asysyifa
34 posts
Ambil baiknya, buang buruknya ya frend 🤍
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Memulai (lagi)
Berat rasanya harus memulai sesuatu itu (lagi). Setelah bertahun lamanya ditutup, setelah bertahun lama nya ditinggalkan. Pakaian yang katamu seperti ibu-ibu, kerudung yang panjang nya lebih dari biasanya, konten-konten dakwah yang biasanya kau lewati begitu saja. Untuk kesekian kali nya, aku memulai, dengan perasaan sangat hina, malu, tak pantas. Bukan karena aku tak yakin Allah tak akan menerimaku lagi, tapi aku yang tak yakin dengan diriku sendiri.
Aku pun tak merasa pantas menjadi wanita yang baik, atau mungkin diriku yang memang tak baik? buruk, kotor rasanya. Ya Allah, hadiah apa lagi yang akan engkau berikan kepada ku hingga aku merasa sangat tak pamtas ada disini
4 notes
·
View notes
Text
karena aku telah terbiasa jatuh, kehilangan, dan memaafkan.
— fitri nganthi wani
32 notes
·
View notes
Text
Gadis kecil berusia 8 tahun
Setiap waktu, saya selalu merasa adik adalah seseorang yang selalu beruntung dalam berbagai hal. Pendidikan, kasih sayang, fasilitas. Tapi setelah saya tatap wajahnya, sedalam dalamnya, pernyataan saya kian berubah.
Di usia yang masih terlalu kecil untuk menerima kenyataan yang tak di dengar anak kecil pada umumnya. Melihat kondisi ibunya yang tak semestinya dilihat anak seusianya. Menahan rindu 1 sampai 2 hari untuk tak bertemu orang tua.
Sulung, tengah, maupun bungsu menurut saya punya kadar kesulitannya sendiri sendiri.
12 notes
·
View notes
Text
Selamat tinggal, UGM
4/4/22


Mengalah sebelum berperang. Berpisah sebelum bertemu. Berhenti sebelum memulai. It's my dream university. It's my dream city. Gapapa, semoga kelak adik dan anak anakku bisa kuliah disana.
1 note
·
View note
Text
Apa kabar, Tuan
Satu Minggu selepas acara itu, kita tak pernah lagi bertemu. Kecuali pada percakapan mu dengan temanku. Terima kasih karena katamu mengikhlaskan diriku agar ku lebih bahagia diluar sana. Bertemu banyak orang dan banyak pengalaman yang lebih bisa membuatku bahagia. Dirimu yang selalu merasa tak pernah bisa membahagiakan ku. Tapi nyatanya apa Tuan? Aku juga tersiksa atas kehilangan ini.
Semoga bertemu di lain waktu.
Hening, 5/2/22
0 notes
Text
Barusan abis 'berantem' sama seseorang gara-gara dia get offended saat aku bilang laki-laki kayak Mas Aris semua.
Lalu dia bilang, kan ada tipe laki-laki kayak Vino G Bastian yang cuma ngefollow istrinya, atau kayak Rangga yang happy ending sama si Cinta?
Tapi aku tetep bilang, lah ada juga modelan vino G Bastian tapi ternyata punya second account ngefollow ciwi ciwi lain, atau modelan Rangga yang ngeghosting ga balik lagi (ini kejadian nyata temenku setelah pacaran 6 tahun ditinggal gitu aja ga bilang apa-apa semua nomer di blok, bayangkan gimana sakitnya?)
Trus, yaudah, dia bilang, susah ngomong sama wanita kayak Anda. Bye :))
aku berasa pengen bilang,
"aku tau Mas, sembuhku atas segala trauma terhadap laki-laki adalah tanggung jawabku. Tapi, Mas, aku butuh bantuan, boleh ngga, menjadi salah satu yang meyakinkan aku bahwa tidak semua lelaki seperti itu? :')"
ditulis dengan sedikit berderai, 19 Januari 2022
8 notes
·
View notes
Text
Semakin kuat.
Meredakan tangis, mengubah menjadi senyum. Ada masanya untuk kembali, ada masanya untuk berjuang. Titik balik kehidupan ini membuatku sadar, apa arti hidup sebenarnya. 18 tahun lahir dalam keadaan Islam. Baru benar benar mencintainya di masa sekarang.
