anezkhalisha-blog
anezkhalisha-blog
Anez Khalisha
36 posts
Hanya Seorang Hamba yang Masih Terbata Mengeja Mau-Nya
Don't wanna be here? Send us removal request.
anezkhalisha-blog · 8 years ago
Text
Catatan Hati Jomblo Aku memutuskan untuk melepas, karena memang sejatinya kami tak pernah saling terikat. Sejak mula aku hanya berniat agar ia tau siapa sebenarnya aku, maka terlalu berlebihan jika akhirnya aku berharap. Sejak mula, dia bukan siapa-siapa bagiku, lalu knp aku harus merasa kehilangan? Dia milik Allah, begitu juga aku. Allah yg lebih berhak menentukan apa yang akan diberikan untuknya dan untukku. Dan tentang keyakinanku yang pernah ada, bisa jadi itu adalah sebuah kesalahan. Siapalah aku, hingga bisa yakin akan benarnya kata hati? Aku masihlah hamba yag berkubang maksiat, masih sering lalai dari taat. Maka aku putuskan untuk melupa akan yakin yg sempat aku rasa. Aku takut, aku mendahului kehendak-Nya. Padahal, bukankah Dia yang lebih Tahu akan segalanya? **Semoga para jomblo galau bisa segera bangkit dari kelemahannya**
0 notes
anezkhalisha-blog · 8 years ago
Text
Butuh kelapangan hati untuk menerima nasihat. Bersyukurlah jika masih ada orang lain yang mengingatkan akan kekuranganmu, dialah yang pantas kau jadikan sahabat. Karena sahabat sejati, bukanlah dia yang selalu mendukungmu tapi ia yang mampu mengingatkanmu atas kelalaian. Jika kau marah ketika ada yang menasihati, bertanyalah pada diri: Adakah kesombongan di hati? Sombong: merendahkan orang lain dan menolak kebenaran.
0 notes
anezkhalisha-blog · 8 years ago
Text
Duhai engkau, Cinta… Wajahmu terkabut waktu. Namamu, ah, belum mampu tertuliskan penaku.
Namun satu yakinku, kau ada, Entah di sudut mana. Yakinku, kau kan berdiri di hadapku Kala hangatnya cahaya menyingkap dingin beku.
Ketika itu, Tanya kita menemui jawabnya. Rindu kita bersatu pada muara. Dan kepadamu taatku tertuju, Sebagaimana titah Rabbku…
#Coretan 18/06/2017
0 notes
anezkhalisha-blog · 8 years ago
Text
Cerita Langit
Dalam perjalanan, langit bercakap kepadaku tentang banyak hal. Tentang bahagia yang mampu kita rasa, jika kita mampu menyelami peristiwa. Di pelatarannya, ada pegunungan awan menjulang, padang-padang awan terhampar, serta berbagai hewan tergambar. Aku mengerjap mata berbinar, pada pesona jelitanya; Matahari yg garang memanggang namun kadang tersipu malu, bersembunyi di balik arakan mega di langit biru. Ada semacam pelangi di sana: Di pertemuan matahari dan awan yang cantik menampakkan wajahnya. Lebih indah dari bianglala, lebih cerah warna-warninya.. Aku masih saja terpaku pada kisah langit yang meniti waktu, Ada nasihat tertuah indah, lembut menyapa berkata: Merendahlah, tunduklah, Karena yang pantas berbangga hanya Rabb-mu. #RefleksiPerjalanan #27-06-2017
0 notes
anezkhalisha-blog · 8 years ago
Text
Muhasabah
Melihat ke dalam, Bertanya pada diri Tentang apa yang telah terlakui.. Adakah kebaikan? Atau keburukan? Adakah manfaat? Ataukah madharat? Adakah taat? Atau maksiat? Tuhan memberi kita ujian untuk memilih. Dan pilihan itu, ada di tangan kita, kita mau berjalan ke mana: Mengotori jiwa atau membersihkannya, Nikmat dalam maksiat atau berjuang untuk taat, suka ria ke neraka, atau berjuang untuk sampai ke surga. Pilihan itu, ada di tangan kita, Dan pada suatu waktu kita harus mempertanggungjawabkannya. Pada satu musim, kita akan memanen buahnya..
Buat semua sahabat, Maaf jika ada salah dan khilaf.
