Tumgik
anggitasekarsari · 3 months
Text
Pinter vs Ramah
Pas nonton suatu acara kompetisi antar mahasiswa, aku yakin kalo sebagian di antara kita yang nonton acara ini dulunya pernah ada di masa-masa ambis sama bidang akademik. Ngejar ranking 1 atau IPK terbaik, ngejar perlombaan ini itu atau ga nyerah ketika mendapatkan soal sulit. Momen sulit dan bikin pening ini justru bikin kita makin penasaran, makin excited atau makin gemes pengen naklukin ini semua. Jadi nostalgia, bukan?
Di antara sebagian yang ambis itu, kepotong jadi sebagian lagi yang saat ini mulai lebih legowo hahaha. Lebih ya udahlah, lebih ya ga apa-apa, lebih segini juga udah cukup karena melanjutkan bidang akademik rasa-rasanya terlihat makin menjauh. Aku ga bisa bilang sebagian orang ini mengalami demotivasi sih karena makin bertambah usia, kita semakin menghadapi realita dan orang-orang yang kita temui pun makin beragam. Yang tentu saja makin bikin kita jadi harus berkompromi. Entah karena kewajiban untuk bertanggung jawab atau memang takdir secara perlahan memperlambat laju ambis kita. Kita berhadapan dengan dunia luar akademik: bekerja yang mana terkadang akhirnya kita berjumpa pada kondisi bahwa menjadi extraordinary itu justru merugikan diri sendiri, boomerang!. Semakin rajin atau semakin luar biasa itu berarti semakin menambah beban tanggung jawab yang mana jika (saat itu) dikonversikan dengan pendapatan atau gaji, menjadi timpang bukan kepalang. Di dunia kerja sering denger kan istilah "semakin rajin semakin dikasih nambah kerjaan". Yang artinya apa? Yak jadi balik malem dan beban kerja ga sama kayak temen selevel yang gajinya sama :'). Meski kadang berpikir dengan menjadi extraordinary itu mungkin mningkatkan potensi naik jabatan, jadi EOTM atau bahkan EOTY atau jadi karyawan teladan. Itu akan sangat menyenangkan jika tidak ada variabel seberapa luas kesempatan naik jabatan dan persoalan sikut menyikut dalam perebutan tahta jabatan :')
Dunia sekolah memang berbeda dengan dunia kerja. Di sekolah, kita dikelompokkan dalam bentuk kelas (SD ada 6 kelas, SMP ada 3 kelas, dan seterusnya) dan dalam kelas tersebut kita memiliki beban, persoalan, target, dan input yang sama. Kompetisi menjadi lebih seragam jika dibandingkan dengan dunia luar sekolah. Tentu saja tetap ada variabel seperti lingkungan rumah, finansial, fasilitas, kecurangan, orang dalam, dan sejenisnya. Tapi nilai akhir akan dibalas tuntas dan langsung dalam bentuk ranking. Yang belajar lebih banyak dan rajin akan dapat nilai tinggi yang otomatis dapet ranking atas (meskipun akan ada outlier kalo lihat data ya alias ga selalu linier). Apresiasi didapatkan dengan cukup terukur. Nah kalo kerja, makna rajin bukan berarti akan menjadikan kita didapuk sebagai karyawan berprestasi. Rajin mengerjakan banyak pekerjaan jika tidak nyambung sama KPI maka tidak ikut dihitung dan/atau jika tidak dianggap oleh atasan maka tidak akan masuk dalam penilaian akhir. Kok bisa ngerjain yang di luar KPI? Begitulah pekerjaan haha. Itulah kenapa sekolah dan dunia kerja itu beda.
Jadi ambis di sekolah atau kampus ga guna dong? Nope. Aku kurang setuju sama kalimat ini. Apalagi kalo ditambah kalimat "mending perbanyak relasi, banyak temen, ramah sama semua karyawan biar kerjaan gampang daripada IQ tinggi". Huaaa kalo menurutku (disclaimer: menurut pendapat pribadi aku) sih hal ini bukan untuk dilihat mana yang lebih baik tapi justru sifatnya saling melengkapi.
Bayangin ya, si A pinter tapi jutek abis vs si B yang rada kurang dari segi IQ tapi ramah pisan. Sepertinya kalo aku jadi user buat interview kandidat subordinat, akan aku tolak semua haha. Pinter aja tapi disebelin banyak orang bikin sulit buat kerja sama. Baiiiik banget ke semua orang tapi pas dijelasin cuma bisa hah hoh ya lama-lama bikin gemes pengen nampol. Haha ga asik kan keduanya. Jadilah ramah dan baik itu perlu tapi punya daya tangkap yang oke juga butuh.
Dan di sekolah atau kampus lah kita ga cuma bisa asah daya ingat, daya kritis, telaten, tekun, teliti, pantang menyerah ketika di kelas tapi juga kita bisa asah emosi kita. Bisa dengan ikut berbagai kegiatan di kampus entah organisasi, kepanitiaan atau perlombaan. Biar siap otak dan emosinya. Begituuu ;)
Eh jadi gimana dengan kerja? Perlu ambis ga nih? Atau ya udah kerja sesuai gaji aja? Itu silakan dikembalikan ke pilihan masing-masing ya haha. Mau ambis boleh asal kalo ternyata ga bisa naikin gaji atau jabatan, jangan ngomel-ngomel. Mau kerja seadanya juga ga apa-apa asal kalo ternyata karir dan pendapatan stuck, jangan nyalahin sana sini. Intinya mau jadi extraordinary atau biasa aja, it's ok asalkan ikhlas dan sadar bahwa kerja itu ga cuma didasarkan pada satu dua faktor aja. Ga cuma tentang gaji aja atau jabatan aja. Ga cuma tentang balik tenggo atau work life balance. Ada tanggung jawab di situ, ada diri sendiri juga yang harus disayang dan dijaga kesehatannya. Ada printilan nahan emosi, nahan nyalahin orang lain, nahan nyikut temen sendiri, nahan buat ga jilat rekan atau atasan, dan nahan hal-hal ga baik yang harus kita jalani. Buanyak buanget yang harus dipertimbangkan. Ambis dan legowo ada porsi dan momennya masing-masing. Yang pasti aku percaya ketika kita milih di satu hal ambis dan di hal lain biasa aja, itu adalah yang terbaik. Asalkan kita berusaha dan bertahan untuk tetap jadi orang baik, insyaAllah Allah akan kasih balesan lebih banyak kebaikan. Entah dalam bentuk kesehatan, kelapangan, kemudahan atau nemu mie ayam terenak sejagat raya hehe :p
Sekian unek-unek aku yang berantakan ini. Semoga bisa aku jadikan evaluasi jika tulisan ini ternyata di kemudian hari banyak ga tepatnya.
