awasserigala
awasserigala
SAGALA
86 posts
"sebagian isi kepala saya tumpah disini, jangan sampai jatuh hati"
Don't wanna be here? Send us removal request.
awasserigala · 1 year ago
Text
NONA SEGALA LARA
Hai Nona, apa kabarmu disana? Tentu saja aku harap kuatmu bukan dusta--yang kau akal akali demi kata pisah
Oops, maaf Nona, jika sarkasku terlalu liar--semata mata karna aku masih tak percaya, aku masih saja mencari cara untuk dapat kembali memandang matamu yang berbinar.
Kata orang laki laki tak perlu lama bermuram hati, kata aku mati saja mati. siapa akan sangka pertemuan sesingkat ini, cerita serumit nadi, bekasnya tak mau pergi~
Sudahlah, persetan isi hatiku, kaupun tak mau tau, ijinkan saja aku menulismu karna isi kepalaku terlalu penuh akanmu.
Nona, ketika aku mengenalmu, aku ingat pada diriku dahulu yang kesepian. Aku ingat betul bagaimana sekitarku tak ada yang mau tau apa mau dan inginku, itu pula yang kurasa ketika bertemu dinginnya laku dan panasnya tutur katamu. Karna aku peduli aku gali, ketemulah aku dengan sakit dan traumamu. Tentang bagaimana manusia di sekitarmu acuh, sedang rongga luka di dadamu makin membiru--kau tutupi dengan asal asalan. Alhasil, yaa, kau jadi sedemikian rupa.
Sebab kau selalu menemani, hingga akupun tak kuat dan rapuh, menahan rasa yang seharusnya tak pernah tumbuh. Makin menjadilah aku dalam menjagamu, membantumu mengenali niat busuk para pencari nafsu, dalam dan semakin dalam hingga tanpa sadar--kini aku yang terikat akan hadirmu
Hanya sebentar saja kurasa hari hari indah penuh canda kita alami bersama, akupun pada saatnya mendapati hidangan darimu untuk pertama kalinya, namun rasa yang kuingat adalah bencana setelahnya, untuk kita berdua.
Sekali lagi, andai kau tahu, aku tidak pernah merencanakan untuk merasa hampa tanpa hadirmu dengan rasa bahagia, tidak. Aku sendiripun sadar, betapa hatimu bergejolak menolak norma norma atau mempertahankan rasa kita yang nyata. Tentang suatu hari kau bercerita bahwa dalam sulitmu, ada bagian tubuhmu yang kau yakini sakit, serta sedarahmu yang membuatmu berpikir untuk mulai menerima fakta, beruntunglah aku yang saat itu yakin kepercayaanmu fana, berakhir dengan ku menyeka air matamu dan pelukan lama.
Bodohnya di segala laramu aku berdoa agar itu jadi jalan yang menguatkan kita, mengukuhkan pandangmu bahwa ialah aku yang selalu ada. Nyatanya ku salah, hingga hari dimana as(h)a tiada ialah pertanda, kau tutup segala pintu--ajariku sakit yang tak kuasa. Padahal impiku ialah doa bersama untuknya, dan, terjadilah, sendiriku berdoa saat peringatan hari lahirmu--serta dia.
Jadi Nona, jika masih ada sedikit nyala apiku di dadamu, bukalah pintuku dan mari hadapi bersama. Namun jika tidak, terimalah, mungkin aku akan selalu jadi bayang yang mengawasi bahagiamu disana, memastikan tidak ada lara sembunyi ditawamu lagi. Hingga nanti saatnya tiba, iklhasku tidak lagi pura pura, akan selalu ku jaga darah kita sembari mengingat senyummu yang slalu aku ceritakan tiap dia berkunjung di mimpiku, Nona.
