Photo

Diminggu pertama saya bersama mereka, banyak sekali pertanyaan yang mereka tanyakan pada saya. Mulai dari pertanyaan yang logis hingga pertanyaan yang konyolpun ada ! Bukan cuma ada, tapi banyak !! Saat itu, mereka nempel terus bak permen karet. Rebutan siapa yang dekat dengan saya duluan. "Ibu, ibu, ibu udah punya anak?" Kali ini saya cum bisa senyum sambil menjawab "Sudaah". "Berapa orang Bu?" Tanyanya lagi. Saya lalu menghitung satu-persatu dari mereka "Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh". "Kenapa Ibu hitung kami?" Tanyanya heran. "Lah, kalian kan anak Ibu" "Aah Ibu" Mereka tertawa geli. "Jadi kami anak Ibu?" "Iyaa" jawabku meyakinkan mereka. Lantas kemudian mereka melompat kegirangan "Yee yee kami anak Ibu". Hahaha ada-ada saja anak-anak. Belum lagi dengan pertanyaan yang awalannya "Kenapa". Nah jawaban dari pertanyaan ini butuh jawaban yang logis. Kalau gak, pertanyaan "Kenapa" itu akan terus berlanjut hingga mereka puas dengan jawaban yang Anda berikan. "Ibu, ibu, kenapa ibu pakek kaca mata? Ibu buta ya?" What !! Buta !?? Pertanyaan ini, saya tertawa ketika mendengarnya. Mereka bertanya dengan polosnya, tanpa beban dan tanpa dosa. "Kenapa kakak bilang buta?" "Iya bu, karna dibilang sama ayah sifulan, kalau orang pakai kaca mata itu, orang buta" jawabnya dengan sangat polos. "Hehe bukan buta, tapi rabun" Jawab teman saya yang saat itu duduk di dekat saya. Saya lalu membuka kaca mata dan menatap satu persatu dari mereka. "Ibu nampak kami?" Tanyanya lagi. "Nampaaak" senyumku. "Kalau yang dekat masih nampak, kalau yang jauh gak nampak. Itu namanya rabun jauh". "Oooooh..." Sahut mereka pertanda sudah faham dengan jawaban yang diberikan.
0 notes
Photo

Bismillahirrahmanirrahim.. Final exam Plant Ecology today 28 December 2016
0 notes
Photo

Orientasi Mahasiswa Baru Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 3 September 2016
0 notes
Photo

Tigo Paja Basalemo ~ Tiga Bocah Ingusan. Ketiga bocah ini baru saja menjadi teman saja dalam beberapa bulan ini. Afzalul (kiri), Dani (Tengah) dan Khalis (kanan). Sebenarnya masih ada beberapa orang lainnya. Tapi mereka bertiga yang sangat saya suka ! Tingkah mereka masih sangat polos. Sukanya main game. Sering banget minta gratisan tambaan waktu untuk main game. Dani misalnya, hari masih sangat pagi tapi sudah nongkrong di depan rumah menunggu warnet di buka. Mainnya gak nanggung. Sekali main bisa lima jam ! Untuk menambah semangat mereka dan biar gak kehilangan pelanggan, saya memberika tambahan waktu 30 menit setiap main 2 jam. Jadi kalau 4 jam bisa gratis 1 jam ! Kalau mereka sehari saja tidak datang, saya pasti bertanya pada temannya kenapa mereka tidak datang hari ini. Khalis, sudah dua hari ini tidak menampakkan wajahnya. Rupanya sudah dua hari ini dia sakit. Afzalul juga pernah beberapa hari gak main ke warnet dan setelah saya konfirmasi ternyata dia membantu warga kampungnya untuk membuat saluran air di kampungnya. Aah saya benar-benar akan merindukan mereka jika sudah kembali merantau nanti !
0 notes
Quote
Tak akan berkurang harta yang disedekahkan. Malah dia akan bertambah berkali lipat dari yang kita kira. Siapa yang melipat gandakannya? Itulah rezeki Allah beri untuk orang bersedekah.
