Tumgik
arghawp-blog · 4 years
Text
Khawatirmu Tentang Masa Depan
Jujur saja, sebenarnya apa hal yang lebih membuatmu khawatir dibanding ketakutanmu pada masa depan?
Itulah yang membuat manusia yang kamu lihat —dan barangkali kita sendiri— belajar mati-matian demi ijazah, katanya agar di 'hari depan' diterima di universitas ternama. Sibuk kuliah dan ingin cepat lulus, demi 'masa depan' yang cerah di perusahaan besar. Kerja lembur bagai quda dengan misi menciptakan 'masa depan' karir yang gemilang.
Kekhawatiran kita akan masa depan itu seperti kita berlari mengejar bayang-bayang kita sendiri. Tak pernah berakhir, dan selalu membuat hati gelisah. Menghidupkan hari ini demi esok hari. Sebuah cara hidup paling menyiksa yang pernah ada. Dibayang-bayangi esok akan jadi apa dan akan makan apa. Cara pandang seperti itulah yang melahirkan hamba dunia.
Untungnya, kita punya iman. Dengan iman, kita seperti punya obor yang menuntun kita menyusuri hari-hari ke depan yang gelap temaram itu. Iman membuat kita tahu bahwa selalu ada jalan bagi mereka yang yakin bahwa segala sesuatu —rizki, cinta dan pencapaian hidup— ada di tangan Allah. Maka mereka tenang, namun tak juga berpaku tangan. Mereka tenteram, tapi justru berkarya makin melesat!
Perkara rezeki dan karunia di esok hari, Allah bilang padamu dengan terang, "Kamilah yang membagi-bagi penghidupan mereka dalam kehidupan dunia" (Az Zukhruf: 32) Semua sudah ada jatahnya, sudah ada pembagian seadil-adilnya.
Allah tak pinta kita untuk sibuk menghabiskan waktu demi karir. Justru Allah ingin karir kita hidup untuk menyelamatkan waktu kita yang sempit ini; menghidupkannya menjadi ibadah yang bernilai berat di timbangan akhirat.
Bahkan sejatinya, kerja kita, belajar kita, kegiatan kita, koneksi yang kita bangun, relasi yang kita kumpulkan; hakikatnya bukan untuk mencari penghidupan, tapi untuk bersyukur pada Allah. Unik kan? Kerja bukan demi rezeki, tapi sebagai tanda syukur.
Tapi memang begitulah aslinya. Dan itulah yang Allah ajarkan pada Nabi Daud dan keluarganya, "Bekerjalah wahai keluarga Dawud untuk bersyukur kepada Allah. Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur." (Saba':13)
Yang kamu khawatirkan tentang masa depanmu, sudah Allah cover. Bersyukurlah dengan menjalani hidup yang bermanfaat bagi dakwah dan umat, itulah cara kita mencover waktu menjadi bulir-bulir pahala yang berat di timbangan amal.
1 note · View note