Text
RangkumRasa #22 : Bertaut Rasa
Terang tak harus riuh, redup pun mampu menyapa jiwa
Jauh bukan berarti menjauh, dekat tak selalu terlihat mata
Kita bertaut dalam sunyi, menautkan hati pada Sang Maha Cinta
Meniti waktu, memeluk makna dalam tiap hembusan semesta
Liku hidup tak senantiasa bersuara
Ada perih yang menari, ada luka yang menabur hikmah
Namun kupercaya鈥攄i balik getir, tersembunyi berkah
Dalam tiap liku, sang Alam menulis skenario indah
.
Rasa ini tak lahir dari logika
Ia tumbuh dari pasrah, dari relung jiwa yang merunduk
Tersungkur bukan kalah, terdiam bukan menyerah
Melainkan jeda untuk memahami makna arah
.
Kupeluk semesta dalam syukur
Menyulam cinta pada yang tak kasat
Bertaut rasa dalam tiap degup, dalam langkah yang getir namun pasti
Karena sejatinya, kita hidup untuk kembali, bukan sekadar mencari
.
Pada manusia kuletakkan segenap pengertian
Mereka cermin, bukan musuh yang perlu dihindari
Kita berjalan bersama, walau kadang beda jalan, beda makna
Namun satu hal yang sama: sama-sama ingin bahagia
.
Apa artinya setia bila tak diuji jarak?
Apa artinya cinta bila tak dibasuh sabar?
Aku memilih percaya鈥攑ada keajaiban yang tak kasat
Karena di sanalah bertaut rasa, antara langit dan segala hasrat
.
Selamat bertaut pada akhir juli 鉂わ笍
0 notes
Text
RangkumRasa #21 : Masih Sepi (2024)
Januari berpamitan tanpa pamrih
Meninggalkan narasi misteri
Dari kemarau ke penghujan silih berganti
Terbiarkan masa lalu, terbengkalai hari ini
Perjalanan ini penuh ambisi
Tidak peduli kanan kiri
Sibuk meninggikan identitas duniawi
Menyingkirkan pemikiran manusiawi
Apa yang sedang dicari
Apakah ini kenikmatan yang hakiki
Apa ini namanya mawas diri
Abaikan saling menghargai
Tak tahu apa yang sedang kuukir
Membiarkan pena tanpa arah
Bisa jadi ini kerumitan dunia
Atau ambisi nikmat selamanya
Masih sepi di februari
Rabun mimpi tanpa arti
Logika rumit masih mendampingi
Semoga ada langkah untuk berhenti
1 note
路
View note
Text
RangkumRasa #20 : Hey Cerita
Ketika selera lagu kita sama
Akankah meyakini kita satu arah
Ketika cara pandang kitapun juga sama
Akankah meyakini hidup kita akan bersama
.
Aku mendengar masa lalumu
Kamu pun merasakan masa laluku
Begitu seru ketika bertemu
Ibarat frekuensi yang tak berujung
.
Terkadang seru ketika memiliki kesamaan
Bertukar rasa dan merajut arah
Tak terasa jauh juga kita melangkah bersama
Menertawai hidup seolah bagian dari hidup kita
.
Tak terasa nyaman pun mulai berasa
Ketika kita bercerita, lupa akan waktu lamanya
Seolah itu sebentar saja
dan cerita itu tak pernah habis begitu saja
.
Perjalanan kita seperti fiksi
Memberikan kenyamanan dalam imajinasi yang nyata
Apakah perjalanan kita akan berujung ?
Berujung pada kebahagiaan atau penderitaan ?
Berujung kebersamaan atau perpisahan ?
Hanya kita dan semesta alam yang menentukan
.
Hey cerita...
Mari nikmati saja...
1 note
路
View note
Text
Soul of Shelia #04 : Labirin Batin
Bintang-bintang bersinar di langit
Menyinari jiwa yang dalam dan damai
Idealisme rasa menjadi pedoman
Menuntun hidup untuk berbakti pada prinsip hati
.
