Mahluk random dari Indonesia yang ingin menulis hal yang random pula.
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Backup amiibo
Judul yang lebih baik kayanya: “Menggunakan amiibo Tanpa Harus Merobek Kotaknya”, tapi ya itu, kepanjangan bo’.
Saya mengoleksi amiibo khusus karakter-karakter Fire Emblem karena saya memang suka sekali dengan serinya. Namun kok ya sayang ya mau dibuka kotaknya? Secara do’i harus dirobek euy baru bisa dipake.
Dahulu kala, waktu awal-awal amiibo keluar, ini bisa disiasati dengan menyilet bawahan kotaknya. Amiibonya masih bisa dipakai dan terbaca oleh NFC reader tanpa harus ngesowak-sowak kotak.
Namun sekarang udah ga bisa lagi secara bawahan amiibonya udah dikasi seperti pelapis aluminium yang sebenarnya sih karton yak, tapi mungkin ada lapisan aluminiumnya.
Cara mengatasinya ya harus dengan ngebuat sendiri backup atau dump amiibo tersebut, tulis tagnya di stiker NFC, dan tempel stikernya di kotaknya.
Bahan-bahan
Sistem Operasi Windows
HP Android dengan NFC Reader
NFC Tag dengan NTAG215
Python
TagMo
Amiibo S/N Changer
key_retail.bin, locked-secret.bin, unfixed-info.bin
File dump dari amiibo yang diinginkan.
Persiapan
Python harus di-install terlebih dahulu di Windows. Bisa dengan menggunakan WinPython yang dapat diunduh di sini.
TagMo adalah aplikasi untuk Android yang dapat diunduh di website resminya. Matikan dahulu proteksi untuk Unknown Source di HP Androidnya yak supaya bisa di-install.
Catatan untuk TagMo, usahakan jangan di-install di Samsung, karena entah kenapa, NFC Tags Validation di beberapa varian Samsung ngebuat aplikasi crash.
Opsi untuk mematikan tags validation ada kok kalau memang misalnya pakai Samsung. Saya sendiri pakai Mi6 dan ga ada masalah sama sekali.
Stiker atau apapun jenisnya untuk NFC tagnya harus yang NTAG215, tipe lainnya tidak akan terbaca sebagai amiibo nantinya. Banyak kok yang jual di Tokopedia.
Untuk Amiibo S/N Changer, key_retail.bin, locked-secret.bin, unfixed-info.bin, serta file dump amiibo-nya harap cari sendiri via Search Engine yuak.
Mari Memasak
Copy terlebih dahulu seluruh isi dari Amiibo S/N Changer, key_retail.bin, serta file dump amiibo ke dalam folder Script di WinPython.
Setelah itu, buka WinPython Command Prompt dan ketik perintah ini:
python amiibo_sn.py nama_file_dump_amiibonya.bin
Tekan enter, serta masukkan 1 pada prompt berikutnya untuk merubah serial number unik amiibo menjadi yang baru.
File baru akan dibuat di tempat yang sama dan memiliki format: nama_file_dump_amiibonya_SNBaru.
Kirim file baru tersebut beserta locked-secret.bin dan unfixed-info.bin ke HP Android yang sudah terinstall TagMo ke dalam folder TagMo. Siapkan juga NFC Tagnya ya.
Sebelum memulai, masuk dahulu ke halaman Setting TagMo dan load locked-secret.bin serta unfixed-info.bin ke TagMo.
Lalu, langkah berikutnya semudah dengan buka file dump amiibo yang sudah memiliki S/N baru via TagMo di HP dengan cara menekan tombol “Load Tag”, lalu tekan “Write Tag”.
Layar baru akan muncul yang meminta user untuk menempelkan NFC Tag ke HP. Ikuti instruksinya dan biarkan aplikasi menulis terlebih dahulu amiibo tersebut ke NFC Tag.
Nanti akan dikasih tahu kok jika sudah selesai menulis tag amiibo-nya.
Selesai!
Mari Makan!
Jika memakai stiker tag, silahkan tempel stikernya di kotak amiibonya. Saya sih pilih bagian bawah buat nempelnya.
Saya test dengan mendaftarkan amiibo Chrom saya di Switch dan berjalan dengan lantjar.

Cara lain yang lebih mudah adalah dengan menggunakan amiibo Emulator seperti N2Elite yang bisa menyimpan data amiibo s/d 200 amiibo.
Tapi karena saya tujuannya cuma untuk bisa menggunakan amiibo koleksi saya tanpa harus ngesowak kotaknya, jadi saya rasa beberapa biji Stiker NFC gocengan sudah lebih dari cukup untuk kebutuhan saya.
Selamat mencoba!
0 notes
Text
Super Mario Odyssey
Menurut saya ini salah satu gim terbaik yang pernah dibuat dan diterbitkan oleh Nintendo. Rada telat ulasannya, tapi yaa, gapapa lah yaw.
Ketika awal membeli Nintendo Switch, saya sama sekali ga menyangka kalau bakalan super rame gini gim-gim yang diluncurkan untuk sistem hibrid yang satu ini.
Dan boleh dibilang, dalam tahun pertama ini, Nintendo benar-benar menggeber rilisan gim untuk Switch.
Kulminasi dari semuanya adalah tentu saja dirilisnya Super Mario Odyssey untuk Nintendo Switch yang sangat.luar.biasa.
Tingkat Kesulitan
Mungkin akan (atau sudah?) banyak yang beranggapan tingkat kesulitan di SMO sangatlah gampang sehingga tidak menantang.
Menurut saya sangat tidak benar sih. Tingkat kesulitan di SMO boleh dibilang pas kok: gampang di awal-awal, cukup menantang di tengah-tengah, menantang di akhir-akhir, dan (*@!()#*!(@$*(% di konten setelah tamat.
Khusus yang terakhir, sepertinya tren ini dimulai oleh Super Mario 3D Land di 3DS dan mencapai klimaks di Super Mario 3D World di Wii U dengan Crown Stage yang sempat ngebuat saya nangis termehek-mehek.

Grafis
Luar binasa! Setiap kerajaan di SMO dibuat seindah mungkin yang banyak menghabiskan waktu saya untuk potret sana-potret sini, manjat sana-manjat sini, hanya untuk melihat pemandangan yang menyejukkan hati.
Dan tentu saja, tiap kerajaan memiliki atmosfer yang berbeda-beda, jadi sama sekali tidak ada unsur repetitif dari lingkungan yang ngebuat maininnya kerasa ngebosenin.
Animasi Mario saat berlari, loncat, dan segala macam aksinya juga digarap dengan sangat baik. Tidak ada satu momen pun dimana saya tidak menikmati saat melihat Mario berlari dengan dua tangan terkembang manis.
Saya ingin ngegetok kepala saya sendiri karena tanpa saya sadari, saya menganggap oom-oom Italia berkumis tukang ledeng itu...cute.

Gameplay
Mungkin berita tentang harus mengumpulkan Power Moon yang jumlahnya ratusan itu ngebuat banyak orang berpikir kalau gim ini sangatlah repetitif.
Lagi-lagi salah, perasaan mendapatkan penghargaan saat menemukan satu Power Moon itu seperti bagi rapor ketika SD dan dapat peringkat di 10 besar.
Dan rasa itu tidak pernah hilang pula. Apalagi terkadang dalam proses mendapatkan Power Moon, pemain akan dipersembahkan dengan suguhan luar biasa dari Nintendo.