Sebenernya nulis ini cuma buat ngobatin kangen aku yang udah lama ga nulis :'). Entah distraksi apa yang merasuki pikiran aku sampe nulis aja ga sempet :(
Yuk, Nggi, coba nulis lagi hihihi
(Bandung, 01 Juli 2024. 18.58 WIB. Anggi yang akhir-akhir ini screentime-nya di bawah rata-rata)
0 notes
anggitasekarsari · 5 months
Text
Naik-naik ke Tantangan Baru
Ada yang bilang "new year, new me". Jujur, tahun ini aku ga punya prinsip itu. Mau mengurangi tantangan dan lebih slow aja. Tapi ya dasar dikasih cobaan malah dicobain. Hahaha
Per April ini aku punya amanah baru di tempat kerja. Sebenernya kerjaan masih di bidang yang sama cuma beda jabatan aja. Promosi bahasa corporatenya hehehe.
Gimana gimana sebulan ini? Alhamdulillah babak belur. Ya mental, ya hati, ya jiwa hahaha. Ada tanggung jawab yang lebih besar otomatis ada hal-hal baru yang sebelumnya ga terkira. Orang udah bukan nanya lagi data ini data itu, tapi udah di level "dengan data ini, kesimpulan dan tindak lanjutnya apa?" Apa tidak meleyot wkwk :')
Aku sadar bagaimana aku merespon pertanyaan-pertanyaan dalam meeting yang menuntut sebuah keputusan itu masih jauh dari yang seharusnya. Masih keliatan bingung dalam merangkai kata-kata secara spontan bahkan bingung menjawab pertanyaan tidak terduga dan harus bersikap seperti apa. Kok bisa bingung? Ya karena modalnya masih kecil. Critical thinking dan menyimpulkan data pada level jabatan sebelumnya masih belum bisa memenuhi apa yang diharapkan level atas. Seni dalam melihat sebuah issue harus bisa diperlebar lagi, mengantisipasi setiap risk harus bisa diperdalam lagi, dan memikirkan segala kemungkinan solusi harus bisa dibedah lagi.
Masih jauuuuhhh banget dari yang seharusnya. Udah sampe ga sempet nangis lagi kek dulu haha. Karena udah di tahap babak belur yo wis ndak masalah, besok perbaiki lagi. Udah di tahap memori harus luas karena ga tau kapan orang tiba-tiba nanya data pas lagi ga pegang laptop.
Growing up is painful yaaaa hahaha
Ada ekspektasi, tuntutan, dan pertanyaan banyak orang setiap harinya. Aku cuma bisa menjalaninya sambil belajar dan kasih yang terbaik. It's ok salah, tapi dipelajari biar ga salah lagi.
Yuk anak piyik ini jalan lagi meski tertatih-tatih. Ga tau ke depan kek mana yang penting jalan dulu. Ga akan keliatan kalo ga jalan, kan? ;)
(Padalarang - Bandung, 29 April 2024)
1 note · View note
anggitasekarsari · 8 months
Text
Gommen-ne, Anggi-chan...
Sepertinya kesempatan besar di depan mata tidak harus diambil. Belum sekuat itu ternyata hehe
It's ok, siapa tau ada hal lain yang lebih menyenangkan di depan sana.
Arigatou, Anggi-chan...
Udah berjuang sejauh ini. Yuk jalan lagi buat ambil tantangan lain.
Otsukaresama!!! :D
Allah, terima kasih untuk jawaban dan petunjuk terbaik dari doa-doa sebelumnya :)
I'm happier now :')
0 notes
anggitasekarsari · 1 year
Text
Malam ini aku izin kepada langit untuk mengambil satu bintang. Bukan yang paling terang tapi bukan juga yang paling redup. Bukan yang paling besar tapi bukan pula yang paling mungil. Biasa saja. Tapi ia sangat menarik perhatianku.
Cahayanya cukup untuk satu genggaman. Masih muat juga jika ditaruh di saku baju. Tapi jangan dimasukkan ke dalam dompet yang sempit, nanti ia terhimpit.
Bintang yang cantik, tapi boleh lah untukmu. Aku kasih satu yang utuh. Untuk menemanimu berkelana ke seberang sana. Untuk mengingatkanmu bahwa langit mengawasimu dan pemberiannya.
Selamat menjelajah. Jangan lupa kembali :)
1 note · View note
anggitasekarsari · 1 year
Text
Kalo lagi ngerasa minder sama pencapaian, prestasi atau privilege orang lain, coba deh menepi sejenak dari hiruk pikuk lesatan segala macam berita dan cerita. Lalu coba lihat diri kita hari ini. Kemudian bandingkan dengan diri kita di masa lalu. Bebas. Mau 10 tahun yang lalu, 5 tahun yang lalu, 6 bulan yang lalu, seminggu yang lalu atau bahkan sehari yang lalu. Lihatlah betapa kita sudah bertumbuh dengan kuatnya, dengan bijaknya, dengan sabarnya.
Eh dulu tuh aku urusan antrian diserobot aja gampang ngamuk lho, sekarang aku bisa tegur baik-baik
Oh iya, kemarin-kemarin aku tuh demen banget dah telat sampe kantor, eh sekarang frekuensi telat aku udah berkurang lumayan
Bulan ini ternyata konsumsi per-gula-an aku bisa ya menurun. Wah, aku bisa membantu dalam menurunkan angka diabetes di Indonesia nih
Wait wait, keknya pas newbie kerja tuh aku kalo nemuin hal yang ga sesuai, gampang banget denial dan nyalahin sekitar. Sekarang kok bisa ya lebih santai dan legowo bahkan bisa nemuin jalan keluarnya
Ah ya iniii. Dulu tuh rasanya ga pede sama muka yang ga secantik para artis. Sekarang meski tetep ga secantik mereka, aku lebih bisa merawat diri, lebih pede dan menerima diri sendiri
Dan banyak banget banget banget lagi.
See? Kita tuh growing up kok. Menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Menjadi lebih dewasa, lebih bijak, lebih dapat melihat sesuatu dengan luas dan dalam.
Mungkin emang perlahan, mungkin emang ketinggalan jauh dari yang lain. It's ok. Yang penting bertumbuh. Bukankah tauladan kesayangan kita, Rasulullah Muhammad SAW mengatakan bahwa orang yang beruntung adalah yang lebih baik dari kemarin? Berarti selama kita bertumbuh jadi lebih baik, kita beruntung kok. Terlepas dari kita ga punya privilege seperti orang lain pun, selama kita lebih baik dari sebelumnya, kita termasuk orang yang beruntung.