Serasa melayang di batas senja
Sisi idealisme lebih berwarna
Menyentuh hati dan membuka pikiran
Membuka makna arti dan makna
.
Merangkul bongkahan antagonisme
Kasih sayang dan empati selalu hadir
Menyentuh hati dan membuka pikiran
Idealisme rasa membuat hidup berwarna
Menjadi lebih berarti dan bermakna
.
Idealisme rasa membawa harapan
Menciptakan dunia yang lebih baik
Dengan hati yang murni dan tulus
sisi ruang memberikan warna baru
.
Rasa adalah jantung filsafat
Menuntun hidup dengan kebijaksanaan
Mencari kebahagiaan dan kebenaran
Menjadi dasar hidup yang sejahtera
.
Menjadi peziarah yang penuh kasih sayang
Menyentuh jiwa orang lain dengan lembut
Mata angin prinsip menjadi sumber kebahagiaan
Menjadikan hidup selalu berarti
.
Pejamkan mata dan dengarkan hati
Idealisme jalan terbaik bagi diri
Titik batin bagai roh yang membara
Menyala dalam jiwa dan menyembah hati
Menggelora dalam bantin dan membawa haru
Terbentuk sisi pondasi dalam jati diri
0 notes
Text
Soul of Shelia #03 : Kesederhanaan Rasa
Menyederhanakan, Melambat,
Mendengarkan dan melihat kedalam
Bernafas dan merasakan
Yah ini hidup bukan saling mengejar
Dan siapa sampai duluan
.
Aku berhenti mencari yang belum pasti
dan mulai menghitung nikmatnya malam ini
Semesta terus bergelimang rasa
Mensyukuri keberadaan diri untuk bahagia
.
Indah sekali
Jika ideal hidup lahir dari hati
Dua jemari mendekap saling mendampingi
Berbisik lirih untuk kesadaran diri
.
Kesederhanaan hati
Tak terkotori oleh ambisi
Tak didampingi dengan benci
Sebagai arah hidup pendamaian hati
.
Hingga akhirnya aku memilih berdamai dengan hati
0 notes
Text
Soul of Shelia #02 : Absolut Rasa
Hai...
Aku berprasangka untuk baik-baik saja
Perlahan untuk menghilangkan luka
Melawan arus dari namanya derita
.
Hai...
Melelahkan juga ya
Berpura diri dari sesuatu yang nyata
Belajar terapung dari hati yang tenggelam
.
Banyak hal yang harus dihindari
Terkadang sisi lain hidup perlu dimaknai
Sebuah utas belajar mendamaikan diri
Penerimaan hati bagian dari refleksi diri
.
Mengingatkan hati yang layak disyukuri
Ada cahaya cinta terus menemani
Dibalik benci yang terus kuhadapi
Meyakini sesuatu positif akan menghampiri
.
Ketidaksempurnaan seperti nyata
Belajar dari hakikat alam untuk menerimaku apadanya
Seperti hutan tidak peduli dengan penampilanku
Gunung tak bergeming dengan jabatan apapun
Sungai terus mengalir tanpa berpikir popularitasku
Bunga terus bermekaran tak peduli melakukan kesalahan atau tidak
.
Bahwasanya kesenjangan hati
Selalu ada tentang arti menemukan dan melempaskan
Merawat dan merusak
Memulai dan menyelesaikan
Memberi dan mengikhalaskan
.
Absolut rasa seperti perjalanan
dari kesadaran diri
menuju kesadaran sejati
dari diri yang sederhana
1 note
路
View note
Text
Soul of Shelia #01 : Memeluk Hening
Tidak bisa memastikan baik-baik saja
Dikala keramaian hanya hiasan dinding belaka
Heninglah yang akan menjadi setia
Jika saling berucap akan menjadi tersiksa
.
Melawan keadaan namun tak paham
Tak ada pandangan yang tersampaikan
Hanya bertahan dalam memilih diam
Meskipun itu bukanlah suatu jawaban
.
Jalan sunyi sebagai arah kesetiaan
Hening sudah seperti teman
Ingin berontak namun tak terelakan
Seolah berdiam diri menjadi pilihan
.