Sebagai contoh adalah sebuah quest dengan suguhan super spesial di New Donk City.
Saya merasa seluruh upaya saya dalam menyelesaikan quest tersebut amat sangat dihargai oleh Nintendo.
Dan jujur, saya sedikit menangis sambil mencet-mencet tombol ngehindarin tong sembari disuguhkan dengan sebuah suguhan yang sangat luar biasa tersebut.

Kebebasan yang diberikan oleh Nintendo untuk menyelesaikan misi juga luar biasa. Ada 101 cara (iya, ini berlebihan sih) bagi pemain untuk menemukan Power Moon dan juga menyelesaikan misi.
Dan pengalaman bermain setiap orang mungkin akan berbeda-beda sesuai dengan cara pikir logis pemain dalam menyelesaikan suatu masalah.
Hal ini dibantu dengan sistem bermain yang berubah total dengan kehadiran partner terbaru Mario, Cappy, si topi, yang bisa diberdaya-gunakan Mario untuk merasuki (dan mengkontrol) bukan hanya musuh, tapi juga benda-benda lainnya.
Pemain gim bisa memanfaatkan Cappy juga untuk melakukan manuver-manuver luar biasa yang bisa membawa pemain menuju tempat yang sewajarnya tidak bisa dimasuki.
Mini-game juga cukup banyak terdapat di SMO dengan tingkatan kesulitan yang bervariasi pula.
Koopa Freerunning, yang muncul ketika sudah menyelesaikan gim, juga merupakan salah satu konten tambahan berupa mini-game yang amat-sangat menantang untuk dimainkan.

Musik
Kalau ini ga usah ditanya lah ya. Saya sebelumnya pernah membuat postingan blog mengenai bagaimana “Jump Up, Superstar!” menjadi salah satu lagu favorit saya.
Setiap komposisi musik di SMO digarap dengan sangat serius dengan tingkat kejeniusan musik yang luar biasa.
Hampir tidak ada musik yang bisa terlupakan begitu saja bahkan sampai berminggu-minggu ketika telah selesai bermain.

Setiap kerajaan juga memiliki nuansa dan atmosfer tersendiri dari segi musik.
Sebagai contoh, Cascade Falls memiliki musik ala orkestra dengan string ensemble yang sangat memikat hati.
Dan bagaimana komposer di SMO (Naoto Kubo, Shiho Fujii, Koji Kondo) dengan berani memasukkan unsur suling dengan skala minor Sunda di Lost Kingdom (Ini saya aja yang ngesotoy, mirip sih hehe)
Semuanya benar-benar membuat pengalaman bermain menjadi sangat luar biasa.

Kesimpulan
Jikalau saja SMO rilis pada Maret, maka bukan tidak mungkin gelar Golden Joystick’s GOTY dimenangkan oleh SMO.
Buat saya, gim ini merupakan kulminasi dari seluruh upaya Nintendo untuk memikat bukan hanya saja pemain gim, namun juga pengembang pihak ketiga untuk membuat gim untuk konsol hibrid kesayangan mereka, Switch.
Sebuah pengalaman bermain yang bukan hanya menyenangkan, namun juga memberikan keterikatan emosional, yang tidak akan mungkin saya lupakan selamanya.
0 notes
Text
Indonesia Comic Con 2017
Hari Minggu kemarin akhirnya sempat mengunjugi Indonesia Comic Con 2017 di JCC Hall A & B.
Antrian
Hampir ga ada sama sekali. Saya datangnya padahal rada siangan loh, sekitar jam 11:30-an.
Proses antrian juga lancar sentausa karena tersedianya beragam metode seperti kartu debit, kredit, dan juga uang tunai.
Kegiatan
Saya sendiri ga lama-lama kok di sana. Palingan cuma sejam-an, karena saya memang ada rencana khusus pada malam harinya. Rencana apa? Nungguin Mamang Go-Send ngirim kaset gim.
Udah deeh, saya di sana akhirnya belanja-belanja komik karya lokalan (dengan diskon spesial, ehe) yang pengen saya baca dalam waktu satu-dua minggu kedepan.

Niatan hanya komik, dan dengan budget terbatas. Kenyataannya? Saya mbablas gegara Mr. Satan.
Sapa yang bisa tahan napsu ngeliat patung berhala pahlawan bumi tersebut?
Selain belanja-belanja, saya sendiri banyak cuci mata ngeliat beberapa patung super keren dari seri seperti One Piece, Transformers, ada juga Naruto.
Yang paling keren? Mai Shiranui. Serius, ini patung ini bikin saya mikir buat jual ginjal.

Ada juga kompetisi Marvel vs Capcom di booth gaming, saya ga lama di situ karena emang udah kepepet waktu, jadi cuma ngeliat stand Orgi (Retro Game Indo).
Untung boothnya mereka sepertinya kosong ketika saya datang, jadinya ga jadi mbablas lagi.
Coba kalau mereka ada pasang barang di situ dan dijual? Habislah saya. Mana sekarang monitor rusak pula. Iya, beneran rusak, ini saya nulis sampai ganti monitor dulu tadi.
Belanja
Saya memutuskan membeli beberapa komik lokakan dengan diskon pameran tersebut:
H20 Reborn oleh Sweta Kartika
Wind Rider oleh Is Yuniarto dan John Reinhart
Scrambled oleh Rosalina Lintang
Garudaboi oleh Galang Tirtakusuma.
Satu bonus gratis saya dapatkan yaitu Nobunaga’s Chef asli dari Jepang dan juga stiker Scrambled.

Seperti yang sudah saya tuliskan di atas, yaa sama figurnya Mr. Satan.
Kesimpulan
Tahun depan datang lagi? Mungkin, kalau ga ada aral melintang pasti datang lagi karena antriannya juga nyaman, ga ada calo yang nawar-nawarin tiket, dan di dalam juga cukup tertata rapi dengan ruang jalan yang cukup lebar.