Terima kasih, ya. Berkat mu aku kembali sadar, bahwa sebaik baiknya tempat kembali adalah kepada-Nya. Semoga lekas bahagia disana ..
0 notes
Text
2021
Kepada yang tersayang, diri sendiri.
Saat 2020 berakhir, wish list untuk menjadi orang yang sehat fisik dan mental ada di urutan nomor satu. Anak kecil yang kini sudah menjelma menjadi remaja ini hanya ingin sesuatu yang tak diinginkan tak terulang di tahun yang akan datang.
Aku gagal.
2021 membawa ku kepada tangis tak bersuara. Sebabnya adalah aku. Diriku sendiri. Aku gagal membawanya ke lembah penuh kebahagiaan. Aku sengaja memasukkan lagi diriku pada kubangan yang jelas kotor.
Aku kecewa.
Pada suatu harap yang sudah ku kubur rapat. Kian tumbuh subur lagi, karena sesuatu hal yang membuat ku percaya. Sering ku berfikir apa Ia tak salah memilih wanita payah ini untuk diberi ujian. Tuntun raga ini Ya Rabbi, kelak jika aku sudah tidak kuat, bisikkan di telinga ku jika Engkau tak pernah salah dalam merancang hidupku. Kuatkan aku yang sekarang merasa tak kuat. Kesana kemari mencari pertolongan, aku selalu lupa jika dengan hanya bersujud dan mengadah aku bisa mendapatkan jawaban.
Menghitung hari lagi, selamat datang di tahun kebahagiaan, Syfa! ❤️
0 notes
Text
Dulu;
Kenapa harus seperti ini?
Kok bisa ada hal yang begini?
Seharusnya ini tidak terjadi!
(Sering banget menyangkal, berpikir hal-hal yang negatif tidak perlu ada dan terjadi, Padahal kan rumus dunia memang seperti itu)
Sekarang;
Ya sudah, nggak apa-apa, nikmati saja, toh fase ini tidak selamanya yang ini, akan berganti juga seiring waktu.
(Lebih ke "tenang, ikhlas, ada Allah" skenario-Nya tidak perlu diragukan).
12 notes
·
View notes
Text
Pandai-pandailah menaruh kepercayaan pada orang.
Sejak hari itu sampai hari ini, saya masih belum percaya bahwa dia adalah orang yang bisa menyakiti hati saya. Seseorang yang sangat saya percayai untuk menampung semua cerita keluarga, diri, teman saya. Beberapa cerita yang bahkan saya sendiri enggan untuk menceritakan ke orang tua bahkan sahabat terdekat saya sekalipun.
Mengapa dari banyaknya orang yang saya kenal, harus dia yang menjadi alasan saya untuk membenci diri saya sendiri. Merasa gagal menjadi manusia, merasa takut lagi untuk memulai sesuatu.
Memang benar, ada baiknya menjadi seorang wanita yang berprinsip. Untuk tidak mengenal lebih jauh sebelum waktunya.
1 note
·
View note
Text
Perjalanan Menemukan
Laki-laki yang sabar.
Sekian tahun yang lalu, laki-laki yang sabar merupakan salah satu kriteria wajib bagiku. Aku tak pernah bosan; tak pernah lelah untuk meminta kepada Tuhanku. Aku tahu kekuranganku; di sisi lain aku paham kelebihanku. Sosok yang aku dambakan benar-benar sulit ku jangkau. Sebab, banyak sekali orang di pandangan masyarakat terlihat baik, bijak, atau paham agama, namun akhlak kepada keluarganya buruk.
Lantas, bagaimana aku bisa menilai?
Ya. Pikirku saat itu. Pikiran yang memiliki batas. Pikiran yang hanya bisa ditakar oleh akal manusia.
Semua lelaki tampak kasar, keras, licik, dan selalu ingin memenangkan segalanya; selalu ingin tampak bijaksana. Padahal, siapa yang tau di dalam hatinya? Kenapa sok tahu?
