Text
Pertama
Kenalkan, ia Sulung.
Menjadi yang pertama-
Tawa, sedih, kecewa, marah; semuanya pertama.
Bukan berarti terbaik, bukan juga sempurna
Tetapi harap padanya, besar.
Ia tumbuh bersama;
Membuka ruang, mencari cara, berbuat salah, mengampuni luka
Ia meraba dunia, tanpa arah pasti
Menjadi sandaran,
Tanpa tahu, ia juga merindukannya
Ia juga membutuhkannya
Maafkan dirinya,
ia pernah mengecewakan.
Langkahnya goyah; ia tak memiliki peta
Ia buka jalannya sendiri, tanpa tahu apa yang menantinya
Maafkan dirinya,
ia seringkali marah.
Ia marah karena mengecewakan, karena tak mampu menjadi sempurna.
Ia marah karena ekspektasinya sendiri.
Ia hadir dalam rumah yang belum kokoh-
Sama sepertinya.
Digenggam oleh tangan yang sama ragunya-
Belajar bersama meski terbata
Ini hidup pertamanya
Ia hadir bersama harapan
Mencari cahayanya sendiri
Mencoba menjadi dirinya sendiri
Itulah, Sulung.
Ia bukan segalanya tapi mencoba menjadi cukup;
untuk semua.
-Caa @azkielza on Tumblr
1 note
·
View note
Text
Perlahan
Matanya menatap lugu, mencari makna
Dipaksanya menjadi sempurna
Tapi jangan lupakan, tubuhnya rapuh-
Hatinya polos, kakinya mungil-lunglai
Menahan tekanannya-
Yang mencekik dan memaksa
Ini juga hidup pertamanya,
Pelan saja...
Satu per satu
Beri ruang-
Biar ia bisa rasa.
-Caa @azkielza on Tumblr
1 note
·
View note
Text
Bagai Malaikat
Keras, kasar dunia mencekik dirinya
Ia yang pundaknya rapuh dipaksa membawa luka
Menggerayangi, menjadi beban yang seharusnya bukan miliknya
Lelah dan tercekat tak luput dirasakannya
'Marah saja!' kata mereka
Namun, entah dari apa hatinya terbuat
Jemarinya tetap kokoh menabur elok, menggenggam harap
Menyembuhkan yang tak pernah ia rusak
Mendekap yang patah bukan karenanya
Tak kenal makna dendam,
hanya mengenal kasih tulus yang biasa ia lantunkan
Dia-
Bagai malaikat tanpa sayap,
yang dicabik tetapi tetap merengkuh
-Caa @azkielza on Tumblr
2 notes
·
View notes
Text
Gadungan!
penyembuh lara, awalnya kupikir begitu. polos, kata indah tersemat pada diri lugu, tak tahu apa benarnya naif, daku memohon pada semu- angan yang sempat dilabuhkan padanya SIA-SIA! karena hanya ratapan yang kudapat untuk apa kusandarkan harap? setelah imaji dipatahkan lara nyatanya, kesepian teman terbaikku
-Caa @azkielza on Tumblr
1 note
·
View note
Text
Biar Rahasia
Akrab, rasanya dekat
Menuntut hati, meminta lebih
Lugu, kau ceritakan si cantik
Membara tak terbantahkan
Tanpa tahu tergoresnya luka
Menabur pahit dirangsangnya pedih
Simpulan senyum mewarnai dusta
Biar menjadi rahasia
Biar hilang ditelan waktu
Biar sembunyi tertutup rela
-Caa @azkielza on Tumblr
1 note
·
View note
Text
Kurengkuh tubuh limbung itu
Mencari hangat yang tersisa
Layu, tiada lagi lenggokan utuh
Jemarinya meregang bagai logam yang ditempa
Kaku tak kembali, kekal bukan miliknya
Pamit sempat ia ucap-
Terbata
Hening, kelam membisu, bersama harap yang perlahan luruh
-Caa @azkielza on Tumblr
0 notes
Text
Lirih yang Tak Pernah Didengar
Tak pernah tahu jika ini adalah akhir
Berpaling tatap, tak lagi melihat
Merapal maaf, menanggung sesal
Memori bengis merutuki diri
Kasar, kejam, menggores luka
Menunjuk, menyalahkan yang lampau
Tercekat memohon ampun;
Maaf
Maaf
Maaf
Sudikah mendengar rintih?
Maukah mengobati sesal?