0 notes
Text
HONBatchPatch
My first post in English.
HONBatchPatch is a temporary solution to patch your bad NDS dumps to match the database in No-Intro automatically by using the patches directory from Hordes of Ninja.
It’s just a simple batch script and nothing fancy, but it does the job although to be honest, it’s dirty.
But since I basked myself in filth and thrives from it, why not? Well, at least until XDBP from midget35 got updated.
Be very aware that I'm a total amateur when it came to scripting and stuff, so..make sure to backup your dumps first before trying it.
And of course, there’s no guarantee.
Oh, and feel free to edit the scripts to add more features or making it cleaner if you want to.
Features
Well...it patched those bad dumps to make a 1:1 dumps? There’s nothing else put into it right now and it’s currently only works with raw NDS dumps and only for old to new, no rollback.
How to
Copy your raw bad dumps to the "original" folder
Click on HONPatchBatch.bat
Let it work and press any key when done
Click on the newly generated ApplyPatch.bat to start patching all the files
You can find the patched files in the "patched" folder whereas all the downloaded patches will be under "patches" folder
To-Do
Unzip/Un7Zip/UnRar the compressed dumps
Automatic patching. Well, you could actually do it right now by using the old build of xDelta like in the screenshot above. See more info by opening the batch file using Notepad.
Rollback?
The ability to also patch PSP and 3DS
Third Party Binaries
All the respective third party binaries licenses stated above is included in the package.
Download
0 notes
Text
Remake? Adaptasi? Oke!
Beberapa minggu lalu saya benar-benar bahagia atas berita akan dibuatnya adaptasi “Your Name” oleh Hollywood. Mungkin terdengar aneh kenapa saya mendukung sebuah remake.
Feeling
Saya bukan orang yang pandai berpikir logis, jadinya yaa bener-bener dukung karena piling saza. Saya suka, maka saya dukung. Hehe. Tamat.
Ga ding.
Karena selalu ada versi panjang lebar, mari saya coba berikan jawaban pretensius saya *dilempar batok kelapa*
Royalti/Lisensi
Kalau sudah cinta mah, apapun jadi. Bayangkan hepeng yang didapatkan oleh kreator orisinil tersebut. Dalam contoh kasus ini, “Your Name”, dari pihak yang melakukan adaptasi.
Hepeng tersebut tentu saja bisa diberdaya gunakan untuk banyak hal yang hasil akhirnya ya kembali ke kebahagiaan penonton atau penggemar rilis orisinilnya.
Lapangan Pekerjaan
Sebuah adaptasi atau remake akan membuka banyak sekali lapangan pekerjaan baru bagi para pekerja industri kreatif.
Mosok iyo demi kepuasan pribadi dan kesucian seri orisinil rame-rame langsung nolak tanpa ngasi kesempatan orang buat merah susu lisensi nambah baris di CV berkarya?
Kalau Jelek?
Kalau jelek ya udah, selesai sampai disitu. Dragon Ball Evolution mbusuk juga ga ngaruh buat seri kartunnya.
Death Note mbusuk menurut banyak orang juga malah memercik rasa penasaran orang buat baca komik orisinilnya.
Kalau bagus? Nah itu bonus. Banget.
Jelek atau bagusnya sebuah adaptasi secara ga langsung juga ngebawa eksposur gede sih buat yang orisinilnya.
Saya Pribadi?
Lah di awal-awal. Saya suka, ya saya dukung. Saya sendiri ga pernah kepikiran sampai sejauh jawaban-jawaban di atas sih sebenarnya, itu mikirnya sampe jungkir balik biar blognya ga pendek-pendek amat.
Kalau misalnya, film yang saya demen, sebutlah Pompoko, di-remake oleh Hollywood dengan bintang utama Peter North? BOLEH! Silahkan banget!
0 notes
Text
Gim PC Masa Kecil - Bagian II
Lanjutan yang kemarin, tambahan dua buah lagi gim PC masa kecil yang melekat erat di ingatan saya. Bagian terakhir ya, karena ini juga udah bingung nginget-ngingetnya.
Day of The Tentacle
Gim dengan gaya point & click adventure hasil buah tangan Tim Schafer ini merupakan idola di masanya. Saya masih ingat sekali memainkan gim ini saat masih SD dan melakukan konsultasi ke teman saya yang emang rajanya point & click.
Ujung-ujungnya kena semprot emak doi. Maap tante..
Motocross
Gim keluaran Dynamix pada tahun 1989 ini baru sempat saya mainkan ketika pertengahan tahun 90-an dan tentu saja jadi favorit dengan instan karena saya masih ingat.
Gimana ga kesengsem bocah ngeliat cutscene patah-patah tiap motor jungkir balik?
Sekian
Total jadinya ada enam gim yang saya bisa ingat dengan baik memainkannya ketika masih kecil.
Sebenarnya ada beberapa gim lain yang saya masih sangat ingat, tapi saya lupa namanya. Jadi ya, sewaktu kecil saya tidak terlalu terpapar dengan kultur gim PC, namun ada beberapa gim yang benar-benar memberikan impresi kuat buat saya.
0 notes
Text
Gim PC Masa Kecil - Bagian I
Saya iseng menonton fitur-fitur baru untuk Yakuza 6 dan menemukan tidbits dimana pemain bisa memainkan Virtua Fighter 5 di dalam Yakuza 6. Gim di dalam gim. Menarik sekali bukan? Dan itu membawa saya ke alam nostalgia dengan “Day of the Tentacle” yang juga memiliki konsep yang sama.
Di Day of the Tentacle, pemain bisa memainkan gim Maniac Mansion versi aslinya juga seperti konsep Yakuza 6 di atas. Gara-gara itulah saya jadi teringat beberapa gim jaman dahulu kala yang saya sering sekali mainkan di PC ayah saya. Apalagi pas konsol lagi disita emak.
Berikut beberapa di antaranya yang masih melekat erat di ingatan saya.
Budokan
Gim rilisan EA ini sangat dibenci oleh beberapa pengulas pada saat itu. Tapi anehnya ayah saya malah demen dan nular ke saya.
Ga jarang saya ngelihat ayah saya malam-malam masih ngepencetin kibor buat lulus dari ujian Kendo di Budokan.
Dan hal tersebut nular ke saya. Saya sibuk sendiri memilih beberapa jurusan bela diri di Budokan dan akhirnya terpikat dengan Toya (Bo).

Jazz Jackrabbit
Gim yang menurut saya sangat santer bau Euro platformer-nya ini merupakan salah satu yang wajib dimainkan di PC.
Gim yang dirilis pada tahun 1994 oleh Epic (Yang perusahaan asal Amiriki) ini memberikan gameplay yang benar-benar terasa berimbang waktu itu. Ga terasa terlalu cepat seperti Sonic, dan ga selow-selow amat seperti normalnya Euro platformer andalan Commodore pada waktu itu.
Kalau sempat dan bisa menemukan kopinya di Internet, cobain main deh.

Test Drive
Kalau ini merupakan favorit pribadi ayah saya dan saya lebih banyak nonton. Pada jamannya grafik gim yang dirilis oleh Accolade ini sungguh mempesona. Apalagi bisa ngelihat Lambo yang pintunya ngejengkang ke atas itu. Wew...
Dan dulu ketika main semua warnanya merah semi-semi pink dong di monitor, yiha.
Saya sendiri langsung mual pas nyoba main lagi sekarang. Aneh ya..
Body Blows
Nah ini, kalau ini favorit saya. Klon Street Fighter II rilisan Team17 pada 1993 ini ga ada habis-habisnya saya mainkan ketika kecil dulu.
Saya juga ingat ngegambar komik amburadul yang terinspirasikan oleh Body Blows ini.
Entah kenapa saya lebih sering ngemainin Body Blows ketimbang Street Fighter II waktu itu, padahal boleh dibilang ini gim kakunya kaya daging abis dikeluarin dari freezer.

