Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
I wish I am (back) in Seminyak
"Go ahead, put anything" begitu kata Tumblr, maka melalui tulisan ini aku pun mengiyakan.
Enam hari lima malam ternyata waktu yang terlalu sedikit tapi sesuai kondisi (bawa infant) untuk pergi ke Bali. I had enough sunshine to keep the tan to a minimum, I purchased just enough clothes for oleh-oleh--dan kacang- to shush the "despair of shopping too much" away, budget penginapan pun jadinya nggak bikin sedih rekening; walaupun Jumeirah masih dalam wishlist!
Kalau bicara kategori wisatawan, aku lah golongan basic tersebut. Pilihan pertama setelah landing di Island of Gods adalah: Desa Potato Head. I know, I know. Tanpa rencana apa-apa, kami bertiga menghabiskan 70% waktu untuk duduk di day bed. Pesan watermelon juice, spicy chicken wings, sop buntut untuk Kalu (in-room dining menu, you can ask for it walaupun dalam kondisi duduk di area kolam) SAMBIL BACA ONE PIECE! - perfect vacation untuk mamak-mamak seperti aku adalah mengasuh anak tapi pindah setting tempat di pinggir pantai. Nyantai, aman untuk emergency diaper change, nyaman buat nen. Water activities? nggak dulu, maap.
Pilihan kedua? balik lagi ke Anvaya! kebetulan sih setelah didatangi lagi rasanya nggak se "magical" kali pertama. It was so so. Tapi kali ini kami dapat kesempatan nyobain restaurantnya yang lain (mereka punya dua di dalam hotel), secara rasa lebih oke. Secara harga? sama mahalnya. I would not mind pesen nasi tempong setiap hari pakai aplikasi.
Kalau ditanya Seminyak atau Kuta, tentunya aku pilih Seminyak. Sunsetnya itu loh! juara!
Meskipun pulang dalam keadaan gedubrak gedubruk karena Kalulla diare (air kolamnya diminum mulu, capek), alhamdulillah semua sudah terlewati dan meninggalkan memori yang bisa "dikangenin"


Until next time, Bali.
0 notes
Text
26
Kemarin akhirnya mengunjungi Kokas lagi untuk makan siang bareng keluarga. Terakhir datang mungkin udah satu tahun lalu. Asing! dikit-dikit nanya "ini belok kemana ya?" padahal dulu jadi mall langganan. Isi kepala langsung penuh potongan-potongan memori: pertama kali ke Jakarta, pertama kali jalan-jalan sendirian (di Jakarta), pertama kali disamperin, pertama kali makan Kyochon, pertama kali ada store puff pastry kesayangan, pertama kali punya gaji untuk beli parfum. Time flies.
Menariknya, ternyata bayangannya cukup segitu aja muncul di kepala. Nggak membawa nostalgia, nggak membawa dorongan untuk menyapa siapa-siapa. Usia baruku ternyata babak final untuk banyak chapter yang aku kira nggak akan pernah selesai. This is it, the closure I've been looking for.
Semuanya sudah terlalu jauh, terlalu kuno, terlalu nggak relevan untuk hidupku saat ini.
Muted,
Blocked,
Removed,
Selamat ulang tahun, Kintan. Selamat memeluk kewarasan.
0 notes
Text
Dulu waktu Papa meninggal, aku bertanya-tanya, siapa ya yang bisa diandalkan untuk ngurusin semuanya? Padahal kalau dipikir, sumber daya beliau untuk cari informasi masih jauh dari yang kita bilang “canggih”. Tapi semuanya beres, semuanya tinggal pakai, semuanya serba jadi, Papaku bikin standar yang tinggi sekali perihal mengayomi sebagai bapak, kepala keluarga.
Tiga minggu sebelum meninggal, beliau ngurusin perpanjangan SIM ku, walaupun akhirnya mangkrak dan aku jadi nggak punya dokumen untuk bawa motor lagi.
“Kin, udah jadi, Papa kirim ya”
Kangennya Pa,
Kangen sekali.
