alternf
alternf
Memories
39 posts
Today sometimes is not as beautiful as yesterday. Treasuring memories is not a sin.
Don't wanna be here? Send us removal request.
alternf · 6 months ago
Text
"Things I Cry for"
- The dream that I lost
- The people who left me
- The things that have changed
- The personality that I lost
- The passion that cannot be found
- The ambition that is gone
- The loves that have left
- The moments that cannot be returned
- The sins that I did
- The amal that I haven't done
0 notes
alternf · 10 months ago
Text
maybe your journey is not about love
Tiba-tiba menemukan quote itu saat aku scroll tiktok
Tiba-tiba aku menangis saat mendengar itu.
Tiba-tiba sadar kalau aku tidak mau meninggalkan Ibu demi kenyamananku sendiri.
Aku sudah di ujung harap untuk mendapatkan pekerjaan di umur sekarang ini dan di level skill ini.
Setiap harinya aku hanya berusaha bertahan hidup hanya untuk menemani Ibu.
Aku gak mau kerja karena pasti waktuku habis di tempat kerja,
Aku hanya bisa berkhayal untuk bekerja atau sekolah di luar negeri karena aku gak mau ninggalin Ibu.
Kutinggalkan semua mimpiku yang berpotensi untuk menjauhkan aku dari Ibu, termasuk untuk mendapatkan pasangan.
Bukan aku gak mau untuk menikah, tapi aku hanya gak bisa membayangkan bagaimana rasanya menempatkan Ibu di prioritas kedua atau kesekian setelah keluarga yang kubangun sendiri.
Kalau ibu tau ini, pasti Ibu akan berpikir bahwa Ibu adalah sebuah halangan di kehidupanku.
Yang sebenarnya adalah, bukan.
Aku tidak pernah merasa terhalang oleh kehadiran Ibu. Justru aku sangat bersyukur masih mempunyai Ibu di sisiku, tempat aku bercerita dan berkeluh kesah. I love her so much.
Sebenarnya aku baru sadar bahwa semua yang kulakukan ini bukan untuk Ibu, tapi untuk aku sendiri.
Agar aku bisa hidup tenang tanpa penyesalan.
Aku pernah meninggalkan Ibu di masa-masa terberatnya, dan aku sangat menyesal.
Aku tidak mau menyesal lagi karena meninggalkan Ibu.
Dengan senang hati aku menempatkan fokus dan kekhawatiranku pada Ibu. Demi tidak ada penyesalan di kemudian hari.
Karena Ibu adalah orang yang paling berharga di hidupku.
Korelasinya dengan quote ini? maybe your journey it's not about finding love, but it's about finding yourself and your aim of life.
0 notes
alternf · 10 months ago
Text
Sunday, 18 August 2024
Today I sit in a chair in near the building where the orcestra show held.
I don't watch it.
I'm just waiting. Waiting you here. In case you will watch it again.
I watch people in and out the building, wait to see your face instead.
till I realise I am watching at the emptiness.
Somehow I pray to meet you again, just like the last time.
I don't think to start any conversation.
I just want to see you.. so bad.
somehow...
0 notes
alternf · 1 year ago
Text
Tue, 2 July 2024
After seven years, I saw him again last Sunday.
We watched the same orchestra music concert in Bandung.
I didn't expect that he'd watch it, I mean in the same day where there were two concert agenda held by the same organization.
Why should he come there on the same day as mine?
My body was shaking so much when I knew he's there.
It's either I wanted to slap him or just say hi to him. I just wanted to interact with him. I don't know why.
I couldn't give my all attention to the performances. My mind went everywhere, it's chaotic.
I don't know if he saw me or not.
Saat acara berakhir, aku hanya bisa melihat punggungnya dari jauh dan semakin menjauh.
He looks the same as the last time we met.
Somehow, it hurts me.
You look so fine without me.
Yet for me, it hurts to see you even from afar.
Tumblr media
0 notes
alternf · 1 year ago
Text
Meninggal Duluan atau Ditinggal Duluan?