0 notes
Text
Persona 5
Setelah beberapa bulan mangkrak di lemari, akhirnya saya menyempatkan juga memainkan game yang sempat populer dan memenuhi lini waktu Twitter saya. Sebuah pengalaman yang menyenangkan.
Pertama
Persona 5 boleh dibilang Persona pertama yang benar-benar saya nikmati. Jujur, saya main Persona 1 dan ga suka waktu itu. Setelah itu saya ga pernah beli lagi seri Persona maupun seri utamanya, Shin Megami Tensei.
Mungkin pengecualian untuk Devil Survivor yak.
Ternyata banyak sekali perubahan signifikan di seri ini yang ngebuat saya nyesel udah ngelewatin seri-seri pendahulunya yang katanya sih baru mengalami perubahan besar-besaran sejak Persona 3.
Dunia
Saya suka sekali hubungan personal antar karakter di Persona 5. Dunia serasa hidup di Persona 5 walaupun belum segila seri The Legend of Heroes ya yang super terasa sangat hidup karena sampai NPC tiada faedah pun ada latar belakang ceritanya yang terus berkembang biak sejalan dengan perkembangan jalan cerita utama.
Kalau bahasa Inggrisnya sih “World Building”. Kalau bahasa Indonesianya “Buang-buang waktu tiada guna ngebacain jendela dialog NPC”.
Tapi justru buat saya, itu salah satu elemen terpenting dalam RPG. Maka ya begitu, saya senang banget dengan Persona 5. Alur dialog antar karakter yang tidak kaku membuat gim ini sungguh kebawa nyess ke hati saya.
Saya ngerasa seperti temenan beneran dengan karakter-karakter di Persona 5. Dan bukan suatu hal yang aneh saya sering menggoda mereka selayaknya teman dengan ejekan-ejekan.
Yang ternyata malah ngebuat playthrough saya kacau balau karena ada beberapa pilihan dialog yang memiliki poin-poin berbeda untuk menambah nilai pertemanan.
Yang saya sebutkan di atas itu ternyata sangat penting dan ide ini sudah dikembangkan sejak Persona 3.
Perkembangan Diri
Kalau pernah main gim erotis dengan genre Dating Sim, May Club, di tahun 90-an mungkin udah tahu lah ya seperti apa sistemnya. Harus naikin pesona diri, pengetahuan, keberanian, dan lain sebagainya.
Dan saya suka banget dengan implementasi simulasi kehidupan ini di Persona 5. Ga jarang saya ngehabisin waktu dengan mancing, main baseball, latihan di gym, main gim, semua untuk meningkatkan poin-poin penting perkembangan diri.
Pacar!
Iya, pacar. Ini bukan elemen baru lagi ya, beberapa RPG di tahun 90-an juga sudah implementasi hal tersebut, salah satunya Thousand Arms.
Tapi karena seperti yang sudah saya sebutkan di atas, luwesnya dialog antar karakter membuat proses jadian ini super luar biasa. Bener-bener kebawa lah sebutannya.
Dan ga ada yang berlebihan kok, semuanya seperti layaknya berinteraksi dengan manusia asli dan ga dibuat-buat.
Kesimpulan
Sebuah gim yang wajib untuk dimainkan oleh para penggemar RPG, terutama untuk sistem dating sim, dan juga untuk world building-nya.
Ga ketinggalan juga untuk implementasi UI yang sinting luar biasa. Bisa dijadikan pembelajaran untuk beberapa tahun kedepannya.
Gim yang menurut beberapa review dapat diselesaikan dalam waktu 80-100 jam ini membengkak jadi 150 jam buat saya karena saya benar-benar menikmati berbicara dengan seluruh NPC dan nguping-nguping pembicaraan orang.
Jika ingin playthrough sempurna, disarankan untuk menggunakan guide, karena kalau masuk buta seperti saya adanya malah jadi berantakan total karena saya terlalu enjoy dengan aktiftas-aktifitas tambahan di dalam gim.
Finished! 💙 pic.twitter.com/pwQLTmJ5JV
— Angga (@anggastuff)
September 22, 2017
0 notes
Text
Do As Infinity
Dan sehari setelah saya mengunjungi Ghibli Expo, saya juga mendapatkan kesempatan langka untuk menyaksikan live show pertama Do As Infinity di Indonesia di Nakama Festival.
Antrian
Ga.ada.antrian.sama.sekali. Serius. Harga tiket yang murah tidak berhasil menarik minat masyarakat untuk mengunjungi Nakama Festival untuk menonton setidaknya bintang tamu utama: Do As Infinity.
Saya baru pertama kali seumur hidup tuker tiket online dengan tiket masuk ga pakai antri. Ya karena tadi itu, sepi banget.

Pedang bermata dua sih, karena sepi jadinya enak, ga ada antrian, tempat juga jadi terasa lebih luas. Nah, kebalikannya, masa iya sih DAI sesepi ini? Dan penyelenggara juga bisa buntung.
Stand
Karena saya datang hari kedua, saya kurang begitu tahu ada apa saja di hari yang pertama. Namun untuk hari kedua ini saya melihat ada stand karaoke, dart, dan juga makanan-makanan.
Untuk stand makanan sendiri bervariasi antara Jepang dan Indonesia. Pengen makan Jejepungan ada Takoyaki, ada pula Gyuudon, Okonomiyaki, dan banyak lagi yang lainnya.

Ingin tradisional? Tentu saja ada seperti Nasi Padang dan Sate Padang.
Harga yang ditawarkan juga normal kok dan ga ngegetok. Sebagai contoh, Aqua sedang dijual sesuai harga pasar 5000.
Pemanasan
Ketika pertama kali datang saya melihat lagi pada enjoy nonton Naruto di GlobalTV. Iya, GlobalTV, nonton di layar gede yang dipajang di panggung.
Ga lama setelah itu panggung digebrak oleh Enka Girls yang membawakan lagu nyampur-nyampur Indonesia - Jepang. Sempat ngecover Vierra juga. Ternyata produsernya Kevin toh.
Rehat sebentar sembari diajak ketawa oleh MC ngocol Rendy - Kiwil, panggung kembali dibuat luluh lantak oleh Tokyolite.
Setelah Tokyolite selesai, duo MC ngocol kita kembali menghibur penonton sembari ngebuat rider DAI yang lagi cek sound mesem-mesem buah manggis.
Dan siap-siap untuk...
Panas!
Van Tomiko keluar dengan menggunakan dress santai yang bikin hati saya berdegup kencang bagaikan tersiram air surga dari belahan laut selatan.
Sementara itu Ryo Owatari...seperti biasa pakai celana army.
Untuk band pendukungnya sendiri ga rame ya dan yang saya kenali cuma Travis Barker Jun Matsumoto yang pertama kali saya lihat via DVD Live in Budokan yang session gitarisnya sempat terbuntang guling-guling gegara lari-lari.

List lagu yang mereka bawakan:
Alive
Ariadne no Ito
Tooku Made
Hi no Ataru Sakamichi
Chikai
Rakuen
Shinjitsu no Uta
Fukai Mori
Boukensha Tachi <-- Saya mati disini, aaak, lagu paporiit!
Kimi ga Inai Mirai
Honjitsu wa Seiten Nari
Bonus Ryo nyanyi Eta Terangkanlah~
Sayang sekali tidak ada encore sobat-sobat fakir encoreku.
Bahagia
Sungguh bahagia rasanya bisa hadir di acara ini. Karena selaen DAI, yang ngebuat saya bener-bener inner-screaming adalah kesempatan bertemu kembali dengan teman-teman yang mungkin udah tahunan ga pernah jumpa.

Semoga kedepannya ada kesempatan lagi untuk hadir di acara-acara seperti ini.
0 notes
Text
Ghibli Expo
Pada tanggal 2 September 2017, saya berkesempatan mengunjungi Ghibli Expo di Pacific Place dan....Wow. Sebuah pengalaman yang mungkin tidak akan terlupakan buat saya.
Antrian
Saya diarahkan untuk antri di lantai 3 oleh usher yang bertugas di ball room Ritz Carlton dan ngegelosorlah saya ke tempat tersebut.
Antrian cukup rame juga pada hari tersebut. Mungkin antrian tidak akan terlalu rame apabila proses penukaran tiket dengan gelang dapat dipercepat.
Yang membuat lama dugaan saya karena ada beberapa pengunjung yang menitipkan penukaran tiket dengan gelang ke temannya yang mengantri.

