anindyaparam
anindyaparam
Anindya Param
26 posts
Don't wanna be here? Send us removal request.
anindyaparam · 8 years ago
Text
Mencuri Warna: Yang Penting Selesai Dulu!
Halo.
Belakangan ini, semakin sulit buatku untuk membuat sesuatu yang simply bagus aja dilihatnya. Padahal waktu kuliah tingkat 1, mata kuliah studio yang paling kusuka adalah nirmana, terutama yang 2 dimensi, yang gunanya melatih kepekaan e s t e t i k. Waktu aku masih muda dan polos itu, aku bahagia-bahagia aja hampir setiap akhir pekan harus membuat komposisi visual 40 x 40 cm secara manual. Sekarang? Bahkan mengkombinasikan warna aja rasanya saaaangat sulit. Gawat. Apakah kepekaan e s t e t i k ini kian menumpul seiring umur?
Tidaaaaakkkk 😱😱😱
Ya tapi wajar sih, wong jarang dilatih. Tanggung jawabku saat ini di pekerjaan sehari-hari juga tidak mengutamakan kemampuan ini. Maka aku mencoba cara lain, meniru tanpa mengkopi. Nah. Aku akan mulai dari ilustrasi karya Svabu Kohli ini:
Tumblr media
Then start stealing like an artist (or a designer ;p). Yang paling aku suka dari ilustrasi di atas adalah tekstur dan kombinasi warnanya. Kemudian aku mengambil berbagai warna untuk dijadikan colour palette. Ini mengurangi tahap di mana aku harus mengeksplorasi kombinasi warna yang ingin kucapai, karena kombinasi warna ini sudah terbukti sangat bagus kan di ilustrasi itu, hihihihihi. 
Tumblr media
Lalu dari colour palette itu, aku coba ulik untuk menghasilkan beberapa kombinasi warna yang lebih mendasar. Salah satunya ini: 
Tumblr media
Berangkat dari kombinasi warna itu, aku bisa mulai membuat beberapa kreasi. Ini bukan dari teori apapun, cuma apa yang kuterapkan aja. Sebenarnya cara yang kutulis ini agak mirip seperti membuat moodboard atau image board sebagai acuan ‘arah desain’. Tapi yang kukejar sebatas kombinasi warna, bukan image/ feelings tertentu yang ingin dicapai secara visual. Jadi kurasa cara ini cukup.
Tahap selanjutnya, mulai berkreasi!
Yang pertama kubuat adalah 3 digital pattern ini. Gambar yang lebih besar bisa dilihat di akun Dribbble ku :D Aku memulai dengan digital pattern karena lebih mudah mengikuti palet warna yang sudah dibuat sebelumnya. Jadinya juga lebih cepat.
Tumblr media
Lalu, karena aku sedang belajar desain user interface, tentu saja, secuil UI flow! Konsepnya adalah, social media yang hanya dapat diakses ketika user saling bertemu langsung. (Ada di akun Dribbble juga ya!)
Tumblr media
Untuk flow ini, aku tidak banyak berpikir tentang konsep. Aku melupakan user needs sejenak, yang penting selesai, tidak harus dalam, tidak harus sempurna. Yeay. Menurutku cara ini bisa diterapkan tidak hanya untuk mencari palet warna. Elemen apapun dalam sebuah karya kurasa bisa diekstrak dan dijadikan acuan untuk membuat sesuatu yang benar-benar berbeda.  
Hal yang sering membuatku merasa stuck ketika sedang berkreasi adalah rasa pesimis bahwa yang sedang kukerjakan ini tidak akan berakhir bagus (._.  ) Entah itu karena kombinasi warna yang tidak kunjung pas, keseimbangan yang ternyata ngasal, dan excuse lain yang sebenarnya kurang baik untuk diikuti. 
Dengan mengacu pada palet warna yang sudah ditentukan, kemungkinan munculnya excuse yang mengganggu itu jadi jauh lebih kecil, jadi lebih semangat mengerjakan sampai selesai. Ada sesuatu yang muncul di dalam diri ini ketika berhasil menyelesaikan sesuatu. Ya kan? Ada semacam percikan  yang akan menjadi trigger untuk mengerjakan hal-hal berikutnya. Mari menjaga supaya percikan-percikan itu selalu ada. Go go power rangers.