Lirih hati tak ingin terus seperti ini
Toleransi hati tak mampu terobati
Rintih diri dengan setia membayangi
Serta sunyi telah menjadi nafas diri
.
Kapankah aku bisa pulang
Bertemu batin yang telah lama hilang
Dambaan perempuan untuk riang
Hingga tutur rasa berkumandang
.
Dan akhirnya
Hening tanpa lelah menyapa
Memeluk erat diruang hampa
Sampai aku merindu seperti sediakala
0 notes
Text
RangkumRasa #20 : Singgah Rasa
Mulai sejenak memberi kesadaran
Hati tak bisa dipaksa untuk bertahan
Sampai kapan menjadi tenggelam
Disaat harapan akan segera hilang
.
Langit mulai tak cerah
Matahari akan menenggelamkan cahayanya
Sampai kepada dua rasa yang tak lagi sama
Akankah menjadi ego untuk terpaksa bersama
.
Sadari jernih ini adalah hati
Kadang yang dirasa belum tentu termiliki
Kadang pula yang terabaikan berada disisi
Dan akhirnya menjadi persimpangan misteri
.
Singgah rasa, itu tak biasa
Banyak retorika yang tak sesuai prasangka
Mendewasakan hati untuk belajar menerima
Ditengah ketidakpastian kebersamaan rasa
0 notes
Text
RangkumRasa #19 : Hening Arah
Ada saatnya untuk sekedar menatap arah
Berdiam kata untuk tak banyak menyela
Ada saatnya untuk menghentikan langkah
Ketika sanggahan lebih dominan dari suara jiwa
.
Menjadi budak adalah kenikmatan
Ketika pembodohan yang menjadi dominan
Menjadi kritis seperti bunuh diri
Sungguh melelahkan dan terus dicaci
.
Salah tempat untuk bersifat rasional
Ketika jilatan masih sensasional
Duduk dan nikmatilah arah kebijakan
Bersorak ria demi pujian
.
Kebebasan berpikir terus menjadi musuh
Disaat idealisme terus tumbuh
Sudahi jika tak mampu lagi
Melambai tangan untuk undur diri
.
Silahkan terus menikmati
Jikalau ada obsesi jilat diri
Teruslah menanam idealisme diri
Jikalau ada harapan pada demokrasi ini
0 notes
Text
RangkumRasa #18 : Lepaskan
Jika tak mampu berikat maka lepaskan
Hidup tak selalu mencari kelengkapan
Atau sekedar mencari pencitraan
Ini demi pencarian kenyamanan
.
Jika hati tak selaras maka hapuskan
Jiwa yang tak bisa menyatu akan menyakitkan
Rasa yang tak mampu berbaur akan memudar
.
Cukupkan yang memang tak bisa ditambahkan
Hentikan jika tak bisa dilanjutkan
Berdiam jika tak bisa dibicarakan
Perasaan akan mencerna dan menjawab semua keadaan
.