0 notes
Photo

Di pertengahan semester ganjil tahun 2013 silam, kenangan ini tak pernah lekang oleh ingatan !
Mxm bisa dibilang sahabat aneh yang bisa bikin gila. Saat itu sungguh tak habis fikirku berkeliling kota dengan motor jadulnya mencari peralatan praktikum dan tak ada yang kami dapati. Semua karena ulahnya yang konyol ! Haha
Berawal dari toko sepatu. Kau terus saja mencoba beberapa pasang sepatu hingga si penjual kelelahan melayanimu. Aku bingung, lantas ku tanya padamu dengan berbisik “Mxm, apa gak enak nih sama bapak penjualnya, emang ukuran berapa kakimu?” “Udaaaahhh… kita coba aja dulu, kapan lagi gak?” Jiaaah tepok jidat. Aneh ni anak ! “Pak, ini ada ukuran 37 ½ ?” Tanyanya pada si penjual sepatu. Seketika si penjual menghentikan aktivitasnya mencari sepatu yang cocok untuk mxm “Looh dek, ukuran sepatu mana ada yang setengah. Emang sendal swallow, yang ada ukuran setengahnya??” “Ya sudah lah pak, gak ada ukuran yang pas” jawab mxm Seketika itu kami pasang badan segera meninggalkan toko tersebut. Lain lagi ketika kami mau mencari terpal naik gunung. Bodohnya, kami mencari terpal di toko pancing ! Jelas saja setiap toko pancing yang kami singgahi keheranan, gak tau yang mana terpal. Dan gak ada hubungannya dengan toko pancing ! Setelah lelah berkeliling kota dan tak ada barang yang didapat. Ku bisikkan sesuatu padanya. “Mxm, ini kita udah keliling kota, muter-muter dari tadi. Apa bensin motormu gak habis?” “Tenang aja, tadi aku udah isi bensin"Jawabnya santai. Dan seketika, motor yang membawa kami itu berhenti. “Tuuuh kan mxm, motornya kehabisan bensiiiin” ucapku kesal. Ekspresi mxm mah, santai aja. Celingak-celinguk kiri-kanan mencari kios bensin. Dan untunglah tidak jauh dari sana ada kios bensin. Mxm harus mendorong motor jadulnya yang katanya motor kesayangan tantenya!
0 notes
Photo

Siapa sangka kita bisa menjadi sahabat seperti ini? Nun jauh dari Lubuk Sikaping, Sumbar tempatmu. Kita bertemu di tanah Aceh. Tempat kita menuntut ilmu.
Masih ingat moment saat kita berkenalan? Mungkin kamu sudah lupa. Tapi masih segar diingatanku. Saat itu minggu pertama aku nge-kost, aku dan kamu sama-sama antri mau wudhu ke kamar mandi. Kusapa kamu yang berdiri sambil bersandar di dinding bata di depan kamar mandi itu. Ku lihat wajah kelelahan yang baru bangun tidur siang berdiri di samping ku itu. Ku beranikan diri untuk mulai menyapamu. “Nama kamu siapa?” Tanyaku. “Sari” Jawabmu singkat. “Jurusan apa?” “PD” jawabmu singkat lagi. Jujur aku terlihat bingung, menerka-nerka dalam hati “Emang ada ya, jurusan PD di unsyiah?” Ternyata PD itu singkatan dari Pendidikan Dokter. Haha maklum saja saat itu aku masih mahasiswa baru yang masih lugu.
Masih ingat tidak? Aku dan Melda sering jadi pasien “ecek-ecekmu” di kost kalau kau mau ujian OSCE ? Masih ingat tidak? Kita sering sholat jamaah bareng?
Masih ingat tidak? Aku dan Melda sering ngejek “Mak E” kalau kau sedang telponan pakai bahasa batak dengan ibu mu?
Masih ingat tidak? Kita pernah saling teriak memanggil A** tetangga kost kita yang juga orang minang?
