alterumnivers
alterumnivers
orenji
14 posts
alterum universeum
Don't wanna be here? Send us removal request.
alterumnivers · 1 year ago
Text
Kalau mau jujur, kehidupan Miya dan Mikail mulai berantakan. Mereka gak ngerti kenapa Bayi makin hari makin jadi aja separation anxiety-nya. Terutama setiap ditinggal Mikail kerja. Akhir-akhir ini Mikail banyak keluar rumah. Meeting buat Joyland Bali lah, jadi penanggung jawab pameran lah, ditambah project sebagai art director buat salah satu film di production house. Lalu, Miya... Aduh.. Cewek itu mengenaskan deh. Dia cuma bisa mandi pagi dan sarapan yang buru-buru karena direcokin Bayi.
Bayi tuh kalau liat Mikail di rumah malah gangguin Miya yang lagi beraktivitas. Giliran Mikail siap-siap mau pergi, nangis deh gak mau ditinggal. Begitu juga sebaliknya, kalau Miya yang pergi dia bakal nangis meraung-raung. Maunya bapak-ibu asuhnya ini ada di rumah terus nemenin dia main.
"Gak bisa dong, Bayi, makan apa nanti kamu kalau papanya gak boleh berangkat kerja? Hm?"
Sekarang, omelan-omelan kaya gitu jadi bagian keseharian rumah mereka. Rumah yang tadinya tenang dan selalu bisa rapi, udah jadi cerita masa lalu. Bayi jago merangkak dan berantakin apa aja yang ada di jangkauannya. Tempo hari eyeshadow pallet Miya jadi korban. Kemarin lego pajangan Mikail hancur.
"Bayi, main cat air lagi ya? Lukis lukis lagi sama mama ya? Nanti papa pulang baru main lagi sama papa oke? Mi, aku udah telat keburu macet banget jalanan. Aku tinggal gak apa-apa?"
Gak mau. Rasanya Miya mau mohon-mohon biar Mikail gak pergi, tapi kan gak mungkin. Jadi dia cuma bisa ngangguk pasrah dan berusaha lepasin genggaman tangan Bayi dari kerah baju Mikail.
"Maaf ya sayang. Kalau udah beres aku langsung pulang. Janji. I love you"
Cowok yang selalu rapi dan fashionable itu nyium kening pacarnya sekilas sebelum pergi.
"Udah dong, Bayi, nangisnya. Sedih banget kenapa deh hmm. Kita telpon onti Ruru yaa, atau onki Kevin? Bayi mau main sama siapa? Cup.. cup... Ssstt... Capek, sayang, kalau nangis terus"
Hari itu Miya diselamatkan oleh bantuan teman-temannya yang dateng dan ramein rumah.
© nulisinisilun part of story #MiyaMikail_dumpdumb
0 notes
alterumnivers · 1 year ago
Text
Pagi ini gak kaya pagi biasanya saat Mikail bisa dengan riang menyuapi Bayi. Udah 30 menit anak yang belum genap delapan bulan itu cuma berhasil nelen tiga suapan buburnya. Miya keluar dari kamar mereka, baru beres dengan aktivitas paginya (mandi, keringin rambut, pake skincare dan catokan)
"Loh? Yang? Kok masih banyak?"
"Gak mau makan dia"
"Kenapa?"
Mikail narik Miya buat duduk di sebelahnya, "Gak tau. Coba sama kamu, mau kali"
Engga. Bayi cuma buka mulut buat ngemut ujung sendok dan disembur, bikin makanannya berterbangan. Ini hal baru buat dua orang yang clueless soal parenting: Gerakan Tutup Mulut.
"Kemarin Bang Jo—"
"Johan?"
"Jonathan. Dia sempet bilang soal makan Bayi. Kita disuruh konsul ke d-s-a masa"
"Ke desa?"
Mikail berhenti sebentar dari kegiatannya ngosek kitchen sink, memutar badannya untuk menemui Miya yang berdiri gak jauh dari sana. Pacarnya itu lagi ayun-ayun Bayi sambil diajak bercanda,
"Lu serius gak sih, Mi"
"Hehehe soriii. Pemarah deh Papa kamu tuh hih takuuttt", ucapnya pada Bayi, ngeledek Mikail.
