tetep bisa enjoy nontonnya kok. Meski mostly penontonnya cwk, tapi ada juga cwk, bahkan ada suami istri yang sudah lansia ikut nonton. Unexpected twist.
Penontonnya juga ikut nyanyi dan berdiri di beberapa lagu, terutama di Blank Space, Belong To Me, Love Story. Beberapa orang ikut nyanyi juga dan berdiri di All Too Well, meski yang paling semangat ya aku & Arsya haha.
All Too Well jadi lagu favoritku karena liriknya sangat poetic. Entah kenapa sangat suka bagian
"Cause in this city barren cold, I still remember the first fall of snow, and how it glistens as it fell"
Bener bener menggambarkan suasana syahdu seseorang yang lagi galau dan hampa di awal musim dingin.
Setelah dipikir-pikir, lebih tepatnya barusan kepikiran, nyambung juga sama nama blogku, dan bionya. Seolhwa (snowflakes / tales), and how winter is the season of death.
Winter tuh memang, kumpulan cerita ada di dalamnya, dari cerita romance, cerita perayaan agama, tapi juga cerita-cerita kematian di musim dingin.
3 notes · View notes
alrafikri · 11 months
Text
Secukupnya
Semua ternyata punya luka.
Manusia, susunan hidro karbon dengan hati dan rasa.
Raga yang bijak itu bersembunyi menangis sendiri.
Sosok yang kuimpikan menjadi dirinya, menyimpan luka tersembunyi.
Bahwa sedih, tidak hanya sekedar tentang menyakiti diri.
Senang yang sementara, tetapi sedih juga sama.
"Sebentar", waktu yang sebenarnya relatif untuk dijabarkan.
Bahwa kenangan, ternyata ingin juga untuk diselami.
Bahwa kenangan, punya caranya sendiri dalam menyimpulkan kesenangan.
Bahwa bahagia, ternyata hal yang telah kita tahu sejak lama.
Wahai hati yang sedang kalut,
Engkau, tak selamanya akan sendiri.
Akan ada masanya untuk, dikenali, disenyumi, disenangi,
Dan ditemani.
6 notes · View notes
alrafikri · 1 year
Text
Blessing in Disguise
Blank, tatapan kosong dengan pikiran yang penuh riuh ke arah laptop. Memandang kosong dengan jantung yang terus berdetak tidak karuan ke arah chat web apps berbentuk clover empat warna, bernama Slack. Itulah gambaran seseorang yang sedang ditabrak truck masalah tapi tidak isekai.
Ini pengalamanku beberapa saat yang lalu, ketika aku membuat kesalahan yang membuat semua orang cranky di hari jumat yang suci. Untungnya masalah itu bisa dilewati dengan baik, dan sekarang bisa jadi candaan dalam kalimat “namanya juga newbie”.
Anyway, kesalahannya simple sebenarnya, tapi dampaknya cukup luas. Salah satu protal data di eFishery, metabase or bi-dash your choice, kala itu sedang dirapikan oleh tim data governance, aku adalah salah satu membernya. Agak cukup teknikal dan ribet apabila dijelaskan, tapi, waktu itu karena pikiran polos dan experimentalku, banyak orang yang akhirnya tidak bisa membuka beberapa data di pagi hari.
Jam 9.30, masalah mulai terlihat berdatangan. Slack dari berbagai pihak muncul bertubi-tubi, via DM, #bi-platform-support, dan channel internal data. Kalimat-kalimat cranky muncul di antara chat-chat itu, “ya ampun”, “astaga”, “loh”, “minta maaf sana”. Waktu itu ada berita kalau suhu di Jakarta sedang panas-panasnya, tapi yang aku rasakan hanya tremor di tangan dan ruangan dingin yang mencekam. I messed up, huh.
Dengan dada yang sedikit sesak, waktu itu aku mencoba menenangkan situasi dulu sambil memutar otak, mencari tahu bagaimana cara mengembalikannya. Tapi apalah daya seorang newbie yang paling junior di tim data, kita belum ada ‘power’ untuk bahkan menenangkan situasinya. Dari yang awalnya hanya segelintir pemeran, lama-lama situasinya naik hingga menjadi bahasan panjang.