Just say thanks to yourself. Makasih ya diri sendiri udah bantuin nahan jajan makanan dan minuman tinggi gula meskipun menggoda, makasih ya diri sendiri udah kuat nahan ngantuk di tengah meeting abis makan siang, makasih ya diri sendiri udah bersama-sama eungap ngejar kereta yang mau berangkat, makasih ya diri sendiri yang nemenin nangis gegara galau di tengah malam. Hahahahaa..
Daaah, ga usah minder. Yuk terima diri sendiri dengan segala ceritanya, apa adanya, dan perjalanannya.
Selamat menjadi diri sendiri, selamat menjadi lebih baik. Semoga Allah balas dengan kebaikan yang tak terhingga :)
(Padalarang-Cimahi, 02 August 2023 pukul 18.17 WIB).
0 notes
anggitasekarsari · 1 year
Text
Bolak-balik
Udah beberapa tahun ini kita dikasih berita banyaknya perubahan dalam diri seseorang. Baik itu penampilan, tingkah laku atau cara berpikirnya. Entah berubah menjadi dia yang baru atau sebenarnya dia kembali ke aslinya yang kita ga ketahui.
Yang bikin aku sedih salah satunya adalah perubahan beberapa perempuan yang awalnya menutup aurat menjadi tidak menutupnya lagi. Singkatnya bisa disebut lepas kerudung.
Kenapa sedih? Karena aku tau banget pake kerudung itu ga gampang. Ga cuma sekedar pake baju dan bawahan panjang ditambah kain penutup kepala. Ada tuntutan berat di dalamnya. Baik internal dari diri sendiri maupun eksternal dari orang sekitar.
Bayangin aja tiap perempuan berjilbab melakukan kesalahan, ada aja yang bilang, "kerudungan kok gini gini gini", "mba, kelakuan kayak gitu, malu dong sama jilbabnya". Ya Allah Ya Rabbi, seakan-akan yang pake jilbab harus suci dari dosa dan dianggap ga layak kalo ada yang bikin kesalahan. Seakan-akan yang ga pake jilbab dibolehkan berbuat demikian.
Nah, padahal ga gitu lho cara pandang tentang jilbab. Pake jilbab tuh ya kayak sholat 5 waktu. Hukumnya wajib bagi perempuan. Mau hari ini (naudzubillah) berjudi, ya tetep aja kalo udah masuk waktu sholat dzuhur mah main judi itu ga mengugurkan kewajiban sholat dzuhur. Kalo mabuk abis party dari malem sampe pagi trus ketiduran dan sadar-sadar udah dzuhur, tetep aja punya hutang sholat subuh yang harus dibayar. Begitupun dengan berjilbab. Mau hari ini ga bisa jaga pandangan dari cowo cakep, ya tetep aja jilbabnya harus dipake sembari istighfar pas udah sadar. Trus contoh lain kan cewe tuh kalo patah hati suka ganti penampilan, nah itu usahain banget jangan buka jilbabnya, Cantikku. Kenapa? Karena histeris ketemu cowo cakep, patah hati, dan dosa-dosa lain tuh ga menggugurkan kewajiban sebagai muslimah untuk tetap pake kerudung.
Trus gimana dengan pendapat orang-orang yang bawa-bawa kerudung pas kita melakukan kesalahan? Nah ini memang salah satu hal yang mesti dipikul muslimah Indonesia. Bahwa perempuan berjilbab harus baik dan ga boleh salah. Salah dikit? Kerudungnya yang kena. Salah lagi? Islamnya yang kena. Padahal yang komentar sesama muslim. Sedih banget ga sih :'(
Tapiiiii ingat, sis! Bukan berarti bebas juga ngelakuin kesalahan dengan dalih "perempuan berjilbab juga manusia". Bener sih muslimah juga manusia, tapi bukan berarti santai aja pas makan di warteg tapi darmaji (dahar lima mayar hiji)* haha. Tetep muslimah itu ikhtiar menghindari dosa. Sebenernya mau pake kerudung atau ga, menghindari dosa tuh harus ya hehe.
Buat saudariku yang belum berkerudung, aku doain semoga segera menutup aurat dengan sebaik-baiknya ya. Coba deh masuk ke dalam hati yang paliiiing dalem. Pasti ada setitik, meski kecil, suara yang membisikkan "Hai, Cantik, kapan mau berkerudung? Itu perintah wajib dari Allah lho". Coba deh beneran dengerin pas lagi sepi dan dalam kondisi lagi ga denial. Ada kan? Hehe. Biar nanti masuk surga lewat jalur bisa menjaga diri meski di pantai pada pake bikini hehehe.
Intinya mah yuk berusaha minimalisir dosa dan perbanyak berbuat kebaikan. Siapapun! Baik yang udah berkerudung atau belum.
Buat yang udah berkerudung, mungkin selembar kain penutup kepala ini terasa beban berat. Tapi tetep bertahan ya biar Allah sayang sama kita dan dihadiahi surga. Aku tau kok ini berat banget banget banget. Ada masanya pengen lepas kerudung ketika ujian dateng ga ada habis-habisnya, tuntutan buat tampil cantik seakan-akan menjadi standar tertinggi kasta perempuan yang dihargai atau lelah karena bingung cara berhenti dari dosa yang dilakukan berulang kali. Inget-inget lagi kalo pake kerudung itu wajib bagi muslimah gimanapun dan di manapun kita.
Buat yang belum berkerudung, ini juga berat ya, sis. Di tengah kewajiban harus berkerudung, hati ini masih bingung. Antara tuntutan kerjaan atau resign aja di kondisi cari kerjaan lagi susah. Antara membatasi diri sebagai muslimah atau masih nyaman dengan kondisi saat ini yang cenderung lebih longgar. Kok lebih longgar? Kan kalo ga pake kerudung bisa merasa bebas salaman sama non mahram, ga dipandang aneh masuk club buat party, pilihan pakaiannya lebih banyak. Hehehe.. Padahal mah aturannya tetep sama aja ya buat yang berkerudung atau tidak. Tapi semoga terus bertumbuh dalam kebaikan ya, Sayangku, hingga akhirnya nanti nutup auratnya ga cuma pas sholat sama di keranda aja.