"Lu yang bikin gue marah", Mikail ngedumel tapi lanjutin lagi aktivitasnya,
"Mau gak? Ke dokter anak?"
"Takut ditanya-tanyain terus gak bisa jawabnya, Yang"
"Bener sih"
Kerepotan menyuapi Bayi tadi pagi terus berulang sampe sore. Bayi itu bener-bener gak mau buka mulutnya buat makan. Seharian asupan yang masuk ke perut mungilnya cuma susu formula. Yang ternyata nimbulin masalah di malem hari.
"Cup.. cup.. cup.. ssstttt... Sayaang.. Rewel kenapa sih ini? Tinggal bobo aja loh"
Mikail udah gendong anak itu sampe kelilingin rumah dua kali dan tetep ngerengek. Gak bisa tidur. Miya yang tadinya gak terlalu terpengaruh juga mulai panik. Apalagi pas mindahin bayi ke pelukannya,
"Yang, ini anget deh anaknya"
Mikail refleks pegang dahi Bayi dan ngerasain kenaikan suhu di sana. Buru-buru dia ambil termometer di box P3K dan cek mulut anaknya. Muncul angka 37,3.
"Kata halodoc.com bayi dikatakan demam kalau suhunya 37,5 derajat celcius diukur dari mulut", ujarnya sambil melihat HP.
"Kita bawa ke klinik kalo setengah jam lagi masih rewel?"
"Tapi gak demam loh ini, Mi"
"Terus gimana dong kalau rewel mulu gini? Kasian dia juga gak bisa tidur"
"Coba aku tanya mama ya"
Sekarang gantian Miya yang gendong bayi keliling kamar sambil nepuk-nepuk pantat montoknya. Sementara Mikail di teras lagi kepusingan ngarang alasan karena Mamanya heran kenapa dia nelpon jam sembilan malam buat nanyain soal bayi. Meskipun tetep dijawab juga,
"Itu rewel karena dia mau tidur tapi gak bisa, perutnya kosong, Mika. Laper itu anaknya. Seharian susu doang kan? Gak kenyang lah kan biasanya makan."
"Dianya gak mau makan, Ma"
"Emang seharian sama kamu?"
"Iya eh enggak maksudnya, tadi ibunya cerita emang seharian gak mau makan. Bubur bayi malah disembur-sembur"
"Bosan itu sama makanannya. Makan bayi harus bervariasi. Itu umur berapa sih orang tuanya?"
"Seumuran Mika Miya sih"
"Loh? Muda amat udah punya bayi? Pantesan enggak ngerti caranya. MBA ya, Mik?"
"Ih mama malah gosip. Ini duluuu gimana bayi Mik—EH-maksudnya gimana ini bayinya?"
"Mama kirim resep Mpasi ya, besok suruh bikin ibunya. Kalau besok tetep gak mau makan juga bawa deh ke dokter. Ini tar juga tidur anaknya kalau udah capek, kasih susu aja"
© nulisinisilun part of story #MiyaMikail_dumpdumb
0 notes
alterumnivers · 1 year ago
Text
“Sayang”, Mikail nyamperin Miya yang mangku laptopnya di sofa ruang tengah. Duduk di sebelahnya, paha ketemu paha.
“Hmmm”
“Revisian? Besok ke kampus?”
“Engga. Beliau minta dikirim email aja besok”, cewek itu ngelirik jam di dinding sebrangnya. Belum genap di angka delapan, “bayi mana?”
“Tidur, di box-nya. Kamu perhatian banget sama bayi. Kaya ngurus anak sendiri”
Ini malem ke-empat mereka ngurus bayi umur delapan bulan yang tiba-tiba ada di depan rumahnya. Mikail tinggal sendiri sejak masuk kuliah nyaris empat tahun yang lalu. Setahun belakangan dia ngajak Miya, pacarnya, buat tinggal bareng. Mikail anak tunggal dan orang tuanya bebasin banget bahkan mereka tau anaknya ngajak tinggal anak orang. Ya, asal gak dihamilin aja sih, kata mamanya waktu itu.
