Text
Tulisan : Berawal dari Pikiran
Usahamu untuk mengubah hidupmu berangkat dari pikiranmu. Karena semua cara pandangmu terhadap dunia ini ada di sana. Caramu melihat masalah pun ada di sana.
Keberanian yang kamu kira berasal dari persiapan, bisa jadi berangkat dari anggapanmu bahwa masalah itu bukanlah masalah. Tantangan besar itu, kamu tidak tahu jika itu sebesar itu.
Ketakutan yang ada di dalam pikiranmu, sebagian besar tidak nyata. Sehingga tidak perlu kamu hadapi. Karena, kamu tahu bahwa masalah itu tidak ada. Hanya mengada-ngada.
Kamu tahu, bahwa pikiranmu adalah hal yang harus kamu kendalikan. Karena liarnya membawamu pada ketakutan dan keberanian yang amat tipis jaraknya. Pada masa depan dan masa lalu, yang bagaimanapun kamu mau mengendalikannya, kamu sadar bahwa kamu hanya bisa mengendalikan dirimu di hari ini.
Esok saat kamu bertemu seseorang. Periksa dengan cermat isi pikirannya, karena di sanalah nanti kamu akan menetap lama. Apakah kamu mau tinggal di sana? (c)kurniawangunadi
144 notes
·
View notes
Text
Mengapa Aku Percaya Peta Emosional Manusia Dipenuhi Jalan Buntu dan Itu Tidak Apa-Apa
Aku pernah mencoba menggambar peta emosiku sendiri.
Kupikir awalnya akan sesederhana satu garis lurus dari Senang ke Bahagia, belok sedikit ke kanan ke arah Bangga, lalu tikungan kecil menuju Syukur.
Ternyata tidak. Peta itu seperti jalanan di kota tua yang dibangun acak. Ada gang buntu bernama “mengapa dulu aku begitu?”, lorong sempit yang bau apek bernama “mengapa dia pergi?” dan bundaran tak berujung tempat mobil-mobil pikiran terus berputar tanpa pernah keluar dari "kalau saja waktu itu…"
Lucunya, meski diberi kompas, arah utara masih bisa berubah setiap kali aku galau. Kadang utara menunjuk ke tempat tidur, kadang ke chat yang belum dibalas, kadang ke lemari tempatku menyimpan semua “aku gapapa” yang kulempar asal.
Semua orang sibuk mengejar ujung, sedang aku banyak waktu tersasar di jalan yang fungsinya cuma jadi tempat menghela napas, dengan satu-satunya keputusan sehat hari itu adalah tidak melakukan apa-apa. Cuma dengan mendengarkan detak jantungku sendiri sambil nanya, "kamu masih di situ, kan?"
Jadi kupikir, mungkin peta emosionalku memang dirancang seperti itu. Karena kalau aku tahu semua jawabannya, aku tidak akan pernah menengok ke lorong sunyi di dalam kepalaku lagi untuk sekadar bertanya, “kamu apa kabar?"
79 notes
·
View notes
Text
harus saling
dua orang yang menikah nggak bisa hanya sama-sama. prinsipnya adalah juga harus ✨saling✨.
nggak bisa hanya sama-sama mencintai. karena itu artinya bisa saja... dia mencintai Allah. mencintaimu. mencintai anak-anakmu. sementara kamu, hanya mencintai dirimu sendiri.
nggak bisa hanya sama-sama berjuang. karena itu artinya bisa saja... dia berjuang untuk keluarga. untuk masa depan. sementara kamu, hanya berjuang untuk kesenanganmu sendiri.
nggak bisa hanya sama-sama mendukung. karena itu artinya bisa saja... dia mendukungmu. membela semua cita-citamu. sementara kamu, hanya mendukung yang enak untukmu sendiri.
nggak bisa hanya sama-sama memaafkan. karena itu artinya bisa saja... dia selalu memaafkanmu. menerimamu pulang. sementara kamu, hanya memaafkan kesalahanmu untuk mengulanginya lagi.
kamu dan dia harus saling. saling mencintai. saling memperjuangkan. saling mendukung. saling memaafkan. saling yang tidak berhenti pada saling menyayangi saja. saling yang terus-menerus.
bukankah itu yang Allah ajarkan? saling mengingatkan dalam kebaikan. saling menasihati dalam kebenaran.