Buat yang lepas kerudung, pasti berat banget ya ujiannya? :( Mungkin aku ga bisa bener-bener merasakan tapi yang namanya ujian, meskipun berbeda bentuknya, semua orang pasti merasakan. Kita sama-sama diuji, kita sama-sama struggle di cobaan masing-masing, kita sama-sama berada di tepi jurang. Tapi kita sama-sama punya Allah yang ga berat sebelah, yang sayang ke semuanya. Yuk bismillah nangis aja ga apa-apa, nanti coba pake lagi kerudungnya ya. Sunyi memang jalan kebaikan itu, ga seheboh tampil cantik menawan di medsos. Tapi sebenernya kebaikan itu ramai diperbincangkan dan ramai didoakan di langit sama para malaikat. Indah, kan? :)
Oh iya, selain itu, sesama saudari ga usah saling komentar apalagi komentar pedes ya.
Ih kerudungan kok dzolim
Pake kerudung kok pamer kekayaan
Pake kerudung kok centil
Ga pake kerudung sih wajar lah minum miras
Ih dia kalo pake baju kebuka lho (pas liat dia tetiba masuk mesjid join kajian).
Udah sayangku udaaaah. Ga usah banyakin komentar. Mending perbanyak lakukan kebaikan. Di manapun, kapanpun. Biar yang dilihat di dunia ini tuh banyak kebaikan. Biar mulai ketutup berita-berita selingkuh, perempuan lepas kerudung, perempuan yang tidak menjaga diri dengan kebaikan kita meski keciiiil banget.
Tetep bertahan ya muslimah kesayangan Allah. Biar nanti di surga disapa wanita-wanita hebat seperti Siti Khadijah, Siti Maryam, Siti Asiah, dan yang lainnya.
Aku tau ini berat. So, jangan lupa berdoa: Yaa muqollibal quluub tsabbit qolbii 'ala diinik (Wahai Yang Membolak-balikkan Hati, teguhkanlah hatiku senantiasa di atas agama-Mu). Karena hati kita tuh lemah banget. Gampang terdistraksi. Gampang berubah. Hari ini kajian nangis-nangis pas muhasabah, besok histeri nangis ketemu idola. Nah, biar Allah jaga kita supaya ga oleng, banyakin berdoa itu ya. Sembari diusahahin sadar kalo kita harus on track sama kebaikan. Jangan lupa sempetin datengin majelis-majelis ilmu biar berkumpul sama orang-orang sholihah. Meskipun ke kajian lebih banyak planga plongo kek anak kucing daripada ilmunya yang masuk ke otak, ga apa-apa kok. Vibes adem ayemnya yang dicari, vibes sakinahnya yang dikejer. Mayan mendinginkan hati dan pikiran yang lagi suntuk. Ok, Sis? ;)
Yuk bertahan. Di tengah hati dan dunia yang huru hara. Di tengah ujian yang bikin pengen putus asa. Di tengah cobaan yang bikin bilang "Ya Allah udah ga tau harus gimana". Yuk pertahanin selembar kain di kepala itu. Yuk pertahanin pake pakaian panjang. Yuk pertahanan diri meski sakit, hati terasa sesak, dan air mata udah ga ketahan lagi. Yuk bertahan. Di depan sana ada kemudahan karena bersama kesulitan ada kemudahan. :)
Inget-inget aja kalo kalimat ini tuh ga bener: ga apa-apa ga pake kerudung, yang penting berbuat baik. Ga, Cintaku, bukan gitu konsepnya yaa. Dengan kita berbuat baik, bukan berarti menggugurkan kewajiban kita pake kerudung. Tetep wajib bagi muslimah ya :)
Sekian ocehan aku hari ini wkwk. Pake kerudung itu wajib. Tapi pilihan untuk pake atau tidak, monggo aku kembalikan lagi ke diri masing-masing ya. Kita ga perlu berdebat soal pahala dan dosa atau masuk surga apa neraka. Silakan berdialog dengan diri sendiri dan dengan Allah di sepertiga malam yang sepi. Silakan merenung sejenak bersama lautan ilmu dan nasihat para ulama.
Pake kerudung? Bismillahnya di dunia, alhamdulillahnya di surga. InsyaAllah. MasyaAllah kan? ;)
(Bandung, 16 July 2023. 11.58 WIB).
1 note · View note
anggitasekarsari · 1 year
Text
Yuk Main
Di tengah beban yang semakin bertambah, di tengah tuntutan yang semakin menanjak, di tengah ibadah yang terasa menurun, mari berjalan. Menyusuri dan merenungkan ciptaan Allah, mendatangi kumpulan orang-orang baik, mendengarkan nasihat-nasihat orang berilmu, perbanyak sholat meski suratnya An-Nas dan Al-Ikhlas.
Yuk main. Ga usah jauh-jauh, yang penting hilang segala suntuk. Ga usah yang mahal, yang penting mengembalikan kesadaran. Bahwa semesta bekerja atas titah Sang Maha Kuasa.
Eh kaki ini bisa jalan lho, coba kemarin kepentok tiang, pasti hari ini cuma bisa rebahan. Alhamdulillah ya, Allah masih kasih kekuatan.
Eh masih bisa jajan mie ayam lho, coba kalo kena covid dan hilang indra pengecap, pasti hari ini dikarantina. Alhamdulillah ya, Allah kasih kesehatan.
Eh hari ini bisa nyempetin dateng kajian lho, coba kalo ujan dan macet total, pasti lebih milih pulang. Alhamdulillah ya, Allah kasih keluangan.
Eh hari ini sempet sarapan lho, coba kalo kesiangan, pasti repot dan ga nyaman di jalan. Alhamdulillah ya, Allah bantu bangunin tepat waktu.
Sambil main, sambil renungin segala hal. Lalu sadari bahwa segalanya merujuk pada satu hal: Allah yang bantuin ini semua. Allah yang nyuruh paru-paru buat otomatis napas, Allah yang ngatur jalanan aman buat kita, Allah yang bikin skenario mamang mie ayam masih ada stok buat kita beli.
Yuk sambil jalan, sambil inget Allah. Meski kadang terdistraksi beban-beban deadline, meski kadang terdistraksi artis idola, meski kadang terdistraksi hura-hura, it's ok. Namanya juga manusia.
Tapi jangan lupa untuk belajar selalu ingat Allah. Minimal dimulakan dengan bismillah, disudahi dengan alhamdulillah. Begitulah sehari dalam hidup kita, mudah-mudahan dirahmati Allah ~
lah malah nyanyi hehe :D
Yuk main. Yuk tafakur. Yuk merenung. Yuk bersyukur. Yuk jadi hamba yang diridhai Allah.
Semoga kita menjadi hamba pengingat Allah dalam segala aktivitas baik berdiri, duduk, berbaring :)
(Bandung, 10 July 2023, 23.15 WIB).
