Tumgik
azizahazahra · 4 years
Text
Tidak ada yang lebih kuat dibandingkan dirimu sendiri. Ketika menyerah akhirnya kau pasrah dan yakin. Ketika putus asa kau pupuk lagi semangat. Ketika gagal kau cari lagi ambisi dan keinginan yang kuat. Bahkan kamu begitu pas dan sempurna untuk dirimu sendiri, yang tetap berjalan meski sudah berkali-kali mengatakan, "Sekarang aku akan berhenti".
.
2 notes · View notes
azizahazahra · 4 years
Text
Kalau dipikir-pikir, kita tuh banyak cemasnya sedikit doanya.
Taufik Aulia
730 notes · View notes
azizahazahra · 4 years
Text
Mencuri Mimpimu
“Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, “Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.” (HR. Ahmad 1: 191 dan Ibnu Hibban 9: 471. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Sudah lama ingin menuliskan ini, pada akhirnya malam ini memberanikan diri untuk menulis setelah perenungan ini berputar-putar dalam angan selama beberapa hari terakhir. Terlebih dengan kejadian terakhir, membuat hati ini kembali terngiang pesan salah seorang teman yang sudah menikah:
“Kalau kamu sudah memutuskan untuk menikahi seseorang, berarti kamu harus siap pula untuk menikahi mimpi-mimpinya”
Bagi saya hadis di atas sudah seyogianya menjadi alarm yang kuat untuk para lelaki kelak jika menjadi seorang suami agar benar-benar memuliakan istrinya. Saya menjadi teringat akan novel Love Sparks in Korea tulisan Bunda Asma Nadia yang pernah saya baca beberapa tahun silam
“Kau mencuri mimpi-mimpiku dan aku suka” - Hyun Geun pada Rania Timur Samudra
Bayangkan saja, seorang wanita yang mungkin baru mengenalmu, masih menganggapmu sebagai orang asing dan orang lain dalam kehidupan, memberanikan diri menerima tawaranmu untuk hidup bersama, setelah sudah tentu melalui istikharah panjang. Dia yang selama ini hidup bersama mimpi-mimpinya, dia yang selama ini memiliki kebebasan untuk beraktivitas layaknya manusia lainnya pada akhirnya harus mengabdikan diri dalam kehidupan rumah tangga. Dia yang selama ini hidup nyaman bersama keluarganya, memilih keluar untuk berjuang bersamamu. 
Pada praktiknya memang sering demikian, pun ketika diskusi dengan ayah beberapa hari terakhir. Beliau berkata, dari pengalaman teman-temannya, kebanyakan adalah seorang istri yang nanti akan mengikuti suaminya. Jika nanti suaminya bekerja terlebih dahulu, maka setelah ritme kehidupan stabil dan menyesuiakan, istri baru bisa mengikutinya. Jika nanti suaminya melanjutkan pendidikan terlebih dahulu, dan menuntaskan semuanya, maka di situlah nanti istri menyusulnya mungkin baru beberapa tahun silam. Hal inilah yang cukup lumrah di kalangan teman-teman beliau, dan mungkin juga di kehidupan rumah tangga yang sudah terjadi pada umumnya. 
Dalam Buku Men are from Mars, Woman are from Venus, John Gray menuliskan bahwa memang salah satu karakter penduduk venus adalah nantinya ia akan banyak memberi selama hidupnya. Hingga bisa jadi sampailah nanti pada suatu fase bahwa penduduk venus sadar bahwa ia sudah terlalu banyak berkorban dalam hidup. Demikian pula penduduk mars akan sampai pada fase sadar bahwa ia selama hidupnya sudah banyak menerima, kebalikan dari penduduk venus. 
Barangkali sempat merasakan hidup di Swedia yang menjunjung tinggi equality, sedikit mengubah pola pikir saya tentang kesetaraan, bahwa kelak seorang istri pun berhak untuk berkarya bersama di masyarakat, mereguk pendidikan setinggi-tingginya, bertumbuh bersama-sama suaminya agar sama-sama menjadi orang yang bermanfaat. Bahkan Sayyidah Khadijah r.a. pun setelah menikah dengan Rasulullah tetap menjalankan semua bisnisnya yang kesemuanya dipergunakan untuk perjuangan dakwah Rasulullah. Namun sudah tentu tidak melupakan perannya sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. 