202 notes
·
View notes
Text
Pulang, bagi sebagian orang, adalah rumah. Bagi sebagian lainnya, ia cuma kata—terdengar manis, tapi terasa jauh.
Ada yang pulang ke tempat yang penuh, dan merasa lengkap.
Ada pula yang pulang, tapi justru makin sepi.
Karena ternyata, yang kita cari dari pulang bukan sekadar pintu dan tembok,
melainkan rasa: diterima, cukup, dan tidak sia-sia.
Semakin dewasa, semakin asing kata itu di telinga, ya?
Rumah masa kecil perlahan jadi museum kenangan—penuh bingkai, tapi tak lagi hidup.
Sementara rumah hari ini kadang hanya tempat singgah,
tempat tubuh tidur tapi hati tak betah diam.
Kita berpindah—dari satu kota ke kota lain,
dari satu pelukan ke pelukan lain,
menenteng rindu yang tidak tahu entah di mana.
Berharap ada yang terasa seperti rumah,
tapi nyatanya ... yang kita temui hanya ruang-ruang asing
yang tak mengerti bahasa tangis.
Mungkin karena kita lupa,
pulang tak selalu soal ke mana kaki kembali,
tapi .... siapa yang membuat dada tenang.
Kadang ia berupa suara Ibu dari pawon—
menggoreng tempe, sambil bersenandung sajak yang tak selesai.
Kadang ia datang sebagai aroma tanah selepas hujan,
atau ucapan sederhana dari seorang teman lama,
yang cuma bilang, “Nggak apa-apa, kamu capek ya?”
Dan kadang, pulang bukan tentang kembali,
tapi tentang berhenti sebentar dari berlari.
Membiarkan diri duduk di kursi paling sunyi,
menyeduh lelah, dan berkata pelan:
“Aku ingin diam dulu. Tanpa perlu menjelaskan apa-apa.”
Karena lelah kita sering datang bukan dari dunia,
tapi dari upaya keras menjadi kuat di depan orang-orang
yang tak pernah benar-benar mendengarkan.
Maka dari semua perjalanan,
yang paling senyap adalah perjalanan pulang ke dalam diri sendiri.
Ke ruang yang tak menghakimi,
tempat di mana kita boleh menangis tanpa takut ditinggal,
boleh salah tanpa harus sembunyi.
Sebab pada akhirnya, rasa pulang adalah tentang damai.
Tentang bernapas tanpa rasa bersalah.
Tentang tahu, meski tak ada yang menunggu di ujung jalan,
kita masih bisa menyambut diri sendiri,
dan berkata:
“Alhamdulillaah 'ala kulli haal.”
126 notes
·
View notes
Text
Doa yang Mengawali Segalanya
Sebelum aku hadir ke dunia, kalian sudah memanggil namaku dalam setiap doa.
Bukan karena aku istimewa, tapi karena kalian berharap—kelak, aku menjadi titipan yang tak kalian sia-siakan. Kalian menengadahkan tangan, berharap satu hal sederhana: agar anak yang lahir dari kalian, bisa membawa kebaikan. Bisa tumbuh dengan akhlak, dengan cinta, dan dengan keteguhan hati. Bahkan sebelum aku punya wujud, kalian sudah menyebutku: “anakku.”
Aku tidak tahu seperti apa wajah kalian saat berdoa kala itu. Tapi aku yakin, ada harapan besar yang kalian sematkan. Harapan yang tak pernah kalian ucapkan dengan keras, namun begitu nyata dalam cara kalian menyambutku.