Sampai berada di satu titik, aku ingin menyerah; hampir-hampir tidak ingin memiliki pasangan hidup. Muak. Segala ucapan serapah rasanya cukup menggambarkan kebencianku. Dari marah yang meletup di kepala, hingga akhirnya sabar yang bersilir dalam dada.
Ya sudah. Aku lelah. Aku hanya memohon perlindungan-Nya.
Lalu entah mengapa, seseorang yang tepat itu datang justru ketika aku pasrah dan menyerahkan segala hidupku pada Allah. Aku tidak lagi bersandar pada diriku sendiri. Aku hanya melanjutkan hidup, take it easy.
Sungguh, semua itu berubah semenjak aku dipertemukan dengannya. Hatiku jauh lebih tenang. Kehadirannya adalah bukti kuasa Allah, bukan semata-mata karena manusia itu sendiri.
Tentu. Ia memang bukan manusia yang sempurna, begitu pula diriku. Namun, kami saling mengisi apa-apa yang rumpang dalam jiwa kami. Ia lebih dari cukup; laki-laki yang begitu sabar menghadapiku. Membuatku berkali-kali terharu ketika aku mengingat kembali seberapa lama aku meminta sosoknya dalam doa.
Aku mengubah perspektifku, bahwa bukan orang lain yang salah, sekali lagi, bukan. Mungkin tak sadar, selama ini aku yang jauh dari Tuhanku. Mungkin tak sadar, aku lupa. Dan begitulah cara Ia menggiring setiap manusia, untuk kembali pada-Nya.
Sungguh, Allah akan mendengar hamba-Nya, sekalipun saat berpeluh doa, ia hanya menangis tanpa berucap kata. Ia tau apa yang ada di dalam hati hamba-Nya.
Kawan, jangan pernah menyerah. Perjuangkan apa yang memang layak diperjuangkan untuk hidupmu; dunia dan akhiratmu. Untuk menggenapi separuh agamamu.
Jikalau kamu takut menikah karena banyak cerita tentang lelaki brengs*k di dunia ini, percayalah, kamu masih punya Allah. Ingat, kamu cuma punya Allah sebagai tempat bersandarmu. Mereka tidak lain adalah jalan berliku yang Allah hadirkan dalam ceritamu.
Kalau kamu sudah lelah mencari, cukup tawakkal, menyandarkan diri pada Pencipta. Mintalah pada-Nya. Bersungguh-sungguh meminta pada Ia Yang Maha Kuasa, tidak akan membuat manusia jera.
Buntok, 6 Desember 2021 | Pena Imaji
511 notes
·
View notes
Text
How strong u're. Tadi malem, post story wa yg seolah olah menceritakan kalo diriku lagi susah (haha) setelah 6 menit kemudian baru sadar, aku ngapain sih! Nyesel, gatau udah berapa banyak orang yg liat
Dunia tak boleh tahu kamu sedang babak belur. Dunia hanya boleh tahu kamu masih tegak dan tak hancur selepas badai menerjang.
Taufik Aulia
627 notes
·
View notes
Text
Thankyou Tumblr
Ngepost snapgram di Instagram ga pede, apalagi lagi Hiatus
Ngepost snapwa juga jarang banget, dan ngerasa ga aman karena banyak yang kenal, private banget
Ngepost di Twitter apalagi, ada temen, toh isinya juga anak anak ambis PTN
LinkedIn, bingung mau post apa, belum kerja, kuliah apalagi
Di Tumblr rasanya bisa jadi diri sendiri, walaupun kadang males baca, tapi tetep ku baca kok (wkwk)
Rasanya tentram, nyaman, gaada temen real life. Bebas mau ngomong apa aja, curhat haha. Kadang tulisan kalian relate sama kehidupan, suka.
2 notes
·
View notes
Text
Aku nyesel pernah cerita itu, nyesel banget. Bukan nyesel karena tiba-tiba kamu hilang setelah tau. Tapi nyesel kenapa aku harus kasih tau something yang harusnya kamu gatau tentang keadaan keluarga ku.
Selalu pengen puter waktu, pengen balik, pengen kontrol jari supaya ga asal ngetik.
