ayulestariaribowo-blog
ayulestariaribowo-blog
Allahumma yassir wala tuassir
2 posts
Don't wanna be here? Send us removal request.
ayulestariaribowo-blog · 8 years ago
Text
Promkes_AyuLestariAribowo_A2/IVB_PROGRAM PROMOSI KESEHATAN TENTANG PENCEGAHAN KANKER SERVIKS MELALUI PEMBERIAN PENGETAHUAN DAN PEMERIKSAAN IVA TEST
PROGRAM PROMOSI KESEHATAN TENTANG PENCEGAHAN KANKER SERVIKS MELALUI PEMBERIAN PENGETAHUAN DAN PEMERIKSAAN IVA TEST Latar Belakang Kanker serviks adalah kanker primer dari serviks yang berasal dari metaplasia epitel di daerah sambungan skuamo kolumnar (SSK) yaitu daerah peralihan mukosa vagina dan mukosa kanalis servikalis.(1) Penyakit ini merupakan jenis kanker kedua terbanyak yang diderita wanita di seluruh dunia, biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. Kematian akibat kanker serviks di negara berkembang dilaporkan sekitar 11,2 per 100.000 wanita.(2,3) Insiden kanker serviks sekitar 7,9 % di dunia (International Agency For Research On Cancer, 2014). Pada tahun 2012, diperkirakan sekitar 528.000 kasus baru kanker serviks dan 266.000 kematian akibat kanker serviks. Hampir 87% kematian tersebut terjadi di negara berkembang (International Agency For Research On Cancer, 2012). Sampai saat ini, kanker serviks masih menjadi masalah kesehatan perempuan di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia sehubungan dengan angka kejadian dan angka kematiannya yang tinggi (4). Menurut WHO, di Indonesia kanker serviks menempati urutan kedua setelah kanker payudara. Didapatkan kasus baru kanker serviks sekitar 20.928 dan kematian akibat kanker serviks dengan persentase 10,3 % (WHO, 2014). Menurut Depkes RI tahun 2010, insiden kanker serviks sebanyak 100 per 100.000 penduduk pertahun dan angka ini diperkirakan akan terus meningkat 25% dalam kurun waktu 10 tahun mendatang  jika tidak dilakukan tindakan pencegahan. Data lainnya dari 13 pusat laboratorium patologi di Indonesia, didapatkan insiden kanker serviks sekitar 36% (4). Di Padang, kanker serviks menempati urutan keenam dari 10 tumor tersering menurut Yayasan Kanker Indonesia tahun 2007 dengan jumlah 104 kasus (Yayasan Kanker Indonesia, 2007). Tingginya insiden kanker serviks di Indonesia dan sebagian besar pasien yang terdiagnosis kanker serviks berada pada stadium lanjut menjadi alasan pentingnya dilakukan deteksi dini terhadap kanker serviks. Tujuan dari deteksi dini adalah untuk menemukan kasus-kasus stadium dini sehingga kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan (5). Beberapa metode deteksi dini yang dapat digunakan antara lain pemeriksaan Pap Smear, inspeksi visual asam asetat (IVA), tes human papillomavirus (HPV) dan kolposkopi (WHO, 2013). Oleh sebab itu sebenarnya terdapat kesempatan yang cukup untuk mendeteksi bila terjadi perubahan pada sel serviks dengan pap smear atau inspeksi visual asam asetat (IVA) serta menanganinya dengan tepat sebelum menjadi kanker serviks. Pemeriksaan IVA adalah pemeriksaan oleh dokter/bidan/paramedik terhadap leher rahim yang telah diberi asam asetat/asam cuka 3-5% secara inspekulo dengan mata telanjang. Lesi prakanker jaringan ektoserviks rahim yang diolesi larutan asam asetoasetat (asam cuka) akan berubah warna menjadi putih (acetowhite). Namun bila ditemukan lesi makroskopis yang dicurigai kanker, pengolesan asam asetat tidak dilakukan dan pasien segera dirujuk ke sarana yang lebih lengkap.(2,6-10). Penelitian yang dilakukan Hanafi, dan Ocviyanti (2003) mendapatkan bahwa sensitivitas IVA dibandingkan sitologi adalah 90,9%, spesifisitas 99,8%, nilai duga positif 83,3% dan nilai duga negatif 99,9%. Hal ini menunjukkan bahwa pemeriksaan IVA mempunyai kemampuan yang hampir sama dengan pemeriksaan sitologi dalam mendeteksi lesi prakanker serviks.