Masih ingat tidak? Kau sering meminjam nasi kami? Haha
Masih ingat tidak? Kita sering rebutan antrian nyuci baju?
Masih ingat tidak? Dengan sambal sunti kiriman ibuku?
Masih ingat tidak? Saat Aku dan Melda mengambil hape mu untuk sms si Okat? Haha
Masih ingat tidak? Saat kiriman rendang dari ibumu kami lah yang menghabiskannya. Hihi.
Masih ingat tidak? Saat aku mengantarkan makanan untukmu saat koas? Aku memasaknya penuh dengan cinta loh !
Masih banyak kenangan bersamamu yang takkan ku lupakan.
Selamat ulang tahun Uni Sari. Semoga menjadi dokter yang baik untuk pasiennya. Semoga semua yang engkau cita-citakan bisa terwujud. Senang bisa mengenal pribadimu yang baik Sari. Allah-lah yang pertemukan kita. Meski jarak memisahkan kita, semoga ukhuwah ini tetap terjaga.
Samadua, Rabu, 20 April 2016
0 notes
Text
Chapter 7: “O”nya Kak Mia
Kak mia adalah senior di kost-an itu, paling lama dan paling bertahan di A14. Awal mulanya saya bingung ketika dia memanggilku dengan sebutan oyuu, jelas saja saya tak menoleh kalau yang dimaksudkan itu saya. Bukan hanya saya tapi semua anak kostan dipanggil dengan sebutan “O” di awal nama seperti melda jadi omel, wiwin jadi owin, nelvi jadi ovi, sari jadi osar, itho jadi oto. Haha ada-ada saja sesepuh kami ini. Ketika ditanya kenapa begitu, ya dia jawab “Lebih enakan manggilnya begitu” Yah apa mau dikata nasi sudah menjadi bubur ayam, sesepuh sudah berkata begitu, kita IYA kan saja.
0 notes
Text
Chapter 6: Gara-gara Drama Korea
Gak bisa dipungkiri, hampir semua mahasiswi itu suka sama drama korea. Gak ketinggalan, kami juga menyukainya termasuk Sari ! Sebagai pengobat rasa lelah anak kuliahan, kami bahkan bisa menghabiskan beberapa jam hanya untuk menonton drama korea. Bahkan, beberapa kata dalam bahasa korea terbawa dalam keseharian.
Ottoke-nya Sari
Saya baru saja pulang kuliah, sekitar jam 10 WIB kala itu. Baru saja melangkah menuju pintu kost-an, ku lihat Sari yang buru-buru keluar dari kamarnya.
“Mau kemana Sar?” tanyaku.
“Ke kampus Yu” Jawabnya sambil berlalu.
Langsung saja saya masuk ke kamarku dan beristirahat sejenak. Tidak lama berselang saat itu, pulanglah Pita yang langsung menuju ke kamar Sari seraya memanggil-manggil Sari.
“Kak sari, Kak Sari” Sambil membuka pintu kamar sari.
Langsung saja aku menjawab dari balik kamar “Sari udah pergi Pita”
“Oh, iya makasih kak” Jawab Pita.
Sekitar sepuluh menit setelah itu, aku keluar kamar menuju WC, kemudian kembali ke kamar. Ku lihat pintu kamar sari yang berada di sebelah kamarku masih terbuka. “Oh mungkin dia sudah pulang” pikirku. Ku hampiri kamarnya sambil memanggil namanya. Tak ada jawaban ! Pintu yang setengah terbuka dengan kunci yang tergantung ke arah luar buat ku bingung. “Mungkin Sari lupa membawanya.” Saya lalu mengunci pintu kamar itu dan membawa kunci ke kamar.
Sekitar satu setengah jam kemudian Sari pun pulang. Ku biarkan saja Sari membuka pintunya terlebih dahulu. Masih ku biarkan sari mencari kuncinya yang kini berada di kamarku. Dia panik sambil membongkar isi tasnya. Dan tahu apa yang di ucapkannya ketika dia panik mencari kuncinya?.
