Text
Yth, Bapak & Ibu di Tempat.
Pak, Bu, jika aku boleh tahu, apa alasan kalian melahirkanku ke dunia? Apa aku lahir atas keinginan Bapak dan Ibu, atau sebagai bagian dari memenuhi fase kehidupan?
Pak, Bu, apa yang kalian pikirkan tentangku—terlebih ketika jarak dan rasa mulai terbentang jauh di antara kita? Apa aku masih anak perempuan yang bisa menjadikan kalian rumah?
Pak, Bu, mengapa tak pernah kalian utarakan bahwa menjadi orang dewasa adalah hal yang jauh dari menyenangkan dan menenangkan? Atau mungkin kalian cukup beruntung memiliki hidup yang tak perlu merasakan kekhawatiran?
Pak, Bu, menurut kalian mana yang jauh lebih penting; aku yang berusaha mendapatkan kepercayaan Ibu dan Bapak, atau aku yang akhirnya memiliki kepercayaan atas diriku sendiri?
Pak, Bu, apa kalian pernah penasaran tentang apa yang sebenarnya aku rasakan? Tentang bagaimana caraku berpikir? Tentang apa yang aku inginkan? Juga tentang apa yang aku rasakan dan pikirkan tentang Bapak dan Ibu?
—5 dari ∞ pertanyaan yang tak akan pernah sampai di telinga Bapak dan Ibu.
©antasmira
#antasmira#bahasa indonesia#penulis#bahasa#opini#bapak ibu#catatan singkat#perasaan#puisi#surat cinta#patah hati
0 notes
Text
Aku kecil selalu melihat orang dewasa sebagai makhluk yang kuat dan dapat melakukan apapun. Mungkin itu kenapa terselip rasa kecewa ketika sekarang aku menemukan diriku yang rapuh dan tertatih.
©antasmira
#antasmira#bahasa indonesia#penulis#opini#catatan singkat#perasaan#penulis indonesia#puisi#bahasa#perjalanan hidup#menjelajah rasa#bahagia
6 notes
·
View notes
Text
Satu hari, perasaan itu begitu pekat. Lain hari, ia ada tapi tak menganggu. Besok, ia hilang seolah tak pernah ada. Lusa, ia tersulut tapi tak terbakar. Beberapa saat, ia mengambang mengikuti arus. Kemudian, ia tenggelam ke dasar rasa. Beberapa hari kemudian, ia baik-baik saja. Lain waktu, ia redam rasa bahagia yang justru membuatnya takut. Beberapa jam setelahnya, ia bertanya dan ia menjawab. Kemudian, ia tak baik-baik saja. Setelahnya, rasanya kembali pekat. Lalu, ia kembali ke dasar. Di antara hari-hari lain, ia belum sembuh tapi tetap harus menghadapi hidup. Ketika malam datang, ia merawat seisi perasaannya tanpa memaksa untuk sembuh. Bertemu pagi, kembali ia memulas wajahnya dengan seutas senyum. Bertemu siang, ia menjalani hidup seperti kebanyakan orang. Perjalanan pulang, sedikit lebih melankolis dari biasanya. Malam, ia kembali merawat perasaannya hingga terlelap. Besok, entah apa yang akan datang—ia hanya berharap sesuatu yang baik.
©antasmira
0 notes
Text
Kalimat itu sampai ke telingaku dan menciptakan jeda panjang yang aku persingkat semampu yang aku bisa. Aku yakin keterkejutan nampak jelas di wajahku. Air mata yang aku tahan setengah mati. Hati yang terasa jatuh. Helaan nafas dan suara yang bergetar.
Dalam hatiku, aku tahu seharusnya aku tidak merasa demikian. Aku punya orang tua dan keluarga, aku punya sahabat dan teman-teman. Tapi yang tertanam di hatiku—yang tak pernah aku ucapkan, aku harus mampu menghadapi dunia ini seorang diri. Lucunya, kalimat itu tidak datang dari keberanian besar, melainkan dari banyak ketakutan-ketakutan kecil yang dicipta oleh manusia lain.
©antasmira
Dalam kehidupan ini, kamu merasa berjalan seorang diri bukan?
©antasmira
1 note
·
View note
Text
Dalam kehidupan ini, kamu merasa berjalan seorang diri bukan?
©antasmira
1 note
·
View note
Text
Apapun itu, aku yakin kuatku tak terbentuk dari pengalaman yang baik.
Kuatku terbentuk dari perjalanan hidup yang kasar dan menyakitkan. Di dalamnya juga tersimpan amarah dan kekecewaan yang tak pernah sempat aku utarakan. Kuat itu membuatku berhenti percaya pada mereka yang katanya akan menjagaku seumur hidupnya. Dari kuat itu, aku memutuskan untuk melangkah seorang diri tanpa mengatakan apa yang telah aku lalui.
Jauh dalam diriku, ada harapan dimana kuat itu seiring dengan tenang dan nyaman, tapi nyatanya, kuat versiku justru penuh rasa khawatir dan waspada.
Aku pernah berharap dunia akan lebih lembut padaku agar perlahan aku dapat menemukan kuat melalui hal-hal yang baik.
©antasmira
4 notes
·
View notes
Text
Apapun itu, aku yakin kuatku tak terbentuk dari pengalaman yang baik.
