Diteguk nikmat, diresapi apalagi. Tapi tetap punya sisi pahit.
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Gue itu sebenernya lemah.
Memang kelihatan seperti batu yang keras dan sukar musnah.
Tapi hati ngga bisa bohong.
Sakit rasanya ketika harus membenci.
Sakit rasanya ketika harus membohongi diri.
Tapi kenapa, orang yang disayang justru lebih sering menyakiti dan memberikan kecewa.
2 notes
·
View notes
Text
Anak Pertama
Aku anak pertama dan wanita. Awalnya aku bingung, “memang kenapa?” pikirku semuanya sama saja. Tetapi aku keliru.
Menjadi anak pertama berarti punya tanggung jawab yang tak sama. Berarti menjadi orang pertama yang tahu masalah keluarga. Yang tak bisa lari, atau bahkan minta pertolongan.
Menjadi anak pertama harus bisa jadi bemper. Saat keluarga terjatuh dan tersungkur. Diharapkan aku ada di sana untuk menghibur.
1 note
·
View note
Text
Kenapa Aku Dibeginikan
Setelah 2016 berlalu, perasaanku bukan lagi sesuatu. Tidak ada yang berarti selain apa-apa bisa sendiri. Bertahan untuk tetap bisa berdiri.
Suatu hari dirimu datang mengajak kenalan. Hal yang kekanak-kanakan untuk aku yang bodo amatan. Tapi, dengan sapaan khas basa-basi malah berujung chatan setiap hari.
Berbagi perhatian, cerita tentang kehidupan, dan rekomendasi makanan menjadi topik besar kala itu. Pernah kubilang, enak juga ada teman berbagi seperti dirimu. Tidurku lengkap mendengar suaramu. Pagiku cerah melihat sapamu.
Namun seperti hal kekanak-kanakan lainnya, pergi tanpa mau ditanya ke mana. Entah untuk sementara atau selamanya, intinya hanya meninggalkan bingung dan tanya.
Hari-hari itu aku penasaran setengah mati. Akukah yang salah hingga kau tak mau kembali? Atau sudah bodohkah aku menganggap kau pakai hati?
Aku gantungkan tanda tanya, berharap kau punya jawabnya.
0 notes
Text
8 Desember 2021
Kalau orang tau cerita gue, pasti mereka komentarnya gue salah. Gue ngga boleh kayak gitu. Ngga boleh kualat, ngga boleh marah-marah.
Tapi apa pernah sekali aja ngerasain ada di posisi gue? Hidup sama orang tua yang keras kepala, super duper ngga bisa diajak ngobrol. Gue juga capek bersikap kayak gini. Hidup gue susah gara-gara punya orang tua kayak gini.
Asli deh, kenapa orang selalu minta kita sebagai anak buat bersyukur punya orang tua? padahal orang tua yang pengen kita hadir di dunia ini. Gue kalau tau udah besarnya diginiin, gue ikhlas banget untuk ngga dilahirin. Gue capekkkkk woe ngeberesin masalah yang emang harus gueeee yg beresinnn?
Semenjak orang tua cerai, gue merasa seperti jembatan antara mereka berdua. Mama marah ke ayah, gue yang dengerin, ayah marah ke mama gue yang dengerin. Segala keluh kesahnya gue yang nanggung.
Beban keuangan udah jelas gue ikut andil. Kerja sekali ngga cukup, gue cari kerja dua kali. Tapi masih ngga pernah cukup.
Di mama gue capek denger kurang ini itu mulu. Segala tingkahnya yang bikin gue dahlah ngga ada masa depan di sini.
Di ayah gue mencari masa depan yang gue pikir lebih baik. Gue urus diri sendiri. Gue bela-belain pulang ke rumah yang lebih jauh agar lebih tenang. Nyatanya enggak juga.
Ayah pelit ngga mau biayain anak-anaknya. Ngga mau ngurus kalau ngga tinggal di rumahnya. Sedangkan rumahnya aja ngga layak ditinggali. Air sering mati, atap bocor, kamar mandi bau, dapur kotor, sendok cuma tiga. Kaya apakah bisa tinggal di situ?
Gue mancing agar semua adek di rumah ayah dan bisa dibiayain karena i know how hard my mom cari biaya buat ini itu, dan 5 year nanggung ini semua i think thats enough, harus ada perubahan nih jangan gini-gini aja.
Tapi berbeda dengan pikiran ayah gue, dia maunya ada di zona nyaman.
Nikah lagi agar diurusin. Menjadi jalan keluar ninjanya. Ngga, ayah tuh ngga bisa ngurus anak.