Sore tadi aku melihat cuitan salah satu teman SMA ku yang berharap kalau dia ingin meninggal duluan daripada harus ditinggal meninggal oleh ibunya. Akupun mencoba mengomentari dengan sudut pandangku ini yang terlahir sejak tiga tahun terakhir yang intinya patah hati terbesar orang tua yang baik adalah saat kehilangan anaknya.
Sebenarnya tidak pernah terlewat hariku tanpa memikirkan bagaimana hancurnya diriku jika Ibu meninggal? Setelah ditinggal oleh Bapak, aku berusaha untuk jangan sampai kehilangan orang yang kusayang untuk ke sekian kalinya.
Aku mencoba bertanya kepada Ibuku yang mempunyai pengalaman ditinggal meninggal oleh salah satu anaknya (re: it's suppose to be my older sister), dan hal ini ternyata cukup menarik untuk didiskusikan.
Fyi, kurang lebih delapan tahun aku dan Ibu menjadi sandaran untuk satu sama lain, dan kurang lebih lima tahun aku memutuskan untuk memprioritaskan kebahagiaan dan kesehatan Ibuku. Seperti yang aku bilang sebelumnya, akupun sering menangis saat membayangkan "jika Ibu meninggal, maka tidak ada lagi alasanku untuk hidup", wajar bukan? Namun, selama perjalanan itu juga aku tersadar bahwa Ibuku tidak akan bisa hidup tanpaku. Mungkin memang aku yang overprotective terhadap Ibu, kemana-mana harus denganku dan dengan seizinku. Tapi sebenarnya memang Ibu kurang biasa melakukan apa-apa sendiri (sebelumnya Bapaklah yang dengan sukarela selalu menemani dan melakukan apapun untuk Ibu).
Dari diskusi dengan Ibu, aku bisa membayangkan sudah beberapa kali Ibu ditinggal oleh orang yang beliau sayangi. Beliau bilang, kehilangan anak baginya adalah salah satu pengalaman yang sangat menyedihkan, bahkan beliau mengibaratkannya dengan "seperti kiamat sugra". Selama beberapa bulan setelah anaknya meninggal, Ibu datang ke makam almarhumah hanya untuk menangis dan menyesali semua keadaan, bahkan sempat ingin mati saja katanya. Betul, depresi. Namun, alhamdulillah, suatu hari beliau sadar bahwa ini adalah kuasa Allah SWT yang tidak akan memberikan hamba-Nya ujian di luar kemampuan hamba tersebut. Ibu pun mempunyai semangat hidup lagi. Beliau yang masih terbilang muda, mulai bekerja dan fokus kepada keluarganya, meski masa-masa itu tidak akan pernah hilang dari ingatannya. Beliau masih harus hidup untuk berbahagia bersama keluarga, melihat anaknya tumbuh sehat dan bahagia, menjalani pekerjaan yang beliau sukai. Itu semua beliau lakukan saat sudah melewati masa depresi kehilangan anak di umur yang terbilang masih muda.
Cerita itu adalah salah satu hal yang membuatku tersadar bahwa akan lebih menyakitkan jika seorang Ibu (yang baik) ditinggal meninggal oleh anaknya.
Memang akan menyedihkan juga jika kita, sebagai anak yang sangat mencintai orang tua kita, ditinggal meninggal oleh mereka. Tapi pernahkah terpikirkan bahwa memang sudah waktunya.
Look at how we always talk about each people have different timeline.
Yup, there is a timeline.
Seorang bayi lahir lalu diasuh oleh orang tuanya sampai ia dewasa, sekolah, mempunyai penghasilan sendiri, dan menikah.
Excluding each of personal experiences, in general, those are the timeline.
Orang tua kita (yang seumur denganku) sudah melewati masa-masa itu semua. Orang tua kita sudah senior, sudah tidak muda lagi, sudah bukan di masa produktifnya lagi. Maka yang bisa aku simpulkan adalah bahwa seorang anak adalah satu-satunya alasan mereka untuk hidup. Tidak ada lagi ambisinya untuk mempunyai uang yang banyak, toh anak-anaknya sudah dewasa dan bisa menjalani hidupnya sendiri. Jika memang ada dari orang tuanya yang masih bekerja dan anak yang belum mendapatkan pekerjaan, ingatlah bahwa sekedar mendukung dan memberi makan anaknya adalah sebuah kebahagiaan dan kepuasan bagi mereka karena bisa melihat anaknya bahagia dan tersenyum. Anak bukan sebuah beban (bagi orang tua yang baik).
