Text
BIRU
Untukku yang hari ini belajar berani meski dari hal (yang terlihat) sederhana sekalipun.
Cerita singkat tentang hari ini.
Hari ini aku mengikuti program cek kesehatan gratis dari pemerintah sebagai "hadiah ulang tahun" bagi warganya. Untuk menghargai pemberian, maka aku harus memanfaatkan dengan baik bukan? :)
Saat itu pemeriksaannya dilakukan dengan menanyakan keluhan dan cek gula darah serta kolesterol. Hmm, padahal aku kira akan selengkap yang diinformasikan. Tapi ternyata semua tergantung fasilitas puskesmas setempat. Baiklah. Aku harus memakluminya. Tapi karena penasaran, aku kembali bertanya. Berdasarkan usiaku, seharusnya juga ada deteksi dini kanker payudara atau kanker mulut rahim.
Setelah mereka berkoordinasi secara internal, akhirnya mereka siap untuk melakukan deteksi dini kanker mulut rahim dengan metode IVA. Mungkin bagi mereka, aku pasien agak ribet di kabupaten ini, karena beberapa kali aku ditanya, 'memangnya kenapa kok mau dicek'. Sebenernya ga kenapa-kenapa juga sih, kan cuma nanya aja sesuai paket cek kesehatan gratis 😅 Bukankah malah bagus ya ketika ga harus nunggu kenapa-kenapa dulu untuk periksa (?)
Alhamdulillaah akhirnya beneran bisa dilakukan pengecekan. Kemudian disampaikan cara pemeriksaannya. Jujur, aku takut.
Takut akan rasa tidak nyaman. Takut akan hasil. Takut pada ruang yang tertutup.
Tapi aku bilang dalam hati:
"Oke gapapa, coba aja dulu."
Dan aku jalani pemeriksaan itu dengan seluruh keberanian yang kupunya.
Alhamdulillah, hasilnya baik.
Akhirnya aku pulang bukan hanya dengan tubuh yang merasa lebih baik, tapi juga hati yang lebih tenang. Terima kasih para nakes yang sudah menerimaku dengan baik hari ini.
...
Setelah itu, aku pun pergi mencari makan. Dan menemukan penjual bakso tusuk baru.
Kami ngobrol.
Ternyata dia orang Sunda yang menikah dengan warga lokal dan menetap di sini. Ceritanya karena waktu itu dia bekerja mengirim barang ke Sulawesi Tengah dan singgah makan di daerah sini. Kemudian mereka bertemu, bertukar nomor, singkat cerita memutuskan menikah, lalu dia menetap di sini bersama istrinya. Aku tanya kenapa kemudian memilih tinggal di sini, dan dia bilang karena awalnya ia mencoba beralih pekerjaan dengan berjualan bakso, dan ternyata dia bisa dan mencukupi. Wow, jodoh dan rezeki nggak ada yang tahu yah.
Aku selalu suka percakapan acak dengan penjual makanan—rasanya ada semangat hidup yang nyata di setiap cerita, dan aku bisa belajar dari cerita mereka. Darinya aku belajar, selama kita yakin dan mau mencoba ternyata semuanya tetap baik-baik saja.
...
Kemudian sesampainya di rumah, aku harus memilih tempat parkir yang sempit, jadi ragu-ragu karena kupikir sulit. Tapi aku bilang lagi pada diriku sendiri:
"Coba aja dulu."
Dan ternyata… bisa.
...
Sembari makan, kubuka hpku dan melihat foto-foto yang dikirim suamiku, aku kemudian menyadari bahwa ini adalah hari terakhir suamiku bersama anak-anak di sana, sebelum ia kembali ke Gorontalo.
Hari ini ia mengajak mereka berenang dan naik odong-odong di toko dekat rumah.
Aku melihat foto-foto mereka dari jauh—karena aku sudah lebih dulu kembali ke Gorontalo.
Tapi meskipun dari jauh, aku ikut tersenyum.
Wajah anak-anak yang tertawa, ekspresi anakku dari takut menjadi gembira, dari rasa takut menjadi rasa suka.
'Terima kasih Nak, sudah berani untuk mencoba masuk ke dalam kolam', sesuatu yang baru untuk kamu, kataku dalam hati.
Tawa mereka seperti pelukan yang hangatnya sampai ke hatiku.
___________
Hari ini aku belajar: keberanian tidak selalu berbentuk besar. Kadang ia datang sebagai pilihan kecil yang kita ambil, meskipun kita takut. Kadang, keberanian hanya berarti satu kalimat:
"Jangan takut, coba aja dulu."