Sebenarnya tidak jadi masalah apabila tanggal membeli tiketnya semuanya sama saja, namun yang jadi permasalahan adalah tanggal-tanggal membeli tiketnya yang berbeda-beda.
Kenapa? Karena ada dua kategori berbeda dari tanggal pembelian tiket; mereka yang membeli sebelum tanggal tertentu mendapatkan goodie bag, sementara yang membeli setelahnya tidak mendapatkan goodie bag.
Jadi deh ngantrinya mayanan lama karena ada mas-mas yang nukernya bikin pengen ngelempar kolor karena harus dicari-cari dahulu tanggal belinya kapan untuk mungkin serombongan RT.

Mungkin baiknya kedepannya dari pihak penyelenggara menyertakan tanggal beli tiket juga di tiketnya agar tidak terjadi kejadian lempar kolor beneran.
Ya walaupun kolor terbang adalah pemandangan yang indah menurut saya yak.
Masuk
Urusan masuk mah cepet banget. Cukup menanti usher cowo yang dengan lembutnya mengalungkan gelang ke tangan saya, scan, dan ‘ncluk, saya dihadapkan ke pemandangan poster bioskop film-film produksi Ghibli.
Yang dimana pemandangan tersebut bikin saya sedikit geter-geter kaya nahan pipis begitu masuk. Ya maap, dua kali ke Jepang ga pernah kesampaian ke museum Ghibli karena alasan tertentu, jadi baru kali ini kesampaian.
Oh iya, dari ruang awal ini sudah diberikan tanda dilarang ngejepret-jepret kamera ya, jadi maap ga ada gambarnya.

Kamera baru boleh ngejepret setelah ruangan trailer.
Di Balik Layar
Setelah dari ruangan tersebut, saya bergerak perlahan menuju ruangan berikutnya yang dihiasi oleh sejarah singkat Ghibli dan poto-poto di balik layar Ghibli yang dipaparkan bagaikan wallpaper.
Ruangan yang paling sepi sih menurut saya karena rata-rata pengunjung langsung tralala-trilili ke ruangan berikutnya. Mungkin seperti celoteh anak kecil nan imut di depan saya,
“Kok ga ada Totolonya ‘mah? Itu temennya aki? Lambutnya sama-sama putih. Mau liat Totolo besaaal, cepetan ‘maah”

Sementara emaknya udah rada gregetan pengen ngegigit anaknya karena emang sepertinya sih si emak penggemar Ghibli.
Si ayah? Udah ngesot ke ruangan berikutnya sambil nguap-nguap manja.
Seni
Ruangan berikutnya adalah ruangan seni, ada juga storyboard sih, yang dipajang sesuai film-film yang pernah diproduksi oleh Ghibli.
Saya disini sumpah penasaran karena saya pribadi pernah mencuit tentang Porn...Pom Poko, apakah di Indonesia akan disensor atau tidak pelirnya karena memang pelir merupakan elemen utama di film animasi tersebut.
Sebutlah pelir bulet, pelir keriput, maupun karpet pelir.

Dan ternyataa, tidak sodarah-sodarah, pelir terpampang dengan indahnya. Saya bahagia.
Di sini belum boleh ngejepret juga, jadi yaa ga ada poto.
Tapi setelah ruangan berikutnya yang memutar trailer film-film Ghibli di layar raksasa, pengunjung akan dibebaskan untuk ngejeprat-ngejepret.
Exhibit
Atraksi utama dari Ghibli Expo, ruangan yang dipenuhi oleh instalasi-instalasi dari film-film Ghibli ini sungguh merupakan spot yang luar binasa untuk jeprat jepret.
Saya awalnya rada-rada ragu apakah boleh minta tolong jepretin sama usher ketika memandang kastil Howl dan pengen berfoto bersama.
Saya lihat Cat Bus dan Totoro ada antriannya, jadi saya awalnya mengira kalau yang ada antriannya saja yang boleh minta bantuin usher buat foto bareng instalasi.

Mungkin mba ushernya ngeliat saya celingak-celinguk kaya orang bego jadi nawarin buat bantuin jepret. Makasih mba...
Ternyata memang boleh kok minta tolong usher buat ngejepretin. Semoga pahala para usher ini bertambah berlipat-lipat.
Antrian terpanjang di ruangan ini adalah toko roti Kopi Ganja Gutiokipanja dari Kiki’s Delivery Service, sampai antrian ditutup sementara karena emang udah kepanjangan.

Syukurnya sih di dalem instalasinya diberikan waktu terbatas 3 menit per pengunjung.
Di sini saya juga melihat banyak pengunjung yang berpose sembari luncat-luncat lutung kasarung dengan sapu lidi ala Kiki.
Kalau luncat-luncat di lantai sih gapapa, lah ini jembut udah ubanan luncatnya di lantai kayu instalasi. Saya cuma bisa garuk-garuk pelir ngeliatnya.

Untung ada usher yang mungkin sampai berbuih mulutnya ngingetin kalau jembut udah ubanan, silahkan loncat di lantai yang dijawab dengan “Yaaah, kok gitu.”
Oh iya, instalasi-instalasi ini dikerjakan oleh mahluk-mahluk lokalan loh! Made in Indonesah. Beberapa di antaranya:
Howl’s Moving Castle oleh Rizki Katamsi
Robot segede gaban dari Laputa oleh Caesar EsaLaputa Esaputra
Kedai roti “Kopi Ganja” oleh Laurensia Yualita
Totoro dan Cat Bus oleh Miranti Primasty Putri. 3D modelling buat Cat Bus oleh Levinna Angelita
Laputa Flying Castle yang sering keseruduk ibu-ibu dan mba-mba yang entah kenapa ngebet banget poto dibawahnya oleh Anindya Asri Hastungkara.
Pesawat capungnya Laputa serta pesawatnya Porco Rosso oleh Yonatan Bensohur
Bath Housenya Spirited Away oleh Tommy Chandra
Yang ditemani oleh Gabriella Shannen untuk kota dedemit Spirited Away
Mohon maaf jika tidak lengkap semuanya. Selain yang tertera di atas juga ada:
Hutannya Mononoke lengkap dengan demit dugem mininya.
Rumahnya keluarga Kusakabe
Kapal Dayung dari When Marnie Was There
Kapal terbang segede gaban dari Castle in the Sky (lagi) yang sayangnya sepertinya belum selesai dicat. Tapi udah gerak-gerak kok
Ohmu dari Monster Gurun
Kalau ada exhibit yang ketinggalan dilist, maaaap.
Oh iya, saya juga sempat ngelihat para usher menjelaskan cerita dari masing-masing exhibit kepada sekelompok anak dari (mungkin) Madrasah Tsanawiyah, pengetahuan para usher ini patut diberi pujian.

Semoga para usher dapat honor yang sesuai dengan tugasnya (walaupun saya baca judulnya volunteer di webnya), ya tapi semoga dapat lah ya, pengetahuan mereka ketika sharing knowledge ke anak-anak kecil itu bikin saya rada nyesss.
Merch
Selesai ngider-ngider dan ngejeprat ngejeprit, saya melanjutkan ke ruangan berikutnya yang isinya merchandise.
Target saya datang sebenarnya sih buat ngeganti gantungan kunci mobil Black Soot/Susuwatari yang dibeli di Jepung sekitar 4 tahun lalu. Kenapa ganti? Udah buluk mas, sumpah, udah ga fluffy lagi.
Sayang oh sayang, barangnya ga ada yang gantungan fluffy-fluffy gitu. Adanya phone strap Susuwatari yang kleneng-kleneng kaya kalung sapi.