Maaf aku menulismu dengan terburu buru, sampai jumpa nanti, atau di kehidupan lain yang bahagia dan penuh haru~
3 notes · View notes
awasserigala · 9 years ago
Text
Teruntuk, Kekasih
jadi begini, sayang menulis seperti ini, telah lama kutinggalkan aku sendiri heran sepertinya ada bagian dari diriku yang tak mau berhenti melankolis dan kini bagian itu, memilih untuk menulis mungkin karna kau tak sengaja tarik pelatiknya jadi sayang, begini sebagai lelaki yang takdirnya menaklukan, aku merasa senang bukan kepalang menemukan kau sebagai pasangan bagaimana tidak, kau tak pernah berhenti memberi kejutan layaknya kisah petualangan, ada saja hal-hal baru untuk diselesaikan bahkan jika cerita kita disatukan, bisa ribuan lalu begini, sayang sebagai lelaki yang bringasnya tak karuan, kau sanggup menahan hingga aku tak punya lagi alasan untuk mengacaukan hidup juga begini, sayang sebagai lelaki yang pernah sakit jiwanya, berkelana di sudut wanita-wanita satu malam kau sanggup menyembuhkan dengan entah apa itu, ku sebut keajaiban dan begini, sayang sebagai lelaki yang tak punya masa depan, kau sanggup memberikan mimpi untuk ku wujudkan tentu tentang kita, dan segala bentuk visi pekerjaan lalu tempat tinggal, serta bocah-bocah lucu di dalamnya -- suatu saat jadi sayang, begini aku bersyukur, sebab Tuhan masih sayang aku berdoa, sebab aku penuh kekurangan aku belajar, sebab hidup tak pernah berhenti mengajar aku bekerja, sebab mimpi kita berharga Tuhan, terima kasih atas rahmatmu sayang, terima kasih
2 notes · View notes
awasserigala · 10 years ago
Text
Sebuah Ciuman dari Semesta
sekiranya malam ini semesta berbicara, kira-kira bagaimana bentuk bibirnya, apa ia malu-malu mengucap cinta, pada segala maklhuk yang Tuhan cipta. tak masalah, sebagaimanapun bentuk peluknya, setiap yang hidup harusnya bahagia. sebab mungkin ciumannya yang malu-malu, sampai kepada ia yang jatuh cinta atau gigitan yang terlalu bergairah, diterima oleh ia yang hatinya berdarah bahkan kombinasi keduanya-- sampai basah sampai segala keluh dan gundah, hilang sekejap mata kuasa kita hanya menerima, ada baiknya torehkan senyum di bibir dan di dada.
0 notes
awasserigala · 10 years ago
Text
NONA
barangkali hanya pelukmu, nona jalanku kembali ke rumah tempat segala puisi dan doa bukan malah kau tinggal aku kedinginan sendiri dalam kebingungan akankah sulit, nona? kau beri aku selembar kecupan dari bibirmu merah itu lalu akan kulupakan sesaknya dada hari ini, nona bukan malah kau biar aku di jalan hingga kau tertawakan dengan dia kau lempar acuh yang tak bisa ku makan kembali kau melengos, peduli pun tiada kini aku kelelahan, nona berjalan saja sempoyongan sudah tak tahu arah jalan setapak pun mulai sirna adalah engkau nona, cahaya yang ku harap ada kembali ke rumah, dan sesegera berdoa
0 notes
awasserigala · 10 years ago
Text
Bulan Merah
aku masih percaya pada puisi yang dengannya, segala gundah pergi yang ciptanya, berteman dengan kepala dan hati dan bacanya, penuh rasa hayati suatu ketika aku berlari, tak terasa hari berganti hari kutinggalkan puisi-puisi di kepala ia berbisik, "berhentilah sejenak". sedang tak ku hirau hingga malam ini terduduklah keangkuhan di bawah malam menggigil, sebab angin telah rindu dan memberi salam waktu berhenti dan menyapa serupa senyum di kepala bertemulah aku dengan kawan lama puisi serta bulan merah sebab dengan jalan perlahan, terlihatlah bahagia di sekitaran.
1 note · View note
awasserigala · 11 years ago
Text
Kupu-Kupu yang Berteduh
Kami sepasang kupu, mencari sisa-sisa hangat di antara belukar rindu. Pada malam hujan yang beku, deras suara desah kami merayu, tak peduli, betapa tetangga iri. Kami terus meminum madu, berpeluh di atas pohon tua, berteduh di bawah daun tinggi.
tak ada ibu tua di langit, tertutup lazuardi pekat melayang tinggi. Sekilas kilatan kami terpaku, teriak ibu tua dengan gagang sapu. Menyapu keringat sampai ke ubun-ubun, “sebab ini belum tuntas, Dik.”