Hal inilah yang barangkali menjadi perenungan, sekaligus mungkin sempat menjadi ketakutan jika kelak kita menikah, apakah kita hanya sekedar menjadi pencuri mimpi-mimpinya, ataukah kita justru membantu melangitkan mimpi-mimpinya? 
Pertanyaan ini terus terngiang mengingat betapa besarnya pengrobanan istri kita kelak di awal pernikahan, terlebih nanti saat sudah memilki anak, bagaimana ia harus menjalankan perannya sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya, membagi waktu dengan urusan rumah tangga, melayani suaminya, juga jika ia beraktivitas di luar harus mampu menyeimbangkannya. Barangkali sebab inilah Allah menciptakan wanita sebagai makhluk yang multi-tasking, yang terkadang saya sendiri masih dibikin takjub melihatnya, tidak usah jauh-jauh yaitu ibu saya sendiri. 
Semoga tulisan ini senantiasa menjadi pengingat bagi para lelaki khususnya, agar kelak jika terbersit keinginanmu untuk menyakiti istrimu, jika kelak ternyata ada konflik antara dirimu dan pasanganmu, ingatlah tentang bagaimana saat kamu mengajaknya keluar dari istana nyamannya utnuk membersamaimu. Ingatlah bagaimana ketulusan dan keikhlasannya menunda mimpi-mimpinya untuk mewujudkan mimpi-mimpi baru bersamamu. Ingatlah, bahwa bilamana ketaatan istri adalah surga baginya, namun itu bukan menjadi alasanmu untuk bertindak semena-mena. 
Jika dalam kitab Raudhatul Muhibbin, Ibnul Qayyim Al-Jauziyah menulskan bahwa:
Hanya dengan cinta yang dapat menjadikan setiap permulaan menuju pada penyelesaian.
Maka semoga kelak dalam pernikahan:
Hanya dengan cinta yang dapat menjadikan apa-apa yang telah terlihat selesai, kembali menjadi awal untuk memperjuangkan dalam mahligai ikatan
Selamat berkontemplasi, Selamat berefleksi. Semoga kita semua tidak henti dan lelah-lelahnya untuk selalu mengukir sabar. Untuk selalu mengukir prasangka yang baik kepadaNya. 
Malang, 25 April 2020 02.20
2K notes · View notes
azizahazahra · 4 years
Photo
Tumblr media
6K notes · View notes
azizahazahra · 5 years
Text
Di hari itu kau duduk termenung sendiri menanyakan apa yang telah terjadi. Di mata mu bayangnya tak lagi ada dan suaranya hilang di telan waktu. Namun namanya menggema setiap saat pejam matamu hendak terlelap. Membuat mu terbangun dan terus terbangun beberapa jam di waktu malam. Kamu tidak lagi pernah bermimpi hal yang sama seperti dulu kau memimpikan ia selalu ada. Tapi ia masih berwujud nyata dalam amigdala. Menjalar hingga ke saraf mata. Semua tentangnya membuat mata mu terbuka secara tiba-tiba.
Suatu hari kau akan mengerti. Yang akan dimiliki akan ada meski tidak digenggam sama sekali. Dan yang bukan milikmu akan lepas meski kau sudah berjuang mempertahankan sampai tanganmu sudah lumpuh atau bahkan teramputasi.
Aku ingin ingatkan padamu tentang amanah. Maafkanlah dirimu sendiri. Barangkali kau pernah melalaikan amanah yang kau berikan padamu hingga hari ini kau tak lagi pantas memiliki hal itu.
Atau begini, barangkali yang harus diulang adalah kegagalan yang lalu. Misalnya ternyata luka hari ini adalah wujud remedial dari penanggulangan masalah dan sakit hati yang telah gagal tempo hari. Maka kau yang akan pastikan mau lulus atau remedial lagi entah di tahun ke berapa usia mu nanti.
Yang susah itu bersyukur, tapi yang tidak mustahil adalah selalu mencoba.
Jadi bangkitlah jangan merenung lama-lama. Waktu mengerjakan soal pada setiap ujian evaluasi selalu ada batas waktunya bukan?
#azizahazahra
#gakpapakalaukenapakenapa
0 notes
azizahazahra · 5 years
Text
“Tuhan tidak menjauh, kita yang meninggalkan.”
— Danny Dzul Fikri
778 notes · View notes
azizahazahra · 5 years
Text
Hembusan Napas Berat
Kita saling memayungi setelah sekian lama kita melindungi tubuh kita sendiri dari rintik hujan. Kau memayunginya, dia memayungi orang lain, dan aku memayungi mu. Tidak akan ada yang basah kecuali aku. Tapi juga tidak akan ada yang sakit tak terkecuali aku.