Anyway, mereka udah mulai luwes buat mandiin dan nyuapin. Temen-temennya juga silih berganti ke rumah meski cuma satu-dua jam buat main sama bayi. Untungnya ini bayi gak terlalu rewel. Itu juga yang jadi alasan Miya dan Mikail buat rawat sendiri bayinya. Masalahnya, ya, ada aja yang harus dikorbanin. Empat hari terlalu sibuk menyesuaikan diri sama bayi bikin mereka kekurangan waktu buat mesra-mesraan kaya biasanya. Jadi, ngeliat ada celah dikit Mikail manfaatin itu semaksimal mungkin,
“Geli ah mikail jangan cium cium”
Dilarang begitu, Mikail malah makin nyusrukin bibir plumpy-nya ke leher Miya yang terekspos. Jujur, suara Miya udah mulai geter waktu berusaha jauhin kepala cowoknya,
“Masih sore, yang”
“Hmmm. Biasanya bisa kapan aja. Aku kangen”
“Tai kali kangen, tiap detik liat muka gue juga lu”
Bawah telinga Miya dicium basah dan rambut halusnya meremang pas Mikail desahin, “sange hehe” dan tangan cowok itu mulai masuk dari bawah tanktop biru mudanya.
Dengan akal sehat yang masih nyisa, Miya pindahin laptopnya ke lantai, di pinggir sofa. Kedua tangannya mencengkram bisep telanjangnya Mikail sebelum merayap naik lewatin pundak, leher favoritnya dan bersamaan dengan menangkup rahang, dia cium bibir cowoknya.
Mikail dengan sigap pindahin Miya ke pangkuannya. Meremas sensual pinggang kecil pacarnya. Sebelah jemarinya menggerayangi kulit punggung Miya dan melepas kaitan branya. Sementara cewek itu makin larut di sloppy kiss mereka. Rambut Mikail udah berantakan diremes-remes cewek yang sekarang bajunya ga karuan.
Punggung Miya agak melenting ke belakang, tangan kiri Mikail menopang sambil jambak dikit cepolan rambutnya dan cewek itu. Seksi banget kaya adegan bokep korea, pikir Mikail. Desahan pacarnya itu makin kenceng dan panjang seiring ciumannya semakin ke bawah. Puncaknya tentu aja pas Mikail mulai nyu—
“HUUAAAAA” seketika Miya duduk tegak. Dagunya bahkan terantuk kepala Mikail yang masih di dadanya.
“Bayinya nangis, Mikail, tar dulu”
Miya buru-buru nurunin tanktopnya, ga pake bra dan lari ke kamar karena tangisan itu makin kenceng. Sementara Mikail bengong dengan bagian bawahnya yang tegang maksimal. Haha dikira enak kali punya bayi?
© nulisinisilun part of 'Suddenly, Becoming Parents' on twitter
0 notes
alterumnivers · 1 year ago
Text
"What does it feel like to wake up next to Malakhai after you know you love him but he's not down for anything about it? Of course, you're going to hide it at first; you won't let yourself drown too deep by admitting that. But you couldn't help but kiss those plump lips once again, to caress his jawline once again, to think that maybe one day or in another life he'll let himself be fragile with you."
Tumblr media
0 notes
alterumnivers · 1 year ago
Text
#DiSampingHan: Perihal Pulang
"gue familiar sama perasaan ini, han"
Sudah dua jam kami duduk di pinggiran Sudirman, dijatuhi pendar lampu, dilewati ratusan orang berlalu-lalang. Aku masih enggan bergerak, dan seperti janjinya, Han menemani tiap-tiap kesepianku.
"pertama kalinya karena gue tau hanya akan sendirian. Gak punya orang yang bisa gue pamerin tentang guru sejarah gue yang nggak percaya gue dapet nilai di bawah KKM dan beliau sendiri yang periksa ulang kertas ulangan gue. Membanggakan but what for?"
"Keren. Pernah pinter juga lo" katanya di sela-sela batuk. Aku mengulurkan tangan untuk menepuk punggungnya.
"Terus? Yang selanjutnya?" tanyanya setelah reda.
"Kedua konyol sih, atau enggak. Gue gak suka keadaan rumah saat itu. Gak punya kamar sendiri. Gak ada privasi"
"Mending sekarat di kosan ya?"