Malam semakin cerau, namun kami semakin kering, menjadi mayat, di ujung ranting. Apalah daya, kami sepasang kupu tenggelam dalam air pucat, bersama maut bernama rindu.
0 notes
awasserigala · 11 years ago
Quote
percayalah tak ada yang sia-sia, bahkan jika terlihat sia-sia
0 notes
awasserigala · 11 years ago
Text
Tentang Kota yang Menyuguhkan Kenangan
Ada sebuah kota dimana senyuman merekah dengan sendirinya. Serta dada dan sekitarnya berubah hangat padahal baru saja tiba. Sepertinya semakin berjalan menuju tengah kota, ataupun sudut jalan lainnya, semakin lunas saja rindunya. Apalagi keramahan manusianya seakan tak habis-habis meski alamnya pernah sangat tak bersahabat. Begitulah kurang lebih menurutku, kota kedua yang kucintai. Ini hari kesekian aku datang pada malam hari di kota ini. Udaranya sedang sejuk saat ini. Lalu lintasnya juga tak seramai kota asalku. Tujuh jam perjalanan dengan kereta tentu sangat lelah. Dan lapar. Aku tak selera makanan kereta. Aku hanya menunggu untuk cepat sampai dan singgah sebentar di angkringan depan stasiun Lempuyangan. Pernah aku bertukar cerita dengan seorang bapak tua. Tentang gunung dan keramahan Jogja. Kini ingatan itu menyapa perlahan. Lagipula, aku tak terburu membuat kenangan baru. Menjelajahi sudut-sudut kota malam ini juga. Sudah dua tahun aku tak kesini dan Jogja tetap Jogja sebagaimana Jogjanya. Kenangan tumbuh subur disini. Di tiap-tiap sudut terdapat kenangan yang tak ikut tuannya pulang. Ia menetap. Menunggu tuannya kembali. Lalu ketika saatnya telah tiba, mereka mengusik isi kepala. Memaksa segala ingatan keluar kemari-kesana. Tak segan-segan, semuanya. Bahkan tentang tangis sekalipun. Menghilangkan lapar seketika, dan dingin yang menyeka. Menghamburkan aroma tuk dijelajahi maksutnya. Sebab kenangan hanya hilang ketika kita telah tiada.
2 notes · View notes
awasserigala · 11 years ago
Text
Surat Terbuka Untuk Kawan
Haloo Apa kabar? Semoga kalian masih memperbincangkan aku saat tak hadir menemui kalian, itu tanda kalian (masih) sehat. Adalah kesengajaan menulis surat ini untuk kalian. Bukan tiba-tiba, bukan. Apalagi menyaingi Surat Terbuka Capres, ah sudah basi. Melainkan tuk menjelaskan, bahwa aku merindukan kalian dan ini bentuk itikad baikku menyapa kalian. Jangan kira aku tak iri melihat foto selfie kalian tanpa aku. Atau check-in somewhere tanpa namaku di tag 'with' kalian. Buang jauh-jauh pikiran negatif kalian tentang aku, aku sendiri tak tega menyelipkan dendam pada kalian. Aku masih ingin menjadi Maha Tahu bagi kalian. Tentang pertemuan, sekali lagi aku tak sanggup hadir. Bahkan sampai riyaya H+14, mungkin. Aku sedang bermimpi, akan seperempat jadi sebelum berhasil menjual ganja di Asia sana. Seminggu ke depan, semoga, aku akan mengasa mental ke Rinjani. Sebab persiapanku memakan waktu, aku tak bisa ikut berkumpul. Percayalah aku tak seberuntung kalian. Itulah mengapa mimpiku liar, dan agar aku tetap menjadi Maha Tahu bagi kalian. Satu lagi, aku aku tak sedang mabuk saat menulis ini, ini merupakan usahaku tuk berkumpul bersama. I miss you all and I have effort to see you all, with this. Sisakan cerita sidang kuliah, double date, celana yang sama, pacar baru, hunting foto dan segala bahan rasan-rasan lainnya, untukku. Salam, Sofyanda.