0 notes
anggitasekarsari · 1 year
Text
2023 Ngapain Aja?
Udah lewat setengah dari 2023, ngapain aja? Btw, udah lama ga nulis di sini ya. Haha :D
Kalo baca-baca lagi tulisan-tulisan 2022, ternyata sungguh campur aduk perasaan aku. Struggle banget di dunia kerja nanggung beban yang lebih berat dari tahun-tahun sebelumnya karena faktor eksternal. Kalo boleh flashback nih ya, ada moment mecak-mencak sampe moment nangis di kereta. Moment ter-ga ikhlas karena nanggung kerjaan orang lain yang bikin balik malem terus. Dan segala moment roller coaster di dunia kerja. Mana masih pandemi kan ya jadi jarang bisa main juga.
2023? Alhamdulillah masih struggle dengan problem yang sama hahaha. Cuma ya ditambah sedikit bumbu jangan panik dan yang penting aku kerja maksimal. Kalo ga beres ya udah kerjain besok lagi. Kalo besok ga beres ya udah besoknya lagi. Toh pada akhirnya ternyata beres juga. Tahun lalu kan kepikiran mulu sampe kebawa mimpi ye saking numpuknya beban deadline hahaha.
Urusan dia masih di posisi yang sama dengan cara kerja yang gitu-gitu aja, itu mah urusan dia sama Tuhannya, tanggung jawab dia di hadapan Tuhannya. Segala cara nasihat sampe bantuin ini itu dari kami udah tuntas. Sisanya terserah dia. Bodo amat dikit ga apa-apa ya kan :)
Mari balik ke pertanyaan awal. 2023 ngapain aja? Ya main, ya mulai kajian lagi (meski ga seluang dulu), ya kerja, dan banyak lagi. Beberapa hal mulai bisa dihadepin dengan lebih tenang, ga gampang panikan. Makin ke sini makin sadar kalo kadang harus bisa jadi sandaran. Kemarin sekali, pas perjalanan malem di kereta dari Solo ke Bandung, mendadak jam 2 malem ditelfon mama. Abi sakit dan udah bilang ga kuat. Di rumah cuma berdua sama Mama. Panik? Yes. Awalnya bingung. Tapi kudu gerak cepet secara Aa di Jakarta malah ikutan panik. Coba ditanya sakitnya belah mana, seperti apa sakitnya, organ vital kena pengaruh apa ngga. Apalagi aku anak kesehatan, semuanya nanya ke aku "keputusannya gimana?". Akhirnya minta mama anter Abi ke UGD. Sebenernya agak tenang pas nanya gejala dan sakitnya belah mana. Udah prediksi di rumah sakit bakal seperti apa. Sambil nunggu kabar dari mama, kudu bantu tenangin Aa juga. Alhamdulillah ga sampe 2 jam udah bisa dibawa pulang. First time ambil keputusan di situasi darurat kesehatan anggota keluarga. And alhamdulillah I did it meski pengen mewek soalnya di kereta sendirian sementara temen yang lain beda gerbong. First time ketakutan sampe detak jantung kerasa kenceng banget, first time kudu nenangin semua anggota keluarga. Biasanya si bungsu ini yang paling dilindungi dan dimanja :')
2023 ngapain aja? Ponakan udah makin gede aja. Kata orang tuanya dia susah deket sama orang. Tapi sama Cicinya nempel. Mungkin cicinya ini emang gesturnya the wheels on the bus-able kali ya wkwk. Pas ke Jakarta mampir ke rumah Aa, langsung deh ngajak main the wheels on the bus sejuta kali hahaha. Yuk nanti main lagi sama Cici yang jauh :D
2023 ngapain aja? First time ke Solo sama temen-temen. Biasanya sama keluarga. Ketemu orang-orang keren dan ketemu sohib yang udah 5 tahun ga ketemu. Iya iya, ketemu kak Nicholas Saputra dua hari tapi ga dapet foto bareng wkwk. Cuma dapet momen doi ngomong bahasa jawa lebih fasih dari aku. Ya aku kan kagok wkwk. Seruu seruuu first time liat pertunjukan teater budaya yang wow dan megah banget. Outdoor pula dan malem hari. Pas banget sama Solo yang lumayan sejuk kalo malem. Kan kalo Bandung, apalagi Lembang, mah masuk angin ya kalo kelamaan di luar hehe.
2023 ngapain aja? Nonton Indonesia Open! Heiiii it's my bucket list!! Seneng banget nonton siapapun yang main bagus semua secara emang level super 1000. Seruuu seruuu mukul balon tepok sampe kempes. Teriak dukung jagoan bareng sama penonton yang lain. Pengen lagi tahun depan. Semoga bisa yaa hihihi.
2023 ngapain aja? Ada deh. Mungkin ga perlu ditulis juga hehe. Yang jelas tetap dengan Anggi yang doyan cappuccino tanpa gula, Anggi yang masih suka lari ngejar kereta yang mau berangkat, Anggi yang masih pengen jadi florist sambil ngerajut, Anggi yang masih pengen travelling sana sini tapi harus nabung lama, Anggi yang masih ga doyan pepaya, Anggi yang selalu tergoda mie ayam, Anggi yang gemes kalo sehari ga ngeluarin satu joke yang bikin sekitar tertawa, Anggi yang masih jadi inisiator ngajak jajan kopi, Anggi yang masih iya iya aja meski sedikit ngedumel tapi tetep diberesin, Anggi yang paling ga suka lari dari tanggung jawab padahal udah pengen nangis, Anggi yang... gitu deh hehe.
Dengan segala kekurangan, ketidaksempurnaan, dan privilege yang seuprit, Anggi ya Anggi. Kalo ditanya mau dilahirin jadi siapa, mau tetap dilahirin jadi Anggita Sekarsari aja. Karena dengan hidup saat ini, udah bersyukur banget. Meski banyak salah, keliru, ngerepotin orang lain, aku nerima Anggi apa adanya. Yang kadang ga bisa kalem, tapi kadang anggun kalo lagi inget hehe. Tapi proses bertumbuh yang kadang bikin perasaan naik turun ini bikin aku banyak sadar. Sadar bahwa kita harus sadar. Gitu lah pokoknya hehe
2023 mau ngapain aja? Hmmm apa ya? Ngalir dulu aja kali ya. Sambil ikhtiarin target yang semoga diaminkan semesta dan diridhai Yang Maha Kuasa. Sambil menata hati biar makin tenang (alias ga panikan) setenang suara kak Nicsap bacain puisi untuk mba Cinta hehehe.
2023 mau berharap apa? Jadi lebih baik, lebih sadar, lebih bijaksana, lebih diridhai Allah. Dan tentu saja lebih bisa berpikir dari berbagai sudut pandang buat ga gampang ngejudge dan asbun.