4 notes · View notes
anindyaparam · 9 years ago
Text
Buku Terakhir Kisah Petualangan Roti Lapis
Kita seharusnya adalah akhir sebuah petualangan, tapi apa sih yang bisa kita lakukan untuk pulang? Tidak ada! Nasib kita sepenuhnya bergantung pada pemilik tangan yang membawa kita keluar dari ruangan ber-AC tempat kita berdesakan dengan ribuan buku lainnya. 
Tumblr media
Di hari terakhir kita bersama, aku berada di barisan depan dan kamu tepat di belakangku. Aman. Saat seorang gadis berambut merah mengambilku, membolak-balik badanku, aku mulai merangkai kalimat perpisahan untukmu. Namun saat tangan itu meletakkanku kembali ke atas rak dan mengambilmu dengan begitu cepat, aku… membeku. Banyak yang bilang bahwa kamu dipilih karena ujung coverku agak lecek, dan itu tandanya kamu berada di tangan yang tepat, yang tidak akan membiarkan satupun halamanmu terlipat. Aku sedang berusaha mempercayai omongan-omongan itu ketika tiba-tiba ada tangan lain yang mengangkatku. Anak laki-laki berambut biru. Sepertinya seumuran dengan gadis yang membawamu. Ia membawaku begitu saja tanpa membolak-balikku.
Aku percaya semua petualangan berakhir di satu titik bernama pulang. Entah ke sebuah ruang makan dengan tawa hangat, pelukan sepasang tangan yang kau rindukan, atau kepada dirimu sendiri yang akhirnya balik menatapmu. Saat masih tinggal di toko buku, bagiku, pulang adalah kamu. Saat aku harus meninggalkanmu di ruangan itu, aku merasa sedang dipaksa bertualang. Aku harus pulang kelak, pikirku.
Sesampainya di sebuah rak yang sangat asing, berdiri di samping seluruh seri Petualangan Roti Lapis yang akhirnya lengkap dengan keberadaanku ini, aku merasa bukan sebagai akhir petualangan. Aku sedang bertualang menuju pulang. Dibantu teman-teman baruku, aku menyusun rencana. Ada banyak kemungkinan untuk menemuimu di luar sana meski tidak ada yang tahu kamu akan berada di mana. Ah, benar juga, justru itu. Kamu bisa berada di mana saja karena tidak ada yang tahu kamu akan berada di mana. Benar bukan? Kita bisa saja tiba-tiba bertemu di sebuah ruang baca, di gerbong kereta yang sama, di toko buku bekas, di…--tunggu, ya, toko buku bekas! Aku segera menyusun rencana. Kita bisa bertemu. Kita akan pulang.
Saat itu aku percaya bahwa petualanganku adalah melawan waktu dengan bekal rindu. B e k a l, hah? Rindu berubah menjadi racun jika kautenggak tak tersisa. Habis kuminum setengah, kulempar botol itu jauh-jauh. Ia membuat halaman-halamanku menguning. Ia yang membisiki seluruh serat halaman-halamanku agar percaya bahwa aku sedang tidak di rumah, bahwa aku harus pulang. Setengah sudah cukup. Kini petualanganku adalah melawan rindu dengan bekal waktu.
Rencana berjalan lancar. Aku sudah berada di toko buku bekas. Aku berjalan pulang. Kamu adalah pulang.
***
Picture credits: herethereandthem.blogspot.com
3 notes · View notes
anindyaparam · 10 years ago
Text
Kulit
“Anda tidak punya ingatan positif yang cukup untuk operasi sebesar ini.”
“Saya bisa beli.”
“Anda ingin melakukan cangkok ingatan?”
“Nantinya akan terhapus oleh operasi itu sendiri, bukan? ‘Kebahagiaan yang terkandung di dalam ingatan positif akan dijadikan bahan untuk menyempurnakan karakter, ia akan melebur ke dalam karakter baru dan tidak menyisakan bekas apa pun,’ saya sudah membaca prosedurnya.”