1 Juli 2017
0 notes
anezkhalisha-blog · 8 years ago
Photo
Tumblr media
Sungguh aku tau Ini bukanlah cinta. Bukan juga sayang atau tertautnya rasa.. Karena cinta yang yang pernah syahdu menari, telah lelah berdiri satu kaki. Karena sayang yang pernah melembut hati, telah membatu kedingingan seorang diri. Aku hanya merindu tawa, Mencoba mencari bahagia di sana. Pada setiap cerita yang sering kita bagi bersama, hingga hafal titik, koma, dan jumlah hurufnya. Hanya ingin mengusir sepi, mendengar kata dan celoteh kita yang seringkali tak berarti. Aku tau, kapan aku harus berhenti. Suatu saat nanti. Dan aku tak ingin menoleh kembali. Teruntuk mentari Tengaran, 24 September 2017
0 notes
anezkhalisha-blog · 8 years ago
Text
Tentangmu, Sketsa
Dulu aku melihatmu, Fajar itu. Kala burung masih khusyuk berdzikir bersama angin yang berdesir Kala kabut masih menyelimut rumput-rumput Dan aku mengeja nama-nama Sembari menghitung ruas-ruas jari, Mengharap barakah pembuka hari.
Dulu aku pernah melihatmu Membatas senyum menjaga hati, Menatap sayu memberi isyarat untuk menunggu. Sedang aku hanya mampu bertanya, tentang bagaimana aku harus memanggilmu
Dan kau pergi
Tak pernah lagi kembali.
Meninggalkan aku yang menunggu,
menanti pertemuan itu
di satu waktu.
24 September 2017
0 notes
anezkhalisha-blog · 8 years ago
Photo
Tumblr media
LORONG HATI Muttaqwiati Jangan bilang ini rasa sederhana Detakannya bergetar di jiwa Menelusur tiap lekuk di lorong yang kosong Lekuk hati yang telah bertahun tersemilir sepi Menjangkau-jangkau sebuah pertemuan yang masih juga sunyi. Ah, jangan katakan ini rasa sederhana Detakannya mengalirkan bening mata Menyeruak dalam kedip yang menyiksa Atas harap yang tak juga lahir tapi aromanya di dada sangat nenyihir Mencipta desir. Sungguh, jangan katakan ini rasa sederhana Sebab indah dan getir bergumul di lorong-lorong panjang Menunggu kapan pertemuan berpelukan dalam taqdir yang tak bayang. (5 Sept, mengaromai melati di pintu dapur yang terkuak)
0 notes
anezkhalisha-blog · 8 years ago
Text
Ada Luka
Ada luka di hati yang barangkali sengaja Dia ciptakan tidak untuk dihilangkan, sembuh tetapi meninggalkan bekas yang dalam. Luka itu selamanya berdiam di sana, terpatri dalam hati hingga menjadi prasasti.
Luka itu beku dalam kebisuan, perlahan menjelma menjadi pengingat batin. Tanpa suara ia berteriak lantang, tanpa menyentuh ia mengingatkan begitu keras, dan tanpa untaian kata ia menjaga dengan sepenuh kelembutan. Untuk berhati-hati menjaga hati.
Maka mungkin benar, luka-luka abadi itu hadir sebab kelalaian diri menjaga batin. Tidak ada yang perlu disalahkan, ini urusan pada sekeping hati. Yang terbaik hanyalah segera bersujud kembali.
Jika nanti Tuhan menegurmu hingga isak pada air mata, boleh saja ia nantinya berusaha membasuh hati yang sudah terlanjur begitu keras pada dunia.
Sebab, luka itu memang sebagai pengignat, bahwa Tuhan di atas sana juga Sang Maha Pencemburu.
Bogor, 22 Agustus 2017 | Seto Wibowo @kaoskakicadangan
312 notes · View notes
anezkhalisha-blog · 8 years ago
Photo
Tumblr media
Maaf aku lupa ini hujan yang ke berapa. Dulu, sampai hujan ke empat belas, ingatanku masih cakap menebak. Tapi setelah itu, hujan sepertinya tak rela pertunjukannya terus ku ikuti, mungkin merasa tak nyaman ku awasi. Hingga pada hari ke lima belas ia berhenti, dan aku berusaha untuk tak lagi menanti. Aku putuskan untuk melupa akan salam damainya dari sebuah kota. Biar lepas, biar menguap, biar tak ada lagi harap. Dan setelah itu, hujan menjadi tak berharga. Kehadirannya ku abaikan tanpa sapa. Dan hari ini, maaf jika aku lupa, ini hujan yang ke berapa. Mungkin ke delapan belas, atau ke dua puluh dua. Maaf, aku tak lagi menghitungnya. Tapi, aku tahu, ini hari ke tujuh yang ke empat sejak aku menikmatinya mula-mula... Tengaran, 18 Februari 2017
0 notes
anezkhalisha-blog · 8 years ago
Text
Sabtu ke empat
Hari ke tujuh yang ke empat, Hujan kembali membasuh dan aku kembali menghitung mengingat.. Maaf karena aku lupa, ini hujan yang ke berapa. Tp aku masih belum melupa, ini hari ke tujuh yang ke empat, dari sekejap sapa kita.