1 note · View note
awasserigala · 11 years ago
Quote
sajak gusar
bumi dan langit duduk semeja berpayung gundah gulana kala itu cangkir berdetak seirama degup riak kopi gelombang tetap semesta tak terlihat mungkin resah hujan malam menangis rerumputan tak kemudian nampak senyuman bumi dan langit masih bermusuhan adalah kita segala korban
0 notes
awasserigala · 11 years ago
Text
Semesta
Semesta.
jika aku memusuhimu dengan kesulitan dan kesulitan dan segala luka dan kesedihan
berdansalah tak kenal waktu segala hujan kan kau temukan mimpimu, di sela-sela gunung berbatu pada pasir basah dan kemarau bahkan pada sayup bisik gurun serta pagi yang masih kemerahan
aku menjelma bayang pengikut segala bentuk musim pada jejak tapak selanjutnya pada pundak cakrawala
1 note · View note
awasserigala · 11 years ago
Photo
Tumblr media
👉 http://biangmajas.tumblr.com/post/90544313282/riya Bacanya setelah berbuka aja, yaa 🐔 – View on Path.
1 note · View note
awasserigala · 11 years ago
Text
Riya.
Hari itu senja terlambat datang, tepat pukul enam sore langit tak kunjung petang. Namun tidak pada suasana sebuah kosan bebas di Surabaya--terlihat suram. Kerumunan tetangga, sebagian besar ibu-ibu sebagian lainnya cabe baru, sibuk berbisik dan bertanya. Di sampingnya, seorang berseragam yang mengaku polisi sedang berbincang dengan rekannya yang juga mengaku polisi. Beberapa anak muda yang mengaku wartawan juga sibuk memotret, menulis dan merekam. Tiba-tiba di kejutkan sirine Ambulans dari kejauhan, riuhnya semakin kencang saat belok memasuki gang. Terlihat seorang lelaki tua memegang kemudi, di sampingnya seorang berpakaian putih rapi. Lelah mengisyarat dari balik kaca, mereka mungkin bergumam dalam hati kerna hari ini hari liburnya. Entahlah, satu yang pasti, sang Sopir cukup cekatan memarkir mobil, hanya tersisa beberapa inchi dari tiang listrik di depan tembok pagar, sangat rapi. Kemudian pintu belakang Ambulans terbuka. Nampak ruangan kecil yang sangat bisa dibilang suram, mengingat ruang ini berisikan sebuah ranjang besi dan tempat duduk panjang yang mungkin sudah tak empuk lagi. Di kepalaku, muncul bayang Ambulans berisikan tangis keluarga, raungan lirih korban atau bahkan sisa darah yang menghitam. Dan kali ini, di atas ranjang pesakitan tersebut terbaring lemah seorang gadis dengan sisa busa di sekitar mulut dan darah segar bercampur bubuk putih menempel di hidungnya. Kepalanya masih meronta--lemah, tanda bahwa ia masih hidup. Hanya itu yang ku dapat saat melihat. Tak sempat memerhatikan mini dress serta motif branya sebab seorang berseragam yang mengaku polisi bersama rekannya yang juga mengaku polisi kudapati bekerja sama dengan sopir Ambulans menaikkan ranjang besi bersamanya ke dalam. "Minggir, Minggir", tegasnya dengan menirukan gerak atlet renang gaya dada satu sisi. Kalian tentu masih ingat bahwa sopir Ambulans ini sangat cekatan. Kira-kira hanya 5 langkah, terhitung sejak dari pintu utama menuju pintu belakang Ambulans beliau melangkah. Meski dengan faktor X, yaitu kedua orang berseragam yang mengaku polisi membantu membelah puluhan warga, belasan cabe dan beberapa anak muda tanggung yang mengaku wartawan tuk sampai ke Ambulans, tak menyurutkan niatku untuk menobatkan beliau sebagai Sopir Paling Cekatan 2014. Sementara itu Riya pergi bersama dua orang lelaki tak dikenal mengendarai mobil Ambulans. 