Sementara kita, di usia yang masih produktif ini, masih banyak yang bisa kita kejar, masih banyak kebahagiaan dan alasan untuk hidup yang bisa kita cari. Salah satunya bisa datang dari pasangan hidup kita atau juga goal untuk meraih jabatan/cita-cita kita selama ini. Ingat cerita Ibu yang harus bertahan hidup demi keluarganya dan melanjutkan pekerjaan yang disukainya di usianya yang masih produktif? Masih panjang perjalanannya sampai bisa melihat anaknya tumbuh dewasa dengan sehat dan bahagia.
Begitupun perjalanan kita di umur yang masih di 20an ini. Meskipun kita tidak tahu kapan dan bagaimana ajal menjemput kita, tapi jangan pernah berharap kita meninggal duluan daripada orang tua kita. Cukup ingat betapa sayangnya kita terhadap orang tua kita dan sebaliknya. Tidak ada yang lebih menyakitkan daripada kehilangan darah daging sendiri. Sekali-kali, coba tanyakan dan diskusikan hal ini dengan orang tuamu.
One last thing, kita sebagai anak seringkali membayangkan bagaimana sedihnya jika orang tua kita meninggal, tapi apakah orang tua kita sering/pernah membayangkan betapa sedihnya jika kita meninggal?
0 notes
alternf · 1 year ago
Text
Two years ago, I resigned from my full time job which was so toxic for me. The people, the nuance, the vibes, while the works were still okay for me.
And for two years also I've been unemployed. Trying to keep myself productive while accompanying my mother anytime and everywhere, because it's my priority.
I'm enjoying it, even tho I sometimes think that I'm useless and dumb, but I still make it till today. As long as I can stand beside my mother anytime.
But the people around me...
I think it's them who always think that I'm just a daughter of rich parents who can enjoy her life whatever she wants. Without thinking about the rent due, etc.
Most of them always throw a comment "enak euy". you think?
I'm struggling with my mental illness for almost a year.
Always thinking that I'm just a useless daughter who can't make her own money and buy good gifts for her parents.
Do you think that I don't want to work full-time?
No! I fking want it. The thing is I just can't stand leaving my mother alone at home. That thought is bigger than my needs and wants.
0 notes
alternf · 2 years ago
Text
Baru sadar, ternyata semua yang kulakukan selama ini adalah sebuah distraksi agar semua suara dalam kepala ini diam.
Aku hampir setiap hari keluar rumah, melakukan apapun yang ku bisa. Olahraga, menggambar di cafe, baca buku ke perpustakaan, dll yang tidak menghasilkan apapun selain lelah fisik.
Semua itu kulakukan agar aku merasa sedikit lebih berguna daripada diam di rumah, tidak semangat melakukan apapun yang mungkin menjadi penyebab aku suffering insomnia.
0 notes
alternf · 2 years ago
Text
no one understands me.
I suffer insomnia these days and i just don't know why. to the point that i think i have to go to meet psychiatrist again.
I am diagnosed to suffer depression, anxiety, and a bit of panicked attack.
yesterday was my second meeting with the doctor after 15 days from the first one.
I have to consume some medicines (again).
And I again feel helped by those. My sleep is getting better.
My second meeting with the doctor was interesting.
I was told that I am lack of love and attention from the people I love, so I tend to protect myself and trying to do everything alone.
I fear death, but I feel exhausted with this life as well. It was the result of a lack of love and attention.
I am speechless. And still have more to do to know more about myself.
The consultation helps me a lot.
But of course, it costs more money than expected.
Hearing that, my mom was so surprised and started attacking (i feel) me by "makanya jangan sakit atuh" with her high voice. I know she was worried about me. But i feel attacked because, who wants to be sick. I neither want it.
I talked back to her that meeting the doctor and consume medicines were the last option since I did everything (and nothing works on me).
and again she said, "makanya jangan dipikirin".