Aku bukan hadiah. Aku adalah amanah. Dan kalian memilih untuk menjaga, bukan hanya menerima.
Hari ini, aku menulis ini bukan karena aku sudah pantas dibanggakan. Tapi karena aku ingin mengenang bahwa segalanya dimulai dari doa. Doa yang kalian panjatkan bukan sekali, tapi berkali-kali. Doa yang kelak ingin kutepati lewat caraku mencintai kalian.
30 notes
·
View notes
Text
Ujian memang tidak pernah pandai memilih waktu.
Ia datang begitu saja, tidak peduli apakah kemarin baru saja selesai, tidak menunggu sampai tubuh sempat menghela napas, atau sekadar menutup mata sejenak. Seringkali, ia datang bertumpukan.
Dan meski kita sering mendengar kalimat, “Allah tidak akan menguji hamba-Nya di luar batas kemampuannya”, nyatanya tidak semudah itu untuk langsung percaya.
Tidak serta-merta hati tenang hanya karena kata “sabar” atau janji pahala besar. Karena yang datang lebih dulu justru kecewa, marah, dan lelah yang tak sempat tertata. Tapi kali ini, aku hanya bisa tersenyum getir.
Minggu lalu aku opname 4 hari. Minggu ini, Ibu yang harus dirawat untuk operasi tumor jinak di mulut. Rasanya baru Rabu kemarin aku angkut alat tidur dari kamar rumah sakit. Hari ini sudah menggelar lagi perlengkapan yang sama, di rumah sakit.
Tidak ada yang pernah meminta semua ini terjadi. Tapi mungkin Allah sedang menguji sejauh mana kedekatan kami. Bagaimana rasanya ketika satu sama lain saling tak berdaya. Dan ternyata, keluarga kami tak jauh berbeda dari keluarga lain.
Dalam keadaan genting, hal-hal paling manusiawi mulai tampak, kepedulian yang tumbuh diam-diam, kasih sayang yang akhirnya berani menyapa, kesabaran yang diuji dalam diam, doa-doa lirih yang tulus, dan uluran tangan yang tak hanya menyuapi tapi juga menenangkan. Perlahan, semua itu mencairkan dingin yang lama membungkus keluarga kami, seolah sakit adalah cara Tuhan mempertemukan hati yang sempat jauh.
11 notes
·
View notes
Text
50
Kamu tidak selamanya harus membuat orang lain senang, tetapi kamu bisa membuat Allah senang kepadamu.
Apa yang akan kita lakukan jika keluarga atau kerabat dekat kita sedang kesusahan? Tentunya hati kita akan merespon cepat untuk membantunya. Kasus sederhana jika ada teman kita meminta bantuan seperti menyelesaikan tugas-tugas kuliah atau tugas pekerjaan, kita akan merespon untuk membantunya dengan tenaga kita. Lalu? Apa respon mereka setelah di bantu oleh kita? Oh, tentu saja mereka akan bahagia. Kita akan mendapatkan senyum atau tawa yang bertanda sinyal bahagia dari mereka. Sedangkan kita? Tentu saja kita juga akan bahagia jika melihat kerabat kita senang. Tetapi masalahnya adalah apakah kita bisa membuat mereka bahagia selalu? Jawabannya tidak. Kita tidak akan sanggup. Kita mempunyai keterbatasan tertentu. Contoh kasus lain adalah ketika kerabat atau teman kita membutuhkan uang dengan nominal tiga juta misalnya, lalu dia meminta bantuan kepada kita tetapi kita hanya sanggup satu juta. Maka apa yang akan terjadi? Mungkin teman kita bisa senang atau ada rasa kekecewaan dikarenakan kita tidak bisa memenuhi apa yang dia minta. Dalam kasus tersebut maupun contoh lainnya kita memang tidak bisa membuat orang lain selalu bahagia oleh kita. Tetapi beda dengan Allah. Allah akan bahagia jika kita membantu orang lain. Semakin membantu, Allah semakin senang. Ga percaya? Nih aku kasih hadits nya! “Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya, selama hamba tersebut menolong saudaranya.” (HR. Muslim) Kita di tolong keluarga atau teman senangnya minta ampun bukan main. Tapi bisa ngebayangin ga sih di tolong sama Allah? Dia yang memberikan kita kehidupan, kenikmata, bahagia, tawa dan masih banyak lagi! Selain di tolong Allah, Allah juga senang kepada kita dikarenakan kita memudahkan urusan orang lain. Semakin banyak menolong semakin Allah senang. Meskipun kita hanya sedikit kepada mereka! Allah tetap memberikan apresiasi yang besar kepada kita, dikarenakan Allah menilai niat dan proses untuk membantu mereka. Jadi untukmu yang membaca tulisan ini! Kamu tidak selamanya membuat orang lain bahagia akan tetapi kamu bisa membuat Allah senang.