"HAHAHA kenapa ya gak gastritis sampe mampus beneran waktu itu. Masih hidup aja gue cuma buat lagi-lagi ngerasain rasanya gak pengen pulang. Oh, malah, gak punya tempat pulang"
Satu tanganku diraih, ditempatkan di pangkuannya dan tangan Han yang lain menepuk-nepuk punggung tanganku.
"Cabut yuk. Besok libur kan?"
0 notes
alterumnivers · 1 year ago
Text
#DiSampingHan : Perihal Sepi
Di dunia yang bukan duniaku sekarang, ada laki-laki duduk di sebelahku. Dia terbatuk di sela-sela kegiatan merokoknya.
"lo diem aja di dalem sendirian? tapi depan rumah lo rame banget lagi bakar-bakaran?"
Aku mengangguk, entah dia melihat atau tidak.
"gabung begooo"
"gak kenal taiii"
"kenalan lah anjir"
"ya elah, Han"
"apeee?"
"gak sepenting itu lah perayaan"
"kata orang yang semua momentum hidupnya gak pernah dirayain"
"HAHAHAHA SIALAN"
Kami di pelataran rumah. Tak ada bising suara seolah yang hidup hanya kami berdua.
"seru gak?"
"apaan? bakar-bakarannya?"
"kesepian lo-nya"
Aku kembali tergelak. Laki-laki ini memiliki magisnya sendiri. Sebelumnya aku menertawai kemalangan hidup sendirian. Enggan membagi karena hanya akan keluar sebagai raung nestapa.
Namun, tidak lagi. Bersamanya hal terpedih sekalipun bisa jadi canda. Canda yang bukan mengaburkan duka semata. Canda yang seolah semua kemalangan ini wajar dan tak berarti apa-apa. Canda bahagia.
"to be honest, lumayan seru juga. Udah terbiasa. Kayanya"
Saat aku menoleh untuk memandangnya, dia sudah lebih dulu memandangiku. Senyum terulas di wajahnya. Aku menyadari panjang rambutnya sudah melewati telinga. Dia terbatuk lagi, mematikan puntung rokok di asbak.
"sekarang kesepiannya berdua, gue temenin. Pasti lebih seru"
0 notes
alterumnivers · 2 years ago
Text
#AboutMatt
Me: If forcing this relationship is a disease, then I'll burn the hospital. If my therapist saying loving you is unhealthy and causes harm for me, i'll stop seeing her. Now you can't say that I'm too good for you, Matt.
Matthew: Then what? Does commit to suicide together sounds romantic for you?
Tumblr media
#fictionalcharacter #alternateuniverse
0 notes
alterumnivers · 2 years ago
Text
Act II: Meet In The Middle
Pemilik nama Rakabuming yang sering disingkat Ming tapi pas dipanjangin lagi malah jadi Kiming ini, dengan cekatan ambil arah puter balik di depan begitu buka lokasi temannya. Sekilas dia sempet mikir, kalau temennya gak nyebut nama Ai dia tetep bakal segercep ini gak sih responnya? Dan jawabannya ternyata enggak hehe.
Maksudnya ya dia nolongin kalau urgent banget, tapi kan dia tau temennya udah punya pahlawan sendiri, si Isa, jadi bakal dibiarin aja Isa yang nolong. Loh? Berarti dia masih menganggap dirinya pahlawan dong buat Ai?
"Beneran gak move on gue" gumamnya.
Dia putus sama Ai udah hampir dua bulan dan terakhir dia ngecek, WhatsAppnya masih diblokir. Masalah awalnya sepele doang asli tapi dia nanggepinnya pake emosi jadi melebar kemana-mana, ke bahasan-bahasan yang engga perlu.
"Sip.. sip.. gua udah liat lu Sa"
Dia nutup telponnya Isa yang ngarahin jalan karena tadi dia bingung tempatnya di mana. Setelah nemu lahan buat markirin mobil, dia ambil payung dan nyamperin temen-temennya. Mereka neduh di pelataran ruko tutup.
Canggung banget coy dua bulan gak ketemu orang yang lu sayang. Mana terakhir ketemunya berantem lagi.