Tumblr media
“Resikonya—“
“Saya paham dan tetap ingin operasi ini dilakukan. Lagipula anda memiliki rekam jejak yang bagus sebagai dokter bedah jiwa.”
“Saya harap anda juga paham bahwa jika hasilnya tidak sesuai, saya tidak bertanggung jawab. Tidak ada yang bisa memprediksi hasil operasi karakter yang dilakukan dengan cangkok ingatan, bukan dari ingatan positif pasien sendiri. Ada kemungkinan anda akan bisa melihat isi ingatan orang lain yang dicangkokkan ke dalam diri anda.”
“Ya, saya sudah bilang saya paham benar.”
“Dan operasi ini tidak murah…”
“Dokter, saya bahkan mampu membeli ingatan positif sepanjang lingkar Bumi!”
“Baik. Cangkok ingatan, lalu operasi karakter. Saya akan membuat janji dengan bank ingatan positif untuk—”
“Saya sudah mendapatkan rekomendasi ingatan positif yang cocok dari bank. Akan saya serahkan berkasnya jika anda sudah setuju melakukan operasi ini.”
“Silahkan tanda tangan.”
***
“Saya ingin menjual seluruh ingatan positif saya.”
“Kau butuh persetujuan orang tua untuk transaksi ini.”
“Hari ini saya genap berusia delapan belas tahun. Ini berkas hasil tes ingatan positif saya, lalu ini, ………. kartu identitas saya.”
“Baik. Jadi, ehm, anda akan menjual… semuanya?”
“Berapa yang akan saya dapat?”
“Empat juta Xas.”
“Hanya empat juta Xas???”
“Anda sudah membaca penghitungan harga ingatan positif, bukan?”
“Ya, dan saya bisa mendapatkan tidak kurang dari enam juta Xas.”
“Kadar kesempurnaan ingatan positif anda tidak terlalu bagus, bahkan kurang dari tujuh puluh lima persen.”
“Tidak ada yang bisa mengukur kadar kesempurnaan ingatan! Itu hanya penilaian subjektif dari siapapun yang membaca ingatan saya saat tes. Enam juta Xas, atau saya akan menjualnya pada bank yang lain.”
“Hhh.....baiklah, tanda tangan di sini.”
“Jadi kapan ingatan positif saya akan diambil dari saya?”
“Hari ini juga, jika anda siap. Uang akan ditransfer setelah ingatan positif anda diambil.”
“Apa yang akan saya rasakan setelah ingatan positif saya tidak ada?”
“Netral.”
“Apa saya masih bisa mengingat kejadian yang membuat saya senang?”
“Anda masih bisa mengingat kejadian sebagai adegan-adegan, tapi tidak lebih. Tidak ada emosi apapun yang terikat dengan ingatan itu.”
“Apa nantinya siapapun yang menggunakan ingatan positif saya bisa melihat kejadian yang ada dalam ingatan itu?”
“Jarang terjadi. Kemungkinan buruknya hanya terlihat sekelebat.”
“Saya harap tidak sama sekali,”
***
“Kurasa aku akan mengundurkan diri, pindah ke tempat eksotis dan membuka toko roti.”
“Kau bercanda. Bukankah kau dibayar sangat mahal untuk menjadi pengetes ingatan positif?”
“Ya, dan aku membayar uang-uang itu dengan ingatan positifku sendiri.”
“Aku tidak mengerti. Apa yang terjadi?”
“Aku tidak mau lagi membaca ingatan siapapun. Mengerikan.”
“Tunggu, kau benar-benar bisa membaca isi ingatan orang yang sedang kautes?”
“Tentu saja, aku yang melakukan tesnya! Bukankah kau juga bisa membaca ingatan yang dicangkokkan ke pasienmu? Atau ingatan yang kaugunakan untuk menambal karakter itu?”
“Aku hanya bisa melihat kadar kebahagiaan di dalam pita ingatan positif, dan memang hanya itu yang kugunakan untuk memperbaiki karakter.”