Dia sih enak ngga tinggal di rumah itu. Ngga pernah tau pas ngga ada air, ngga pernah tau lampu mati, atap bocor. Yang dia tau, dia ngirim makanan aja udah. Sehari mampir dua kali ke rumah untuk ngirim makanan aja. Gue nih bukan anak kucing yang cuma dikasih makan aja cukup. Gue juga butuh sebuah kehidupan. Thats why gue berusaha untuk ayolah jadikan ini sebagai rumah. Let me handle urusan dapur dan beli kebutuhan pokok yang emang bisa dimakan sama gue dan adik-adik gue. Gue udah seniat itu untuk memperbaiki semuanya.
Bulan ini gue punya uang dan gue pikir akan lebih baik kalau ngebetulin rumah. Kita sama sekali ngga punya rumah yang proper. Mau beli mahal ngga punya duit. Mau KPR aja ngga ada yang mau nerima aplikasi gue. Gue pengen gue dan adek-adek gue ada satu tempat bernaung yang layak. Biar ayah juga mau biayain kan kalau semuanya tinggal di rumah itu?
Tapi jawabannya hopeless. Bilang ngga ada duit. Ngga bisa. Ngga tau. Ngga ngurus. Udah punya keluarga baru harus bagi-bagi. Lu anjing bangsat gue di sini mau membangun lu ngga ada usaha apa-apa. Di sini gue siapa? Keluarga lu atau bukan?
Bisa ngga sih look at your family. Do your children live happily? Enggaaakkk
Pernah gue berdoa semoga diberi banyak kesabaran dan hati yang lembut agar bisa sabar menjalani kehidupan dengan orang tua yang kaya gini. Tapi sekarang ngga mauuuu. Gue capek. Mohon maaf mau pamit undur diri bisa nggaa. Ngga mau urusan lagi sama broken family yang bikin susah.
0 notes
Text
Saki Lagi
Dear Tuhan,
Siapakah sebenarnya yang punya andil untuk memutuskan hidup? Pernahkah aku meminta untuk hidup? Pernahkah aku meminta untuk ada di sini? Di antara luka-luka yang tidak tahu harus kuapakan.
Desember ini, setelah bertahun-tahun jalan tertatih, akhinya aku kembali terjatuh.
0 notes
Quote
hey dad, look at me, think back and talk to me, did I grow up according to plan?
0 notes
Text
Does a broken home become another broken family?
Teringat lagu John Mayer—In The Blood, malem-malem gini.
Dan ternyata jawabannya iya. Awalnya ngga mau merasa broken home sebab yang namanya broken pasti hancur. Awalnya kukira ini yang terbaik, tapi aku salah. Ngga pernah ada yang terbaik untuk keluarga yang memang broken.
Aku sekarang di sini. Tenggelam dengan ego dan emosi. Tenggelam dengan sok tahu ku yang mikir semuanya akan jadi lebih baik kalau orang tua pisah.
Sekarang udah terjadi. Dan ngga pernah merasakan apa sisi baiknya. Semua malah memperparah keadaan.
Aku jadi terpecah. Rumah bukan tempat yang nyaman untuk pulang. Sosok lain hadir dan sosok yang seharusnya selalu ada jadi tiada.
Ayah semakin tua, dan aku semakin lupa. Bahwa seharusnya aku ada di sana untuk sekadar ada.
Mama semakin semaunya. Bahkan kadang mau semuanya.
Dan aku semakin gak punya alasan untuk bahagia.
Rumah belum ada. Yang ada pun ngga bisa dibilang rumah. Masa depan masih panjang. Dan begitu pun aku yang nantinya akan berbagi ranjang.
Belum lagi kebutuhan sehari-hari yang masih belum bisa terpenuhi.
Jangankan melihat ke depannya, hari ini pun belum tentu lebih baik dari kemarin.
Ngga ada tempat bersadar. Apa lagi buat aku yang selalu tampak tegar.
Aku pengen pulang ke rumah, yang isinya baik-baik saja. Yang di dalamnya utuh.
Kadang pengen waktu kembali. Kalau aja ngga gini, apakah keadaan akan lebih baik?
Karena sekarang mereka bukan lagi saling mencela, tapi malah saling membenci. Karena sekarang, kenangan adalah sesuatu yang pahit, yang kalau mereka inget pernah jalanin itu mereka bilang amit-amit.
John Mayer... ketika rumah sudah rusak, pondasi ngga ada, pasti yang di dalamnya pun ikut rusak.
0 notes
Text
Aku jatuh cinta pada tulisanmu. Pada caramu bertutur. Pada kata-katamu yang mengalun padu. Pada pikiranmu yang bersenyawa dalam aksara. Tak memburu, juga tak membara, kau berkata apa adanya.
Candaanmu tak pernah meleset, selalu berhasil membuatku senyum-senyum sendiri. Perasaan semacam sedih dan senang mengalir begitu saja. Deretan huruf yang kau susun itu amat fasih mengutarakan rasa. Titik dan komamu menjadi saksi aku ikut lebur ke dalam emosimu.