Kuatku terbentuk dari perjalanan hidup yang kasar dan menyakitkan. Di dalamnya juga tersimpan amarah dan kekecewaan yang tak pernah sempat aku utarakan. Kuat itu membuatku berhenti percaya pada mereka yang katanya akan menjagaku seumur hidupnya. Dari kuat itu, aku memutuskan untuk melangkah seorang diri tanpa mengatakan apa yang telah aku lalui.
Jauh dalam diriku, ada harapan dimana kuat itu seiring dengan tenang dan nyaman, tapi nyatanya, kuat versiku justru penuh rasa khawatir dan waspada.
Aku pernah berharap dunia akan lebih lembut padaku agar perlahan aku dapat menemukan kuat melalui hal-hal yang baik.
©antasmira
#antasmira#bahasa indonesia#penulis#opini#bahasa#penulis indonesia#catatan singkat#perasaan#kuat#manusia kuat#renungan#puisi#sajak#aksara
4 notes
·
View notes
Text
Tuhan, seberapa lama lagi hingga riuh ini menjadi tenang?
Apa ini juga terdengar muluk?
©antasmira
0 notes
Text
Satu saat, seketika dunia melembut. Tapi aku tetap memperlakukan diriku sekeras biasanya.
Satu waktu, takdir tiba-tiba begitu baik hati. Tapi aku tetap memperlakukan diriku seperti takdir tak pernah berpihak pada kita.
©antasmira
#antasmira#penulis#bahasa indonesia#penulis indonesia#ruang tumbuh#bahagia#catatan singkat#opini#perasaan
3 notes
·
View notes
Text
Ada saatnya menjadi kuat itu menyenangkan, sebab melihat diri tumbuh dengan begitu berani. Tapi ada kalanya, menjadi kuat juga melelahkan, sebab berjalan maju ditengah badai yang memaksa langkah untuk mundur nyatanya tidak semudah itu.
©antasmira
#bahasa indonesia#penulis#opini#bahasa#perjalanan hidup#catatan singkat#surat cinta#perasaan#writters on tumblr
1 note
·
View note
Text
Bagaimana jika kamu menangis di hadapan dirimu kecil dan ia menyekah air matamu sembari berkata, semuanya akan baik-baik saja?
©antasmira
#antasmira#bahasa indonesia#penulis#masa kecil#catatan singkat#penulis indonesia#bahasa#opini#meet my younger self#anak kecil#perasaan#menangis
2 notes
·
View notes
Text
Tiba-tiba harus kembali melangkah perlahan-lahan setelah pernah berlari kecil ternyata perbedaannya sesignifikan itu. Bahkan walau sebelumnya pernah menghadapi kedua masa itu, rasanya tetap saja janggal dan meresahkan.
Barangkali memang demikian manusia hidup. Pada banyak hal yang bisa ia kendalikan dalam dirinya, juga lebih banyak lagi yang sebenarnya ada di tangan Sang Pencipta.
©antasmira
0 notes
Text
Aku tahu kamu tak akan suka mendengarnya, aku pun benci menulisnya.
Bahwa di dunia ini tak akan pernah ada yang benar-benar berpihak padamu. Terutama ketika jauh dari baik-baik saja. Ketika sedih, kamu harus menghapus air matamu sendiri. Ketika merasa tidak tenang, kamu jadi banyak berdialog dengan dirimu tentang asal kegelisahan itu. Dan ada saatnya, kebahagiaan muncul ketika kamu menghabiskan waktu seorang diri, melakukan apa yang kamu sukai—seorang diri.
Tak semua orang menghadapi hal semacam ini. Tak semua orang akan percaya bahwa ada yang menghadapi hidup semacam ini. Ironisnya, tak semua orang perlu dan ingin tahu.
Itu mengapa relasi antara aku dan diriku haruslah terjalin dengan baik. Karena pada dunia orang dewasa versiku, aku sangat memerlukan diriku untuk tetap waras.
©antasmira
18 notes
·
View notes
Text
Ternyata, tak ada yang benar-benar hilang. Bahkan pada perasaan yang setengah mati ingin aku lenyapkan. Mereka hanya terlelap hingga alarm dalam diriku tiba-tiba menyala. Dan aku kembali pada bagian diriku yang kuharap tak pernah aku miliki namun terasa begitu familiar.
©antasmira
#opini#bahasa#bahasa indonesia#antasmira#penulis#penulis indonesia#catatan singkat#perasaan#surat cinta#maaf
2 notes
·
View notes
Text
aku pernah merasa bahwa aku seorang diri di muka bumi ini. ketika aku menatap pantulan diriku di cermin, aku hanya bisa melihat diriku. bahkan ketika ibu nampak sibuk di belakangku, ketika ayah tiba-tiba melintas. hanya aku yang menatap diriku.
©antasmira
0 notes
Text
Nyatanya, hatiku masih lebih familiar dengan rasa khawatir dan gelisah. Bahkan ketika aku berkali-kali berkata, "Semua akan baik-baik saja," ia tetap berkilah dan risau.
Persis seperti kembali ke titik awal, aku memilih diam dan duduk dengan semua perasaan itu. Sebuah situasi familiar, yang kadang membuatku merasa kurang berusaha. Padahal sebenarnya, dengan duduk bersama perasaan itu, aku tengah mengupayakan banyak hal.
©antasmira
0 notes