“Ottoke, ottoke, ottoke kemana kunciku. Ottoke, ottoke kemana hilangnya?? ” Ucap sari dengan paniknya.
Tak tahan aku mendengar dan hampir saja tertawa terbahak-bahak karena ulah Sari.
“Kunci kawu disiko sar (Kuncimu disini sar)” sahut ku. “Cako dapek ambo di dapan pintu kawu tabukak, bantang malakek di pintu (Tadi kutemukan di pintumu terbuka, masih melekat di pintu”.
“Ya Allah yu,lupo ambo (aku lupa) makasih ya”
“Iyo, bukannyo ucap Atagfirullah, iko malah si ootoke disabuik. Sari.. Sari.. (Bukannya ucap Astagfirullah ini malah si Ottoke yang disebut. Sari.. Sari..”.
Sontak saja Sari tertawa mendengarnya “Haha Iya, maaf Astagfirullah Allah. Makasih yu”. Sambil berlalu membuka pintunya.
*Bahasa Minang
0 notes
Text
Chapter 5: Sabun Pencuci Mukaku Mana?
Sore itu, ketika hiruk pikuk kampus telah selesai disore hari, kami bergegas menuju kost-an dan membersihkan badan untuk selanjutnya sholat magrib. Kala itu yang dapat giliran terakhir mandi adalah Melda dan yang lainnya memunaikan sholat magrib dengan pintu samping rumah masih terbuka. Melda yang baru selesai mandi membuka pintu kamar mandi dan kaget melihat ember yang tertelungkup persis di depan pintu dan setelah memasuki kamar lalu dia bercerita pada saya.
“Aneh loh yu, kok ember tiba-tiba di depan pintu kamar mandi?”
“Saya juga tidak tahu mel, setelah wudhu saya langsung sholat” Jawabku penuh heran.
Magrib telah berlalu dan tilawahpun telah selesai. Sambil menunggu magrib tiba saya berkunjung ke kamar sebelah dan saling mengobrol. Ditengah obrolan Kak Nelvi bertanya padaku.
“Yu, ada lihat sabun cuci muka kakak?”
“Tidak Kak.” Jawabku sambil berfikir ada yang aneh malam ini.
Saya langsung menuju kamar mandi hendak menunaikan sholat Isya. Setibanya dikamar mandi saya mengambil sikat gigi dan seketika saya melihat di keranjang sabun, ternyata sabun pencuci mukaku juga tidak ada ! Saya juga melihat keranjang mandi dan ternyata punya teman yang lain juga tidak ada semua kecuali punya Melda. Saya langsung berlari menuju Kak nelvi dan melaporkan bahwa sabun pencuci mukaku juga tidak ada dan punya teman yang lainnya juga tidak ada. Kami langsung bergegas menuju depan kamar mandi melihat keranjang sabun dan mencari-cari mungkin saja ada yang terjatuh.
Satu kost-an panik, mengira-ngira siapa pelakunya dan modus apa yang dipakai. Kami fikir ada orang yang sengaja mengambilnya dan yang sengaja menaruh ember di depan kamar mandi tadi. Beberapa utusan dari kost lalu melaporkan hal ini pada ibu kost. Ibu kost langsung menuju rumah kost-an kami dan menenangkan kami agar lebih hati-hati lagi.
0 notes
Text
Chapter 4: Si Eneng Rajin
Kalau ditanya siapa yang paling rajin di kost ya kak nelvi, saking rajinnya ibu kostpun gak rela ketika kak Nelvi hendak pindah. Kadang kamipun tak tega membiarkannya bersih-bersih sendirian, tapi kalau lagi malas mah merem di kamar aja. Dasar anak kostan ! Kalau ada Award Kebersihan Kost-an se-Indonesia, mungkin kak Nelvi salah satu kandidatnya. Hihi.