“Baguslah. Kau tidak perlu bisa membaca isi yang menimbulkan kebahagiaannya. Lagipula alatnya sangat mahal dan tidak memiliki fungsi lain, tidak terlalu berguna.”
“Setidaknya bank ingatan positif sudah dilegalkan.”
“Baru seminggu berstatus legal. Hanya masalah waktu sampai pemerintah juga melegalkan operasi karakter. Kaupikir kenapa ada orang yang mau mencangkok ingatan orang asing pada dirinya? Semua yang membeli ingatan menggunakannya untuk operasi karakter, memperbaiki karakter secara instan. Tenang saja, tidak lama lagi kau bahkan bisa mengiklankan klinikmu.”
“Klinikku beda dengan rumah sakit yang melakukan operasi karakter pada orang-orang yang memang terbukti bermasalah. Aku bukan hanya menghilangkan kemarahan dan hasrat kriminal yang tak bisa dikendalikan. Semua orang yang datang padaku sebenarnya baik-baik saja, maksudku, mereka bisa saja berfungsi secara normal di masyarakat. Tapi selalu ada hal-hal di dalam diri mereka yang mereka rasa perlu diperbaiki, untuk mencapai rasa… utuh. Ada yang ingin menjadi lebih tegas, lebih percaya diri, lebih penyayang, dan operasi karakter membuat mereka bisa mencapai itu dalam kadar yang bisa diatur. Mereka jadi bisa berfungsi lebih baik lagi.  
Selama para pemberi izin itu tahu aku masih melakukan operasi karakter pada siapapun yang datang, aku hanya bisa berharap mereka tidak melaporkanku. Akhir-akhir ini jumlah yang diminta oleh para pemberi izin itu semakin banyak. Jika begini terus, repot juga ya…”
“Kalau begitu apa lagi yang mencegahmu alih profesi? Kau adalah ahli waris tunggal jaringan mall besar. Dulu aku terjun ke bisnis ini karena butuh uang. Kini aku bisa melakukan apa saja dengan Xas yang menggunung di rekeningku. Aku sudah tidak memusingkan uang. Apa yang dulu membuatmu terjun ke bisnis ini?”
“Bukan sekedar bisnis. Aku ingin membantu orang-orang merasa lebih baik. Aku memperbaiki kepribadian.”
***
“Kau belum menghapus kossmetigmu.”
“Ah, biarlah aku menjadi periang sebentar lagi saja!”
“Aku lebih suka kau menjadi pemurung seminggu penuh daripada melihatmu terlihat senang dalam riasan.”
“Ketus sekali. Kurasa kau juga perlu mencoba memakai kossmetig. Kemarin aku membeli beberapa lagi. Sedang diskon besar! Kau boleh mencoba… Being Positive! Aku punya tiga botol, jangan khawatir.”
“Aku tidak suka memakai makeup.”
“Ini bukan makeup! Ini kossmetig, kau memoles dirimu dari dalam. Tidak ada salahnya mencoba.”
“Tidak, terima kasih. Aku merasa baik-baik saja dengan diriku. Aku juga merasa sangat baik-baik saja dengan kau yang tanpa kossmetig.”
“Jika kau berubah pikiran, ambil saja di meja rias.”
“Ayolah, sayang, benda-benda itu punya efek samping jangka panjang. Sampai kapan aku harus meyakinkanmu kau tidak perlu itu semua?”
“Sayangnya aku tidak hanya tampil didepanmu, sayang. Aku tampil di depan semua orang yang kutemui. Aku tampil di depan para bosku, rekan-rekan kerjaku, teman-temanku. Aku harus menyesuaikan seperti apa aku membawa diriku di depan mereka.”
“Apa yang kausebut teman-temanmu itu tahu kau memakai kossmetig?”
“Tentu. Kami semua pakai.”
“Oh, kenapa aku tidak heran mendengarnya?”
“Karena itu sangat umum, sayang. Bahkan, sekarang ada trend baru di kalangan selebriti; menjadi relawan. Dan mereka memakai kossmetig Selfless saat melakukannya.”