2 Hari Sebelumnya.... . Baru saja matari terbit, semesta menyapa lewat kicauan burung yang bersahut. Rumahku hanya beberapa petak dari mulut gang, gang dalam. Begitu mereka menyebutnya. Memang di depan gang terdapat kios burung 24 jam, tak ayal suaranya sampai ke rumah. Segera ku bawa burungku ke teras rumah. Mumpung masih pagi, pikirku. Aku mulai memandikan burungku di sana. Aku menamainya Jastin, ia sejenis Elang Jawa. Setelah hampir selesai memandikan Jastin, tampak Riya datang, aku bisa mencium wanginya meski Riya baru sampai di ujung gang. Riya sempoyongan. Matanya sayu dan bibirnya merah gincu. Setelah memastikan kiri-kanan sepi orang, ku tinggal Jastin yang setengah basah dan ku papah Riya sampai kamarnya. Akhir-akhir ini Riya semakin menjadi. Wajah cantiknya terlihat lusuh semakin hari. Kali ini membuatku tak bernafsu. Kusimpan hasratku sambil berharap Riya cepat sadar. Ku lempar pandang ke sudut kamarnya dan masih penuh alat hisap pun berkilo marijuana. Riya pernah berkata bahwa burung merupakan simbol kebebasan, Riya memilih Elang Jawa kerna menurutnya simbol kejantanan. Aku terima pemberiannya, kini aku merawatnya. Aku tak peduli tentang istriku, aku bahkan lupa telah beristri. Ingin rasanya aku berdoa pada Semesta, kembali pada masa lalu dan memilih tak menikahi istriku. Langitpun semakin terang ketika sepasang mahasiswi melempar senyum dan aku balas, hingga kedipan mata dari dua spg pun aku balas. Seketika pagiku berakhir di kamar mandi. Hingga matari di atas kepala, tak kudapati Riya keluar kamar tuk mengisi perut seperti biasanya. 3 Bulan Sebelumnya.... . "Permisiiii.... ." "Iyaa sebentaaaarr.... ", Jawabku seraya berlari. Ternyata gadis cantik bersama lelaki tua, sedang mencari kos bebas untuk berdua. Dan bukan kebetulan aku memang punya kos-kosan bebas 5 kamar yang cukup terkenal di sekitaran. Di lantai satu ada 3 kamar yang masing-masing berisikan sepasang mahasiswi, dua spg dan satu lagi kosong. Sedang di lantai dua, di depan tangga ada sepasang mahasiswa--jomblo, dan di ujung lorong juga kosong. Tawaranku menyewakan kamar lantai dasar di tolak dengan alasan ketenangan. Setelah harga kami sepakati, mereka bergegas ke lantai dua. Secara tidak sengaja kulihat bekas luka di belakang leher sampai punggung. Meski sebagian tertutup rambut panjang hitam, memar itu jelas mengganggu siapapun yang memandang. Cepat mereka berlalu menaiki tangga dan ku dengar suara pintu terbanting. Berhari-hari setelah itu bekas luka makin bertambah. Saat mendengar kabar pasangannya pergi keluar kota, aku beranikan tuk bertanya. Aku hampiri ia saat turun hendak membeli makan. "Suaminya mana?", tanyaku memastikan. "Kerja, mas", sambil jalan menunduk. "Ini kenapa?", sergahku sambil memegang lengannya. Spontan ia menjerit sakit, dan wajah yang menunduk ternyata menyembunyikan bekas luka baru. Ia berlalu dan matanya berkaca pilu. Sedang aku bertanya pedih, binatang macam apa yang tega seperti ini. Belum sempat aku sadar, istriku muncul di kepala. Sungguh aku tak ada lagi hasrat padanya, tak menghasilkan keturunan. Lagi-lagi Ingin rasanya aku berdoa pada Semesta, kembali pada masa lalu dan memilih tak menikahi istriku. Aku lebih peduli pada rasa penasaran tentang gadis cantik nan seksi itu. Dengan sedikit inisiatif ku ambil kunci cadangan lalu masuk ke kamar dan menunggunya. Alangkah terkejutnya aku ketika lampu