Rancaekek, 02-06-2025
37 notes
·
View notes
Text
Mengapa pernikahan seringkali menjadi topik yang tabu untuk dibahas?
Banyak orang yang merasa tidak nyaman membicarakan atau menulis tentang pernikahan karena takut dianggap terlalu bersemangat atau bahkan "kebelet" untuk menikah.
Ini by data, kata teman, merasa malu untuk membahas atau memposting tentang pernikahan di media sosial. Bahkan, membaca buku tentang pernikahan pun sering kali dianggap sebagai sesuatu yang bisa ditunda hingga waktu yang lebih tepat.
Jujur saja, aku masih belum sepenuhnya nyaman membagikan apa yang sudah kupelajari tentang persiapan pra-nikah dari berbagai sumber seperti kajian, podcast, dan buku. Namun, aku sudah mencapai titik di mana aku menyadari pentingnya membahas topik ini lebih awal.
"Sist, membicarakan tentang pernikahan sudah waktunya, kita harus belajar jauh-jauh hari." Meskipun realita di masa depan tidak bisa diprediksi, tapi setidaknya ilmunya sudah disiapkan. Dengan demikian, kita bisa lebih siap dan percaya diri dalam menghadapi tantangan pernikahan nanti.
Kupikir perlu ada perubahan mindset agar pernikahan bisa dibahas secara terbuka dan sehat, tanpa takut dihakimi atau dianggap 'belum waktunya'. Dengan membahas pernikahan secara terbuka, kita bisa mendapatkan pengetahuan dan perspektif yang lebih luas tentang bagaimana membangun rumah tangga yang bahagia dan harmonis.
18 Juni 2025
4 notes
·
View notes
Text
"Kamu tidak tertinggal, kamu sedang mengambil nafas. Kamu tidak terlambat, kamu sedang dipersiapkan."
- repost seseorang yang semoga Allaah menjaganya
107 notes
·
View notes
Text
FITRAH BASED EDUCATION (FBE)
Dari sekian banyak metode parenting, pengasuhan selaras fitrah akhir-akhir ini saya banyak belajar dari Teh @ikmahr .
Disclaimer, ini pandangan seorang yg lagi belajar parenting dan belum benar-benar praktik ✌️
Sama seperti 'metode pembelajaran' di sekolah, metode-metode pengasuhan yang ada sebenarnya sudah diterapkan para orang tua, hanya saja di dunia keilmuan namanya sangat bermacam-macam. Dan metode yg ada sangat bisa mix and match untuk hasil pengasuhan terbaik.
Dan Metode Fitrah Based Education (FBE) yg digagas oleh Harry Santosa, wajib banget paham dan ada di setiap rumah.
Dari video, sebenarnya materi ini kali pertama saya dapat dari Teh Pepew @febriantialmeera , bisa dibilang awal aku suka pengasuhan fitrah semenjak ngikutin Teh Pepew ini, yg basednya tentang 'luka pengasuhan.'