When the insomnia I suffer was a confusion to me as well. To the point when I couldn't sleep even tho I did a lot of mobility at days, even tho I was reallyyy sleepy. I just can't, and I also don't know why.
It was nothing to do with some thoughts. Even when I had great days (i think) and I didn't have any problems to think of, I still can't sleep.
It just isn't as simple as "jangan dipikirin".
0 notes
alternf · 2 years ago
Text
I thank God for giving me a way to ease my mind and heart when I needed it the most.
And for the first time I thank myself for being brave to start muaythai two years ago.
Good job, Pril.
0 notes
alternf · 2 years ago
Text
Feminine
Entah sejak kapan aku mulai nyaman memakai baju-baju oversize.
Warna-warna gelap pun lebih mendominasi isi lemari pakaianku.
Dengan baju-baju itu aku sadar bahwa aku terlihat less feminine, bahkan ada beberapa baju yang kubeli dari etalase baju pria.
Lebih nyaman memang. Dengan bentuk badanku yang pendek dan lumayan berisi, aku merasa lebih percaya diri memakai baju-baju tersebut. Karena tidak sedikit orang yang mengira badanku kurus.
Selama ini kukira itulah alasanku.
Baru saja terfikir olehku bahwa akupun ingin memakai dress berwarna terang dengan corak bunga, memakai rok payung dan blus renda.
Ternyata baru kusadari bahwa aku hanya menolak untuk terlihat lebih feminine.
Apakah aku menolak terlihat feminine karena aku takut dipandang lemah?
Tidak. Aku tidak bilang bahwa wanita feminine adalah orang yang lemah. Tidak sama sekali.
Aku hanya berkaca pada masa lalu bahwa aku sering dipandang rendah saat aku menunjukkan sisi feminine ku kepada dunia.
Aku pernah dibilang genit,
aku pernah dipermalukan,
aku pernah dibuat kecil,
aku pernah dibilang 'cari perhatian',
aku pernah dilecehkan.
Sedihnya, itu semua saat aku menunjukkan sisi feminine ku.
Sisi dimana aku membutuhkan pria di hidupku.
Sampai pada saat aku muak dengan semuanya dan memutuskan untuk menjadi pria yang aku butuhkan.
Tapi untuk sekarang, aku lelah.
Bolehkah kali ini saja? hari ini saja?
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
0 notes
alternf · 2 years ago
Text
Penyesalan
Writing this because I think it already takes too much space in my mind and it’ll become a trouble if I let it sit there. 
- Aku menyesal karena dulu aku pernah tidak melakukan yang terbaik saat diajak untuk menjadi vokalis band sementara milik kakak kelasku
- Aku menyesal karena dulu aku menghabiskan uang yang bukan pendapatanku sendiri untuk berpacaran
- Aku menyesal karena dulu aku bersikap kekanak-kanakkan saat menjalin hubungan dengan pacar
- Aku menyesal karena membiarkan masalah keluarga memengaruhi kehidupan sosialku
- Aku menyesal karena telah menemukan fakta bahwa mantan berbicara jelek tentangku
- Aku menyesal karena telah bertengkar dengan kakakku
- Aku menyesal karena pernah kurang bisa menerima kakak ipar yang seumur denganku
- Aku menyesal karena pernah bolos dari kegiatan magang hanya untuk bersenang-senang dengan pacar
- Aku menyesal karena pernah tidak mau lanjut kursus piano hanya karena malu
0 notes
alternf · 2 years ago
Text
Sadar
070623
Akhir-akhir ini aku bingung dengan diri sendiri. 
Aku kembali meragukan kemampuanku akan hal-hal yang aku tekuni. 
Aku yang sedang belajar mengenai bidang pekerjaanku selalu mempertanyakan, “apakah aku sudah berada di bidang karir yang benar? yang aku sukai? atau bidang ini hanyalah suatu bidang yang kutekuni hanya karena aku terlanjur berada disitu?���
Aku yang sedang menekuni hobi ku di bidang seni pun selalu mempertanyakan, “apakah ini akan menjadi manfaat buatku di masa sekarang dan masa depan?” 
Akupun masih bingung tentang kepribadianku sendiri. 