menyala kudapati berbungkus-bungkus kecil serbuk kristal dan beberapa gram marijuana. Aku terkejut, aku tak cukup gila berurusan dengan bandar. Keringat dingin membasahi telapak tangan, selanjutnya badan serasa kaku dan kepala seakan penuh. Sebelum itu semua teratasi, tiba-tiba pintu terbuka. Gadis itu kaget begitu pula denganku. Refleks tanganku membungkam mulutnya dari belakang dan memaksanya duduk diatasku. Ia terus bergerak sehingga menimbulkan sensasi lain di pangkal paha. Namun ku tepikan hal itu, mulutku tiba-tiba berucap dan segalanya berubah. "Diam, ceritakan tentang semua ini", bisikku pelan. 3x kemudian gumamnya mereda. Ku lepas perlahan dengan tak hilang waspada. Sejak itu aku mengenalnya dengan nama Riya, sedang pasangan itu adalah suaminya. Ia adalah bandar besar di pulau Jawa. Dan jika sedang bisnis bisa berbulan lamanya, lalu akan berpindah lagi setelahnya. "Lalu luka itu?" "Sebagian kerna suami tak sadar diri, sebagian lagi ku dapat kerna depresi. " Bibirku kaku, lidahku keluh. Sekitaran hening dan membisu. Seharusnya ia tak perlu menderita, bunuh saja suaminya. Seiring jatuhnya air wajah Riya, Aku hanya memeluknya, setidaknya aku berharap tangisnya reda. Hari Setelah Riya Pergi Bersama Dua Orang yang Tak Dikenal Mengendarai Mobil Ambulans... . Semalam setelah Riya di temukan Overdosis di kamarnya, berhembus kabar bahwa Riya meninggal di tengah perjalanan. Aku tak mengeluh ketika segala biaya administrasi di alamatkan padaku. Aku hanya heran Riya tetap memilih mandiri di saat terakhirnya. Dua orang berseragam yang mengaku polisi telah di hubungi oleh Riya sebelum menghisap serbuk kristal bergram-gram banyaknya. Lagipula apa yang dilakukan si Perawat saat itu? Tak di berikan pertolongan pertama kah? Atau terlalu sibuk menggenggam yang lain atau memuncratkan sesuatu, sehingga lupa memberikan pertolongan medis. Entahlah, seingatku wajahnya cukup sumringah saat Ambulans perlahan melaju. "Di kehidupan selanjutnya, aku akan menjadi daun ganja, yang kau pelihara di belakang rumah, dan kau hisap saat ingin bahagia. Kerna aku tak sempat mengenal lelaki baik selain kau. Bukan Suamiku, bahkan bukan juga Ayahku", pesannya saat akan menemui suaminya untuk cerai dan akhirnya dipukuli sampai pingsan. Saat itu aku setengah teler menghisap ganja, terbaring dan ditunggangi olehnya. Sehingga tak benar-benar memerhatikan salam pisahnya. Sempat aku memuji betapa liarnya Riya, tak hanya desah, jeritan dan keringatpun ikut bersama. Kicau puluhan burung di kios depan gang terdiam mengalah saat kita bercinta. "Pelukmu telah jadi candu yang tak kalah bebal" , katanya setengah sadar. "Maka berhentilah membakar serbuk kristal dan menghisapnya, apa punyaku masih tak cukup matang untukmu?", sahutku diikuti tawa bersama. Segala kenangku kini tiada guna, Riya pergi membawa segala resah dan bahagia. Ia telah menyatu dengan semesta, berwarna biru di atas sana. Tak ada lagi memar di kulitnya, tak ada lagi obat di sekitarnya. Riya telah sembuh. Kini tinggal aku. Kutemukan istriku menggantung di ruang tamu, dengan laporan visum di tangannya. Mungkin ia juga memilih sembuh setelah mengetahui Riya mengandung benihku. Kini tinggal aku. Mengais segala obat di kamar Riya, kerna candu menagih di sekujur tubuh. Kini tinggal aku, yang menunggu sembuh.
1 note · View note
awasserigala · 11 years ago
Text
Mari Berkelana.