Yasuda tak papa, saya akhirnya beli plushie yang masih ada si Black Sootnya walaupun mini.
Harga merchnya bervariasi bangjet ya, mungkin kalau dikira-kirain berkisar antara 100.000 sampai 2.000.000-an dengan backpack yang paling mahal.
Berhubung saya juga dapat dipastikan melarat dengan tagihan bulanan, saya memilih barang-barang yang sekiranya masih masuk bajet tertier saya.
Caw
Dari ruangan tersebut, langsung masuk ke ruangan santai dimana fasilitas utama seperti minuman, makanan, dan toilet berada.
Di ruangan akhir ini juga ada penampilan musisi-musisi lokal yang membawakan beragam lagu-lagu pengisi film Ghibli.

Setelah puas, saya langsung keluar untuk menonton Howl. Ya saya balik lagi kok setelah itu karena sudah ada gelang dan cap di tangan yang artinya saya boleh keluar masuk ruangan exhibit sesuka hati.
Terima Kasih
Di ruangan ini pengunjung bisa menulis pesan dan kesannya terhadap pameran di atas stiker bulet yang ditempelkan ke dinding yang sudah disediakan.
Sayangnya orang Indo sadis-sadis sih, beberapa stiker yang tampak indah dan sedap dipandang ditimpa begitu saja oleh stiker lainnya.

Saya akhirnya memutuskan memasang stiker saya di posisi paling bawah dan tepat di siku-sikunya supaya ga ngenganggu yang lain yang memang lebih pantas untuk ditampilkan.
Terima kasih Ghibli sudah mengadakan expo di Indonesia. Saya sangat terhibur.
Satu lagi yang nyisa di bucket list saya: Semoga berikutnya ada exhibit/instalasi Pom Poko. Saya ingin berfoto sembari membelai pelir Tanuki.
0 notes
Text
Cairan Pembersih
Iyap, cairan pembersih untuk bekas-bekas jari tangan yang memenuhi gadget-gadget jaman sekarang. Cairan ini sifatnya sangat vital untuk saya yang memang berminyak sekali ga cuma di wajah, tapi jari-jari juga.
Karbon
Sebenarnya pembersih yang dipakai oleh NASA sendiri adalah pembersih berbasis karbon yang saya juga punya. Tapi perasaan saya kok bilang kayanya yang kerja di NASA ga ada yang super duper berminyak seperti saya ya?
Karena jujur aja, pembersih berbasis karbon ini memang ampuh tapi hanya untuk bercak-bercak tipis jari tangan. Sementara jari-jari tangan saya ini berminyaknya udah kelas dewa.
Pemindai Sidik Jari
...aja sampe ga jalan bro kalau udah kena minyak jari tangan saya. Sumpah, beneran. Saya sampe ngira gadget saya yang jebol, rupanya karena memang minyak jari tangan udah numpuk banget di situ.
Akhirnya saya memutuskan untuk membuat cairan pembersih sendiri yang, yah, emang ampuh.
Cairan
Bahan-bahannya cukup gampang didapatkan kok:
Air sulingan
Alkohol 96%
Shampoo bayi (non-powdered)
Wadah
Campurannya pakai sekira-kiranya aja ya, tergantung wadah juga.
5-10% dari wadah diisi oleh alkohol
89-94% dari wadah diisi oleh air sulingan
1% sisanya alias cukup satu tetes aja adalah shampoo bayi
Kocok perlahan dan jangan sampai berbuih terlalu banyak, lalu semprotkan cairan ke setengah bagian tisu lab (cth: Kimwipes) untuk membersihkan gadget yang udah kotor total gegara minyak tangan.

Setelah permukaan gadget dibersihkan menggunakan bagian tisu lab yang basah tersebut, keringkan menggunakan bagian tisu lab yang masih kering.
Ulangi kalau perlu apabila masih ada sisa-sisa minyak tangan di gadget.
Catatan
Banyak yang bilang menggunakan alkohol akan merusak coating/lapisan khusus dari gadget. Maka dari itu, penggunaan alkoholnya sedikit saja ya; walau saya sendiri ngerasa saat ini gadget-gadget saya yang saya rawat via sistem ini baik-baik aja kok lapisannya.
0 notes
Text
Dragon Force II
Beberapa minggu yang lalu saya memutuskan untuk memainkan game klasik yang mbrojolnya di era Sega Saturn berjudul Dragon Force II. Saya sendiri sudah menamatkan lebih dari sekali pendahulunya, Dragon Force I, dan sangat tergila-gila sewaktu SMP.
Dragon Force I sendiri dirilis di Amerika Serikat oleh Working Design, yang juga mengerjakan terjemahannya, jadi saat SMP itu yaa sudah bahagia bangetlah mainnya apalagi bahasanya ngerti.
Nah, pada saat Dragon Force II rilis, entah karena pasal apa, hubungan antara Sega dan Working Design memburuk, sehingga tralala-trilili, Dragon Force II ga jadi rilis di Amerika Serikat.
Dan ga lama kemudian, Working Design pun tutup usaha. Hal yang mungkin ga akan terjadi di masa sekarang. Jaman itu game-game bergenre seperti ini masih tidak begitu disukai oleh Barat.

Sebagai contoh lainnya adalah seri Romance of Three Kingdoms yang beberapa iterasinya jaman dahulu kala ga dibawa ke Barat karena yaa itu, kurang begitu laku.
Tapi untungnya beberapa tahun lalu, sebuah proyek penggemar yang menamakan diri Goggle V! Akhirnya terjadi perang senja...ta. Maap, kebawa lagu Goggle versi Indo, menamakan diri Verve Fanworks memutuskan untuk menerjemahkan Dragon Force II!
Dan kebetulan banget, saya punya CDnya. Jadi deh!
Ulasan
Ga banyak sih elemen yang berubah untuk Dragon Force II. Konsepnya masih sama persis seperti Dragon Force: pilih penguasa, rekrut pengikut/jendral, kuasai dunia Legendra, gabung kekuatan melawan naga jahat, dan tamat.
Mungkin perubahan paling mendasar adalah satu jendral sekarang bisa mengangkut dua tipe pasukan sekaligus dengan jumlah total 100 pasukan.
Mungkin yang mereka harapkan adalah strateginya jadi lebih bervariasi, tapi yaa engga kok, sama juga, malah saya rasa lebih gampang ketimbang yang pertama.
Yang mengakibatkan lebih gampang itu sepertinya karena sekarang, kalau imbang alias waktu tarung habis tapi kedua jendral masih berdiri, jendral yang berimbang tersebut masih bisa digunakan.
Sistem ini bisa saya manfaatkan habis-habisan untuk ngehabisin pasukan musuh dengan satu orang jendral saja yang memiliki jurus menyembuhkan diri.
Celah ini juga ga pernah dipakai sama AI musuh yang rada-rada bego, jadinya yaa.....gitu deh. Gampang banget namatinnya.
Mungkin satu-satunya tantangan adalah apabila musuh punya jurus “Silent” buat ngebekep sihirnya jendral saya. Lagi-lagi ini ga pernah ketemu kecuali pas deket-deket tamat.
Satu lagi perbedaan mendasar adalah Dragon Force II minim karakter rahasia. Ya sudahlah ya walaupun saya rindu karakter-karakter seperti Gigg, Vlad, Shirox, dan karakter semi rahasia seperti Bastion yang bagaikan Lu Bu di dunia Legendra.
Seriusan, bisa ngebikin Bastion setia itu kaya pencapaian tersendiri.
Untuk artwork, jujur, yang pertama jauh lebih bagus. Yang kedua ini entah kenapa kok jadi aneh karakter-karakternya. Ganti ilustrator sepertinya?
Kesimpulan
Walaupun menurut saya ga sebagus dan semenyenangkan Dragon Force I, Dragon Force II juga memberikan saya cukup kebahagiaan dalam memainkannya.
Salah satu game klasik yang wajib dimiliki dan dimainkan sih kalau menurut saya.
0 notes
Text
Akuarium
Saya ingin sekali memiliki binatang peliharaan, namun apa daya, kucing maupun anjing bukanlah pilihan yang terbaik untuk kondisi saya. Lah napa? Kucing si emak benci, nah sementara anjing, beliau sih demen banget, cuma rumah ga ada halaman, ga tega euy.
Sampai akhirnya setelah dipikir-pikir ulang, kenapa ga ikan aja ya? Sekalian belajar hias akuarium air tawar, gitu. Jadi dimulailah perjuangan saya untuk memiliki sebiji.
Belajar
Yang pertama kali harus dilakukan tentu saja adalah belajar mengenai akuarium dan juga biota-biota air tawar lainnya yang saya dapatkan via buku berjudul “Aquarium for Dummies”.
Akuarium
Untuk akuariumnya, akhirnya saya memutuskan untuk menggunakan Dymax IQ3. Akuarium dengan ukuran nano alias mini yang penggunaannya tidak merepotkan karena sudah tergabung dengan filter.