Aku masih penasaran tentang ‘orang seperti apakah aku?’. Sepertinya semua hal akan berjalan dengan baik jika aku sudah mengenal diriku sendiri. 
Namun, beberapa hari kemarin aku sempat menyadari beberapa hal tentang diriku. 
Saat aku berdiskusi dengan seorang teman, membicarakan masalah-masalah yang kami hadapi, aku menyadari bahwa hobi yang memenuhi pikiranku adalah menyanyi. 
Aku masih bercita-cita menjadi seorang penyanyi yang berada di atas panggung, di hadapan banyak orang, bisa memberi kebahagiaan mereka. 
Tapi, keraguan akan kemampuan yang sudah aku miliki lah yang menghalangiku untuk maju. Terkadang aku pun berfikir bahwa aku sudah terlalu tua untuk mengabulkan cita-citaku yang sangat tidak realistis ini.
Yah setidaknya, sekarang aku sudah menyadari satu hal tentang diriku. Soal akan terkabul atau tidak, urusan nanti. 
Selain itu, aku menyadari bahwa aku tidak siap kehilangan orang yang kusayang. 
Beberapa hari yang lalu, aku melihat sebuah video dimana ada seorang lelaki yang berdiri di ujung tebing dengan jurang yang sangat dalam. Yah memang dia sedang berada di tempat wisata yang menggunakan kata’ tebing’ sebagai namanya. 
Lalu memori tentang aku yang pernah mengunjungi tempat itu bersama mantan kekasih kembali muncul di kepala. 
Setahuku, dia adalah orang yang suka dengan hal-hal ekstrem. Sepertinya bukanlah sebuah kekeliruan jika aku berfikir bahwa dia pun ingin berdiri di ujung tebing itu, seperti orang-orang di sekitarnya. 
Kalau tidak salah, yang keluar dari mulutku hanyalah kata “jangan!”, saat ia menunjuk orang-orang tersebut. 
Pada saat itu, aku hanya mengira bahwa aku takut ia jatuh dan terluka. Namun sekarang aku baru menyadari bahwa, aku hanya tidak mau kehilangan sosok lelaki yang kusayang untuk ke sekian kalinya. 
Sedikit lucu karena sekarang pun aku sudah tidak bersamanya. 
Tapi setidaknya aku tenang karena dia pergi bukan karena sesuatu yang buruk. 
Yah begitulah aku menyadari satu hal lagi tentang diriku. 
Tulisan yang satu ini mungkin akan menjadi tulisan yang bersambung seiring aku yang mulai mengenal diri sendiri dari hal-hal aneh di sekitar. 
0 notes
alternf · 2 years ago
Text
Marriage and Divorce
Baru-baru ini, dunia hiburan sedang dihebohkan dengan berita perceraian salah satu pasangan artis yang memiliki impact lumayan besar di bidangnya. 
Mereka dikenal sebagai keluarga yang bahagia dan harmonis. Mempunyai tiga anak lucu adalah salah satu yang menarik perhatianku. 
Other than talking about them, I’d like to talk about the meaning of marriage instead. 
Dari aku, seorang wanita lajang. 
Aku masih heran, kenapa orang dengan mudahnya memutuskan untuk bercerai? padahal menikah adalah keputusan yang mereka buat secara sadar dan penuh dengan pertimbangan. 
Memang hidup ini tidak jauh dari segala masalah dunia yang ada termasuk hal-hal yang ada di lingkup pernikahan. 
Tapi menurutku, perceraian bukanlah sebuah jalan keluar. 
Saat memutuskan untuk menikah, bukankah seharusnya kedua individu sudah siap dengan segala masalah yang akan mereka hadapi saat membangun rumah tangga bersama?
Bukankah saat memutuskan untuk menikah, kedua individu harus menerima semua kekurangan dan kelebihan dan menjadi pelengkap satu sama lain?
Memang harus ada pengorbanan, tapi bukankah seharusnya dibuat adil? tidak hanya istri atau suami saja yang berkorban, tapi keduanya, bukan?
Bukankah semua masalah seharusnya diselesaikan dengan cara ‘musyawarah’?