"Be brave enough to discover the world" by unknown. Ungkapan di atas adalah langkah atau bahkan cikal bakal dari keinginan untuk mewujudkan mimpi di kepala. Betapa tidak, selama ini mungkin kita kekurangan keberanian untuk melaju di jalur cepat menuju kenyataan. Kita terus memupuk mimpi kita dengan subur, (mungkin) tanpa pernah tahu kapan berbuahnya. Seperti saat kita memutuskan tuk kuliah, dan beberapa kebijakan memutuskan kita tinggal lebih lama. Seperti saat memulai tuk mendaki, namun tak ada pengalaman dan teman jadi alasan tuk berhenti, bahkan sebelum itu dimulai. Atau mungkin seperti memilih diam tuk demokrasi, dan membiarkan oknum-oknum membeli suara kita yang suci kerna kita terlalu buta tuk melihat, bahkan berharap apa yang akan terjadi di depan sana bakal sama saja dengan yang sudah-sudah, terlalu naif. Begini saja, untuk sementara ini saya kesampingkan pendapat pribadi saya, mari bermain logika. Sudah berapa banyak keinginan kalian yang telah terwujud? Lalu bandingkan dengan berapa banyak keinginan kalian yang mati tertindas oleh "jangan terburu, masih banyak hari lain" atau "tak perlu macam-macam, itu tak baik" atau "kamu yakin? Nanti iniloh atau ituloh" dan bla bla bla yang lain. Setidaknya saya mencatat hal itu terjadi berulang-ulang setiap hari dalam hidup kalian--jika kalian merasa hidup. Mungkin usaha saya menulis untuk menyadarkan kalian yang sedang terbelenggu oleh rutinitas, mimpi orang tua kalian, keinginan pacar kalian, agama kalian, pikiran masa depan kalian adalah sia-sia, sebab saya adalah bukan siapa-siapa yang mengenal anda dan anda mungkin hanya seorang iseng yang membaca tulisan saya. Tak mengapa, itu bukan satu-satunya alasan dalam diri untuk lahirnya tulisan ini, adalah apa-apa yang ada dalam pikiran saya yang saya tuangkan pada tulisan ini. Saya unggul 1-0 kerna saya berani mewujudkan apa yang ada di kepala, anda? Beritahu saya nanti. Bagi sebagian manusia yang sejak lahir sudah melekat adat istiadat, agama, suku, ras, media bukan tidak mungkin kita di butakan oleh keseharian. Satu pesan, jika anda merasa terbebani oleh sesuatu apapun itu, tinggalkan, saya bahagia saat melakukannya. Saya harap kalian juga. Saya mungkin tidak akan peduli terhadap hidup berdampingan sebagai manusia yang baik kerna manusia yang baik itu bahkan ditiadakan. Saya selalu membayangkan bagaimana nenek moyang kita dengan keterbatasan teknologi hanya berbekal tubuh sehatnya mengarungi dunia? Jika Gajah, Unta, atau Kuda pada masanya di ongkos rupiah, berapa kira-kira ongkos Surabaya ke Benua Eropa? Saya ingin sekali menjelajah beberapa bagian dunia dengan hanya berbekal kesehatan jasmani, dan sekarang saya sedang memulainya. Saya rasa cukup mengenal manusia di sekitar saya dan saatnya mengenal manusia lain di sana. Anda bisa menyurati saya jika anda sama gilanya dengan saya, saya tak keberatan tuk bekerja sama selama anda tak merugikan saya dan sebaliknya. Bahkan jika itu benar-benar keinginan anda, Semesta akan membantu membuatnya nyata.
1 note · View note
awasserigala · 11 years ago
Text
Mari Berkelana.