Yuk jalan lagi. Pelan ga apa-apa. Mau lari juga ayo. Yang penting jaga ritme dan keseimbangan. Baik dunia maupun surga ;)
Syukur-syukur bisa foto bareng kak Nicsap. Euuuh eta teteeeuuppp wkwkwk. Padahal udah pernah bahkan sampe diposting di IG nya mas Riri tapi ramean dan aku cuma seuprit di belakang wkwkwk
(Bandung, 03 July 2023, 21.46 WIB. Dear Anggi, jangan lupa diet. 2 hari di Solo kenapa berat badan naik? :p hahaha)
1 note · View note
anggitasekarsari · 2 years
Text
Personality
Kemarin-kemarin sempet iseng ikut cek personality lewat tes MBTI online. Wait, sejauh sepemahaman aku, tes online ini ga valid ya. Jadi aku juga ga begitu yakin sama hasilnya. Apalagi pas beneran liat hasilnya. Makin heranlah aku ini. Ya masa aku INFJ-A yang katanya di situ termasuk golongan kepribadian langka. Perasaan modelan aku ga langka ya wkwk. Manusia naik turun yang kadang ngomel dan kadang juga ketawa haha hihi. Yang fully approved adalah introvert-nya. Itu sih orang udah bisa nebak bahkan sebelum aku menyadari kalo aku introvert hehe.
Sebenernya pengen ikut test yang beneran dan tervalidasi gitu tapi belum nemu sih mau test kemana. Pengen tau aku tuh kek mana orangnya. Biar tau kekurangan aku yang bisa diperbaiki. Lebih jauh lagi, biar bisa nerima diri sendiri.
Kenapa aku suka warna? Kenapa dulu lolos final gara-gara main piano tapi gagal pas lomba matematika? Kenapa hasil tes IQ aku menunjukkan bahasa adalah bidang yang sangat menonjol? Kenapa daya ingat yang baik terkadang menyusahkan hidup? Kenapa bunga dan merajut lebih menarik perhatianku daripada fisika? Kenapa aku ga mau ada orang yang terluka hatinya? Kenapa dalam suatu diskusi aku memilih jalan damai? Tapi kenapa jalan damai sulit ditempuh untuk orang-orang yang menabrak kaidah kebenaran?
Dan masih banyak pertanyaan yang lain.
Hahaha... I know it's too late. Di usia segini baru mempertanyakan tentang diri sendiri. Dulu-dulu mungkin pernah nanya tapi cukup puas dengan teori introvert-extrovert dan otak kanan-otak kiri. Cuma gegara akhir-akhir ini sadar tentang ingatan sendiri yang pas interview kerja, kata psikolog punya ingatan yang kuat. It's a good news, right? B-but.. it makes me tired sometimes. :')
Mungkin ini juga karena sifat perfeksionis yang harus kutoleransi dengan susah payah. Mungkin juga otak berisik ini yang terus menerus membentuk struktur rancangan masa depan atau sekadar menyusun puzzle-puzzle kemungkinan perasaan dan respon orang lain kalo aku bicara begini begitu.
Mungkin aku lelah. Ditambah kasus akhir-akhir ini seputar farmasi yang menguras pikiran dan tenaga. But I'm still curious. Who really I am. Hahahaha
Apakah beneran sifatku langka? Hahaha takut asli wkwk.. menjadi minoritas ga gampang kan? wkwk..
Bisakah aku cuek dengan tidak memenuhi semua ekspektasi? Bisakah aku bodo amat sama orang yang jelas-jelas sudah tidak bisa diatur? Bisakah suatu saat nanti aku memiliki waktu yang banyak untuk bermain dengan warna? Entah..
Mari jalan saja dulu. Sambil menikmati aroma lemongrass yang menenangkan, menikmati musik yang mampu menarik senyumku, menikmati irama ombak dan hutan yang teratur. Atau sambil sesekali menggerakkan tubuh dalam suatu alunan yang menyenangkan.
Mungkin esok akan ada orang-orang baik yang membantu, mungkin besok kabar menyenangkan akan datang secara mengejutkan, mungkin besok ada kesempatan lihat salju. Jadi mari jalan saja.
Entah nanti ternyata aku memiliki sifat langka atau tidak, semoga aku bisa menerima diri sendiri dan memberikan yang terbaik, untuk diri sendiri dan juga banyak orang :)
(Dalam perjalanan kereta Padalarang - Bandung. Senin, 5 December 2022 pukul 18.11 WIB).
6 notes · View notes
anggitasekarsari · 2 years
Text
Hari ini, di sisa hujan yang menyisakan angin berbisik, kudeklarasikan satu hal pada dunia.
Mencintai angin harus menjadi siut
Mencintai air harus menjadi ricik
Mencintai gunung harus menjadi terjal
Mencintai api harus menjadi jilat
Mencintai cakrawala harus menebas jarak
Mencintaimu harus menjelma aku.
Sejurus kemudian, kubuka jendela kamar. Gelap. Titik-titik bintang enggan menyapa. Hanya abu yang tersirat lembut di antara hitam.
Kubiarkan cahaya bintang memilikimu
Kubiarkan angin yang pucat dan tak habis-habisnya gelisah
Tiba-tiba menjelma isyarat merebutmu
Entah kapan kau bisa kutangkap.
Kudengar suara ombak bersaling-silang dengan irama yang dapat kita kenal dan kenang. Dari kejauhan kapal-kapal tersandar dan berayun-ayun lemah. Sebuah lamunan terlintas.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.
Kepeluk kedua kakiku. Kutopangkan dagu pada kedua lutut. Nyanyian katak seperti hendak bercerita tentang sebuah peristiwa langka.
Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu.
Hatiku luruh. Beserta apa yang ingin kukatakan pada semesta. Bersama dengan angin yang berlalu entah kemana. Mungkin ke puncak gunung. Untuk dibisikkan pada matahari terbit esok hari.
(Terinspirasi dari sajak-sajak eyang Sapardi Djoko Damono).
Sajak-sajak Kecil tentang Cinta
Nokturno
Aku Ingin
Hujan Bulan Juni
2 notes · View notes
anggitasekarsari · 2 years
Text
Kamu tanpa jejak adalah kamu seperti beberapa tahun lalu.
Dan aku masih saja sama: termangu.
0 notes
anggitasekarsari · 2 years
Text
I've been preparing for it long ago and it seems like it's still a long way off. I can't pretend to be okay but I'm trying to do that.
Let's wait a little longer until the sunflowers bloom next season. Let's keep going so we can still write on the foggy glass together. I will always remember the rhythm and the sound of that guitar so we can listen to it at dusk on the beautiful beach.
And I will say thank you because you have helped realize what I have prepared in the past.