Oke, sedikit saya kenalkan Si Rajin Kak Nelvi ini. Nama aslinya Wanelvi Nst. Dan sekarang sudah menjadi Ners. Wanelvi Nst S.Kep. *Prok prok prok. Yap ! kak Nelvi sudah sah menjadi Perawat sekarang. Walau cita-citanya sejak kecil menjadi Guru. Asli anak minang dengan campuran batak mandailing. Jadi kak Nelvi bisa dua bahasa daerah, Bahasa minang dan bahasa batak. Widiiih kalau udah nelpon pake bahasa batak, saya angkat tangan nyerah, pusing sendiri. Cuma satu kata yang saya tahu yaitu “Olo” yang artinya “Iya”.
Si Eneng
Entah sejak kapan kak Nelvi suka sekali memanggil kami dengan sebutan Eneng. Seingat saya ini bermula sekitar tahun ke 2 atau ke 3 di kost A14. Entah siapa yang menghipnotis dia hingga kata Eneng begitu melekat padanya hingga sekarang. Panggilan Eneng memang sarat dengan sunda, tapi kali ini yang bilang Eneng bukan orang sunda tapi orang Batak ! Hahaha bisa dibayangkan pemirsa. Sekali lagi penggunaan huruf vokal “E” memakai “E” kasar bukan “E” halus seperti orang sunda memanggil eneng, tapi ini layaknya orang batak yang memanggil eneng !
0 notes
Text
Chapter 3: Piket Harian
Paling rajin di kostan itu ya kak Nelvi, jadi dialah yang mengatur piket kami. Kalau belum piket yang paling cerewet ya kak Nelvi. Hihi ampun kak Nelvi
Tugas Piket Kost A-14
1. Sapu bersih lantai rumah kecuali kamar masing-masing
2. Buang sampah ke depan rumah, entar ada tukang sampah yang ngambil.
3. Ngepel lantai rumah
4. Piring yang ada di meja dapur di pindah ke tempa cuci piring di samping rumah.
Hayooo ngaku siapa yang malas piket di kost-an???
0 notes
Text
Chapter 2: Antrian
A14 itu cuma punya satu kamar mandi dan jumlah penghuni 13 orang. Haha bisa kebayang kalau mau ke kamar mandi mesti antri ! Ini adalah masalah umum bagi yang sering tinggal di asrama sekolah atau kost-an begini. Sudah pasti harus membudayakan antri. Banyak sekali kisah tentang antrian ini. Bukan Cuma antri di kamar mandi, tapi juga antri nyuci baju di tempat nyuci samping rumah. Kalau masuk pagi jam 8, ya antrinya setelah sholat subuh atau sebelum sholat sudah buat nomor antrian. Yang paling sering mandi pagi itu Sari. Malah, sebelum subuh dia sudah selesai mandi. Saya pernah tanya “Sari kok cepat kali mandi?”
“Mandi sebelum sholat subuh itu menyehatkan.” Oke itu jawaban Sari karena dia calon dokter.
Pernah nih, suatu hari hampir semua penghuni kost masuk pagi jam 8. Saya yang kamar dekat kamar mandi langsung ambil nomor antrian. Walau sering mengalah dengan teman-teman karena jarak kampusku yang dekat. Saya biasa jadi korban mandi belakangan ! Haha Apess. Bahkan, ada yang sempat gak mandi karena waktu hampir jam 8.00 dan buru-buru menuju kampus. (cuma cuci muka dan gosok gigi). Ada juga yang suka nerebos masuk kamar mandi padahal bukan gilirannya. Dan yang empunya antrian kesalnya minta ampun. Yang sabar yaaa...
Belum lagi ada yang lama banget kalau mandi. Bisa sampai setengah jam di kamar mandi ! Siapa dia? Dialah kak Nelvi. Kalau ditanya, “Kakak kenapa sih kalau mandi lama kali? Tidur ya di dalam?”
“Haha kakak kalau sabunan itu dua kali, makanya mungkin lama” Jawab kak Nelvi sambil tertawa.
Bukan cuma kak Nelvi yang lama mandinya, tapi juga Sari. Nah kalau ditanya kenapa Sari mandi lama.