Dan ini satu materi dasar FBE dari podcast Teh Ikma di The Sungkars channel :
1. Usia 0–2 tahun
Pada tahap ini, anak—baik laki-laki maupun perempuan—didekatkan terlebih dahulu dengan ibu. Hal ini berkaitan dengan kebutuhan ASI dan ikatan emosional awal.
2. Usia 3–6 tahun
Anak mulai didekatkan kepada kedua orang tua. Dari ayah, anak memperoleh “suplai” maskulinitas; dari ibu, “suplai” femininitas. Tujuannya agar anak dekat dengan keduanya dan kedua orang tua dapat saling mengawasi perkembangan perilaku anak. Selain itu juga agar anak paham bahwa di dunia ini hanya ada 2 jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan.
3. Usia 7–10 tahun
Pada fase ini, pengasuhan disesuaikan dengan jenis kelamin anak. Anak laki-laki lebih banyak berinteraksi dengan ayah untuk memahami peran keayahan, sedangkan anak perempuan lebih banyak bersama ibu untuk memahami peran keibuan. Pendekatan ini juga dimaksudkan sebagai langkah preventif agar anak tidak menyimpang ke orientasi seksual yang tidak sesuai dengan fitrah.
4. Usia 11–14 tahun
Anak mengalami fase lintas-gender dalam pengasuhan. Anak laki-laki kembali didorong berinteraksi lebih intens dengan ibu, agar memahami cara bersikap yang baik kepada perempuan. Sebaliknya, anak perempuan lebih banyak berinteraksi dengan ayah, agar merasa cintanya terpenuhi oleh sosok laki-laki di dalam rumahnya.
Barakallaahu fiikum🌷
#FBE
5 notes
·
View notes
Text
WANITA YANG DIRINDU SURGA

Pemateri : Ustadzah Meti Astuti., S.EI, M.EK
Notulensi : Annisa N
LAKI-LAKI dan WANITA di HADAPAN SYARIAH ISLAM
Islam adalah agama yang sempurna dan telah menyamakan serta membedakan aspek laki-laki dan wanita.
Di dalam Islam kedudukan laki-laki dan perempuan yang membedakan yaitu kualitas iman dan ketakwaan.
LAKI-LAKI DAN WANITA DENGAN PERINTAH UMUM SEBAGAI MANUSIA
Perintah puasa (QS. Al-Baqarah:183)
Perintah sholat dan zakat (QS. Al-Baqarah:110)
Larangan menimbun emas dan perak (At Taubah)
Larangan riba dan zina, dll
LAKI-LAKI DAN WANITA DENGAN PERINTAH KHUSUS SEBAGAI LAKI-LAKI DAN WANITA
Perintah jilbab dan khimar yang dikhususkan kepada wanita
Kepemimpinan dalam rumahtangga yang dikhususkan kepada laki-laki
Hukum perwalian anak, hukum waris (sangat bergantung seruannya)
ISLAM MEMULIAKAN WANITA
"al-ashlu fi al-mar'ah annaha umm(un) wa rabbatu bayt(in) wa hiya 'irdh(un) yajibu an yushana
(Hukum asal perempuan adalah sebagai ibu dan pengtur rumahtangga dan ia adalah kehormatan yang harus dijaga)
POSISI STRATEGIS IBU
Madrasah Ula pendidik pertama dan utama bagi anak (Pendidik utama dalam mencetak generasi yang unggul)
Sahabat suami, istri shalihah, team yang menguatkan (memberikan dukungan kepada suami dan lingkungan)
Tiang negara sebagai pejuang, ilmuwan, politisi (berkontribusi untuk umat dengan syarat pekerjaan rumah harus tuntas)
JAMINAN ISLAM BAGI TERLAKSANANYA FUNGSI KE-IBUAN
Rukhshos bagi ibu hamil dan menyusui
Ibu tidak wajib shalat berjamaah di masjid, bekerja, jihad
Islam memberikan hak nafkah bagi ibu
Mendapatkan hak perlakuan secara baik
ISLAM MEMERINTAHKAN
Suami memperlakukan Istri secara baik
"Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut. Jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya." (QS. An-Nisa:19)
Laki-laki/wali untuk bekerja menafkahi keluarganya
"…kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang makruf…" (QS. Al-Baqarah:233)
CARA ISLAM MENJAMIN NAFKAH IBU
Jika ayah atau suami tidak ada atau tidak mampu, maka ahli waris wajib menafkasi para ibu (QS Al-baqarah:233)
Jika tidak ada ahli waris, maka negara wajib menanggung kebutuhan para ibu.