Kita sama-sama melangkah dalam luka batin masing-masing. Meski dalam satu lingkaran, kita menginjak rerumputan dan duri yang berbeda. Kita semua; aku, kau, juga dia dan cintanya.
Aku kira harusnya tidak ada yang saling menyalahkan. Meski pada kenyataannya aku sering menyalahkan mu dan dia juga dirinya. Aku pun tahu kalian semua sempat menyalahkan aku kecuali ia yang tidak tahu apa-apa.
Kita semua terluka dan saling melukai. Bukan sebab orang lain tapi tangan kita sendiri.
Kelak ada suatu kebahagiaan masing-masing yang akan membuat kita semua bernapas lega. Ketika kita sudah keluar menuju siklus yang berbeda. Aku dan kau bertemu orang lain yang tepat, dan dia bahagia selalu bersama cintanya.
Ini bukan lubang hitam atau pusaran air. Tidak akan ada yang tenggelam atau pun mati selama yakin bahwa setiap orang punya kesalahan dan Tuhan tidak membiarkan hamba Nya terus melakukan kesalahan. Barangkali luka yang kita rasakan adalah teguran daripada kekanak-kanakan kita di masa lalu. Tentu kita punya jalan yang lebih baik untuk hidup dan kemudian menuju Tuhan.
Esok atau lusa, kita semua akan berakhir menjadi kita yang baru.
Haruskah bersyukur tentang siklus ini?
Bagiku harus.
0 notes
azizahazahra · 5 years
Text
Merawat pertemanan
Mungkin kamu pernah merasa begitu introvert, hingga kamu akhirnya menyatakan diri bahwa introvert memang tidak punya begitu banyak teman. Bahwa introvert adalah penyendiri, sibuk dengan pikiran dan kerumitannya sendiri.
Tapi lama kelamaan menyendiri membuatmu merasa kesepian, merasa tidak punya teman, merasa tidak ada yang peduli, merasa dijauhi dan berjarak dari teman-temanmu. Sampai-sampai terkadang hal itu membuatmu sangat gelisah, “aku kok tidak punya teman dekat”.
Atau dulu kamu pernah memiliki teman dekat, tapi seiring waktu persahabatanmu terasa memudar. Mereka sudah tidak mau menghubungimu lagi, mereka semakin pergi menjauh meninggalkan kehidupanmu.
Tapi nyatanya perasaan sungkan untuk saling menghubungi tidak hanya milik introvert, perasaan sungkan milik semua orang. Pertemanan adalah sesuatu yang perlu dirawat dan dipelihara. Pertemanan adalah hubungan timbal balik, tidak peduli apapun karakter kepribadianmu.
Ketika kamu menghubungi lebih dulu, orang lain akan balas menghubungimu. Senyum dibalas senyum, canda dibalas canda, kehangatan dibalas kehangatan. Setiap orang senang dicari, setiap orang senang dianggap ada.
Pertemanan bukan soal siapa yang mau menghubungimu, tapi soal siapa yang hari ini sudah kamu hubungi. Siapa yang sering kamu hubungi, itulah sahabatmu. Semakin banyak yang kamu hubungi, semakin banyak sahabatmu.
—ibnufir
469 notes · View notes
azizahazahra · 5 years
Text
Sakit hati tuh nggak usah nyalahin orang apalagi keadaan. Udah tau diri ada dalam kendali sendiri.
