Tumgik
arivsetiawan · 3 years
Text
KEAJAIBAN DAN KERAPUHAN MANUSIA (PART 2)
Bumi tempat manusia lahir dan hidup adalah planet yang indah, penuh kehidupan. Namun bumi juga penuh ancaman mematikan, 95 persen kehidupan yang pernah ada di bumi telah punah dalam lima periode kepunahan massal (mass extinction). Bumi, menurut pakar biologi-evolusioner, Elizabeth Kolbert, sedang mengarah pada kepunahan massal keenam (The Sixth Extinction). Salah satu pemicunya adalah perubahan iklim. Jika ini terjadi, manusia turut dalam kepunahan ini.
Neil deGrasse Tyson, astrofisikawan, pernah menyatakan: “Bumi adalah planet yang mematikan. Singa, beruang, ikan hiu ingin memakanmu. Wabah belalang mencuri panenmu. Musim dingin membekukanmu, padang pasir memanggangmu, gempa bumi dan ledakan gunung berapi menguburmu. Tsunami dan badai topan menenggelamkanmu. Kanker menggerogotimu. Parasit dan bakteri menghisap cairan tubuhmu. Virus menginfeksimu. Alam ingin membunuhmu.”
Neil deGrasse Tyson benar. Dan berbagai ancaman mematikan, sebagaimana wabah Covid-19 saat ini, bukan satu cobaan, rancangan atau kesengajaan kosmik. Melainkan, begitulah alam bekerja. Sesuatu yang natural, bukan supranatural. Alam tidak menghentikan aktivitasnya, berhenti membuat bencana, hanya karena iba atau kasihan pada manusia. Atau hanya karena ada penyair yang bertanya: “kapan wabah ini reda?”
Alam tidak akan menjawab. Virus Corona tidak peduli. Manusia sendiri yang harus merumuskan jawaban, dengan segala kerapuhannya, mengantisipasi, memitigasi, dan mengatasi. Melalui sains-teknologi.
Hidup memang rapuh, khususnya bagi manusia yang memiliki kesadaran. Itu sebabnya hidup sangat berharga. Tidak ada jaminan hidup manusia di bumi terus berlanjut. Hidup juga anomali, sebuah “keajaiban” yang langka.  Kita tidak tahu adakah kehidupan di planet lain, di galaksi lain, yang ratusan triliun jumlahnya. Manusia yang rapuh untungnya memiliki metode sains dan mampu mendayagunakan teknologi, untuk membantu mengatasi “fragilitasnya”.
- Arif Setiawan -
1 note · View note
arivsetiawan · 3 years
Text
KEAJAIBAN SAINS DAN KERAPUHAN MANUSIA (PART 1)
“Keajaiban” Sains dan Teknologi Keajaiban sains-teknologi beda dengan keajaiban imajinatif versi agama, mistik, atau penyair yang metaforik. Keajaiban sains-teknologi nyata, bisa didayagunakan membantu manusia. Coba kita mundur 300 tahun, menghayati dunia abad 17 yang belum sepenuhnya mengenal sains-teknologi mesin uap, listrik dan magnetisme. Dunia ketika tenaga hanya berbasis pada otot manusia atau hewan, malam selalu gelap gulita, sehingga segala aktivitas berhenti di malam hari. Dengan penemuan Hukum Termodinamika, manusia bisa melipatgandakan kekuatannya, menggerakkan lokomotif, kapal, dan pabrik. Sains Termodinamika membuka pemahaman pada konsep energi, entropi, dan bagaimana benda-benda (dari kerikil hingga planet) bergerak atau digerakkan. Misteri energi dan gerak yang terungkap melalui Termodinamika kemudian melahirkan era listrik dan magnetisme (Hukum Elektromagnetisme). Sains-teknologi yang memberikan kita bola lampu, malam tidak harus gelap, pabrik tidak harus dijalankan oleh otot manusia. Berlanjut muncul teknologi telegraf, sarana komunikasi antar benua untuk pertama kali, dan selanjutnya lahir radio, televisi, dan segala gadget yang memudahkan pekerjaan dan interaksi manusia. Sains-teknologi terus melaju sebagai efek domino. Berbagai temuan dan “keajaiban” baru terus bermunculan. Teori Gravitasi dan Teori Relativitas memungkinkan teknologi penerbangan, manusia bisa mendarat di Bulan, Mars, dan menjelajah angkasa luar. Kita juga tidak lagi mudah tersesat, dengan mengetahui posisi kita menggunakan teknologi Global Positioning System. Beberapa dekade terakhir kita memasuki wilayah baru yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Teknologi digital, dunia quantum, dunia