Jika di Baitul Maal tidak ada harta sama sekali, maka kewajiban menafkahi orang miskin beralih ke kaum muslimin secara kolektif.
KEMULIAAN SEORANG IBU
Telah menceritakan kepada kami Bahaz bin Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya radhiyallahuanhum, ia berkata "Saya bertanya wahai Rasulullah, kepada siapa saya berbuat baik ?" Nabi menjawab "kepada ibumu". Aku berkata "setelah itu?" "Kepada ibumu". Aku berkata "setelah itu?" "kepada ibumu.". Aku berkata "setelah itu?" "kepada ayahmu, kemudian karib kerabat yang terdekat dan seterusnya." (HR. Bukhari dan Ibnu Majah)
KIPRAH WANITA DI MASYARAKAT
Raihlah pahala dimana saja Allah letakkan
Berkiprah sebagai Ummu wa Rabbatul Bait yang mendidik generasi penerus dan juga sebagai ilmuwan, politisi, mengurus urusan umat dan peduli terhadap lingkungan.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassallam bersabda,
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia." (HR. Ahmad, Ath-Thabrani, Ad-Daruqutni. Hadis ini dihasankan oleh Al-Albani di dalam Shahihul Jami' No.3289)
🍁🍁
الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُۙ
Artinya : "Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun." (QS. Al-Mulk:2)
MERAIH SURGA SEBAGAI ISTRI
"dan laki-laki itu adalah pemimpin bagi wanita." (QS. An-Nisa : 34)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda "kalu aku boleh memerintahkan seseorang untuk bersujud kepada orang lain, maka aku akan memerintahkan para istri untuk sujud kepada suaminya, disebabkan karena Allah telah menetapkan hak bagi para suami atas mereka (para istri)." (HR. Abu Dawud, Tirmidzi ia berkata, "hadis hasan shahih." Dinyatakan shahih oleh Syeikh Albani)
Suatu hari Rasulullah shallallahu alaihi wasalam pernah bersabda bahwa beliau melihat wanita adalah penghunu neraka terbanyak. Seorang wanita pun bertanya kepada beliau mengapa demikian ? Rasulullah pun menjawab "bahwa diantaranya karena banyak wanita yang durhaka kepada suaminya." (HR Bukhari Muslim)
Ketaatan istri pada suami adalah jaminan surganya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda "jika seorang wanita melaksanakan sholat lima waktunya, melaksanakan shaum pada bulannya, menjaga kemaluannya dan menaati suaminya, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja ia kehendaki." (HR. Ibnu Hibban dalam shahihnya)
WANITA-WANITA MULIA DIMASA KEEMASAN ISLAM DAN PERANNYA
Khadijah RA, Pembisnis sukses dan membantu dakwah Rasulullah
Aisyah RA, Ahli ilmu, perawi hadis dan pengingat yang sangat kuat
Nusaibah binti Kaab, Wanita pembaiat Rasul pada bait aqobah 2 dan ikut perang uhud
As-Syifa, hakim di pasar pada masa Khalifah Umar bin Khatab
Lubna Cordova, Ahli matematika, sastra dan memimpin perpuastakaan dengan 500.000 buku pada masa kekhalifahan Umayyah
Zainab binti Ahmad, Pengajar mahzab Hambali dan pengajar sanad Bukhori, Muslim, Tirmidzi
Hafsah binti Sirin, hafidzah Al-Quran dan ahli dalam ilmu Faroidh, ilmu nahwu, ilmu fiqih mahzab syafi'i dan cabang ilmu lain
PELAJARAN DARI PARA WANITA AHLI SURGA
Pemuka wanita ahli surga ada empat "Maryam binti Imran, Fatimah binti Rasulullah, Khadijah binti Khuwailid dan Asiyah" (HR Muslim)
Maryam yang berarti wanita yang taat beribadah, disebut dalam Al-Quran sebanyak 34 kali dan terbagi dalam 11 surat, bahkan sebuah surat menggunakan nama Maryam
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda kepada Fatimah "Tidakkah engkau senang jika engkau menjadi penghulu wanita seluruh alam"
"Ya Rabb-ku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya dan selamatkan aku dari kaum yang zhalim." (QS At Tahrim : 11)
Jadikanlah dunia sebaik-baik tempat mencari bekal untuk pulang ke kampung akhirat kita dan sebagai perempuan ada begitu banyak peran yang bisa dilakukan. Dengan itu InsyaAllah surga dapat kita masuki dari pintu manapun.