Dari sudut pandangku sebagai wanita yang belum menikah, ada dua masalah yang tidak selayaknya dimaklumi dalam pernikahan, yaitu kekerasan dan perselingkuhan. 
Meskipun begitu, bukankah kedua masalah itu adalah yang seharusnya bisa dihindari?
Tidak. Bukan bisa, tapi HARUS dihindari!
Karena menurutku, kedua hal itu adalah sebuah kesalahan yang dibuat secara sadar oleh manusia. 
Setahuku, tidak ada agama ataupun adat yang memperbolehkan kdrt, pun tidak etis jika ada orang lain yang terlibat dalam sebuah hubungan pernikahan. 
Sebagai seorang yang masih lajang dan tidak ada pengalaman dalam sebuah pernikahan (malah dibuat tidak percaya oleh keluarga sendiri), aku tidak mengerti dengan pasangan-pasangan yang memutuskan untuk bercerai sebagai cara untuk menyelesaikan masalah. 
Kalau sudah seperti itu, yang menjadi korban bukanlah sang suami/istri, tapi anak-anak mereka. 
1 note · View note
alternf · 2 years ago
Text
If I'm gone, will there people cry over me?
0 notes
alternf · 2 years ago
Text
190423
Hari Raya
Entah kenapa semenjak tahun 2016, suasana hari raya tidak lagi sama seperti tahun-tahun sebelumnya.
Terlebih saat Kakak sudah berkeluarga.
Aku tidak bisa lagi merasakan excitement yang biasanya dirasakan orang lain (bahkan diri sendiri di masa lalu) saat menjelang hari raya.
Aku masih ingat bagaimana senangnya diriku di masa lalu saat membeli baju baru, membuat kue dan makanan-makanan lainnya untuk menyambut hari raya, berdoa supaya hari raya cepat datang.
Jalan-jalan bersama orang tua, berdesak-desakan melihat-lihat baju yang pantas untuk dipakai di hari raya.
Memang lelah, tapi ada perasaan senang disitu.
Namun sekarang, aku sama sekali tidak dapat merasakannya.
Saat Ibu bersemangat untuk membuat kue, aku hanya bilang "gausah. cape. beli aja".
Saat Ibu membeli baju baru untuk hari raya dan menyuruhku untuk mencari dan membelinya juga, aku hanya bilang "ga ah. masih banyak baju di rumah. belum perlu."
Bagaimanapun Ibu menjelaskan rasa semangat dan senang itu, aku masih tetap tidak mengerti.
Bagiku hari raya adalah hari biasa yang hanya dilengkapi solat sunnah khusus hari raya, yang tentu saja penuh berkah.
Aku tidak memungkiri bahwa bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah yang harus dimaksimalkan dengan saling memberi. Membuatku bersemangat untuk memberi rezeki lebih kepada orang lain.
Tapi kurasa tidak ada keharusan bagiku untuk membuat hari raya menjadi spesial.
Spesial sampai aku harus membeli baju baru, masak berbagai macam masakan dan kue kering, mengunjungi saudara, dll.
Bahkan momen saling memaafkan pun kuanggap sebagai momen yang awkward.
Bukan berarti saling memaafkan itu tidak penting, hanya saja ku merasa hal itu tidak harus dilakukan secara formal.
Setelah melewati beberapa kali hari raya sebagai orang dewasa pun aku menyadari, semakin kesini momen saling memaafkan itu hanya seperti salam "apa kabar?" seperti biasa.
Dilakukan sambil bersalaman dengan salam sambutan yang diganti dengan "mohon maaf lahir batin ya." Lalu selesai.
Tapi aku senang saat melihat Ibuku masih bisa merasakan perasaan senang dan semangat itu. Karena tandanya Ibu masih sehat dan sudah tidak lagi merasakan sedih yang disebabkan oleh masa lalu.i
Sampai kadang aku yang merasa bersalah saat dengan mudahnya bilang "beli aja. cape". Rasanya seperti aku mematahkan rasa semangat Ibu.
Hari ini dan seterusnya, semoga Ibu tetap seperti ini, bahkan lebih sehat dan bahagia lagi. aamiin
Yah all in all, tidak ada yang bisa membuatku kembali mengerti perasaan-perasaan itu.