Dan juga, doi menggunakan akrilik, sehingga kemungkinan lem tembaknya membusuk dan kemudian terjadi kebocoran seperti di akuarium kaca, dapat dieliminasi.
Obat
Karena tentu saja ikan air tawar ga bisa hidup sesuka hatinya di air ledeng, maka dibutuhkan beberapa obat-obatan.

Saya memutuskan untuk membeli empat komponen obat utama: Anti algae buat ngilangin ganggang, kondisioner buat ngilangin mineral-mineral serta kaporit dari air ledeng, pembersih air dan filter, dan pengilang kotoran di dasar akuarium.
Hiasan
Untuk hiasan akuarium saya memutuskan untuk menggunakan dua tipe pasir, lalu akar pohon rasamala yang dikombinasikan dengan lumut agar menyerupai bonsai, beberapa tangkai Cryptocoryne yang saya ga tahu apa padanan Bahasa Indonesianya, serta batu lava yang belinya harus kiloan, hadeeh.

Cukup simpel kan? Yang rada riweuh sebenarnya masangnya sih, secara akuariumnya juga nano, jadi rada-rada njlimet pas ngehiasnya.
Ikan
Saya kepengennya sih punya seekor ikan mas koki, tapi karena satu dan lain hal, akhirnya dapatlah ikan guppy yang menurut beberapa orang, lebih gampang untuk dipelihara ketimbang mas koki.

Semoga ikan-ikannya hepi ya di rumah baru mereka. Oh iya, untuk makanannya saya memilih menggunakan Dennerle Guppy and Co.
0 notes
Text
PopCon Asia 2017
Hari Sabtu yang lalu saya menyempatkan diri mengunjungi PopCon Asia 2017 demi mendapatkan harta karun karya komikus-komikus lokal. Sebenarnya sih impulsif, tapi yaa, asin lah ya.
Nostalgia
Komik lokal yang pertama kali saya beli itu sekitar tahun 90-an. Saya lupa judul dan pengarangnya siapa, namun saya ingat ceritanya.
Ceritanya tentang seorang pendekar muda yang ingin membalaskan kematian kakeknya yang disebabkan oleh beberapa tokoh antagonis. Karakter utamanya dibantu oleh seorang putri keraton yang sedang menyamar bernama Kalika (kalau ga salah).
Jurus utama bin andalannya itu menggunakan cakar dan cara penggunaannya mirip-mirip jurus Peremuk Tulangnya Chinmi. Oh iya, saya masih ingat nama salah satu tokoh antagonisnya: Kebo Ijo kalau ga salah (lagi).
Nah, itu komik karya komikus lokal saya pertama yang sekarang tentu saja keberadaannya dipertanyakan alias udah diloakin sama Ibu saya.
Antri
Yap, tentu saja masuknya antri. Tapi entah kenapa, pemegang “tiket” online antrian redeem tiketnya malah lebih parah daripada yang beli di tempat.
Mungkin ini disebabkan karena booth redeem yang cuma tiga biji, dan dua diantaranya dipakai untuk redeem tiket yang dibeli via Indomaret (?)
Tapi ini ga separah GJ UI yang saya hadiri sehari setelahnya sih. Ini mah saya ga usah bahas lah ya, ampun amit-amit jabang bayi.
Kalap
Ya, saya kalap. Sumpah, kalap. Bajet yang tadinya saya rencanakan X rupiah jadi ngelunjak 100%
Kenapa kalap? Karena banyak banget yang bikin mata saya kesengsem buat beli sehingga dompet saya resmi ajojing.
Apalagi para komikus-komikus lokal ini sangat ramah-ramah sekali. Tanda tangan meluncur begitu saja bahkan sebelum saya dengan jumawanya (?) meminta-minta.
Komik
Ada beberapa komik yang saya akhirnya memutuskan untuk beli:
Menembus Jantung Pertahanan oleh Juan Vito & Salman Kuntjoro
Hello Goodbye oleh Ditta Amelia
Dr. Beak dan Ghost Note oleh Tora & Fakhri
Flick Royale oleh Nikki Dibya & Beatrice Nauli
5 Menit Sebelum Tayang oleh Ockto & Matto
HeartXBreak oleh E.R. & Tim Kroma
Bara - The Dark Age of Banda oleh Ockto Baringbing & Abdul Kholik
Arigato Macaroni oleh Erfan Fajar
Melankolia Project oleh Sakti Yuwono
Tahu Zine oleh Akademi Samali
The Nonsense Tail oleh Renata Owen