Dulu, sampai hujan ke empat belas, Aku masih setia menyimpan suara gemerisiknya, Namun setelah itu, hujan enggan kembali turun dan aku lupa untuk kembali menghitung. Layaknya hatiku yang mulai lelah menanti balas, ku abaikan setiap kali ia kembali bersenandung.
0 notes
anezkhalisha-blog · 8 years ago
Text
Sampai Kapan Aku Harus Menunggu?
Sampai kapan aku harus menunggu? Sampai jemu berucap malu-malu atau selamanya rindu setia padamu? Kau diam hening memendam, Tak tahukah bahwa di sini ada hati yang perlahan tersakiti? Karena bisumu, tersebab abaimu. Aku hanya ingin kata, cukup sepatah saja. Dan apapun patahan itu, akan aku hargai sebagai pemberianmu. Percayalah, aku akan tetap berdiri meski luka menjajah hati. Tak perlu kau hiraukan rasaku, aku telah dididik oleh Tuhanku untuk kuat ketika hidup tak sesuai inginku. Kau mau tau apa yang melemahkanku? Menunggu. Tanpa kejelasan waktu. Jadi, sampai kapan aku harus menunggu? Tengaran, Tiga Pekan Penantian Ahad, 13 Februari 2017
0 notes
anezkhalisha-blog · 8 years ago
Text
Tidak Ingin Hujan
Aku tidak ingin menangis saat hujan turun. Hanya karena agar tidak ada yang mendengar bahwa aku sedang terisak-isak dalam tangisku, meski saat derasnya mampu menciptakan bising di telinga saat beradu dengan atap rumah. Sebab, aku hanya ingin menceritakan isakku pada seseorang yang mampu meredakan bising yang kuciptakan saat menangis. Hingga nanti ia sanggup merubahnya, tangisku menjadi kehangatan saat berada di dekatnya.
Aku tidak inign menangis saat hujan turun. Hanya karena agar tidak ada yang menyadari bahwa aku sedang berlari membawa seluruh beban kesedihanku, meski titisannya sanggup menghapus seluruh jejak kakiku di belakang. Sebab, aku hanya ingin berlari menuju seseorang yang mampu membantuku mengurangi remah-remah masalah di atas pundakku, hingga nanti aku percaya, bahwa berlari menujunya adalah satu-satunya tempatku berpulang, tanpa khawatir untuk meninggalkan jejak-jejak yang tak ingin kuingat-ingat kembali.
Aku tidak ingin menangis saat hujan turun. Hanya karena agar tidak ada yang tahu bahwa aku sedang termenung dalam sisa-sisa kekecewaanku, meski bulir-bulir hujan nantinya akan menyamarkanku dari balik jendela. Sebab aku, hanya ingin termangu disamping seseorang yang sanggup menjadi tempatku menumpahkan seisi lamunanku di tengah senyapnya pagi, tanpa lelah mendengarkan ceritaku, hingga nanti tanpa kusadari, bahwa terdiam melamun bersamanya adalah saat-saat yang kuharapkan akan selalu berulang setiap harinya.
Aku tidak ingin menangis saat hujan turun. Hanya karena agar tidak ada yang melihat bahwa aku telah mencipta air mata tepat di pipiku, meski airnya selalu membasuh wajahku untuk menghapusnya. Sebab aku, hanya ingin menyampaikan wujud tangisku pada seseorang yang mampu memberikan kesadaran betapa indahnya dunia ini, tanpa banyak mencari alasan atau kata-kata romantis yang tidak kubutuhkan. Hingga nantinya aku tahu, bahwa menyampaikan perasaanku padanya adalah suatu hal yang telah lama kunanti begitu indah.
Karena saat hujan, terkadang aku merasa sangat bahagia, tapi di waktu yang bersamaan hatiku merasa sangat sakit. Bahkan aku pun tak tahu harus bagaimana dalam menghadapi perasaanku sendiri saat hujan.
Maka, aku ingin percaya dengan caraku meyakininya, sebab saat hujan turun, aku ingin segalanya menjadi baik-baik saja, hanya agar aku bisa menikmatinya hingga sisa-sisanya yang paling indah.