Langkah terbilang jauh jika memiliki masa depan
Langkah pendek jika segalanya menjadi kerumitan
Keresahan adalah pencarian jawaban yang tertunda
Terimalah kenyataan, masa depan masih panjang
2 notes
路
View notes
Text

Rangkum Rasa # 17 : Persimpangan Diri
Sepentingkah arti sebuah perasaan Jika tak mampu menjadi kenyataaan Pantaskah itu menjadi kenangan Jika nyali tak mampu untuk digerakkan
Penakut tak beda jauh dari pengkhianat Hanya berhias dalam pikiran sesaat Sering bermain dalam persimpangan Namun belum berani memutuskan arah tujuan
Persimpangan tercipta untuk dewasa Memilih berani dalam memutuskan arah Persimpangan mampu membuat tak bernyali Jika perasaan dan tindakan terus berkelahi
Sudah semestinya berani memutuskan diri Ini bukan sekedar kompetisi Cara hidup dalam menetukan jati diri Jika tersesat tinggal evaluasi diri setidaknya mampu mengenali arti hidup ini
0 notes
Text

RangkumRasa #16 : Rindu Retorika
Saling menyibukkan diri Tak saling menjaga hati Hanya berpikir diri sendiri Tak saling menyapa diri
Seperti merasa letih untuk menjadi sebaik ini Biarkan khalayak yang akan menilai Sebab suatu rasa tak tentu di amati Karena diri sendiri yang pantas mencermati
Rindu menyapa itu pasti ada Rindu bercengkrama akan selalu ada Rindu berdeketan selalu dirasa Rindu ini hanya retorika saja
Biarkanlah keramaian terus ada Supaya alam terus mendengar Biarkanlah kerumitan terus bersemayam Supaya segera ada tindakan dari alam
0 notes
Text
RangkumRasa #15 : Manusia Sama
Masihkah merpati punya amanah Jika manusia merasa mampu berkirim pesan Masihkan kuda punya tujuan Jika manusia mampu bertujuan dengan cepat
Rentan rasa terus tergoyah Jikala manusia tak ada konsistensi rasa Prinsip bersama terus bertawar Jikala manusia mendahulukan hingar bingar
Lelah seperti teman sejati Jika kedengkian selalu melanda diri Bosan seperti hiburan diri Jika pertengkaran seperti rutinitas setiap hari
Aku tak ayalnya dengan manusia Yang menikmati rumitnya hidup namun menderita Aku sama halnya dengan ulah manusia Berkritis diluar namun merusak dari dalam
0 notes
Text
RangkumRasa #14 : Tenang
Tenang Tak perlu terburu-buru Kadang berambisi itu menyakiti Merusak nalar buat kebahagiaan yang tak pasti
Tenang Jika tangan tak bisa menggenggam Terimalah jika hanya memandang Itu mungkin cara terbaik berhenti berangan
Tenang Memaknai dengan hati lebih berarti Daripada buram tapi terus berlari Ibarat bernyawa seperti mati suri
Tenang Tak selalu yang pasti untuk diri Tak selalu rabun akan berlari Bernalar memandang cara terbaik memaknai diri
0 notes
Text
RangkumRasa #13 : Simpang Laju

Sepertinya ini jalan tak berujung Simpang yang selalu bikin bingung Masalah terus menerus mendengung Seolah solusi tinggalah berkabung
Bukankah makna tercipta karena tanda tanya Seperti rumitnya rasa yang terus dicerna Bukankah seninya hidup adalah porak poranda rasa Yang kuat duduk di singgasana, atau yang kalah akan menjadi hina
Sudahlah, lajur perlu dilewati Dengan segalapun kondisi Dan harus ada caci maki Supaya mampu memaknai diri
0 notes
Text
RangkumRasa #12 : Arah Maju
Sejak kelam ditahun lalu
Bukan berarti harapan telah berlalu
Cerita lama akan terus berkenang selalu
Sampai hati siap berubah untuk hal yang baru
Hidup terus memiliki arah maju
Yang hanya membuat cerita masa lalu terus kelabu
Hanya hati yang sanggup merubah itu
Menjadi kelabu atau terharu
0 notes
Text
RangkumRasa #11 : Menjaga Rasa atau Bermain Rasa ?
Untuk apa mengkhayal Jika hatinya terus berlayar Untuk apa meronta Jika perasaan nyata tak mampu berkata
Hidup bukan fiksi yang berkontradiksi Pahami ini semua hanyalah imajinasi Rasa ego tinggi bukanlah solusi Hanya kesengsaraan terus menghampiri
Bukankah lebih baik berkata Dari pada merawat sengsara Bukankah menghadirkan yang nyata Dari pada terus digantung rasa
Terlalu indah untuk ditelantarkan Jika merasa nyaman terabaikan Terlalu sadis terus mendiamkan Jika rasa terinjak masih terelakkan
Berulang kali menahan rasa Berulang kali pula dimainkan rasa Sudah waktunya melepas rasa Karena hati bukan hiasan dinding belaka
0 notes