molekuler yang memunculkan info-teknologi, nano-teknologi dan bio-teknologi. Ketika kita bisa mengedit kode genetik, struktur DNA, dengan teknologi CRISPR, sebagaimana kita mengedit puisi. Kini kita bisa menyaksikan dan menggunakan berbagai “keajaiban” produk sains-teknologi itu sebagai hal yang lumrah dan biasa. Dunia sehari-hari yang para nabi, filsuf, dan mistikus besar, tak bakal bisa imajinasikan—atau pahami—cara kerjanya. Bayangkan, jika kita bisa bangkitkan dari kubur Jallaludin Rumi, Plato, Husserl atau Heidegger untuk melakukan perjalanan lintas-waktu (time-travelling), hadir kembali di dunia Abad 21. Fatwa, syair dan risalah apa yang akan mereka tulis untuk menguraikan keterpukauan dan keterpanaan mereka pada hasil ingenuitas pengetahuan berbasis sains- teknologi? Akankah Husserl tetap mengamini pendekatan Fenomenologi spekulatifnya, atau Heidegger terus getol berakrobat-berumit kata-kata untuk ber-hermeneutika? Sains-teknologi jelas lebih ajaib dari segala keajaiban yang pernah diimajinasikan manusia era sebelumnya. Karena keajaiban sains-teknologi nyata, bukan cuma kisah tuturan. Tentu keajaiban sains belum menandingi khayalan kenabian yang bisa membelah laut, berjalan di atas air, menghidupkan yang mati, atau membangun surga. Termasuk belum bisa menghentikan wabah virus seketika. Namun, sedikit demi sedikit, berbagai kelemahan manusia bisa diatasi dengan sains-teknologi. Menyembuhkan kebutaan atau ketulian, misalnya, yang dulu dikisahkan hanya bisa dilakukan Yesus, mungkin tidak lama lagi akan bisa dilakukan dengan ilmu kedokteran terbaru, atau teknologi Neuralink (yang sedang dikembangkan Elon Musk). Neuro-sains-dan-teknologi selain berpotensi menyembuhkan berbagai penyakit saraf dan kejiwaan, juga boleh jadi akan bisa menjelaskan berbagai fenomena “ghaib” seperti kesurupan, exorcism, penampakan. Fenomena yang dulu diyakini tidak bisa dijelaskan, karena dikendalikan oleh mahluk ethereal, seperti roh halus, jin atau setan. Sains dan teknologi bersifat komplementer, saling dukung. Upaya mengeksplorasi sains kerap melahirkan teknologi baru, adanya teknologi baru memunculkan temuan sains baru. Teknologi mesin uap menghasilkan Teori Thermodinamika, Teori Elektromagnetisme menghasilkan bola lampu dan teknologi informasi. Project sains selalu menghasilkan konsekuensi yang tak terduga, termasuk dampak yang bisa diminimalisasi. “The Manhattan Project”, mengeksplorasi Teori Mekanika Quantum, membuka pemahaman tentang energi, bagaimana matahari memancarkan panas dan sinar, juga menghasilkan Bom Atom termasuk pemanfaatan energi nuklir. “The Genome Project,” berhasil memetakan genetik manusia, dan utak-atik DNA mungkin bisa disalahgunakan untuk membuat “ras manusia unggul”. Namun juga upaya untuk menyembuhkan berbagai penyakit degeneratif seperti Alzheimer, Parkinson atau kanker. “The Large Hadron Collider Project” memungkinkan kita memahami dunia partikel subatomik dengan lebih baik, meskipun ada yang khawatir munculnya Black Hole kecil atau ledakan konsekuensi lain. “The Human Connectome Project”, mencoba memetakan dan merangkai seluruh jaringan otak manusia, menjadi terkoneksi, sebagai satu spesies. Adakah konsekuensinya? Tentu, kita belum tahu dan bisa tak terduga. Itulah esensi eksplorasi sains-teknologi, untuk merambah wilayah yang tak diketahui dan tak terduga. Ini yang membuat hidup manusia menarik dan menantang, Berani memasuki “jurang yang dalam untuk mendapat kebenaran” seperti kata Niels Bohr yang dikutip GM. Itulah cara manusia mengatasi atau mengalahkan kerapuhannya. (Jika takut pada  konsekuensi tak terduga, tentu manusia bisa memilih tidak kemana-mana, duduk nyaman di kursi sofa sembari berpuisi atau berspekulasi-filsafat. Karena, jangan pula masuk jurang mencari kebenaran, bahkan untuk sekedar menyeberang jalan juga beresiko ketabrak motor).