(10) Mengingat bahwa kanker serviks dapat dicegah dengan menghindari faktor risiko dan deteksi dini, pengetahuan tentang penyebab dan faktor risiko kanker serviks sangatlah penting. (2,11,12) Dengan pengetahuan yang baik diharapkan akan muncul kesadaran wanita untuk menghindari faktor risiko dan melakukan pemeriksaan secara dini sehingga kanker serviks dapat ditemukan pada stadium awal, dapat mengurangi beban sosial ekonomi yang terjadi akibat kanker serviks.(11) Pengetahuan ini bisa didapatkan melalui berbagai cara, salah satunya adalah melalui program promosi kesehatan dengan tujuan untuk menambah pengetahuan seseorang tentang kesehatan. Menurut WHO, Promosi kesehatan adalah proses atau upaya pemberdayaan masyarakat untuk dapat memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Untuk mencapai keadaan sehat, seseorang atau kelompok harus mampu mengidentifikasi dan menyadari aspirasi, mampu memenuhi kebutuhan dan merubah atau mengendalikan lingkungan (Piagam Ottawwa, 1986). Selanjutnya, perlu disadari bahwa upaya promosi kesehatan merupakan tanggungjawab kita bersama, bahkan bukan sektor kesehatan semata, melainkan juga lintas sektor, masyarakat dan pemerintah. Promosi kesehatan perlu didukung oleh semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Kesamaan pengertian, efektifitas kerjasama dan sinergi antara aparat kesehatan pusat, provinsi, kabupaten/kota dan semua pihak dari semua komponen bangsa adalah sangat penting dalam rangka mencapai visi, tujuan dan sasaran promosi kesehatan secara nasional. Semuanya itu adalah dalam rangka menuju Indonesia Sehat, yaitu Indonesia yang penduduknya hidup dalam perilaku dan budaya sehat, dalam lingkungan yang bersih dan kondusif dan mempunyai akses untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu, sehingga dapat hidup sejahtera dan produktif.(3) Berdasarkan latar  belakang diatas maka peneliti tertarik untuk membuat suatu program kesehatan yang tujuannya untuk menambah pengetahuan seputar kanker serviks serta dapat meningkatkan keinginan wanita untuk melakukan pendeteksian secara dini melalui pemeriksaan IVA Test. Referensi : 1. Andrijino. Kanker Serviks Edisi Kedua. Divisi Onkologi Departemen Obstetri Ginekologi FK UI. Jakarta.2009.1-9. 2. Dirjen PP&PL.Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara & Kanker Leher Rahim Kementrian Keshatan RI Direktorat PP&PL.2010:1-3. 3. Health Technology Assessment Indonesia. Skrinning Kanker Leher Rahim Dengan Metode Inspeksi Visual Asam Asetat. Departemen Kesehatan RI 2008.3,24-33. 4. Rasjidi, Imam. 2009. Deteksi Dini & Pencegahan Kanker pada Wanita. Jakarta : Sagung Seto. 5. Azis F.M, 2005, Skrinig dan Deteksi dini Kanker Serviks, Jakarta. 6. Laila Nuranna. Skrining Kanker Serviksdengan Metode Skrining Alternatif: IVA.Cermin Dunia Kedokteran No. 133 Obstetri dan Ginekologi. 2001. 22-25. 7. Ocviyanti. Test Pap, Test HPV dan Servikograf sebagai Pemeriksaan Triase untuk Test IVA positif. Indonesian journal of obstetrics and gynecology No. 4. 2007. 201-211. 8. Salmiah Agus dan Alfan. Deteksi Dinineoplasia intra epithel serviks dengan metodeIVA. Jurnal Kimia Andalas 10 (1). 2004: 47-51. 9. Khinkova, Tanchev et all. The role ofcytological examination in diagnosis ofprecancer and cancer of the uterine cervix.2010. 10. Hanaf, Ocviyanti dkk. Efektivitas Pemeriksaan Inspeksi Visual Dengan Asam Asetat Oleh Bidan Sebagainya Upaya Mendeteksi Lesi Pra-Kanker Serviks, Indones J. Obstet Gynecol 27(1). 2003: 59-66. 11. Artiningsih Ninik. Hubungan antara TingkatPengetahuan dan Sikap Wanita Usia Suburdengan Pemeriksaan Inspeksi Visual AsamAsetat dalam Rangka deteksi Dini kankerServiks. Tesis. Program Pasca SarjanaUniversitas Sebelas Maret. Surakarta. 2011. 12. Nikko Darnindro dkk. Pengetahuan SikapPerilaku Wanita yang Sudah MenikahMengenai Pap Smear dan Faktor-Faktor yang Berhubungan Di Rumah Susun KlenderJakarta 2006. Majalah Kedokteran IndonesiaVolume: 57 (7). 2007. 1-7. 13. Insiden Kanker Seviks.www.iacr.com.fr.diakses tanggal 27 Februari 2017.
0 notes
ayulestariaribowo-blog · 8 years ago
Link
Bukan sekali atau dua kali ku merasa jatuh, lelah sebenarnya tapi bukankah cinta memang harus diperjuangkan??
0 notes