Ternyata Papa selalu jadi andalan, walaupun kalau urusan kecoa tetep yang paling pertama kabur dan naik meja.
Nggak terganti, Pa.
0 notes
Text
Journal entry #3 (23 April 2025)
Setelah jadi Ibu, ternyata bisa duduk bengong sambil makan mie rebus adalah kemewahan yang tidak terkira harganya. Satu sruputan, dua sruputan, aku sendiri mulai lupa lagi mikirin apa. Semua jadi satu di kepala. Kalau pikiran yang "berisik" sebutannya monkey mind, rasanya monyet-monyet di dalam benakku lagi pesta hura-hura.
Dalam seminggu terakhir ini, aku baru selesai baca Sunrise On The Reaping, masih dalam series The Hunger Games yang aku mulai bertahun-tahun lalu saat SMP. Lucu, mengingat kecintaanku terhadap genre dystopian tidak berubah sejak menjadi remaja penuh jerawat sampai jadi ibu-ibu yang kadang masih jerawatan juga. Oh, the joy of reading! sejenak rasanya jiwaku lagi di kasur sambil menyusui Kalulla, beberapa saat kemudian sudah lari-lari di arena Hunger Games. Sungguh jalan-jalan yang tidak butuh energi besar untuk packing isi koper.
Ngomongin jalan-jalan, seharusnya bulan depan ada agenda liburan lain; dua minggu penuh untuk perayaan ulang tahun dan wedding anniversary. Entah kurang pisang atau simply lagi lelah, monyet di kepala ini belum mau ngalah untuk menentukan tujuannya. Kadang Bali, terus Lombok, ganti Puncak, mendadak Garut, Anyer, Bandung...Terakhir di Tiktokku sudah mulai penuh video promosi Langham, Jakarta.
Apa ke Intercontinental Pondok Indah lagi aja? Kalau kurang baju bisa ngesot dulu pulang ke rumah.
Dua puluh enam tahun, bulan depan. Wow. Ternyata di umur segini udah nggak banyak menuntut diri untuk punya pencapaian-pencapaian berdasarkan standar orang lain lagi. Kalau si A begini, B begitu, yaudah, memang fase hidupnya aja berbeda. #dewasa
Btw...
Melalui journal entry ketiga ini juga aku ingin meminta maaf kepada suamiku, karena kuah mie rebus yang aku sebutkan di awal tumpah sedikit ke atas karpet kesayangannya itu. All good, sudah digosok dan dikeringin sesuai instruksi tukang karpetnya ketika aku nanya "how to maintain? susah nggak bersihinnya?" cuma agak shock dikit aja. Haha. Haha. Haha. Takut banget habis ini dibeliin tikar plastik.
Mengutip Instagram story suamiku yang isinya dia lagi main PS5 yang berhasil dinego untuk dipasang di TV ruang keluarga: "I'm living my best life"
it is, indeed, such a good life.
Alhamdulillah.
*masih sambil nyruput kuah mie rebus*

0 notes
Text
“Self care is not selfish or self indulgent. We cannot nurture others from a dry well. We need to take care of our own needs first.”
— Jennifer Loudon
124 notes
·
View notes
Text
Karpet oh karpet
Dulu sekali, ketika aku masih kerja dan gajinya di atas UMR Jakarta sedikit, suami baruku yang naif mau-mau aja diajak belok ke salah satu toko karpet besar di daerah Kemang. Berbekal rasa sotoy luar biasa dan keinginan menggebu-gebu untuk mendekorasi apartemen dengan seleraku yang tak tahu malu itu, aku menunjuk karpet Turki yang lagi hits di laman rekomendasi.
