anggraeniclara
anggraeniclara
Anggraeni Clara
1 post
Don't wanna be here? Send us removal request.
anggraeniclara · 4 years ago
Text
PENDIDIKAN ANAK BROKEN HOME DI MASA COVID-19
Tumblr media
Corona Virus Disease (Covid-19) ialah virus yang dapat mengecam keselamatan. Bagi orang-orang yang imunnya tidak stabil, virus ini sangat mudah masuk ke tubuh. Dan juga, virus ini dapat ditularkan melalui kontak fisik maupun tetesan pernapasan. Sangat disayangkan apabila virus ini dapat menghambat aktifitas manusia pada umumnya. Seharusnya walaupun ada atau tidaknya virus ini, aktifitas tetap berjalan sebagaimana mestinya dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Jika melakukan aktifitas sudah terhambat, bagaimana nasib pendidikan Indonesia? Ada atau tidaknya virus ini, pendidikan Indonesia tetap harus berjalan agar tidak tertinggal dengan negara lainnya. Karena pendidikan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan.
Di dunia pendidikan yang sekarang, banyak peserta didik yang psikisnya sudah terganggu akibat pembelajaran jarak jauh. Mereka yang pada awalnya dapat bercengkrama ria dengan teman sebaya, mendengarkan guru memaparkan materi secara langsung, kini dibatasi. Mereka hanya dapat mengobrol dan belajar dari sebuah layar monitor yang dianggapnya sebagai ‘guru’. Bahkan banyak dari mereka yang ketika ingin bertanya mengenai hal yang tidak diketahuinya kepada guru, terhambat oleh signal.
Pembelajaran daring di masa pandemi ini juga sangat dirasakan oleh anak korban broken home. Sebelum virus ini hadir, mereka dapat melampiaskan kekesalannya di luar rumah dan ‘memakai topeng’ bahagia saat bersama teman-teman. Kini, semuanya telah berbeda. Dahulu, mereka dapat pulang hingga larut agar tidak mendengar orangtuanya saling membentak. Namun sekarang, mereka diharuskan stay di rumah yang menyebabkan ia sangat sering mendengar hal yang dapat mengganggu mental dan psikisnya. Mereka lebih sering mendengar kedua orangtuanya berbicara dengan nada yang sangat tinggi, tidak ada kelembutan dan kehangatan di dalamnya.
Terlahir sebagai anak broken home bukanlah keinginannya. Namun, menjadi sukses walaupun dilahirkan dari keluarga yang tidak harmonis merupakan impiannya. Menciptakan suasana yang hangat di dalam rumah merupakan keinginannya sejak lama. Belajar daring sembari mendengarkan pecahan beling dan tamparan merupakan hal yang sering terjadi pada mereka. Konsentrasi dan semangat belajar yang hampir hilang merupakan hal yang lumrah muncul di dalam diri mereka. Melakukan self healing agar mental dan psikisnya tidak semakin terganggu juga supaya mereka lebih fokus belajar merupakan hal yang hampir sering mereka lakukan.
Belajar via daring dengan hanya mengandalkan layar, bukanlah hal yang mudah. Apalagi tidak adanya support system dari keluarga yang sangat mereka harapkan. Support system terbaik hanyalah dirinya sendiri. Mereka hanya bisa membayangkan orangtuanya ada di sampingnya saat belajar online seperti yang di dapatkan teman-temannya, agar semangatnya kembali.
Dikutip dari wolipop.detik.com, “Perasaan stres pada anak yang disebabkan dari perceraian saja cukup untuk menghambat kemajuan akademis sang anak. Tetapi perubahan gaya hidup dan ketidakstabilan dari hubungan keluarga yang tidak harmonis berpotensi untuk menghasilkan pendidikan yang buruk pada anak.” Jelas psikolog yang mengajar di Chapman University, Amerika ini.
Dunia pendidikan di masa covid-19 ini, orangtua diharapkan dapat menjadi ‘guru’ bagi anaknya. Lantas bagaimana nasib seorang anak yang tidak ada menganggapnya sebagai ‘anak’? Disini, peran guru sangatlah penting bagi mereka. Mereka tidak bisa hanya mengandalkan layar, mereka membutuhkan teman ngobrol secara nyata bukan virtual, mereka butuh sosok yang dapat men-supportnya.
Biodata penulis
Nama : Clara Anggraeni Subakir
Umur : 18 tahun
Asal Universitas : Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Fakultas : Syariah dan Hukum
Jurusan : Perbandingan Mazhab
Stambuk : 2020
@secarikata
1 note · View note