"Hai" cicitnya gak tau ditujukan ke siapa. Matanya ngeliatin Ai mulu yang sama sekali belum ngeliat ke dia. Pedih mah ada, dikit.
"Lu ke sini juga ngapain dah Sa?"
Isa ngelirik sinis. Goblok kali ni orang ya, begitu kira-kira kalau sorot mata Isa diterjemahkan.
"Jual tumpeng"
"Hehe eh itu motornya kenapa? Mogok kenapa?" berusaha mengajukan pertanyaan berbobot.
"Gak tau dah, gue gak ngerti motor"
"Tadi masih baik-baik aja, Ay eh Ai?"
Ragu-ragu tapi akhirnya kesebut juga tuh nama. Pake kepleset segala lagi lidahnya. Tapi mohon maaf ya Kiming anda belum beruntung, coba lagi lain kali.
"Iya. Tadinya Ai mau nganterin gue sampe halte itu tuh, tapi belum nyampe haltenya eh mati nih motor mana tiba-tiba hujan deres"
Moon yang jawab pertanyaannya karena Ai gak menunjukkan tanda-tanda mau ngobrol sama mantannya ini.
Waktu berlalu ujan gak juga reda. Isa yang ngusulin biar acara makan sushinya dibatalin aja, toh gak tau juga ini nunggu sampe jam berapa. Jadi, biar Ren sama Diki juga bebas mau pulang aja apa gimana.
"Kan gak mungkin juga nih kalau gue sama Moon doang yang pergi bawa mobil lu"
"Hmm padahal gak apa-apa sih" jawab Kiming. Jadi gue bisa berduaan sama ayang, lanjutnya dalam hati.
Ai dengernya langsung cemberut dan ngerutin jidat. Males banget anjir???? Gitu ekspresi mukanya.
"Ai-nya gak mau ditinggal berdua sama lo" pundak Kiming dislepet pake lengan jaket Moon.
"Ai dingin gak?"
Yang ditanya geleng doang.
"Sa, lepas dah jaket lu"
"Buat apaan?"
Kiming melepas paksa jaket dari badan Isa. Tangan kanannya ngambil jaket dipelukan Moon.
"jaket lu kan?"
Yang ditanya ngangguk doang. Terus Kiming ngasih jaket rampasan dari Isa ke Moon. Dan jaketnya Moon dipakein ke Ai.
"Maaf aku lagi gak bawa jaket"
Part of alternate universe on twitter.com/nulisinisilun
0 notes
alterumnivers · 2 years ago
Text
Act I: A Deal
Ini udah paling aneh. Hari minggu, ayam juga masih ngigo tapi Diki udah bangun. Jarum panjang jam Barcelona nunjuk angka 12 waktu hp Diki geter-geter. Dengan ekspresi yang lumayan lebay, diliatin aja tuh layar hp yang nyala. Ada nama Ren di sana.
"gokil anjing beneran jam lima teng"
Alih-alih angkat telponnya, dia malah masuk selimut dan kekep kepalanya pake bantal terus teriak. Ini kali pertama dia ditelpon sama gebetannya sepagi ini. Eh masih boleh disebut gebetan gak sih?
Geter hpnya berhenti, layarnya gelap dan Diki udah keluar dari selimutnya. Tapi gak berapa lama panggilan dari Ren masuk lagi. Diki nge-screenshoot itu. Kalau besok itu gambar udah diprint dan dipigura, tolong maklumin aja.
Diki senyum waktu panggilan ketiga masuk dan sabar nunggu sampai mati sendiri. Di panggilan keempat baru deh secepat kilat dia angkat.
"Mampus, traktir gue lu" adalah hadiah yang Diki terima. Gemes banget ya suaranya Ren, itu pikir Diki. Memang orang kalau udah bucin, akal sehatnya mendadak opname di RSCM.
"Hmmm" Diki berusaha ngeluarin suara khas bangun tidur.
"Hehe maaf ya Diki, tapi kamu harus tepati janji karna janji adalah hutang"
Gak usah ditanya gimana reaksi Diki pas dengernya. Lebay, sumpah, tapi ditahan soalnya harus pura-pura ngumpulin nyawa dan akting sok kecewa.