Lancang tak tahu diri-
tak tahu malu, meminta pada yang terluka
-Caa @azkielza on Tumblr
1 note
·
View note
Text
Ricauan Sunyi
Penuh, pikuk, ramai tapi tak jua mata berjumpa pandang Riuh, gemuruh canda tapi tak kutemukan daya untuk menarik tawa Mengaduh tapi tak terdengar Ditikam hening, memeluk sunyi Hanya bergantung pada kaki yang menopang sepi Menanti hangat 'tuk menggenggam hati
-Caa @azkielza on Tumblr
1 note
·
View note
Text
Bukan Ikhlas, Hanya Pasrah
Dihujam bertubi-tubi merelakan sesak tak terbendung Tangis pilu sempat mengalir tak terbantahkan
Berdiri menopang diri yang dulu pernah disangga-nya Mencari, merebut kata ikhlas yang datang hanya pasrah
Masih berjalan, katanya Harus bangkit, katanya
Ditinggalkan tapi hidup masih meroda, bergulir membawa rasa Digenggam asa yang tak utuh Berharap cukup untuk berjalan tanpa runtuh
-Caa @azkielza on Tumblr
1 note
·
View note
Text
Tiga Hamba Tuhan
Melenggok anggun, bermesra jiwa
Menari tuan, mengikuti puan
Aduhai menawan dua hamba Tuhan
Aku? bayang yang diselimuti debu
Cermin tak pandai berdusta, tuan
Paras puan-mu tak tertandingi
Pilu menjalar relung yang tak pernah terlewati
Ingin, lantang dan lancangnya aku-
Ingin menggantikan puan-mu itu
Namun, lemah tak berdaya jika bersanding denganmu
-Caa @azkielza on Tumblr
1 note
·
View note
Text
Ego
Runtutan kata bersorak menjadi satu Mematahkan sisi yang lainnya Membentur hebat dua ego membatu Merambah panas menjalar rimpang Mencari ujung yang terasa kian menjauh Meleburkan kuat keras keduanya Bersimpuh dimakan sesal pilu
Menumbuhkan makna dalam kata: Maaf.
-Caa @azkielza on Tumblr
1 note
·
View note
Text
Desah belai rayu menyapa indra Mengungkung detak yang melaju berirama Sorot dalam kasih penuh cinta Terpa hangat hembus nafas menyatu tunggal Dekap mesra, luluh rasa Penuhi relung tak berdaya
-Caa @azkielza on Tumblr
1 note
·
View note
Text
Tuan, senyummu indah memikat Tuan, matamu menyorot sendu tak terelakkan Tuan, legam suraimu membelai Tuan, parau suaramu menenangkan gaduh Tuan, membuncah rasa melihatmu menarik tawa Tuan, beriku harap tak berujung
bolehkah aku memilikimu? Oh, Tuan berkulit pucat
-Caa
1 note
·
View note
Text
Pujangga tak bertuan
Berlarian, memburu huruf-huruf yang melarikan diri Melanglang buana ke dasar pemikiran Mencari celah mengungkapkan maksud Merangkai lantunan rintih Resah tak terelakan dilukisnya Penerangnya bernama-kan bahagia dia, pujangga tak bertuan
-Caa
1 note
·
View note
Text
Lantangnya suara menggema tak beraturan Langkah kecil nan tegas menyerbu berlarian Kaki kanan memimpin, satunya mengikuti penuh semangat Tak kenal lelah, peluh bagai tanda bahagia Mengayun mesra dilindungi belaian angin Meluncur bebas seakan tak ada hari esok Gembira hingga kaki rasanya tak pernah menapak Takut, dibuang jauh tak terlihat Tersimpan rapi dalam genggaman memori Usang tapi tak pendar Terbungkus hangat melindungi jiwa
-Caa
1 note
·
View note
Text
Binar indah di matanya yang menyipit dikala bahagianya datang Lengkungan tajam di sudut bibirnya Kerutan halus menghiasi hidungnya membersamai rasa Indah, memesona, tak butuh alasan.
Degupnya setara kuda yang berlari melintasi arena Tomat pun tak sanggup menyaingi merahnya pipi Tenggelam dalam buai merdu suaranya
Jatuh hati. Apanya yang sakit?
-Caa @azkielza
1 note
·
View note
Text
Menunggumu, sepinya bukan main Lamanya satu menit, rasanya sepuluh tahun Merindumu, lelahnya lari marathon pun kalah telak Kabarmu tak lagi ku dengar Angin yang berbisik pun enggan datang Guratan memori berlalu lalang tanpa tahu malu Detik demi detik hingga masanya habis Lama tak bersua sampai bayangmu menjadi nyata Sampai jumpa lagi, katamu.
-Caa
1 note
·
View note