Tumgik
amirfiqih-blog · 5 years
Photo
Tumblr media
Warung kopi sebagai ruang kelas kedua bagi kami. Proses kedewasaan pemikiran terasah juga disana. Waktu yang dihabiskan melebihi waktu dikelas perkuliahan. Tapi tidak selamanya begitu, Satu persatu diantara kami akan meninggalkan jogja, mungkin ada juga yang akan menetap. ~Edisi Perpisahan dengan Mbak @fullahjm di kantor kopigenk (di Kopigenk) https://www.instagram.com/p/Bsm_WbSAiql/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=13i608ku9d710
0 notes
amirfiqih-blog · 5 years
Text
Ruang kerja fleksibel, idaman anak muda
Tumblr media
Bisa dikroscek, hampir sebagian anak muda mengidamkan pekerjaan yang santai, fleksibel dan bisa dilakukan dimana saja. Apapun jenis tempatnya.
Di jogjakarta, mungkin di daerah-daerah lain juga, pilihan tempat itu tertuju ke kedai kopi (Warkop).
Warung kopi tidak hanya menjadi tempat untuk nongkrong bareng, karena apapun jenis pekerjaan yang berkaitan dengan Media dan gadget, bahkan aktifitas bertukar pendapat, bisa dilakukan ditempat itu.
Warung kopi sudah menjadi tempat tinggal kedua setelah kos. Dan menjadi pilihan tepat untuk menghabiskan waktu.
Maka tidak heran semakin kesini, jumlah warung kopi di Jogjakarta semakin bertambah.
Kalau sahabat pernah berkunjung ke UIN jogja dan sekitarnya, cobalah mampir ke sebuah kawasan yang bernama Kebunlaras. Bagi mahasiswa setempat, kawasan itu tidaklah asing.
Selain letaknya di area permukiman mahasiswa, harga menunya tidak setara dengan kopishop ternama. Itu yang menyebabkan Warung kopi tidak pernah kosong penghuni sepanjang hari.
Dilain tempat, mungkin saja seseorang akan mendapati pertanyaan demikian.
“Kerja Dimana?”.
“Warung Kopi”
“Jadi Barista?”
Tidak, Cuma numpang meja, dan membeli secangkir kopi, numpang wifi, dan aliran listrik”.
Sontak orang yang tidak mengetahui kondisi sebenarnya, akan mengira yang menjawab demikian adalah pengangguran.
Padahal belum tentu, seorang pekerja kreatif, tidak membutuhkan aturan kerja, ruangan kantor, atau gaji pokok. Yang penting bekerja sesuai target dan sesuai pesanan.
Maka dari itu, pekerjaan seperti itu mungkin bisa jadi idaman anak muda. Apalagi kerjanya sesuai hobi.
Misal ada yang hobi dalam literasi, dia bisa saja melakukan hal itu di warung kopi. Desain gra(t)fis, videomaker, atau pekerjaan lainnya yang hanya membutuhkan ide dan sebuah gadget.
Lagi-lagi warung kopi bisa menjadi pilihan tepat. Seperti seorang teman yang pernah mendeklarasikan bahwa kantor saya di Kopigenk (sebuah warung kopi di jalan sorowajan), padahal secara ikatan kerja, beliau tidak ada hubungannya dengan bisnis tersebut.
Dari sini, kita bisa melihat fenomena yang tampak, bahwa bekerja (yang menghasilkan uang) tidak selamanya membutuhkan kantor dinas yang kaya fasilitas, dan perekrutan yang ketat juga sarat administratif. Asal memiliki keahlian pada bidang tertentu, dan memiliki jejaring informasi pemasaran untuk menawarkan jasanya tersebut.
Warung kopi, atau tempat-tempat santai lainnya, bisa menjadi ruang dinasnya tersendiri. Bekerja bukan soal kita punya jabatan apa, tapi ide cemerlang yang laku di pasar. Keahlian berkualitas yang sarat persaingan. Dan satu hal lagi, jangan mencela segala bentuk pekerjaan.
Blandongan, 29 Desember 2019
2 notes · View notes