Jogja, 9 Februari 2017 | Seto Wibowo
285 notes · View notes
anezkhalisha-blog · 8 years ago
Text
Berbahagialah dengan Lukamu
Karena sering kali, ego kita menutup mata hati, Hingga kita lupa bertanya benarkah ini yang Allah ingini.. Maka berbahagialah engkau yang pernah belajar, Melalui lukamu, melalui kecewamu, melalui air matamu, melalui sesak dadamu, Berbahagialah engkau bahwa akhirnya engkau tau, bahwa karena Allah cinta, Dia telah menyelamatkanmu. Lukamu bisa jadi adalah cara Allah untuk memberi tahumu bahwa Dia cemburu, Saat engkau mengabaikan-Nya, Ketika engkau tak menganggap-Nya, Tatkala engkau tak pernah lagi meminta pendapat-Nya. Aah, tahukah engkau bahwa Allah telah rindu ketika engkau menyebut-nyebut nama-Nya? Teruntuk sebuah hati, Teruntuk engkau yang pernah 'menyakiti' diri, Inilah cara Allah menuntunmu untuk kembali.. #mariakhalisha, 16 Oktober 2016
0 notes
anezkhalisha-blog · 8 years ago
Photo
Tumblr media
APAKAH KAMU TAHU? Apakah kamu tahu bahwa aku menunggu? Mungkin bagimu sederhana; tiada kabar berarti selesai segalanya. Meski nyatanya, berbeda. Tidak ada perjuangan tanpa kesabaran. Penantian adalah salah satu upayanya. Kamu perlu tahu, beberapa waktu lalu ayahku berpesan; untuk tidak mengganggu jika kamu sedang sibuk dengan duniamu. Aku mengangguk setuju. Sampai pada kalkulasi jam demi jam yang berganti hari aku menghitung dengan satu pertanyaan, “Sampai kapan?” Apakah kamu tahu bahwa perempuan adalah makhluk perasaan? Mungkin bagimu sederhana; tidak berikatan apa-apa berarti tidak perlu mempertanggungjawabkan kata-kata. Aku tidak percaya. Aku masih memiliki keyakinan bahwa kamu tidak sebegitu kekanakan. Pun, ketika seorang lelaki mendengarkan cerita dan harapanku tentangmu, dia berpesan; berhentilah menyakiti diri sendiri untuk lelaki yang menghindari pentingnya memperjuangkanmu yang menunggu, meskipun sekedar memberi waktu luangnya. Hanya saja, aku masih seperti perempuan kebanyakan yang terlalu berperasaan dan sudah memilih; untuk memiliki keyakinan. Apakah kamu tahu bahwa aku selalu mengadukanmu pada Pemilikmu hingga kelelahan? Mungkin bagimu sederhana; tak perlu menggenggam, tak perlu mengejar, dan tak perlu mempertahankan. Sesungguhnya, tidak semudah itu bertahan tanpa kepastian dan tampak seperti dilepaskan. Bagiku pun mungkin berbeda. Aku menunggu dalam diamku. Sudah berkali-kali aku memberi tahu dan memulai lebih dulu. Jika bagimu tidak cukup, maka aku tidak tahu lagi harus memperlakukanmu bagaimana. Harus meletakkan harga diriku di mana. Hanya kepada Pencipta aku meminta hatimu. Mengharap sedikit lebih banyak perhatianmu. Tolong, jangan lagi menyembunyikan apa-apa. Minimal di antara kita, karena bagimu dunia tidak butuh tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. Apa yang kau lakukan padaku. Apa yang telah kau curi dariku. Tanpa usahamu. Tanpa keyakinanmu. ….. dan selalu saja, dengan bodohnya aku masih ingin menunggu. Sedikit lebih lama lagi, jika memungkinkan. - K. Aulia R.
2 notes · View notes
anezkhalisha-blog · 8 years ago
Text
Menyingkir
Dan akhirnya aku memilih menyingkir Agar aku bisa jernih berfikir dan berdzikir.
Mengosongkan ingin dari selain-Nya Memasrahkan takdir pada Iradah-Nya.
27 Januari 2017
0 notes
anezkhalisha-blog · 8 years ago
Text
Namaku Rindu
Namaku Rindu Menelusup di antara Desiran angin malam Bergelayut Pada dahan Cemara Meliuk manja Laksana gadis muda Cantik rupa
Ketika degupan kian berirama Ku tusukkan Duri ke dalamnya Agar perlahan Agar hilang Agar tak ada lagi angan
Tentang purnama Yang kan datang Mengulurkan selendang sutra
Dalam penantian
Salatiga, 20th January, 2017 TS
0 notes