0 notes
azizahazahra · 5 years
Photo
Tumblr media
Pertama denger dan baca kalimat itu Gue terkejod juga sih tapi sambil mikir. Iya juga ya, ngga ada orang di dunia ini yang perfectly good gitu. Kita semua punya salah, punya masalah, punya masa lalu. . Btw itu salah satu penggalan lirik lagu @5sos . Gue jadi kepikiran kata-kata begini, "Jadi buruk itu baik." Tapi dipikir lagi harusnya gini, "Pernah jadi buruk itu baik." Kata 'pernah' itu membuat kita benar-benar menjadi manusia. Pernah di situ menunjukkan kalau kita kerap berbuat macam-macam keburukan, tapi mungkin kita tidak mengulanginya lagi di hari ini atau sedang berusaha untuk menjauhinya. . Kadang Gue ngerasa tenang usai Gue ngaku ke diri sendiri kalau Gue salah ini dan itu. Tapi bakal jadi toxic pas Gue menjadikan pengakuan itu sebagai salah satu ajang Gue merendahkan diri Gue sendiri. Super merasa bersalah. Gue overdosis. Ga ditanganin, mati dalam lautan penyesalan. Porsinya jangan kebanyakan. Pikir Gue, sekarang. . Menurut Gue, harusnya nggak ada istilah Bad Girl/Boy atau anak nakal atau apalah itu. Kita semua tetep baik menurut Gue dari sisi yang mungkin hanya orang-orang tertentu yang bisa merasakan. Tiap orang memandang dengan cara yang beda. Maka dari itu, Gue rasa kita bisa mengubah diri kita menjadi salah satu orang yang berusaha memandang orang lain dengan cara yang terbaik. . Kadang kita nggak suka sama seseorang karena kelakuannya. Padahal yang buruk cuma beberapa kelakuannya, orangnya pasti punya sisi baik. . Bukannya nyuruh terlalu husnudzonn tapi nihya, kayaknya sadar kalau yang manusia itu bukan diri sendiri aja itu penting. Jadi, yang bisa salah ya bukan diri sendiri aja, orang lain juga bisa. . . Kebaikan nggak bisa dipukul rata!! Kata 'baik' nggak cuma punya satu makna. . #azizahazahra #gakpapakalaukenapakenapa #kitamanusia @pinterest https://www.instagram.com/p/Bzew0TXHC0Y/?igshid=pur1ux1yakvd
0 notes
azizahazahra · 5 years
Text
Berbahagialah dengan siapa pun yang kamu ingin selalu berbahagia bersamanya. Aku disini cukup bahagia dengan hidup ku dan perasaan yang ada di dalam ku.
0 notes
azizahazahra · 5 years
Text
Tidak Sekonyong-konyong, "Aku cinta kamu".
Cinta, ngga mudah hanya dengan berkata "Aku cinta dan mampu untuk menanggungnya". Beberapa kali melihat fenomena yang membuat aku tertegun, "Ahh betapa romantisnya pasangan ini, apalagi anaknya lucu-lucu." Tapi faktanya tidak selalu seperti itu.
Pasti tidak mudah berpura-pura baik-baik saja, tersenyum dan memoles wajah dengan cantik, atau membenarkan dasi dan rambut yang klimis itu. Ketika dibalik semua itu banyak sekali bukan hanya cemberut biasa, tapi ada murka, tekanan, air mata.
Tidak masalah memilih hidup dengan seseorang sebab cinta kepadanya, sayang kepadanya yang sungguh tak terbendung lagi. Tapi aku kira, kita semua tetap harus bertanya kepada diri sendiri, "Mana ilmu mu? Sudah cukup kah?"
Sebab pasangan belum menikah yang terlihat begitu romantis dan harmonis, ketika sudah menikah malah kebalikan dari dua kata itu yang terwujud.
Aku masih sering heran, ada suami yang memperlakukan istrinya seperti layaknya seorang budak kerajaan. Tahu berbenah, memasak, mengurus anak, melayani keperluan suami dalam keadaan apapun. Seorang raja tidak pernah menerima penolakan, seperti keluhan budak atau selirnya yang sakit, lelah, atau apapun. Dia hanya tahu, kemauannya harus dipenuhi. Dan saat ini, bahkan banyak orang biasa yang seperti itu. Tidak berkaca sudah memberi apa kepada istrinya? Jadi dimana letak keilmuan seorang suami pada saat seperti ini? Pengasuhan dan didikan anak dilimpahkan kepada istri, anak sedikit nakal istri yang disalahkan. Anak bersama, tapi mengapa tidak ada kesepakatan untuk mendidik bersama-sama? Bagaimana hati dan pikirannya?
Dan sangat pilu ketika seorang istri hanya tahu bahwa hidupnya tanggungan suami dan ia berhak meminta apapun kepada suami dan dituruti. Istri yang beberapa kali membuat suami bertengkar dengan orangtuanya atau saudaranya yang lain. Jadi, bagaimana ini?
Kurasa tidak ada yang salah dengan cinta, tidak ada yang salah dengan perjodohan. Tapi, hanya saja begitu menyedihkan, ketika ilmu mendidik anak, ilmu kesehatan, ilmu pernikahan, kita malah tidak begitu melek terhadapnya. Akademik, karir yang jadi prioritas utama sampai tak terasa akhirnya usia menginjak 20 lebih dan tiba-tiba saja jodoh pun datang. Banyak yang merasa sudah tua, dewasa, mapan, bisa menghasilkan uang, adalah cukup untuk membeli kehidupan rumah tangga seumur hidup.