"Be brave enough to discover the world" by unknown. Ungkapan di atas adalah langkah atau bahkan cikal bakal dari keinginan untuk mewujudkan mimpi di kepala. Betapa tidak, selama ini mungkin kita kekurangan keberanian untuk melaju di jalur cepat menuju kenyataan. Kita terus memupuk mimpi kita dengan subur, (mungkin) tanpa pernah tahu kapan berbuahnya. Seperti saat kita memutuskan tuk kuliah, dan beberapa kebijakan memutuskan kita tinggal lebih lama. Seperti saat memulai tuk mendaki, namun tak ada pengalaman dan teman jadi alasan tuk berhenti, bahkan sebelum itu dimulai. Atau mungkin seperti memilih diam tuk demokrasi, dan membiarkan oknum-oknum membeli suara kita yang suci kerna kita terlalu buta tuk melihat, bahkan berharap apa yang akan terjadi di depan sana bakal sama saja dengan yang sudah-sudah, terlalu naif. Begini saja, untuk sementara ini saya kesampingkan pendapat pribadi saya, mari bermain logika. Sudah berapa banyak keinginan kalian yang telah terwujud? Lalu bandingkan dengan berapa banyak keinginan kalian yang mati tertindas oleh "jangan terburu, masih banyak hari lain" atau "tak perlu macam-macam, itu tak baik" atau "kamu yakin? Nanti iniloh atau ituloh" dan bla bla bla yang lain. Setidaknya saya mencatat hal itu terjadi berulang-ulang setiap hari dalam hidup kalian--jika kalian merasa hidup. Mungkin usaha saya menulis untuk menyadarkan kalian yang sedang terbelenggu oleh rutinitas, mimpi orang tua kalian, keinginan pacar kalian, agama kalian, pikiran masa depan kalian adalah sia-sia, sebab saya adalah bukan siapa-siapa yang mengenal anda dan anda mungkin hanya seorang iseng yang membaca tulisan saya. Tak mengapa, itu bukan satu-satunya alasan dalam diri untuk lahirnya tulisan ini, adalah apa-apa yang ada dalam pikiran saya yang saya tuangkan pada tulisan ini. Saya unggul 1-0 kerna saya berani mewujudkan apa yang ada di kepala, anda? Beritahu saya nanti. Bagi sebagian manusia yang sejak lahir sudah melekat adat istiadat, agama, suku, ras, media bukan tidak mungkin kita di butakan oleh keseharian. Satu pesan, jika anda merasa terbebani oleh sesuatu apapun itu, tinggalkan, saya bahagia saat melakukannya. Saya harap kalian juga. Saya mungkin tidak akan peduli terhadap hidup berdampingan sebagai manusia yang baik kerna manusia yang baik itu bahkan ditiadakan. Saya selalu membayangkan bagaimana nenek moyang kita dengan keterbatasan teknologi hanya berbekal tubuh sehatnya menjelajahi dunia, jika gajah, unta, atau kuda pada masanya di ongkos rupiah, berapa kira-kira ongkos Surabaya ke Benua Eropa? Saya ingin sekali menjelajah beberapa bagian dunia dengan hanya berbekal kesehatan jasmani, dan sekarang saya sedang memulainya. Saya rasa cukup mengenal manusia di sekitar saya dan saatnya mengenal manusia lain di sana. Anda bisa menyurati saya jika anda sama gilanya dengan saya, saya tak keberatan tuk bekerja sama selama anda tak merugikan saya dan sebaliknya. Bahkan jika itu benar-benar keinginan anda, Semesta akan membantu membuatnya nyata.
0 notes
awasserigala · 11 years ago
Text
Secangkir Cokelat Panas
Kala itu udara pagi menuntunku keluar rumah. Aku gapai terusan di antara botol bir. Setelah tubuhku tak lagi telanjang aku berjalan dengan sempoyongan menuju kursi di teras depan. Tak kusangka akan begini. Pagi ini cukup hangat, sinarnya menyentuh kulitku yang tak tertutupi sutra. Sedikit demi sedikit kucoba melawan sakit kepala dan aku berhasil. Kudapati taman yang kebanyakan lahan kosong dan sampah daun jati di latarnya. Lalu kepalaku menengadah, mencoba fokus beberapa kali akhirnya aku menemukan sosok wanita setengah baya, berambut panjang dan senyum di wajah. Wanita cantik itu, Ibuku, secantik aku tentunya. Aku jadi ingat Ibu selalu mengajakku berkebun sesaat setelah gelap pergi, namun aku lebih menikmati tempat tidurku yang hangat. Kadang aku kasihan melihat Ibu setiap pagi memotongi parasit-parasit pun daun cokelat di pundak orchidnya, sedangkan gadisnya mungkin masih keliling angkasa sampai matari tegak di garisnya, ah gadis pemalas. Tapi pagi ini tak kulihat Ibu menyiram tamannya, aku berhasil menyelesaikan mimpi sebelum Ibu. "Biarlah kini aku merawat tamanmu, Bu, Gadismu ini juga ingin mengenal para bungamu" , kataku dalam hati. Pagi itu aku berharap Ibu memelukku dari atas, bukan peluk kasar seorang ayah biadab.
0 notes
awasserigala · 11 years ago
Photo
Tumblr media
I think they're still in love each other #axlrose #slash #lasthug – View on Path.
0 notes