“Mereka dibayar oleh perusahaan kosmetig itu. ‘Lihat bagaimana kosmetig mempercantik dirimu dari dalam!’”
“Kemarin aku melakukan tes ingatan positif.”
“Untuk apa?”
“Hasilnya bagus. Aku bisa melakukan operasi karakter tanpa perlu membeli ingatan positif orang lain. Aku tidak akan pernah mau menanam ingatan siapapun ke dalam diriku, tidak akan! Salah satu temanku baru menerima cangkok ingatan positif untuk operasi karakter, dan hasilnya mengerikan. Ia bisa melihat isi ingatan milik orang asing itu. Aku baru sadar ternyata tidak semua ingatan positif lahir dari kejadian yang…… bagaimana mengungkapkannya ya? Baik?
Jadi, pemilik ingatan asli itu sepertinya adalah pembunuh berantai, dan sepertinya kadar kebahagiaan yang tinggi dalam ingatan positif itu datang dari sana, ya, dari membunuh orang. Dan temanku, yang menerima ingatan itu, kini memang tidak perlu lagi memakai kossmetig, tapi kadang ia bisa melihat kilasan adegan mengerikan itu. Tapi ia tidak bisa lapor polisi karena terikat perjanjian dengan bank ingatan positif, yang bahkan menolak memberi tahu siapa pemilik ingatan yang dicangkokkan padanya itu. Ia bilang ia tidak merasakan apapun sih, ingatan itu hanya tampil sebagai visual tanpa emosi, tapi tetap saja, mengerikan, bukan? Bayangkan jika tiba-tiba di kepalamu kau melihat adegan—”
“Kau akan melakukan operasi karakter???”
“Setelah operasi, aku tidak perlu memakai kossmetig lagi. Lagipula tidak ada efek samping karena aku tidak perlu mencangkok.”
“Dan setelah itu kau akan berubah menjadi—”
“Aku akan memiliki kepribadian yang sempurna.”
“Dan aku akan sangat merindukanmu. Kemarilah, biarkan aku menghapus kossmetigmu. Aku ingin lebih lama bersamamu. Dengan kau yang asli.”
***
Bandung, Januari 2015
Anindya Paramaarti
7 notes · View notes
anindyaparam · 10 years ago
Text
Mengenal Mentari
Tumblr media
"Kau memilih perasaan sukacita di atas segala-galanya, lalu membenci dukacita karena kau pikir itu bukan cinta?” -Rembulan
Sejak masuk SD, rambutku belum pernah sependek rambutku di pertengahan Bulan April lalu, dan mungkin isi kepalaku juga belum pernah seberantakan saat itu. Di tengah usaha yang kulakukan untuk mengembalikan semua pada tempatnya, merapikan semua laci hingga menyikat lantai kamar mandi, yang saat itu terasa begitu sia-sia karena, oh, badai akan datang lagi lalu merusak mengamuk menendang mencaci tanpa sedikit pun peduli, aku berlari ke arah mentari.
Maksudnya, saat itu aku ikut open casting pementasan teater yang diadakan Merchant of Emotion, gitu. Ribet yak. But yes, I was drawn towards sun. The Sun.
Meskipun sudah ikut unit teater sejak tahun pertama kuliah dan beberapa kali terlibat pementasan di kepanitiaan di luar unit, selama masih ada opsi pemeran lain, aku tidak akan mengajukan diri mengambil peran dialog atau peran-peran utama. Aku adalah pilihan terakhir untuk diriku sendiri. Tapi di tengah badai April itu, bahkan setelah ujung rambutku berada jauh di atas bahu --bayangkan adegan saat Mulan memotong rambut dengan pedang-- suaraku masih tenggelam dalam bising. Apa aku masih pilihan terakhir untuk diriku? Tidak ada lagi jawaban.