Lamunanku, akan seasyik apa bila nanti kita bercengkerama berdua?
Pintaku cuma satu, jangan berhenti menulis sekalipun kita tak pernah ditakdirkan untuk bertemu.
— Taufik Aulia
1K notes
·
View notes
Text
“Self-love is not selfish; you cannot truly love another until you know how to love yourself.”
— notesonbliss.com
1K notes
·
View notes
Text
Di Antara Keindahan

Di antara semua keindahan, Aku memilih dia Namun, di antara jutaan kata, Aku memilih diam Maka aku di sini saja dan tak ke mana-mana Sementara roda waktu terus berputar Menggilas nalar Dan semakin liar Aku hilang dalam pencarian diriku sendiri Aku tertipu apa-apa yang kureka sendiri Tubuhku gemetar melihat hantu yang kuciptakan sendiri Sementara dia terus berjalan Menyisakan gambar punggung yang Semakin lama semakin pudar
Pernah suatu hari Kala aku mencoba untuk melupakannya
Aku malah lupa Bahwa aku ingin melupakannya
…
Ja(t)uh (2013)
1K notes
·
View notes
Text
Di Antara Keindahan

Di antara semua keindahan, Aku memilih dia Namun, di antara jutaan kata, Aku memilih diam Maka aku di sini saja dan tak ke mana-mana Sementara roda waktu terus berputar Menggilas nalar Dan semakin liar Aku hilang dalam pencarian diriku sendiri Aku tertipu apa-apa yang kureka sendiri Tubuhku gemetar melihat hantu yang kuciptakan sendiri Sementara dia terus berjalan Menyisakan gambar punggung yang Semakin lama semakin pudar
Pernah suatu hari Kala aku mencoba untuk melupakannya
Aku malah lupa Bahwa aku ingin melupakannya
…
Ja(t)uh (2013)
1K notes
·
View notes
Text
Aku iri pada Bumi; hujan takpernah bosan untuk jatuh berkali-kali. Sedang, aku dan kebodohan masih terus bertanya, mungkinkah kamu bisa jatuh padaku seteguh derainya?!
209 notes
·
View notes
Text
Jebakan Narsisisme
Syarat utama bagi keberhasilan mencintai, kata Erich Fromm, adalah mengatasi narsisisme. Satu keyakinan bahwa yang penting di muka bumi ini hanyalah diri sendiri. Seolah Tuhan menciptakan manusia dan semesta hanya untuk melayani kebutuhannya. Ini semacam egoisme, tetapi pada tahap yang lebih ekstrim.
Belajar menjadi pecinta yang baik artinya berusaha keluar dari jebakan narsisisme dan memandang segalanya secara objektif. Bahwa orang-orang di luar sana, termasuk orang yang sedang kita cintai juga punya kehidupan, masa lalu, perasaan, harapan, dan hal-hal yang tak disuka.
Ketika narsisisme hilang, keinginan untuk diperhatikan berubah menjadi kebiasaan memerhatikan. Hasrat untuk dimengerti kalah oleh upaya untuk mengerti keadaan dan perasaan orang lain. Dan orientasi menerima, digeser oleh obsesi untuk terus menerus memberi.
Ketika narsisisme hilang, kita bertransformasi dari ‘orang yang jatuh cinta’ menjadi ‘orang yang mencintai’. Dalam transformasi itulah terjadi lompatan kedewasaan.
…
Sekutip tulisan dari buku terbaruku. Judulnya masih dipertimbangkan, kemungkinan #BelajarMencintai. Segera. :)
228 notes
·
View notes
Photo

Ketika Penyair Jatuh Cinta
Serupa pantun tanpa sampiran, Kau hadir dengan banyak pesan Seperti baris-baris puisi, Senyummu multiinterpretasi Layaknya tenggelam dalam KBBI, Memujimu aku punya banyak diksi
419 notes
·
View notes
Text
Nantinya semua akan berlalu: soal perasaan yang hanyut dimakan waktu, atau tentang kita yang tidak mungkin lagi bertemu.
Tapi aku akan baik-baik saja dan apalagi kamu: akan lupa kalau dulu pernah saling menyapa pada perjalanan yang hanya memberi jeda dan prasangka bahwa aku akan baik-baik saja.
Kita akan habis dimakan masa: rasa yang pernah ada pun nantinya akan binasa. Tidak ada yang tersisa apalagi patut dirasa-rasa. Sebab begitulah aku dan kamu diciptakan oleh semesta.
2 notes
·
View notes
Text
Kinda missing the old memories, when youre always in my orbit
1 note
·
View note
Text
The old of us never fails make me happy and hurt at the same time
0 notes