ありがとう
我喜欢你
:)
0 notes
anggitasekarsari · 2 years
Text
原來你是 我最想留住的幸運
與你相遇 好幸運
:)
For you, one day, one name
我不知道什么时候,但我相信有一天我们会见面
0 notes
anggitasekarsari · 2 years
Text
Udah beberapa waktu ini diterpa banyak hal yang kurang menyenangkan. Bertubi-tubi. Bukan lagi silih berganti tapi hampir bersamaan mendatangi. Bahkan seorang teman pun menyadarinya dan sempat bilang, "ada aja ya, ga ada habis-habisnya." Aku hanya tersenyum. Sedikit pahit dan asam memang tapi masih ada setitik manis bernama menerima yang terasa seperti gula batu yang dicelupkan pada teh premium yang dijual di kereta Solo-Bandung. Manis jambu rasanya. Tak pekat tapi juga tak terlalu terasa.
Beratkah? Ya. Aku tidak bisa berbohong pada diriku sendiri, pada hatiku sendiri bahkan pada air mata sendiri. Kukira menangis di sepanjang jalan di kereta adalah scene paling dramatis dalam sebuah film, namun nyatanya itu bisa terjadi di dunia ini. Bahkan pada diriku sendiri.
Momen menahan marah dan air mata justru membuat tanganku bergetar hebat, napas naik turun tak tentu, kepalaku seperti berputar, tubuhku lemas seketika. Tapi aku tetap harus tegak atas nama profesional. It's so hard. But life must go on, right?. Sesudahnya hanya sholat yang mampu meredakan semuanya.
Setiap malam aku selalu tertidur, bukan sengaja tidur. Memasrahkan begitu saja pada malam yang senyap dan menanam harap di sepertiga sebelum kepergiannya untuk mendapatkan kembali ketenangan. Kemudian pada matahari pagi yang masih samar, kulihat sebuah pesan bahwa semua akan baik-baik saja. Ya, esok, hal-hal baik akan datang. Bertubi-tubi juga seperti hujan bulan Desember.
Hari ini, aku hanya perlu menjalaninya saja. Aku tak tahu nasib macam apa yang menemuiku besok hari. Kalaupun tak sesuai harapanku lagi, semoga aku bisa menjalani dengan lebih baik lagi. Gula batu teh premium itu mungkin akan lebih sanggup meredakan pahit dari sebelumnya. Ya, aku hanya perlu mengaduknya hingga manisnya merata. Kemudian menghirup aroma wanginya dan menyeruputnya sedikit demi sedikit. Aku hanya perlu menjalaninya dengan lebih lapang, dengan lebih sabar, dengan lebih tenang setenang pohon-pohon di tepi jurang yang diguyur air terjun tanpa henti.
(Bandung, 10 July 2022 pukul 20.20 WIB. Do'a kebaikan aku haturkan untukku dan semuanya :)).
0 notes
anggitasekarsari · 2 years
Text
Pernah ngerasa ga adil kah? Pernah ya pasti hahaha
Rasa-rasanya kalo abis nerima ketidakadilan tuh pengen banget teriak "cuma Allah yang Maha Adil di dunia ini!!!". Bener banget! Emang cuma Allah yang Maha Adil. Manusia? Ya namanya manusia ya, berjalan dengan kepentingannya masing-masing. Apa sih yang bisa diharapkan dari orang lain? Lha wong sayyidina Ali aja bilang kalo ga pernah ngerasa kecewa dalam berharap kecuali sama manusia.
Orang lain. Orang lain! Ga bisa kita kontrol semau kita. Sistem aja kadang ditabrak, aturan aja kadang dijustifikasi, dan batas aja kadang dibuat samar. Apalagi ga punya power ya kitanya. Pak Cik Andrea Hirata pernah bilang di bukunya kalo pantes aja orang pada keranjingan power secara kekuatan power ini emang luar biasa, bisa atur orang.
Dalam obrolan singkat sore tadi dengan teman saya, saya bilang kalo saya sadar banget buat butuh waktu untuk ikhlas atas ketidakadilan. Eh ikhlas? Legowo dulu aja susahnya ampun-ampunan haha.. Untuk case ini emang first time sih jadi saya pun kasih waktu buat diri saya sendiri untuk berproses. Kesel ya kesel aja. Nangis ya nangis aja. Capek ya capek aja. Sesek di dada ya disesekin aja. Ga suka pas ketemu orangnya ya ga suka aja meskipun masih berusaha sopan. Let me enjoy this moment. Biarin saya struggle dengan kondisi ini. Yang penting ga do'ain jelek. Yang penting ga ngomong dan berbuat yang Allah ga suka. Dan yang harus dijaga adalah jangan sampe keluar kalimat "biar Allah yang balas". Seorang guru nasihatin kalo ikhlas itu salah satu parameternya adalah ga keluar kata-kata gini "ikhlas kok ya Allah, hamba ikhlaaaas.. ga apa-apa ini mah ga akan hamba balas. Biar Allah saja yang balas." Itu namanya ga ikhlaaaas wkwkwk...
Well, fase ini emang sulit. Bayangin aja kerjaan siapa ini woiii kenapa gue yang kena. Babak belur badan sama pikiran beresin ini tapi yang seharusnya bertanggung jawab ketawa kenceng banget di tengah keseriusan gue dan kabur pas matahari masih nongol. Muka breakout kebawa stress padahal skincare rajin, badan udah ga karuan karena pikiran belum ikhlas, sakit maag muncul padahal udah lama doi ngilang. :') Fase ini terasa sulit. Sangat sulit.
Hingga akhirnya keinget satu kalimat "bekerja itu untuk ibadah". Jadi ya ibadahnya harus sungguh-sungguh. Siapa tau ini wasilah ibadah yang bisa ngeringanin dosa-dosa yang buanyak banget di pengadilan akhirat. Udah itu doang yang bikin saya punya pegangan biar ga oleng. Kalimat "ga apa-apa, anggap aja ini bahan belajar buat aktualisasi diri", "ini moment untuk berkembang", dan "anggap aja kamu emang satu-satunya orang yang dianggap mampu menyelesaikan ini" tuh belum nyampe di sayaaaa. Ikhlasnya belum sampe sanaaa wkwk.. Baru di fase ini niatnya ibadah. Biar langsung ingetnya Allah, biar lurus lagi jalannya, biar longgar lagi hatinya.