Against the odds, MoE mengizinkanku mengenal Mentari. Judul pementasan itu Semasa. Cerita yang sama pernah dipentaskan di Bulan Januari--saat itu aku tidak pernah sedikit pun membayangkan akan memerankan sang matahari-- tapi dengan cara penyampaian yang berbeda. Ada 5 tokoh dalam pentas Semasa; Rembulan, Mentari, Senja (naif), Senja (dewasa) dan Senja (yang telah mengambil keputusan). Setiap pemain memerankan tokoh sekaligus menjadi narator tokoh itu sendiri. Maka aku adalah Mentari, sekaligus orang yang sedang membacakanmu dongeng tentang Mentari. 
Tumblr media
Cerita dimulai saat Mentari menghampiri Senja, manusia pertama di dunia, yang merasa takut dan asing dengan semua hal di sekelilingnya. Mentari bertugas mengenalkan Senja pada cahaya dan segala hal menyenangkan yang bisa mereka lakukan bersama di bawah terangnya. 
Mentari tidak seterusnya bisa tinggal, karena malam adalah milik Rembulan. Rembulan menunjukkan hal-hal yang terjadi di kala gelap. Kesedihan. Amarah. Ketakutan. Kesepian. Bukankah terang dan gelap yang membuat hidup adalah hidup? Rembulan dan Mentari sedang mengenalkan Senja Sang Manusia Pertama untuk menerima suka dan duka sebagai bagian dari kehidupan yang akan ia jalani sebagai manusia. 
Tumblr media
Aku tidak akan memberitahumu bagaimana akhirnya. 
Tumblr media
Dari pertemuan dengan orang-orang yang terlibat dan bekerja keras untuk mewujudkan pementasan ini aku belajar banyak, mulai dari pembicaraan serius di ruang latihan sampai obrolan ringan saat makan siang. Orang-orang yang sudah sangat jauh lebih dalam mengenal kisah Senja - Rembulan - Mentari.
Terlibat dalam Semasa tidak seketika menghentikan badai yang saat itu sedang terjadi, tapi sebagai bocah ingusan yang belum mengenal asam garam kecap micin kehidupan, banyak yang terjadi di dalam diri Paramaarti selama pendalaman karakter; proses mengenal Mentari dan apa yang ingin ia sampaikan. Berkenalan dengan Mentari mengajarkanku empati, dan ini adalah proses menerima diriku sendiri.
“Seluruh peluh yang meluruh memang akan menempamu tanpa menunggu persetujuanmu. Dan dalam perjalanan itu akan kautemukan dirimu, arti hadirmu yang ternyata sedang duduk manis di atas tandu jiwamu! Lalu kau akan temukan tawa yang pantas untukmu, tangis yang berarti banyak untuk batinmu. Lantas mengapa kau harus bersikap begitu pilu?”
Untuk sebagian orang, episode ini mungkin sudah berakhir, tapi bocah ingusan yang telah berkenalan dengan Mentari itu telah masuk dan keluar dari Bulan Juni sebagai orang yang berbeda. 
*** 
P.S
Sesekali bukalah folder foto-foto yang tak pernah lagi kau lihat setelah tersimpan itu, dan, ya, sangat diizinkan untuk baper. 
2 notes · View notes
anindyaparam · 12 years ago
Photo
Tumblr media
Dan sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan
4 notes · View notes
anindyaparam · 12 years ago
Photo
Tumblr media
“when walls need stories”  
7 notes · View notes
anindyaparam · 12 years ago
Photo
:_
Tumblr media
106 notes · View notes
anindyaparam · 12 years ago
Photo
Tumblr media
Psikologis terguncang semua. Dayat chaos. Gila. Literally gila. at Industrial Design ITB – View on Path.
2 notes · View notes
anindyaparam · 12 years ago
Photo
cerpen saya ada di sini. dipesan yuk hehehe :3
Tumblr media
Book jacket of Perempuan Dalam Cerita, designed by Ika Natassa.  
Perempuan Dalam Cerita adalah kumpulan 15 cerita pendek yang menggambarkan kehidupan perempuan di berbagai sisi dengan segala konfliknya, masing-masing memiliki teknik story-telling yang cukup intriguing.  15 cerita pendek ini dipilih oleh Ika Natassa dan Aulia Halimatussadiah (Ollie) dari 200+ entries dalam lomba menulis cerpen Perempuan Dalam Cerita.  