Bahkan aku berharap, jika aku menikah nanti, tidak ada keharusan bagiku untuk melakukan hal-hal seperti itu.
0 notes
alternf · 2 years ago
Text
Why do I get so emotional today? 😔
Mia and Prita must be happy that I wrote special writing about them, right? Maybe? 😆
0 notes
alternf · 2 years ago
Text
050323
Prita
Hari ini aku menghabiskan hari Minggu ku bersama salah satu sahabat semenjak kuliah bernama Prita.
Yah kukira akan seperti pertemuan sebelum2nya.
Dibanding teman2 kuliah yg lain, bisa dibilang kami yang cukup sering menyempatkan waktu untuk bersua.
Sama2 menyukai makanan enak mungkin jadi salah satu alasan kami untuk bertemu di tempat yang terkenal enak dan menarik.
Hal2 yang kami bahas pun tidak jauh dari masalah kehidupan, percintaan, dan yaa pekerjaan.
Ya, kami sama2 single. Jadi topik pembahasannya pun masih nyambung dan cukup menarik untuk satu sama lain.
Untuk hari ini, entah kenapa ada perasaan janggal saat menghabiskan waktu kami.
Memang kami menghabiskan waktu dengan membahas topik yang seperti biasa. Pertanyaan "How's your life?" Sepertinya cocok untuk menjelaskan apa yang kami bahas seharian ini.
Namun entah kenapa, aku merasa aku sedikit berubah menjadi orang yang kurang menyenangkan untuknya.
Bukan, aku tidak menyimpulkan itu dari bagaimana responnya. Hanya aku saja yang merasa aneh dengan diriku sendiri.
Sebelum pertemuan ini, dia pernah bilang bahwa dia akan pindah ke Ibukota.
Yaa mungkin itu sebabnya aku jadi sedikit kaku saat bertemu dengannya.
Saat pertemuan tadi, aku masih bingung dengan perasaanku sendiri sehingga aku tidak bisa mengekspresikan bahwa aku sebenarnya hanya merasa sedih. Sedih akan fakta bahwa kami akhirnya akan menjalani hidup masing2 di kota yang berbeda.
Prita adalah salah satu sahabat yang bisa dibilang cukup dekat denganku setelah Mia.
Memang perjalanan persahabatan kami tidak selalu menyenangkan. Kami pun pernah bertengkar, dimana saat itu aku yang marah besar padanya.
Cukup menarik karena biasanya dia yang mudah terpancing emosi. Aku kebalikannya, cukup pandai memendam emosi sampai stress sendiri hehe
Masalah sepele padahal. Kamipun masih kurang dewasa untuk mengetahui bagaimana cara menyelesaikan masalah dengan baik.
Kukira tali pertemanan kami selesai sampai saat itu. Ternyata sampai saat ini malah kami yang lebih sering bertukar sapa dibanding teman2 kami yang lain.
Sebagai seorang yang susah membuka diri kepada orang baru, aku bersyukur masih ada Prita yang mau mendengarkan keluh kesahku setiap bertemu.
She's really a good friend that I can't even explain.
Berbanding terbalik dengan dia yang mempunyai banyak teman dan sahabat.
Mungkin aku hanyalah salah satu sahabat yang menjadi tempatnya berkeluh kesah.
Memikirkan bahwa nanti kita akan tinggal di kota yang berbeda, sedikit sedih karena mungkin nanti kami akan semakin susah untuk bertemu ataupun bertukar sapa.
Tidak apa2, kutitip saja salam kepada Allah untuknya. Agar ia dan keluarga selalu berada dalam berkah dan lindungan-Nya dimanapun berada.
Hai Prita,
Terima kasih sudah menjadi sahabat terbaikku, tempatku berbagi dan pemberi solusi atas keluh kesahku.
Terima kasih sudah selalu mendukung dan mendoakan apapun keputusanku.
Maaf belum bisa menjadi sahabat terbaik untukmu.
Tentu saja ini bukan salam perpisahan.
Temui aku kapanpun.
Hubungi aku kapanpun.
It's always been my pleasure to listen to whatever your concerns are.
0 notes