Yang terakhir sih sebenarnya hitungannya bukan komik ya, tapi karena saya suka banget sama artworknya, akhirnya yaa...dompet aerobik.
Kesimpulan
Aje gile, komik-komik lokal makin hidup skenanya.
Semoga kedepan-depannya skena komik lokal ini semakin baik dan berkembang ya.
Dan semoga tahun depan dompet saya kembali siap ajojing.
0 notes
Text
Cukai 2017?
Urusan bea cukai di Indonesia ini bener-bener bikin kepala saya keliyengan tiap kali mau impor barang dari luar negeri. Informasi yang diberikan di website bea cukai sendiri boleh dibilang sangat sporadis dan bikin tralala-trilili.
Sebelum 2017 ini saya berhasil -dikit- buat bikin hitung-hitungan cukai masuk barang karena banyaknya informasi yang tersedia dari pihak ketiga, bukan dari website bea cukainya sendiri, mengenai cara hitung-hitungan cukai.
Waktu lama bangjet itu belum ada kalkulator resminya yak, jadi masih harus ngeraba-raba kuda gigit besi alias banyak yang ngegetok harga cukai pos.
Namun berkat website pihak ketiga tersebut, yaa saya akhirnya ngerti dan ngebuat kalkulator sendiri via LibreOffice (Waktu itu masih OpenOffice) Calc, sebelum akhirnya kalkulator resmi muncul.
Di kalkulator resmi juga ga ada sih ditulis ongkos paket ulangnya kalau paket diperiksa/dibuka sama cukai.
Perubahan
Sampai akhirnya beberapa waktu yang lalu saya mau impor barang. Di website bea cukai dijelaskan kalau ada perubahaan nilai FOB barang pos, yang sejatinya 50 USD, kini menjadi 100 USD.
Woh, hepi dong. Tapi seperti biasa, saya ga mau percaya gitu aja info di website bea cukainya karena navigasi dan informasi yang sangat bikin saya mabok kepayang.
Cari-cari informasi, ternyata perubahan mendasar lainnya yang cukup mencolok adalah, jika nilai CIF (nilai barang + ongkir + asuransi) melebihi 100 USD, maka dari yang dahulunya nilai sisa dari batas bebas cukai yang dikenakan bea masuk, kali ini NILAI TOTAL yang kena bea masuk.
Satu lagi, katanya PPH dengan NPWP naik dari 7.5% menjadi 10%. Ya seperti biasa yak, selalu biasakan untuk menyertakan scan NPWP ke seller biar bisa dilampirkan di paketnya apabila nilai CIF 100 USD++
Entahlah apa informasi ini bener atau engga, soalnya informasinya sendiri ga ada di web resmi bea cukai. Halamannya ada sih yang merujuk kesitu, tapi pas dibuka linknya error. Hadeh...
Kalkulator Resmi?
Belum update, mas. Atau mungkin peraturan 2017nya batal?
Akhirnya
Ya akhirnya saya nekat aja ngimpor sih. Cuma ya itu, saya juga ngecoba ngapdet lagi via LibreOffice Calc berdasarkan beberapa artikel dari website pihak ketiga.
Tauk deh bener atau engga, tapi yang pasti sih peraturan 2017 ini, kalau hitung-hitungan saya bener yak, sangat menguntungkan yang belanja sub-100 USD. Nah yang kena getok yang belanja lebih sama dengan 100 USD sih.
Soalnya kalau bener hitungannya, revenue negara dari cukai barang pos naik sekitar 110.8% dengan asumsi nilai CIF yang sama (100.90 USD)
Yang saya buat di LibreOffice saya ekspor ke Google Docs dan bisa diakses di sini.
Mohon apabila ada yang baca, dikoreksi yah kalau saya ada salah dalam hitung-hitungannya karena ya itu tadi, sumber saya cuma artikel-artikel dari website pihak ketiga.
0 notes
Text
ElementaryOS Bagian II
Melanjutkan cerita yang kemarin. Karena PC rakitan sendiri tersebut ternyata tidak memiliki hard disk yang mumpuni alias sudah pada bad sector semua, saya memutuskan untuk membeli kembali hard drive satu biji untuk diinstall ElementaryOS.
Installation Image
File iso yang kemudian saya burn ke DVD ini saya dapatkan di website aslinya ElementaryOS. Rada seperti menjebak ya soalnya disitu diminta memasukkan sejumlah hepeng agar bisa download.
Padahal sih engga sebenarnya. Kalau misalnya sedang ndangadong hepeng, masukkan saza 0 rupiah ke kolom customnya, dan tombol purchase akan berubah menjadi Download.
Kemudian saya bakar deh ke DVD dan selesai! Tinggal masukin disk drive dan start instalasi deh.
Install
Kalau yang ini tinggal pilih Install ke Hard Drive dan tunggu deh prosesnya. Oh iya, pastikan hard drive yang digunakan ngga ada fungsinya lagi ya kecuali emang buat ElementaryOS karena bakalan dire-format dan re-partisi olehnya.

Proses installnya ga lama kok dan sangat gampang karena yaa seperti yang saya bilang kemarin, didesain untuk pemula.
Masuk!
Begitu masuk, saya langsung segera update-update deh dari AppCenternya ElementaryOS. Seperti App Storenya Mac gitu deh.

Proses update kali ini lumayan memakan waktu lama sih karena sepertinya banyak yang harus diupdate.
Tapi proses menunggu itu ga sia-sia kok, karena ElementaryOS emang gampang banget dipakai.

Saya jadi benar-benar ingin merekomendasikan sistem operasi yang satu ini ke teman-teman yang mungkin berpikiran untuk menggunakan OS alternatif setelah tobat dari yang bajakan-bajakan karena kemudahan pakainya.
Kesimpulan
Mungkin bagi beberapa militan Linux, OS ini dianggap dibuat terlalu simple dan bahkan saya melihat ada beberapa yang membencinya karena merasa justru membodohi.
Tapi buat saya, inilah OS pembuka jalan ke dunia Linux yang sangat tepat bagi pemula, karena selain simple, Desktop Pantheon yang digunakan juga tampilannya sungguh indah.
0 notes
Text
ElementaryOS Bagian I
Ngumpul-ngumpulin hardware-hardware lama dan jadilah PC yang siap untuk digunakan. Yang jadi masalah adalah, OS apa ya yang harus saya install? Walaupun harga lisensinya termasuk murah sekarang, kalau bisa jangan Windows lagi sih.
ReactOS
Kepikiran juga untuk install ReactOS yang konon klaimnya kompatibel dengan perangkat lunak untuk Windows. Tentu saja ga semua plek tumplek ya, tapi benar-benar kompatibel.
Karena selain dibangun dari nol dengan tujuan kompatibilitas lingkungannya, ReactOS juga diperkuat oleh Wine untuk platform *nux yang memang fungsinya mengemulasikan perangkat lunak untuk Windows di platform *nux.
Jadi senjatanya ReactOS untuk masalah kompatibilitas perangkat lunak dengan Windows dobel-dobel.
Cuma mikirnya ya...kalau gini sih sama aja dengan Windows. Dan kayanya mendingan beli lisensi Win 10 aja yang harganya sekarang juga ga mahal-mahal amat kok.
Phoenix
Kalau yang ini berdasarkan platform Android x86. Iya, bener, Android, tapi untuk desktop.
Awalnya sih pengennya Remix OS, tapi sayangnya Remix udah tewas alias udah ditutup projectnya karena satu dan lain hal.
Nah, Phoenix sendiri masih hidup, tapi statusnya beliau juga hampir sama dengan Remix OS sebelum mereka tutup pintu: Closed Source. Jadi sama sekali ga ketahuan apa saja yang mereka masukin ke sourcenya.
Kan ga asik kalau ternyata ada tracker kebiasaan kita berselancar di internet untuk kemudian dijual kembali metadatanya ke perusahaan penyedia iklan digital.
Apalagi kalau data yang dikirim sama sekali ga anonim. Wadaw.
ElementaryOS
Sampai akhirnya saya memutuskan untuk memakai salah satu distribusi *Nux saja. Pertama-tama tentu saja saya ingin menggunakan distribusi berbasiskan Ubuntu.
Nah kalau ini pilihannya tentu berjibun ya, apalagi dengan pilihan desktop yang juga memang berjibun, seperti Gnome, KDE, Xfce, Cinnamon, dsbnya.
Akhirnya saya jatuh hati pada ElementaryOS yang menggunakan desktop asli bawaan dirinya sendiri alias Phanteon. Tampilannya yang mirip Mac cukup memudahkan dalam pengoperasian, jadi sangat cocok untuk pemula.
Lagipula Elementary didesain dengan mindset untuk pemula, tentu saja pengoperasiannya sangat disederhanakan.
Akhirnya...dimulailah petualangan saya dalam membuat PC dari hardware-hardware lama dengan sistem operasi pilihan: ElementaryOS yang akan saya bahas di postingan selanjutnya yak.
BESOK! YIHA!
0 notes