Mungkin ujian pernikahan, atau pembelajaran atas kesalahan sebelumnya, atau bentuk penyadaran diri ketika mengalami fenomena arus rumah tangga yang begitu tak terduga bagaimana ombaknya. Aku hanya merasa, bersuami atau beristri sangat tidak cukup hanya dengan kekayaan materi, keahlian akademik, dan cinta. Lebih dari itu, sejak memilih calon dan memantaskan diri untuk kelak bertemu dengannya harus juga dengan ilmu. Kita kadang harus tetap percaya dengan statement masyarakat yang mengatakan, "Tidak bisa hidup dengan makan cinta" sebab itu benar. Bukan perihal materi, tapi pikiran dan hati nurani, juga tidak bisa diberi makan dengan cinta dan sayang tanpa pemikiran yang baik dan ilmu yang cukup.
.
.
.
.
.
Keresahan ini, buah dari fenomena yang kulihat di beberapa lingkungan masyarakat sekitarku. Bodohnya muncul pikiran, "Ah sulit sekali menikah itu, malas jadinya." Pintarnya, "Berarti kamu harus banyak belajar dan mengumpulkan ilmu. Tidak ada salahnya meski mati yang akan mendahului mu."
.
.
.
.
Karena menyedihkan, melihat pasangan bertahun-tahun pacaran, sangat saling mencintai, dan begitu menikah tidak bertahan lama.
.
.
.
Belajar sajalah.
Dan libatkan Allah dalam setiap langkah.
Bekasi, 17 Juni 2019
0 notes
azizahazahra · 5 years
Text
Survive, sweetie!! It's okay to be not okay.
.
I talk to mirror.
Jodoh sudah tertulis
“San, move on dong. Udah mau lebaran ke berapa nih belum move on?”, celetuk temanku sambil terkekeh.
“Lah, udah keles daridulu”, jawabku.
“Mana ada? Buktinya kamu nggak pernah bersedia menerima orang baru di kehidupanmu. Kamu selalu punya alasan buat ga respect sama orang yang peduli sama kamu. Kalo ada orang beneran tulus gimana? Kamu selalu curiga kalo orang lain semuanya sama aja kek dia”.
Aku tertawa..
“Atau seenggaknya kamu gausa bahas-bahas dia lagi”, tambahnya.
“Bukan. Aku kira selama ini kita udah fine gitu. Cuma ga nyangka aja ternyata dia sebegitu sakit hatinya, padahal….”.
“Udah lah, san, udah. Dia udah selesai. Lagian dia juga udah anget sama yang baru. Sedangkan kamu masih aja dingin melawan sepi”, jawabnya nyolot sambil tertawa.
Akupun ikut tertawa..
Banyak orang yang menganggapku masih disana. Padahal, sudah lama sekali aku beranjak, hanya saja aku masih ingin sendiri menata langkah. Mungkin, bagi mereka yang sulit jatuh cinta, butuh waktu untuk mengistirahatkan hatinya setelah terluka, butuh jalan yang luas untuk selalu berbenah dan menentukan arah.
Move on itu bukan mencari seseorang yang baru, tapi menjadikan kita sendiri sebagai sosok yang baru. Percayalah, jodoh itu sudah tertulis dalam takdir, ini hanya masalah waktu. Jadi, tak perlu terburu-buru.
Malang, 30 Mei 2019 | Pena Imaji
1K notes · View notes
azizahazahra · 5 years
Text
Jadi apa bedanya antara bodoh dan berprinsip untuk kuat dalam menghadapi sebuah masalah. Misal standar masyarakat adalah "Hal yang kamu lakukan adalah sebuah kebodohan ketika memaksakan semuanya untuk bisa kamu pikul. Bahkan kamu telah terlihat mengenaskan."
Tapi lubuk hatimu tidak demikian, "Aku mampu bertanggung jawab atas pilihan dan konsekuensi yang telah aku ambil ini."
0 notes
azizahazahra · 5 years
Text
Semuanya punya porsi masing-masing. Ujian, kisah sedih ataupun bahagia, waktu dan rezeki. Semuanya amanah. Amanah. Semuanya sama saja, butuh manajemen hati, manajemen pikir, dan manajemen waktu yang baik. Kalau tidak, lewatlah semua amanah itu dan jatuh pada kecerobohan dan kelalaian.
2 notes · View notes