Haha... pengen ketawa padahal lagi sedih. At least saya menemukan diri saya yang berbeda dari sebelumnya. Jauuuuuh berbeda. Dulu gampang pundung terus banyak di-puk-puk-in akang teteh BEM (bocil banget kalo inget tahun ituuu), dulu kalo ga suka langsung ngomel di depan orangnya, dulu dulu dulu ya gitu deh bocil banget. Sekarang bisa coba narik napas dulu terus kasih waktu sekian detik hingga menit buat diem dan coba diomongin baik-baik meskipun tetep aja ada penekanan wkwk.. Yang ga hilang cuma nangis. Cengengnya emang udah mendarah daging kali ya hahaha.. Tapi nangis tuh healing banget sih buat saya. Abis nangis ya udah gitu besoknya menatap hari dengan biasa saja. Kek kasih space buat diri untuk jatuh tersungkur sebebas-bebasnya trus esoknya bangun dan jalan lagi. Kek Maryamah di novel dwilogi Padang Bulan yang nangis semaleman trus besoknya kerja lagi, bangkit lagi.
Hmmm... curhat banget ya isinyaaaa.. Hahahaha... Ga apa-apa. Tulisan ini dibikin buat hiburan dan saya ketawain di kemudian hari. Kalo Anggi pernah se-nggak ikhlas itu sama kelakuan orang lain. Kalo Anggi pernah melalui fase belajar dan bertumbuh meski usia bukan remaja lagi. Kalo Anggi pernah belajar ikhlas. Kalo Anggi pernah tetap berjalan meski terasa berat. Kalo Anggi bisa melewati fase ini dengan kondisi tetap jadi orang baik yang disayang Allah, insyaAllah...
Semangat, Anggi!
Sehat selalu ya buat badan, pikiran, dan hatinya :)
Ternyata kamu sekuat iniiii. Ternyata kamu beda sama Anggi yang dulu. Ga nyangka. Nangis asliiii :')
Kan cengeng lagi wkwkwkwk
Semoga Allah ridha selalu yaaa :)
(Stasiun Padalarang, 28 June 2022. 20.24 WIB. Ditulis sambil menunggu keberangkatan satu jam lagi karena ketinggalan kereta :D).
1 note · View note
anggitasekarsari · 2 years
Text
Naik kendaraan umum itu menghidupkan lagi hati dan nurani. Rasa-rasanya kebingungan memilih lipstik antara Lancome, Dior atau Gucci jadi menemukan pilihan lain: ga jadi beli!.
1 note · View note
anggitasekarsari · 2 years
Text
Tiga
Izinkan saya mendedikasikan tulisan ini untuk diri saya sendiri yang sudah memasuki kepala tiga. Bukan mau hip hip hura hura kek sweet seventeen tapi bukan pula yang berlinang air mata karena khawatir liatin sudut mata jangan-jangan udah ada kerutan heuheuheu..
Saya kira bakal nangis kejer masuk usia tiga puluh tapi banyak yang belum dicapai. Hidup di bawah naungan culture masyarakat saat ini tuh ga gampang ya hehehe.. Tapiiii taunya jalani hari seperti biasa aja. Ya berangkat kerja biasa, di kantor juga biasa, di rumah juga biasa, main juga biasa aja. Sama seperti kemarin-kemarin.
Bertambah usia bukan lagi soal perayaan, surprise atau balon-balon. Saya jadi malah mikir buat menata kembali beberapa hal yang mungkin tidak sesuai target. Menggeser target sebelumnya, menambah target baru, merelakan target lama yang sudah prognosisnya udah ga bagus, dan batasan targetnya juga udah mulai diganti. Selain itu juga perlu untuk mempertahankan apa-apa saja yang udah sukses dilakuin di beberapa tahun ke belakang.
Misalnya kalo dulu mikirnya bakal umroh sama suami, sekarang mikirnya kalo tabungan udah kekumpul, gas ke Mekkah. Kalo bisa haji furoda sekalian mantep banget ga tuh ;). Kalo dulu ngebayangin nanti di usia 30 tahun harus ngapain aja pas punya anak satu dan jadi ibu paruh waktu, sekarang jadi eksekusi gimana pas punya ponakan satu dan jadi perempuan penuh waktu yang berdaya.
Mau udah tercapai atau masih dalam perjalanan, nyatanya menjalani hidup dengan legowo itu enak banget. Penuh renungan soal keberterimaan, merasa cukup, dan penuh syukur adalah jalan panjang menuju kebijaksanaan yang dilalui seiring bertambahnya usia. Toh pada akhirnya, Allah benar-benar mencukupkan hidup kita dengan segala hal yang kita butuhkan, jika kita betul-betul menyadarinya.
Saya ingat betul, di ujung usia kepala dua, saya ke Solo bertemu dengan banyak saudara. Saya sudah menyiapkan segala jawaban kalo ditanya kapan nikah. Nyatanya? Hampir semua saudara justru malah bilang untuk ga buru-buru, lakukan apa yang dicita-citakan, kalo udah ketemu baru disegerakan. Wes pokoke santai wae. Aaaaah love banget. Dipeluk erat satu-satu sama saudara sampe sama-sama nangis :'). Beberapa di antaranya emang udah lebih dari 5 tahun ga ketemu. What a beautiful silaturahim :')
Btw, masih suka resah ga sih? Haha tentu saja. Saya berjalan dalam keresahan, duduk dalam keresahan, diam dalam keresahan. Hidup ini memang akrab dengan keresahan yang datang silih berganti, toh? Tapi saya harus sadar akan keresahan itu hingga akhirnya bisa berdamai dengannya. Living in harmony with keresahan yaa hahaha.. Menerima setiap keresahan dengan berbagai ekspresi emosi alias kalo mau nangis ya nangis aja, kalo kecewa pun ga apa-apa kecewa aja. Sambil terus berjalan meski pelan. Toh nanti juga akan mereda. Seperti luka yang akhirnya sembuh, seperti kapal yang akhirnya berlabuh, dan seperti kamu yang membuatku merasa utuh. Ngeeeeng.... wkwkwk..
Ih mau nulis yang mellow napa sih belok jadi ngelawak hahaha...
Ya pokoknya sebelum usia tiga puluh pun udah banyak perenungan, udah belajar perbanyak syukur, udah belajar legowo, dan belajar hal-hal lain. Semoga di usia kepala tiga ini bisa belajar banyak hal lagi dan menjadi jauuuuuh lebih baik lagi, lebih bijak lagi, lebih menyadari banyak hal, dan lebih-lebih lain dalam hal kebaikan.
Selamat terus berjalan, Anggi. Semoga menjadi perempuan yang bermanfaat karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain :)
(Bandung, 07 Juni 2022. Pukul 21.31 WIB. Cieee yang ultahnya bareng kak Raisa, geng 0606. Bedanya IG teh Yaya di-follow kak Nicholas Saputra, aku mah ngga wkwk :D).
4 notes · View notes