Awam dengan dunia jual beli karpet, sungkan sekali liat mereka angkut dan gelar-gelar mulu setiap ada motif yang mau aku lihat. Takut kerja kerasnya sia-sia, akhirnya asal tujuk aja yang paling cantik. "empat juta ya" "mahal ah" "yaudah tiga juta deh" "deal"
Deal pala kau gendut, Kid? :(
Hari itu aku pulang dengan berat hati, walaupun sok ceria bawa-bawa karpet yang bisa menghidupi satu manusia di belahan dunia bagian Yogyakarta sana selama satu bulan penuh. Suamiku geleng-geleng kepala. Tiga juta buat karpet yang ogah dia dudukin karena kasarnya sebelas dua belas dengan duduk di atas rumput jepang. Wow. Dua tahun setelahnya suamiku nggak pernah absen menunjuk plang toko karpet yang sama. "Tuuuuh, toko kesayangan kamu"
Budget Pasar Minggu, selera Kemang adalah sebuah ironi.
Mendekati wedding anniversary kami yang kedua, ternyata kali ini dapat kesempatan belanja karpet lagi. Beda lokasi, beda kemampuan dompet. Sasarannya produk klasik hasil impor dari Iran, tiga kali lipat harga karpet of shame-ku yang dulu. Lebih santai, bisa ikut bantuin gelar-gelar ukuran dan motif yang kami mau. Oh, inikah kesempatanku untuk melakukan redemption?
"Ukuran 2x3 habis nih, sisa pajangan" "yaudah aku mau yang ukuran sajadah sama atasnya dikit, buat sholat" "oh iya, masih ada" "kalau beli dua berapa harganya?" "tiga juta"
Oalah.
Hari ini aku pulang dengan ringan hati, benar-benar ceria bawa-bawa karpet tiga juta yang dibeli karena empuk, bukan gengsi.
Character development, kataku.
0 notes
Text
Bersama dengan huru hara kenaikan harga dollar ini, aku ternyata dua kali pencet beli audiobook untuk kindleku yang tidak support suara. Gitu aja lah updatenya, terima kasih.
0 notes
Text
Bismillah ala kulli hal, semoga Allah pilihkan rumah dan tempat terbaik untuk kami, karena jujur, pusing amat mikirnya!
0 notes
Text
Resep Ayam Terasi Daun Jeruk
Ya, suka-suka aku lah mau mendadak bagi resep.
Bahan:
600 gr ayam (boleh sayap, boneless, atau parting aja)
1 sdt garam
2 sdt penyedap rasa (aku sih kaldu jamur)
5 lbr daun jeruk (iris tipis, buang bagian tengahnya)
2 sdm tepung terigu
3 sdm tepung maizena
Bumbu halus marinasi:
10 cabe merah besar (boleh ditambah rawit)
8 siung bawang putih (aku sih bubuk, secukupnya)
1,5 sdm terasi
1 butir telur
2 sdm air (secukupnya)
Marinasi minimal 15-30 menit, atau lebih oke lagi semalam aja di kulkas. Gorengnya sekering preferensi masing-masing. YOM! jujur pertama kali nyobain ayam ini pas lagi sarapan di rumah Bandung (Teteh Sarah yang bikin) lalu katanya nemu resepnya di Tiktok. Sebagai orang yang ga suka suka amat masak kecuali terpaksa, ayam ini enak banget dan easy to cook! go give it a try!
0 notes
Text
“Human beings can withstand a week without water, two weeks without food, many years of homelessness, but not loneliness. It is the worst of all tortures, the worst of all sufferings.”
— Paulo Coelho
79 notes
·
View notes
Text
Journal entry #2 (5 April 2025)
Heart is full. Hari ini kami akan pulang ke Jakarta setelah 9 hari ngerepotin Eomma dan Kakek di rumah. Kemarin pun akhirnya punya waktu buat nyamperin Zaqy di hotelnya (30 menit dari hotel kami). Semoga lebaran tahun selanjutnya masih dirayakan dengan lengkap.
1. Things I want to remember
Kalulla sudah bisa panggil Zaqyan dengan sebutan “Maaaaas”
I don’t mind being called “teteh”
Tadi malam sempat hampir sakit tapi Sansan gercep banget langsung ngerokin dan berusana ngasih aku tidur yang berkualitas walaupun akhirnya Kalulla tetep reog minta digendong aku. Alhamdulillah udah enakeun banget pagi ini.