Jawabnya “Aku bersihin kamar mandi dulu.”
Ya ampun, kami yang ngantri udah mau jedot-jedot kepala ke tembok tunggu yang di dalam gak keluar-keluar juga. Kalau udah di dalam kamar mandi bisa lupa yang lagi ngantri.
Kalau ditanya siapa yang mandinya paling cepat ya “Saya” haha.
“Qe gak sabunan ya? Qe siram-siram aja tu air abis tu keluar ”Ejek kak Tia
“Gak e, aku sabunan kok. Cuma biar yang antri gak lama nunggu Haha” Jawabku
Ada lagi nih, yang lagi ngantri kamar mandi tapi kebelet BAB atau pipis. Yang lagi mandi di kamar mandi juga gak bisa tenang karena di panggil-panggil terus buat cepetan keluar dengan suara langkah kaki bolak balik di depan kamar mandi sambil bilang “Aduuh, cepetan laah”
Haha antrian yang menyisakan kenangan !
0 notes
Text
Chapter 1: Kamar Kost-an ku petak kayak kotak
Kisah ini bermula ketika saya lulus di Unsyiah. Karena mahasiswa baru yang masih lugunya dan masih awam dengan lingkungan kota, saya harus mencari kost-an yang dekat dengan kampus dan gak perlu ongkos untuk ke kampus. Alhasil, abangku berusaha mencari kos lewat bantuan temannya kampusnya yang juga tinggal di sekitaran kampus, maka dapatlah kostan A14 ini di lingkungan perumahan dosen. Suatu hari saya diajak untuk melihat kamar kost itu. Ukuran kamarnya hanya 2,5 meter x 2,5 meter yang dibatasi oleh dinding triplek, tanpa jendela. Kamar itu tepat berada di tengah kamar diapit oleh kamar sebelah kanan dan kiri. Diatas kamar, langsung berhadapan dengan atap seng, tinggi kamar hanya sekitar 2 meter. Diberi sedikit celah cahaya dengan seng transparan berukuran 30 cm. Bisa dibayangkan betapa pengapnya kamar itu.
Tanpa pikir panjang, saya langsung setuju dengan kamar itu karena lokasinya sangat dekat dengan kampusku hanya. Kalau berjalan kaki, hanya butuh tiga menit untuk sampai ke depan gerbang kampus. Harga kamar itu Rp. 2.500.000. Saya tidak tinggal sendirian, ada Melda yang menjadi roommate ku saat itu. Melda adalah teman sekampungku yang juga satu sekolahan saat SMA dulu. Best friend laah pokoknya. Barang-barang kami hanya satu kasur lajang, satu kasur palembang, 3 bantal, 2 lemari kecil ukuran 1 m dan 50 cm, 1 rice cooker sudah hampir memenuhi kamar itu. Kami berusaha menyusun barang dengan teratur agar terlihat rapi seperti kasur kami dirikan dan digulung. Alhasil, hanya tinggal 1 meter ruang kosong untuk kami sekedar duduk.
0 notes
Text
Diary Kost A-14
Prolog
Oke, kali ini saya bakalan nge-post saat-saat bahagia jadi anak kost-an. Kerangka tulisan dan sebagian tulisan sudah saya tulis saat jadi anak kost-an dulu. Baru kesampaian nulis full setelah dua tahun kita tak bersama lagi. Banyak suka duka disini. Yang gak mungkin saya lupain. Tentang persaudaraan yang masih terjalin saat ini. Tentang pertengkaran yang saling mendewasakan kami. Juga tentang becandaan yang selalu kami rindui.
September 2011. Dari jauh ini terlihat seperti sebuah rumah yang diisi oleh sebuah keluarga. Tapi setelah masuk ke dalam, isinya petak semua. Ya, petak karena mempunyai banyak kamar, yang hanya dibatasi dengan dinding triplek. Hanya ada sisa lorong kecil yang jaraknya 1 m untuk jalan menuju WC dan dapur yang tidak begitu luasnya.
Dan disini kisahku dimulai....
0 notes