Dan aku tersenyum menatap langit biru yang luas dan menenangkan. Seperti biruku hari ini.
_______________
Hari ini aku berwarna biru.
Tapi bukan biru yang dingin.
Melainkan biru yang menyejukkan.
Biru yang tidak membeku, tapi mengalir pelan.
Biru yang luas, yang mampu merangkum keberanian, kehangatan, dan kenangan.
Boalemo, 17 Mei 2025
2 notes
·
View notes
Text
UNGU
Untukku yang hari ini bangun tidur dengan rasa yang tidak seimbang, tapi tetap ingin melangkah.
Ujian selalu datang tanpa permisi.
Kadang lewat kecewa, kadang lewat sunyi.
Kadang di tengah tawa, kadang dalam ramai.
Kita tidak selalu siap, tapi hidup tidak menunggu kesiapan.
Ia hanya berjalan.
Dan kita… berusaha ikut berjalan bersamanya.
Hari ini aku tidak marah. Tapi juga tidak tenang.
Tidak sedih. Tapi juga tidak senang.
Ada perasaan yang sulit diberi nama.
Tapi aku tahu satu hal:
aku masih ingin berbuat baik,
meski tidak dalam keadaan terbaik.
Niat hati tetap ingin baik,
meski langkah sempat goyah,
meski senyum hari ini tak terlalu lebar.
Ada sesuatu yang masih dijaga—
meski tak terlihat.
Gelisah ini pelan-pelan aku terima.
Bukan karena aku lemah,
tapi karena aku tahu
tidak semua luka harus dilawan dengan taring.
Beberapa cukup diterima. Dipeluk.
Diberi ruang untuk tenang.
Dan ujungnya… aku tetap menjalani hari.
Melanjutkan satu demi satu.
Aku tak mau perasaan itu
mempengaruhi sepanjang hariku dan sekitarku.
Bukankah hidup orang dewasa memang seperti itu?
Aku ingin tetap meninggalkan jejak,
meski hari ini dimulai dengan tidak sempurna.
Karena hidup bukan soal selalu kuat,
tapi soal tidak berhenti
meski sedang rapuh.
Soal tetap bangkit
meski sedang jatuh.
Hari ini, aku berwarna UNGU.
Bukan ungu tua yang tegas,
bukan pula ungu pastel yang teduh.
Tapi ungu yang sedang mencari artinya sendiri.
Dan… itu pun sudah cukup.
Mungkin, itulah ungu.
Campuran dari semangat yang redup dan keheningan yang dalam.
Campuran dari ingin menangis dan ingin tetap menguatkan.
Karena ungu bukan warna akhir.
Ia adalah warna peralihan
Seperti diriku hari ini.
Boalemo, 16 Mei 2025
3 notes
·
View notes
Text
Untuk Kamu yang Sedang Belajar Percaya (Lagi)
Aku tahu kamu pernah tersakiti. Bukan sekali, tapi berkali-kali. Aku tahu kamu pernah percaya, tapi justru kepercayaan itu yang dihancurkan. Aku tahu kamu pernah berharap, tapi justru harapan itu yang membuatmu kecewa. Dan aku tahu, semua itu bukan salahmu.
Kini kamu mencoba lagi. Membuka hati. Melangkah pelan-pelan. Tapi rasa takut itu belum pergi. Ketika sesuatu terasa familiar, otakmu langsung bersiaga. Kamu ingin percaya, tapi hatimu juga ingin aman. Aku mengerti.
Tapi kamu harus tahu.
Yang sekarang hadir bukan orang yang dulu memberi getir.
Dia bukan siapa-siapa yang pernah menghancurkanmu. Dia adalah seseorang yang masih belajar mengenalmu, sebagaimana kamu juga sedang belajar untuk memaafkan masa lalu yang tidak kamu pilih.
Aku tidak bisa menjamin siapapun yang bersamamu tidak akan menyakitimu, tapi aku hanya ingin kamu mengurai kembali benang itu agar kusutnya tak menyulitkan jalanmu.
Kamu tidak aneh karena takut. Kamu tidak salah karena curiga. Tapi kamu juga berhak untuk sembuh.
Dan kesembuhan itu tidak datang dari kepastian orang lain, tapi dari keberanianmu untuk berkata:
"Aku tidak akan membiarkan luka lama mengatur hidupku yang baru"
Pelan-pelan, ya. Tidak perlu terburu-buru.
Yang penting kamu mau mencoba. Dan itu sudah sangat luar biasa.