"Kaga adil anjir ini mah, konspirasi lu"
"Deal is a deal, Diki. Kalah lu. Loser oetori sen cheokhaneun~"
Buset dah apa gue subscribe aja ya nih biar bisa denger tiap pagi, batinnya makin orgil.
Mereka ngobrol sebentar. Mastiin mau jalan jam berapa. Lalu telpon dimatikan. Kalau dikasih pertanyaan apa keputusan yang gak pernah dia sesali, maka iyain taruhannya Ren adalah salah satu jawabannya.
Part of alternate universe on twitter.com/nulisinisilun
0 notes
alterumnivers · 2 years ago
Text
haolovyu dan beii-nya
Nama 'haolovyu' itu diubah sendiri oleh Minghao di ponsel Beii, katanya biar pacarnya gak nanya "kamu masih sayang aku gak?" terus. Padahal once in awhile Beii masih nanya, dan Minghao masih jawab juga.
Sementara Beii itu panggilan yang Minghao kasih. Asalnya dari bahasa Mandarin Bǎobèi (宝贝) yang arti literalnya treasure, precious thing dan bisa juga diartikan sebagai panggilan sayang.
Waktu pertama kali jadian ayamnya tetangga Beii, Cibi, baru menetas. Sekarang telurnya Cibi udah jadi ayam, namanya Rena, dan bisa bertelur juga, alias Cibi punya cucu.
Minghao dan Beii pandai membuat cinta terasa mudah dilakukan setiap harinya. Mereka boleh pakai sapaan apa aja sesuka hati. Kadang aku-kamu, kadang gue-lo, kadang bro-bro meski yang ini sih bisa memancing hal lain. Gak ada posesif-posesifan. Terbuka satu sama lain. Udah paham bercandaan satu sama lain.
Minghao kerja di studio. Sementara Beii kerja kantoran, tapi seringnya remote. Spesifik kerja mereka berdua tuh apa gak perlu dibahas karena bukan itu fokusnya. Di sini kita akan liat hari-hari mereka pacaran dari isi chat Beii ke haolovyu.
Semoga cintanya sampai. Cinta yang mudah, cinta yang menyenangkan, cinta yang layak kita semua dapatkan.
Part of an alternative universe on twitter.com/nulisinisilun (prolog)
0 notes
alterumnivers · 2 years ago
Text
Jindra
Mungkin cinta yang meledak-ledak itu nggak sehat. Dia besar sekali di awal lalu perlahan menghilang tanpa sisa, tanpa bekas. Mungkin itu yang dirasakan Kia waktu awal bertemu Jindra, produser musik yang sedang makan chicken boneless di sebelahnya. Di luar karyanya yang nyaris selalu laris di pasaran, Jindra hanya lelaki biasa, terlampau biasa. Kebiasaannya adalah enggan ke luar rumah, waktu luangnya dihabiskan untuk tidur atau menonton anime di kamar kalau bukan studio.
“gak sekalian bikin kamar di sini, Ji?” tanya Kia
“ini gedung kantor. Masa gue tinggal di kantor?”
“tapi waktu lo kan emang banyakan di sini, iya gak sih? Coba deh jam berapa lo biasanya sampe sini?”
yang ditanya berpikir sebentar, “tujuh? iya tujuh kayanya. sekalian gue lari pagi sama cari sarapan”
“terus pulang jam?”
“itu sih susah dipatokin, sesukanya aja. kalo lagi produksi gue bisa gak pulang tiga hari”, jawabnya sambil tertawa
“kan... udah kaya rumah, Ji, rumah lu juga gak terima sih kalo masih disebut rumah. saking tidak bergunanya”
“ya bukan rumah juga sih, gue ngekos”
“oh? gue pikir lo udah punya rumah sendiri? royalti lo yang banyak banget itu buat apa Ji?”
“hahaha gak sebanyak itu juga kali. ya, beliin nyokap rumah sih udah tapi kalo buat sendiri tar aja kali ya. Belum urgent, lagian bener yang lo bilang. Hidup gue banyakan di sini. Punya rumah malah gak keurus... sayang...”
“iya sayang?”