Selamat memberikan kebermanfaatn bagi semesta dengan bidang apapun yang dikuasai dan jadikanlah peran sebagai ibu, istri dan pengatur rumah tangga sebagai peran terbaik yang dipersembahkan kepada suami dan keluarga.
_____
Muslimah Inspirer|Start with Bismillah
Tangerang Selatan, 26 Nopember 2022
9 notes
·
View notes
Text
Nak konsep tertinggi dalam rumah tangga bukanlah cinta, tatapi melebihi dari cinta yaitu rasa saling membutuhkan untuk saling beribadah kepada Allah. Karena cinta itu mudah berubah. Jadi Semoga orang yang engkau nikahi adalah orang yang selalu kamu butuhkan untuk beribadah. Seorang istri tidak akan masuk syurga kecuali dengan Ridho suaminya. Begitu pula seorang suami tidak akan semua masuk syurga kecuali mendapatkan penasehat terbaik untuk dirinya yaitu istri yang shalihah.
Jadi ibu Harap, kamu bukan saja menjadi anak yang Sholihah tetapi juga istri yang shalihah. Perbaiki niat, dan ikhtiar yang benar agar kelak dipertemukan dengan cara terbaik dan penuh dengan keberkahannya.
Suara seorang ibu diujung telefon hari ini...
40 notes
·
View notes
Text
#19 Menjadi Orang Tua
Sebuah nasehat indah, meski mungkin ada sebagian dari kita yang masih jauh memikirkannya.
Jangan cuma jadi orangtua biologis untuk seorang anak, tapi berusaha, berdoa dan berharaplah agar Allah pantaskan dan izinkan menjadi orangtua biologis sekaligus ideologis bagi seorang anak bahkan bila perlu anak cucu kita nanti.
Karena anak yang shalih dan shalihah adalah aset berharga, didunia maupun akhirat kita.
Bahkan walau kita saat ini masih sendiri, masih sibuk dengan hal-hal tentang diri sendiri, jangan pernah berhenti untuk berharap.
Agar kelak Allah pantaskan kita menjadi orangtua yang baik, dan mendapatkan keturunan yang shalih dan shalihah.
Tak ada yang lebih berharga daripada mendapatkan keturunan yang shalih dan shalihah. Impian yang indah, benar-benar indah...
Seperti Nabi Ibrahim yang slalu berdo'a untuk anak cucunya...
"Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku." (QS Ibrahim: 40)
Hingga pada akhirnya Allah menganugerahi beliau anak keturunan yang shalih dan shalihah. Hingga beliau dijuluki bapaknya Para Nabi.
Tidakkah kita ingin? meski diri ini mungkin masih jauh dari kesempurnaan?.
Tapi tak berhenti berharap, berdo'a dan berusaha.