- Arif Setiawan -
2 notes · View notes
arivsetiawan · 4 years
Text
Merayakan Patah Hati
Telah meranggas sekujur badan setelah kau tinggalkan, tak tersisa...  Ditelantarkanya mimpi dan rencana ke sepanjang jalan yg tak dilalui lagi berdua, dengan sesal yang masih menghias pusara...  Pemakaman jiwa yang pernah kau hidupkan. Sekumpulan kecewa dari hal-hal yang kita janjikan. Musnah, terukir dalam batin yang mengais hadir... Terkunci dalam darah yang mengalir getir... Meletus, menjadi perayaan dalam kelam yang bersulang... Meluap dalam keranda penuh belati yang menancap tulang... Remuk, tak ada lagi yang bisa dicerna dari hari-hari tanpa renjana...  Terbit sang fajar pun tak ubahnya kekacauan yang menyilaukan... Gemerlap yang sama sekali tak ku inginkan... Menggelapkan sadar yang tersisa dari segala yang bisa disaksikan mata... Namun apa daya, katamu aku bukan lagi cahaya...  Aku bukan lagi alasanmu menapaki dunia... Kau pergi dalam sesak penuh tanya... Sebelum aku bisa menawarkan manis untuk setiap lara yang kau derita...  Simpuh, tak berhenti aku meminta untuk kembali kau beri rasa... Doa-doa telah meracau menunggu ampunan dosa, yang justru membuatmu kian jauh, tak tersentuh, luruh, menyisakan separuh, dengan jantung yang kehilangan darah menuju pembuluh...  Mengucur, sebagai penanda jalan untuk kau kembali... Menjadi irama yang selama ini menghidupi denyut nadi... Telak, menusuk dan mengoyak... Menjadi kuasa dikehampaan yang tak terendus bahagia... Dengan batin bersikukuh, kelak engkau akan luluh...  Maka, sebelum akhirnya segala tentangku hanya bisa kau kenang sebatas nama... Ingat lagi singgasana yang pernah kau tempati sebagai permaisuri diistana yang kita bangun selama ratusan hari... Datanglah, walau merupa duri yang menambah darah... Walau menjelma buih yang mengorek nanah... Kau akan tetap aku sambut dengan perayaan paling meriah...  Dengarkanlah, pesan lara yang ku nyanyikan, dalam keheningan, berharap, sampai kesana...... Takan lelah menanti, menunggu datangnya diri... Kita bersua lagi, merayakan patah hati...
- Arif Setiawan - 
0 notes
arivsetiawan · 4 years
Text
Tumblr media
Masih teringat jelas situasi di massa2 saat itu .. sangat merindukan...
0 notes
arivsetiawan · 4 years
Text
Pulanglah dengan ketiadaan...
Jejak Langkah sang Bujang tak ber Tuhan...
Hati yang membatu dari ujung Ternate yang merindu...
Pulanglah dengan harapan...
Bagai pelaut merindukan teluk...
yang merindukan peluk...
0 notes
arivsetiawan · 6 years
Photo
Tumblr media
Aku masih mengingat nya... Tentang semua jejak jejak mu dan rasa rasa nya... Tentang cerita yang terukir yang lahir dari setiap detiknya... tentang nya... Aku masih mengingatnya... Akan terus mengingatnya... Semuanya... Selamanya...
5 notes · View notes
arivsetiawan · 7 years
Photo
Tumblr media
Selamat ulang tahun yang ke 22 tahun... kedewasaan mu akan bertambah, sifat mu akan menguat, semangat baru demi sebuah kesuksesan hidup semakin membulat... Semoga selalu menjadi wanita yang lucu, yang imut, yang baik, pemaaf, amanah, dan sholehah... dan semoga selalu di beri kesehatan dan keselamatan di kota baru mu, sukses untuk karir yang kamu inginkan... Sekali lagi selamat ulang tahun untuk wanita terindah... maju terus... apapun yang akan kamu jalani, kan selalu mendukungmu... Tetaplah merdeka dan ber- empati... And my last words , i love you... and forgive me for all my mistakes... (Bdg, 17 Oktober 2017 - my perfect story of love, perfect girl, and perfect ex... Dina Oktari)
0 notes
arivsetiawan · 7 years
Quote
Kita seperti cermin berhadapan yang saling memantulkan jiwa, tapi tidak saling terbuka tentang apa yang ada di balik tawa... Kita seperti cermin yang diletakkan berjauhan, penghalang yang melintang membuat kita tak sanggup lagi saling memantulkan rasa...
0 notes
arivsetiawan · 7 years
Quote
Aku pernah menempatkanmu di samping... hingga kujadikan seorang pendamping... hingga akhirnya kau berhenti berjalan... mengajariku caranya berjuang sendirian...
