Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Sejarah Perlawanan Suku Seediq Bale Terhadap Jepang. Film Warriors of The Rainbow : Seediq Bale
Di Taiwan, terdapat Suku Seediq yang terbagi menjadi 12 kelompok. Suku Seediq terdiri dari 3 komunitas atau kelompok besar, yaitu : Tgdaya, Toda dan Truku. Mereka mendiami pegunungan Puli di Nantou dan Hualien. Dalam suku ini, ada dua kelompok yang sudah bertahun-tahun bermusuhan, kelompok Mahebu (Tgdaya) dan Toda. Yaitu Mouna Rudo dari Mahebu (Tgdaya) yang bersiteru dengan Temu Walis dari Toda yang melanjutkan perseteruan itu di saat mereka memperebutkan daerah perburuan.
Di tengah perselisihan tersebut, Jepang masuk dan menguasai perkampungan Seediq. Jepang gencar membangun infrastuktur di perkampungan Seediq. 20 tahun kemudian, pemerintahan Jepang mendirikan Kota Wushe di kaki Gunung Shilai, kawasan yang dulunya milik suku Seediq. Masyarakat suku Seediq Bale dipaksa oleh Jepang untuk menghapuskan kebiasaan menjagal kepala yang mereka buru. Suku Seediq Bale juga dijadikan buruh angkat kayu yang digaji murah serta diperlakukan tidak pantas oleh orang Jepang. Mouna Rudo yang kala itu sudah diangkat sebagai kepala suku Mahebu juga diperlakukan sama. Diam-diam, dia telah menyusun rencana untuk memerdekakan sukunya. Mouna mendekati 12 kepala suku Seediq agar bisa mendukungnya dalam pemberontakan Jepang, namun, hanya lima kepala suku yang bersedia.
Pada 27 Oktober 1930, Mouna Rudo dan suku Seediq Bale yang berjumlah 300 orang membantai warga kota Wushe, target utama suku Seediq Bale ini adalah orang Jepang dengan ciri-ciri berseragam tentara dan juga berpakaian kimono. Setelah menghancurkan kota Wushe, suku Seediq Bale memutuskan semua saluran listrik dan line komunikasi di sekitaran kawasan kota Wushe, agar pemerintah pusat di Taipei tidak mengetahui adanya perlawanan suku Seediq Bale terhadap Jepang. Mouna Rudo memimpin pasukannya untuk melakukan gerilya di hutan untuk menghabisi tentara Jepang. Sementara itu, berita pemberontakan suku Seediq Bale didengar oleh pemerintah Jepang yang ada di Taipei. Mereka mengerahkan 3000 orang tentaranya untuk menghadapi 300 orang suku Seediq Bale. Namun, dengan kemampuan bertempur di tengah hutan, suku Seediq justru mampu mengalahkan tentara Jepang yang bersenjata lengkap. Jepang semakin kalap dan membordir hutan agar suku Seediq Bale keluar.
Pesan moral yang saya dapat setelah menonton film Warriors of The Rainbow : Seediq Bale yaitu, kita harus menjaga persatuan, dengan cara menjunjung tinggi nilai toleransi dan menjauhi sifat iri hati yang berujung penghianatan. Karena penghianatan dapat menimbulkan konflik yang lebih besar dari sebuah permasalahan yang telah terjadi. Seperti scene dalam film Warriors of The Rainbown : Seediq Bale, penghianatan dapat berujung pada hilangnya etnis atau suku Seediq Bale di kemudian hari. Kita juga harus menanamkan jiwa patriotisme dan solidaritas dalam diri kita masing-masing. Suku Seediq Bale juga sangat berpegang teguh pada kepercayaan adat dan leluhur. Film Warrior of The Seediq Bale, mengajarkan betapa berpengaruhnya hal-hal tersebut dalam mencapai tujuan bersama.
Terdapat tiga unsur dalam sejarah yaitu, manusia, ruang dan waktu. Film Warriors of The Rainbow : Seediq Bale, melibatkan suku Seediq Bale dan orang Jepang sebagai manusia atau tokoh, kejadian pemberontakan suku Seediq Bale terhadap Jepang di Taiwan, sebagai unsur ruangnya, dan terjadi pada tahun 1930 merupakan unsur waktu.
Disusun oleh Azalea Malika Haqien (X-5)
1 note
·
View note