Until next time ya, Bandung
0 notes
Text
Journal entry #1 (4 April 2025)
Menghadapi bawaan yang overload untuk dipikirkan kepalaku, mudik lebaran tahun ini tidak turut dihadiri oleh barang-barang tier dua dari segi prioritas (kindle, journal, stickers, dan nintendo switch-ku yang somehow disimpan di lemari baju Kalulla) —jadilah entry hari ini lahir dalam bentuk digitalnya.
1. Things to remember about today:
Hari ini adalah kali pertama untuk kami bertiga (+ ati) melihat langsung salah satu calon pilihan rumah yang rencananya mau dibeli. It was surreal! The whole process, the realization that we’re about to make another huge decision (and spending), dan kemampuan bersosialisasiku yang entah kenapa tumbuh subur sekali setelah jadi Ibu untuk Kalulla. Bismillah ala kulli hal, semoga kami dipilihkan tempat singgah terbaik dari segala aspeknya.
Kalulla makan BANYAK BANGET di Bandung, betul memang kalau selera makan anak adalah cerminan dari ayahnya. Duplikasi wajah, perilaku, dan sifat yang sesungguhnya. Her current favorite adalah Nasi Lemak Banceuy!
Had a terrible gerd attack karena kemarin memutuskan untuk makan malam imut dengan samyang masakan Aa Sansan yang dibarter pakai pijat punggung. Worth the pain, though. I will attach the picture below.

Lalu, hari ini pertama kalinya nginep di five stars hotel tapi nggak merasa oke dengan banyak hal sekaligus. We had to wait approximately 50 minutes untuk check-in padahal sudah lewat dari waktu yang ditentukan, when we arrived to the room, bednya belum dipasang duvet, automatic curtains-nya nggak bisa dibuka lagi setelah ditutup, dan pintu kamar mandinya lebay banget karena nggak dipasang peredam. Tapi berhubung aku malas complain, hal-hal ini cuma akan muncul disini 🥲 I won’t even mention the hotel’s name.
2. Tomorrow’s intention…
To enjoy my Bandung vacation to the fullest! Nggak masalah kalau dibilang destinasiku adalah selera turis Jakarta banget (I am) pokoknya aku mau jalan-jalan sesuka hati.
3. I’m so grateful of
Semuanya, alhamdulillah. Bisa merasakan ramadhan dan lebaran sama keluarga, being so LOVED by my in-laws dan sepupu-sepupu lainnya, diberi kesempatan untuk banyak berbagi, dan menyadari bahwa aku yang hari ini adalah aku yang bertahun-tahun lalu hanya berbentuk harap dan doa. Life is a magical ride, indeed.
4. TMI of the day
Aku memutuskan beli jam (Sammy watch-nya Coach, not typically something that I would pick tapi sangat versatile untuk formal ataupun casual occasion) sebagai pengganti dari jam tangan yang aku hilangkan waktu check-in di Soetta. It’s a story for another day tapi intinya jam yang hilang itu sudah menemukan penggantinya, Alhamdulillah.
0 notes
Text
IN THE MOOD FOR LOVE (2000) Dir. Wong Kar-Wai
3K notes
·
View notes
Text
sometimes I wish I could borrow you for a minute,
to sit under the same tree we stumbled upon years ago,
I wonder how it feels, to see a different person with such familiar eyes.
I would brag about how I survived the unthinkable,
you would tell me that it was best we go separate ways.
as we bid our last goodbye,
I’ll give you the biggest smile,
because my revenge isn’t to see your sorrow,
but to let you know,
that I have finally understand how it feels,
to be loved.
0 notes
Text
Allah, terima kasih ya untuk semua hadiahnya. I’m glad I pushed through all the problems.
Hey, Papa, you’re right.
Banyak bahagia yang “menunggu” untuk aku datangi. They’re all here now. Allahumma baarik.
0 notes