0 notes
arivsetiawan · 7 years
Quote
Sementara, perjalananku adalah tentang merelakanmu dan sikapmu adalah tentang melepasku
0 notes
arivsetiawan · 7 years
Text
Dan dunia yang sedang terlelap... Milyaran bintang - bintang di langit, akankah ada perubahan yang berarti? Ketika salah satu dari mereka mulai meredup... Dan tentang seseorang yang jauh disana... Sangat susah untuk kugapai kembali... Setelah semuanya berasa seperti mimpi... Dan seketika terbangun, semua selesai tanpa kompromi... Semua terasa seperti berada di bagian neraka yang lain... Bahkan dalam rumah kecil ku... Tak ada seseorang di samping ku kali ini... Tanpa mereka keluarga, teman, dan dia... Apakah kau masih menolak kematianku untuk saat ini, Tuhan? Aku selalu berusaha untuk tetap kuat... Tapi aku tetap tak bisa membohongi diriku... Tak ada yang kumiliki untuk saat ini... Mereka yang nyata tapi semu untuk ku... Pahamilah... dari hati ku... semua ini semu... Berharap selalu pada bintang bintang... Untuk sesuatu yang lekas datang... tentang kepergianku... Tak bisa berpura pura... inilah aku.. - A -
0 notes
arivsetiawan · 8 years
Text
Senyap
Aku... sang petualang dalam keabuan... Ketakutan dan keseharusan... Dalam ruang sepi ku... Hingga saat nya dimana aku harus beranjak menuju ruang yang berwarna cerita... Apakah masih selalu berujung tanya? Bila pada akhirnya aku harus kembali ke ruang ku sendiri... sepi... kenang mengenang layaknya seorang pecundang... Melihat angin-angin warna yang silih berganti... Hanya aku dan masa mengenangku... Hanya aku dengan langkah kakiku... Hanya aku dan sebuah keseharusan waktu... Dan kenapa aku masih saja selalu merasa dengan ketakutan seperti itu! - A -
0 notes
arivsetiawan · 8 years
Text
Ingsun
Aku lah makhluk kecil yang selalu merasa besar... Jiwa yang tak seberapa yang hanya mampu menghadirkan tandus... Berharap Engkau selalu bersabar dalam memberikan rintik hujan dalam jiwa ku... Dalam jemari lemahku yang menumpu dalam setiap sujud ku padaMu... Bersandar pasrah pada sajadah yang ku berharap meminta ampun... Dalam setiap langkah ku yang berbayang tanya... Tuntunlah aku... - A -
0 notes
arivsetiawan · 8 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Part 1
0 notes
arivsetiawan · 8 years
Text
Terjamah Yang Lain
Kelopak bunga mulai berguguran… Diantara persimpangan kita… Kumelihatnya musim mulai berganti… Dan mata binarmu yang mulai meredup… Meredupkan pijar hati yang kujaga…
Entah syair apa yang kau dengarkan… Entah kisah apa yang ku pahami… Kini semuanya begitu berjarak… semakin jauh… semakin samar… Hingga kini ada yang menghalangi pandangan ku padamu…
Dan di penghujung musim ini… ku melihatnya kau mulai terjamah yang lain…
- Awan -
0 notes
arivsetiawan · 8 years
Text
Gendhis
Dalam setiap malam… Dalam setiap waktu yang membuatmu terlelap… Memejamkan mata ketika semua terasa lelah.. Dalam sebuah drama terbesarmu… Tenanglah dalam mimpi terputihmu…
Dalam sebuah jalan panjang… Mungil badanmu melawan badai… Terjaga mata yang mulai membiru lebam… Tanpa jamah kasih dalam teatrikal yang semu… Tenanglah dalam senyum manismu…
Dalam cangkir kopi terakhirmu… Semua terasa begitu sangat dramatis… Terukir rapih dalam topeng kecilmu… Ketika semuanya menjadi penghakim tak bertuan… Peluk dalam cinta terindahmu…
Lakukan semuanya dengan nyaman… Kita hanya butuh sebuah perjalanan sebentar lagi… - A -
0 notes
arivsetiawan · 8 years
Text
Aku
Matahari ini mulai mengintip dari kabut yang menipis... Rinai hujan ini juga mulai meredup... Hanya ada seorang yang tersisa disana... Dari atas puncak labirin kehidupan tanpa penghujung... Hanya ada aku... dan pengecutku... Tersayat nadi dari goresan pecahan ego... Apakah tapak langkah ku harus bersamanya? Temaram ini lekas membisu... diam dan mengutuk... Padaku yang tersadar... di balik tirai senja yang memanjang... Kulalui tanya-tanya labirin hidup ini... hanya dengan ku... bayangan ku... ego ku... dan langkahku.... Aku lah jiwa tanpa nadi... - A -
0 notes