Buku kumcer Perempuan Dalam Cerita akan dirilis oleh Nulisbuku pada tanggal 20 Juni 2013.  Semua royalti hasil penjualan akan disumbangkan kepada institusi/lembaga perlindungan perempuan korban kekerasan.
Preorder (PO) buku ini dibuka mulai hari ini sampai tanggal 10 Juni 2013, dengan harga discount menjadi Rp. 46.000 (harga normal setelah periode PO Rp. 55.000).  Cara PO: cukup email ke [email protected] dengan subject Perempuan Dalam Cerita, isi email nama lengkap, alamat lengkap, contact number, serta judul buku dan jumlah eksemplar.
Thank you for your participation in encouraging these new writers and in contributing to our noble cause.
5 notes · View notes
anindyaparam · 12 years ago
Photo
<3
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
For all the artists out there. xoxo
204K notes · View notes
anindyaparam · 12 years ago
Text
bookstores are the least discriminative place in the world
“And don’t you just love the heterogeneity of bookstores?  Toko buku itu bukti nyata bahwa keragaman selera itu bisa kumpul di bawah satu atap tanpa harus saling mencela.  Yang suka fiksi, komik, politik, masak memasak, biografi, traveling, semuanya bisa ngumpul di satu toko buku and find their own thing there.  Bookstores are the least discriminative place in the world.  Dan itu keren, Le.”
  *an excerpt from my upcoming book Critical 11
99 notes · View notes
anindyaparam · 12 years ago
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Hari Wisuda - FSRD ITB
Sabtu, 6 April 2013 - Plaza Widya ITB
82 notes · View notes
anindyaparam · 12 years ago
Text
Melatih Suara
Malam ini saya berkaca. Malam ini saya melatih suara. Besok, saat matahari kembali bersua, suara ini harus sudah siap menyanyikan lagu yang belum pernah tersentuh matahari. Lagu yang tidak bisa didengar selain oleh saya sendiri. Lagu yang keberadaannya ingin saya ganti, namun ia selalu di sini, diam dan menggerogoti. Lagu yang menahun, lalu mengeras, yang jika dikuras hanya akan membuat kulit terkelupas.
Saya masih berkaca. Saya masih melatih suara. Bayangan tentang kehidupan tanpa harus melatih suara terus berkelebat di dalam pikiran saya. Kehidupan yang tidak ingar-bingar oleh sebuah lagu yang selalu memenuhi pikiran saya. Andai menyanyikan lagu ini semudah menggosok gigi, mungkin suara tidak perlu dilatih hingga lelah begini. Mungkin suara sudah terdengar di sana-sini. Merdu sekali, hingga kalah sejuk embun pagi. Dan pikiran-pikiran itu membuat mata saya terasa s e m a k i n  b  e  r   a   t   .   .   .  
Tiba-tiba saja matahari berteriak ingin masuk. Ternyata satu malam telah berlalu begitu saja dan pergi tanpa kata-kata. Saya bangkit lalu membuka tirai, membalas sapaan matahari yang lewat hari ini. Kami berbincang sejenak sambil haha-hihi. Rupanya matahari telah mengerti bahwa hari ini saya akan bernyanyi. Matahari tak sabar ingin dengar. Saya tak sabar ingin hilang bingar.
Maka naiklah saya ke atas panggung, memandang penonton tanpa sedikitpun rasa canggung. Menarik napas pertama dengan volume tak tanggung-tanggung.
Kali ini saya tidak akan hanya mematung.
Karena tadi malam saya berkaca.
Tadi malam saya melatih suara.
***
Bandung, 8 Februari 2013, 12:53:21 AM
0 notes
anindyaparam · 12 years ago
Photo
Tumblr media
2K notes · View notes
anindyaparam · 13 years ago
Photo
:3
Tumblr media
DP 2011, i just love this class! such a bless to have Mr. Adhi Nugraha as our  lecturer, which is awesome
10 notes · View notes
anindyaparam · 13 years ago
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
385K notes · View notes
anindyaparam · 13 years ago
Photo
Tumblr media
4K notes · View notes