Sampai suatu ketika, “semangat tim data governance!”, “semangat data gov”, “semangat mas”, mulai muncul di DM atau di thread yang sedang ramai itu. Di kala situasi yang sedang panas dan saling mencoba menyalahkan satu sama lain, masih ada beberapa pemeran yang penuh belas kasih dan rasa empati yang tinggi. Dang. I’ll never forget you all.
Setelah beberapa saat, teammates juga mulai ikut berpartisipasi, ada yang mencoba defensif dan menghilangkan persepsi menyalahkan, ada yang mencoba mencairkan suasana dengan bercanda, dan ada juga yang take the blame for it. Beberapa di antaranya adalah tim data engineering, Bang Khairidda & Mas Rifan. That’s a good manager for you. Bare minimum menjadi seorang manager yang gokil adalah take the blame untuk kesalahan bawahannya.
Kala itu juga, di tengah situasi penuh ancaman, tiba-tiba muncul oasis dan safe space dari dukungan yang diberikan oleh semua orang. Situasi yang awalnya terasa tanpa jalan keluar, tiba-tiba hilang. Memang benar kata orang, semua itu tergantung perspektif, dan kondisi itu banyak dipengaruhi oleh pikiran. Cool your head first.
Dari situ aku bersyukur, aku jadi tahu kalau aku berada di tim yang baik, tim yang selalu backs me up di segala hal yang terjadi. Relasi-relasi yang dibentuk tidak pernah sia-sia, dan mungkin bisa menjadi senjata tidak terduga di saat kamu membutuhkannya.
Anyway, untuk masalahnya, seperti yang aku bilang tadi, itu masalah simple. Jadi, sebelum adzan jumat dikumandangkan, semua masalah telah terselesaikan, dan kita bisa mulai mendengarkan khutbah Jumat dengan tenang. Thank God it’s friday.
4 notes · View notes
alrafikri · 1 year
Text
It’s Okay
youtube
“I just wanna live.”
Jadi.. sebenarnya.. dengan siapa dia bicara? Di ruangan ini hanya ada kegelapan yang terbawa oleh angin. Menemaninya, melewati malam.
Dadanya membesar, udara dingin terhidup ke dalamnya. Dari sela di giginya terhembus angin panas sisa pembakaran dan metabolisme. Menuju kegelapan wajahnya dihadapkan, mengiaskan kata-kata dari pantul cahaya di kedua matanya, oke, saatnya hidup.
Bigot. Bukan seperti itu caranya mendakwahkan.
Kumpulan orang dengan niat baik untuk menambah iman pada dirinya, sayangnya harus dengan awalan, ideologi kita membenci orang seperti kamu, sebaik apapun kamu, Tuhan kami akan memasukkan kamu ke neraka. Langkah buruk, memperkenalkan cinta dengan kebencian, rasanya mirip ketika diberi uang dengan cara dilempar. I don’t need your f*cking money.
Kejengkelan, amarah, rasa jijik, rasa sedih, rasa direndahkan, tercampur dalam udara dingin pukul 3 pagi. Kalau bukan sekarang saat yang tepat untuk bersyair, tidak akan ada lagi suasana yang namanya syahdu.
Kepada temannya, seseorang yang dia anggap sebagai orang yang dulu dia percaya.
Leave me, alone…
Bukan karena apa-apa, anggaplah dia sebagai seseorang yang tengah membersihkan mukanya ketika terpenuhi oleh kepahitan rasa sedih.
Biarkan seseorang mengisahkan perjalanannya masing-masing. Empati, dan kematangan pikiran bisa terbentuk dengan sendirinya, berbarengan dengan berjalannya waktu. Semua orang punya caranya sendiri dalam memandang sesuatu. Tolonglah untuk berhenti mengusik orang lain, memaksa mereka menggunakan kacamatamu yang kekecilan.
5 notes · View notes