“HAHAHA Ki!! Ditonjok cowok lo dah nih gue”
Iya, Jindra tau Kia sudah punya pacar, tapi Jindra yang tidak punya pengalaman pacaran sama sekali tidak merasa aneh dengan hubungan mereka. Tidak merasa ada yang salah dari Kia yang selalu kembali berkunjung ke studionya, kadang untuk nonton anime yang sudah pernah ditonton seperti saat ini. Kadang untuk mengenyahkan “bosen banget, Ji, pengen liat lu mukul drum.” Kadang hanya mampir sebentar mengantarkan makanan atau kopi yang kebetulan dibeli searah dengan gedung kantornya. Kia bilang hanya sebatas itu, dan pacarnya tau jadi Jindra percaya saja.
“lo bawa mobil?”
“bawa, lo mau sekalian balik juga nggak?”
“serius nih?”
“lah ayo”
“sorry ya, Ki, gue gak bisa nyetir”
“gak penting gak bisa nyetir kalo punya saham exxon mah Ji”
“lah tau dari mana lo?”
“HAH? beneran?”
Jindra hanya tertawa. Setelah membereskan bekas makan mereka, Jindra mengulurkan tangan ke Kia, membantunya berdiri, yang tentu saja disambut hangat. Biasanya Kia jadi passanger princess bersama pacarnya. Hanya duduk cantik dari dan sampai tempat tujuan. Namun, menyetir untuk Jindra, sibuk melihat antara maps dan jalan, membagi perhatian antara kemudi dan laki-laki di sebelahnya dan ditatap dari kursi penumpang rupanya memberi kebahagiaan yang berbeda. Membuatnya dipenuhi rasa bangga karena berguna untuk seseorang. Membuatnya merasa diandalkan, dibutuhkan.
“Thanks, Kia. Semoga gak kapok nagnterin gue”
“Gak lah, Ji, apapun demi saham exxon”
“hahaha... hati-hati kia. boleh kabarin kalo udah sampe... rumah?”
“iya, rumah. oke gue kabarin nanti ya. see you ji”
0 notes
alterumnivers · 2 years ago
Text
ACT I
Isa: “Tante, ada nggak mama yang nggak sayang sama anaknya?"
Maya: “Kayaknya ada aja ya, Nak. Nggak semua orang capable jadi orang tua ya ‘kan? Tapi, Tante yakin mama kamu sayang sama kamu. Kayak Tante sayang sama si Migu Migu itu”
Migu: “Mama?!”
Maya: “Hehehe”
Isa: “Tante sayang Migu karena Migu itu Migu kali. Kalau anaknya Tante aku mungkin Tante juga nggak se-sayang itu hehe”
Maya: “Loh? Kenapa begitu menurut kamu?”
Isa: “Karena... aku nggak bisa diandelin kayak Migu? Aku nggak ada bisanya, Tante hehe. Aku nggak pinter-pinter amat, aku nggak bisa masak, aku bersih-bersih rumah juga basic banget. Enggak yang bikin rumah jadi kinclong hahaha”
[Maya mengelus rambut Isa]
Isa: “Kalau Migu kan bisa semuanya. Temen-temen kita tuh setiap kemah atau naik gunung atau aktivitas outdoor apapun selalu pengen bareng Migu, karena Migu bisa segalanya. Asalkan sama migu, dilepasin di hutan juga yakin bakal survive”
Migu: “Thanks pujiannya jadi enak”
Maya: “Tapi Migu kalau sama Tante tuh manja, Sa. Isa tau nggak?
[Isa menggelengkan kepala]
Maya: “Tante enggak liat tuh Migu yang kalau dilepas di hutan tetep bisa hidup. Hahaha. Tante liat migu kayak anak yang baru kemarin Tante lahirin, yang Tante gantiin popoknya, Tante cebokin, nyusahin deh”
Migu: "Maaa..."