Tapi, baiknya aku jadi tau siapa yang bener bener peduli, sama siapa yang pura2 peduli karena cuma pengen ngulik kehidupan seseorang :)) gapapa, untung ga dikasih tau semuanya.
1 note
·
View note
Text
Well, aku juga pernah ngerasain ini. Ya sesimpel ga mau ambil jawabanku sendiri dari soal yang diberikan orang lain, aku malah ikut di jawaban orang lain. Dan baru nyadar kalo jawaban itu salah, dan, ya walaupun nyeseknya ga seumur hidup, tapi tetep nyesel. Padahal kalo ambil jawabanku sendiri walaupun salah, aku akan tetap bangga, dan ngga terlalu kecewa.
Tiba-tiba kepikiran kalau nanti punya anak, aku bakal ingetin anakku dengan hal ini;
"Nak, kalau kamu besar nanti tolong jangan dengerin apa kata teman-temanmu. Tapi dengerin apa kata hatimu. Jangan selalu percaya apa yang temanmu bilang. Karena bisa jadi itu adalah kesalahan dan kamu akan menyesal nanti"
Ceritanya,
Aku nggak sengaja scrool beranda facebook. Tiba-tiba ketemu akun teman sekelasku yang lagi ngejalani kuliah. Aku seneng. Bangga awalnya. Akhirnya dia bisa kuliah melanjutkan mimpinya. Tapi makin kesini, memori yang dikepalaku berputar 360° mengingat beberapa kalimat yang pernah dilontarkannya padaku 4 tahun silam.
"Kau kuliah Rum? Iyalah kau kan pintar. Bisa aja dapat beasiswa. Kalau aku pintar juga enggak, mau uang dari mana bayar kuliah."
"Nggak tau ini Sa, mungkin Mas ku nggak ngijinin, walau dapat beasiswa biaya kost juga makan pasti Mas dan Mbakku berat buat bantu. Apalagi aku nggak ada orang tua"
"Yauda, kerja aja. Lagian kita ini kan SMK. Nggak malu-maluin juga kalau tamat langsung kerja. Aku juga kerja. Nggak masalah. Ngapain malu. Daripada kuliah cuma ngabisin uang. Mereka kuliah 4 tahun ngabisin uang, kita yang kerja 4 tahun uda tau rasanya beli ini-itu"
Awalnya aku bangga nggak lanjutkan pendidikan walau banyak guru yang menyayangkan hal itu. Padahal aku adalah sianak nekat dulunya, nggak diijinin pun kuliah, kalau aku nekat pasti Mas dan Mbakku juga bakalan bantu. Tapi semuanya sudah terjadi. Aku nggak kuliah. Dan kerja sebagai karyawan biasa dengan gaji dibawah UMR, mendekati UMR pun tidak.
Marah sebenarnya, kesal. Kenapa harus nurut apa kata orang yang jelas-jelas dia juga nggak tau masa depannya bakal seperti apa. Teman-teman uda pada ngurus skripsi, sebentar lagi wisuda dan aku terjebak dikampung orang. Mau pulang, tapi cuti dibatasin. Mau resign, kalau pulang mau kerja apa. Pada akhirnya pertahanin ini sampai tabungan bener-bener ngumpul lalu pulang.
Makasih saran yang akhirnya buat aku menyesal seumur hidup :)
"Nak, dengerin Ibu ya. Kamu harus dengar apa kata hatimu. Cita-citamu, semua akan terwujud kalau kamu niat. Jangan berhenti ditengah jalan karena alasan biaya atau apapun. Selama kamu niat, Ibu pasti akan dukung kamu, Nak. Ibu nggak mau kalau kamu jadi seperti Ibu."
20 September 2021,
Teringat teman :")
11 notes
·
View notes
Text
RIUH
H-3 sebelum ibu operasi kanker, kelas 12, deadline, sekolah offline, jarak tempuh rumah baru ke sekolah ±22 km harus PP, sekolah online, les.
Siapapun, aku yakin tulisan ini bakalan ada yang baca, cuma minta do'a nya, semoga semua ini dilancarkan dan makhluk lemah ini dikuatkan.
Missing myself 10sept'21
1 note
·
View note