Agar Allah pantaskan, agar Allah mudahkan untuk mendapatkan keturunan shalih dan shalihah?.
Karena warisan terbaik adalah anak shalih dan shalihah, segala amalan bakal terputus, dan salah satu yang tak akan terputus adalah anak yang shalih dan shalihah.
Jangan hanya berharap mendapat pasangan yang shalih atau shalihah. Tapi berharaplah lebih, mendapatkan keturunan yang shalih dan shalihah, anak cucu keturunan kita kelak. Yang akan jadi pewaris kebaikan sepanjang hayat. Karena anak shalih dan shalihah adalah warisan dari orangtua yang shalih dan shalihah pula.
Jadi siapkah untuk memantaskan untuk menjadi orangtua? yang bukan hanya sekedar orangtua biologis, tetapi juga orangtua ideologis bagi anak keturunan kita kelak?
Ditulis di malam ke dua puluh satu Syawwal 1441 H
Ditulis di Cilacap, 12 Juni 2020 (23.57)
6 notes
·
View notes
Text
Aku tidak risau tentang diriku yang akan menjadi apa di masa depan, setelah ini, setelah semuanya selesai. Karena menurutku, belajar tidak berhenti hanya karena diri telah sarjana pun ketika tidak bergelar sarjana, dan sarjana tidak berarti menuntut kita para muslimah wajib bekerja. Ini tergantung pola pikir individu, dan seharusnya setiap individu berorientasi pada Islam.
Aku tidak risau karena masa depan bukan urusanku, itu bukan hakku, ditangan yang Maha Kuasa lah yang berhak menentukan, toh akupun belum tau apakah sampai pada yang dimimpi kelak di masa depan, atau, siapa tau lebih dulu kehabisan waktu dan dijemput kematian, tidak ada yang mengetahui.
Daripada risau tentang masa depan, memikirkan apa yang di luar kuasa, aku lebih risau perihal apa saja yang aku lakukan dalam berjalan ke masa depan. Karena menjadi yang diinginkan belum tentu terjadi, maka lebih baik melakukan apa yang sudah pasti; pasti dihisab, pasti dicatat. Iya, kita belum tentu pasti menjadi Guru, PNS, dan hal lainnya, belum tentu bekerja ditempat yang diidam-idamkan, karena kenyataan, semuanya telah Allah atur dengan baik. Yang pasti, adalah langkah kita hari ini. Hasil akhir adalah bonus, yang terpenting adalah bagaimana menjalani hari-hari menjemput cita-cita itu dipenuhi keberkahan. Bagaimana memanfaatkan uang yang diberikan oleh orang tua mengangkat derajatnya dihadapan Allah. Bagaimana pahala kita belajar sampai pada orang tua kita. Bagaimana keseharian kita diliputi amal sholeh bukan hanya fokus ingin menjadi apa.
Bukan suatu hal yang salah. Tetapi, bagi seorang wanita, karier terbaiknya adalah ketika ia dapat membuat nyaman rumah, mendidik anak menjadi sholih dan shalihah. Membuat ilmu yang ada pada dirinya semakin menyadari peran apa yang seharusnya dilakukan seorang wanita. Bukan hanya mencari kejayaan dan mengumpulkan banyak harta.
Maka, bercita-citalah yang tinggi tanpa melanggar syariat Islam. Bercita-citalah yang tinggi tapi pertimbangkan mana cita-cita yang Allah ridho, dan mana cita-cita yang hanya ingin membuat ridho manusia.
Jika suatu hari suamimu menyuruhmu diam di rumah, sementara engkau sudah S3 dan kariermu melonjak, mana kiranya yang akan kau pilih? Jika suatu hari kau sibuk bekerja sehingga tak ada waktu anakmu, maka mana yang akan kau pilih? Pendidikan anak yang akan kau tuai buahnya di akhirat, dan ini lebih baik daripada karier dan hartamu, ataukah tetap pekerjaanmu demi tabunganmu yang harus cukup?
19 notes
·
View notes