Maya: “Tapi Tante sayang tuh sama Migu. Jadi, kayaknya salah ya, Nak, kalau kamu mikirnya Tante sayang Migu karena itu Migu. Kalau anak Tante Isa, Tante juga bakal sama sayangnya kayak yang Isa liat sekarang. Isa gak pernah salah karena udah jadi anak seseorang, Nak”
[Isa udh bercucuran air mata]
Maya: “Meskipun nggak semua orang sayang sama anaknya, menurut tante persentasenya cuma sedikit banget, Isa. Mungkin cuma satu persen. Karena yang memilih gugurin janin aja belum tentu karena nggak sayang ‘kan, Nak? Mungkin justru rasa sayang itu yang membuat mereka memilih untuk nggak melahirkan karena mereka tau mereka nggak capable untuk membesarkan anak itu, atau karena dokter menyarankan itu. Urusan berdosa atau enggak beda ya, Nak, sama kasih sayang. Soalnya sayang itu sendiri bentuknya banyak sekali, macem-macem, begitu juga cara orang menyampaikannya. Jadi, kalau Isa merasa nggak disayang bukan berarti mereka memang nggak sayang ya, dek. Bisa jadi bentuk cinta yang mereka kasih beda dari bentuk cinta yang Isa tau. Jadi, enggak nyampe deh kasih sayangnya, rasa cintanya. Isa bisa paham ini, Nak?”
[Isa ngangguk tapi ragu-ragu]
Maya: “Nggak apa pelan-pelan aja, sayang”
Isa: “Pasti seneng banget jadi Migu”
Maya: "Kenapa begitu?"
Isa: “Karena punya mama kayak Tante Maya. Kalau semua orang tua kayak Tante Maya pasti semua anak bakal jadi kayak Migu yang hangat, banyak bisanya, disayang orang-orang. Nggak kayak Isa”
Maya: “Emang ada yang bilang kalau Isa nggak bisa apa-apa?”
[Isa tidak bisa menjawab, dia gigit bibirnya]
Maya: "Terus kenapa Isa bisa berpikir begitu, Nak?"
Isa: "Isa cuma ngerasa gitu. Nggak tau kenapanya"
Maya: “Kalau itu adanya di perasaan Isa, di asumsi Isa, coba dikelola lagi ya sayang. Perlu dicari tau kenapa ya kok Isa bisa berpikir begitu? Kenapa Isa merasakan seperti itu? Biar bisa menyelesaikan masalah ‘kan harus tau dulu masalahnya apa. Tapi, nggak apa, enggak perlu buru-buru, nggak harus selesai sekarang juga. Yang penting Isa aware dulu kalau ada yang salah dengan hal itu. Kalau hal itu bukan fakta, ok?”
[Isa mengangguk yakin. Maya memeluk Isa dengan erat untuk beberapa saat. Lalu melepasnya dan tertawa melihat ke arah Migu]
Maya: “Migu nangis tuh, Sa. Lihat deh, jelek masa hahaha”
[Isa melihat Migu yang pipinya basah dengan air mata dan hidungnya diremas untuk menghalangi ingus. Isa tersenyum sekilas sebelum ikut menertawakan Migu]
0 notes
alterumnivers · 2 years ago
Text
Aku menceritakan pada Eisa tentang janjiku kalau jadi ibu aku akan sering bilang tolong, maaf, dan terima kasih ke anakku. Hal-hal seperti,
"Tolong bantu ibu siapin makan ya kak"
"Maaf ya kakak ibu repotin minta tolong begini"
"Makasih ya kak udah bantu ibu, udah jadi anak ibu"
Tentang aku yang akan aktif menanyakan perasaan anakku, keinginannya, kebutuhannya. Aku yang akan sering bertanya apakah dia nyaman dengan perlakuanku. Apa yang dia harapkan dariku sebagai ibu.
Aku yang tidak akan membiarkan dia pulang dari manapun terlalu malam dan sendirian (kecuali dia yang minta). Aku akan selalu menyampaikan betapa sayangnya aku padanya dan bersyukur karena memiliknya sebagai anakku.
Eisa menyimak dengan hikmat, menatapku penuh arti, dan mengulas sebuah simpul serta kesimpulan,
"So you'll be the good mom ever then. Don't you think?"
tapi aku tidak setuju,
"It's all in my imagination, Sa. The reality is i never know how it feels. So, how do i know how to be?"
0 notes
alterumnivers · 3 years ago
Text
Tumblr media Tumblr media
0 notes