----------
Untuk Sahabatku
Boalemo, Mei 2025
13 notes
·
View notes
Text
Kamu Sayang Nggak Sih Sama Mama (?)
Suatu hari aku iseng bertanya kepada anak laki-lakiku, "Mas Adil sayang nggak sih sama Mama?"
Sambil bermain ia menjawab singkat, "sayang".
Lalu akupun cemberut dan berkata, "Kok jawabnya gitu sih, nggak sambil lihat Mama.."
Tiba-tiba ia menghentikan permainannya, matanya yang tadinya menatap serius pada mainan Rusa Thomson -hewan kesukaannya saat itu- beralih jadi menatapku, kemudian anakku memegang pipiku, dan ia mengatakan dengan ekspresi menggemaskan "sayaaaang Maaaa" lalu ia menciumku dengan kasih sayang.
Masya Allah, aku tidak menyangka ia memelukku dengan begitu hangat hingga membuatku meleleh dan mencairlah air mata di kedua pipiku.
____________________
Setiap hari aku berdoa agar Allah selalu menjaganya kala aku jauh dan dekat serta menanamkan rasa kasih dan sayang di antara kami. Aku sering takut ia tidak menyayangi aku sebagaimana anak menyayangi ibunya karena jarak yang memisahkan. Tapi Allah selalu memberikan aku hal-hal manis, seakan membantah semua pikiran berlebihan dalam kepalaku. Alhamdulillaah 'alaa kulli haal.
_____________________
Mas Adil, terima kasih ya sudah menyayangi Mama. Semoga nggak bosan menjawab pertanyaan Mama ya. Papa aja nggak bosen kok jawabnya 🤭
(Ngomong-ngomong, apakah semua perempuan selalu bertanya tentang ini ya?)
Ditulis di hari yang indah, saat 24/7 bisa bersamamu
Desember 2024
2 notes
·
View notes
Text
Suatu hari aku berdiskusi dengan temanku.
Kami membahas hal-hal seperti:
"Kenapa ya ada orang yang tadinya baik berubah tiba-tiba jadi ga baik atau kenapa ya bisa ada orang yang tega melakukan sesuatu yang jahat ke orang lain?"
"Sebenernya ketika orang melakukan hal buruk itu ia sadar nggak yah apa yang dia lakukan menyakiti orang lain?"
"Kalau misal ga sadar, kok bisa ya ada orang melakukan hal yang jelas-jelas ga baik tapi tetap melakukan tanpa menyesalinya."
Hingga kami berkesimpulan:
Ada ungkapan populer bahwa "orang jahat adalah orang baik yang tersakiti"
Tapi ternyata orang yang pada dasarnya ingin menjadi orang baik, ketika keburukan apapun menimpa tidak akan serta merta menjadikan ia berubah menjadi orang yang tidak baik.
Berarti kebaikan itu hanya akan bisa bertahan selama masih ada keinginan dalam diri bahwa "aku harus menjadi orang baik". Ya baik aja pokoknya.. Mau dibalas baik kek, mau dibalas jahat kek, mau dilupain kek, mau diakuin kebaikannya sama orang lain kek, ya ga peduli juga. Yang penting ia melakukan kebaikan murni karena ia ingin menjadi orang baik.
Nah supaya ada keinginan untuk menjadi orang baik, kita harus menemukan "strong why" nya yang bakal kita pegang teguh di sepanjang hidup kita.
-----
Setelah itu aku masih memikirkan diskusi itu. Lalu bertanya pada diri, 'strong why berbuat baik itu harus sekuat apa ya biar ga gampang goyah'.
Kemudian aku menemukan salah satu alasan kita berbuat baik itu karena Allah yang menyuruh kita berbuat demikian. Kita berbuat baik ya karena setiap perbuatan kita akan dipertanggungjawabkan. Kita berbuat baik karena kita hamba dari Yang Maha Baik. Sebenernya alasan itu aja dah lebih dari cukup nggak sih (?)
Kemudian di lain hari aku menemukan ayat di Al Qur'an:
"Dia telah menurunkan air dari langit, lalu mengalirlah air itu di lembah-lembah sesuai dengan ukurannya. Arus itu membawa buih yang mengambang. Dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buih seperti (buih arus) itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan tentang hak dan batil. Buih akan hilang tidak berguna, sedangkan yang bermanfaat bagi manusia akan menetap di dalam bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan." QS. Ar Ra'd:17
Setelah bertadabbur tentang ayat tersebut aku belajar bahwa:
Kebaikan itu seperti air yang mengalir. Satu kebaikan yang dibagikan akan melahirkan kebaikan-kebaikan lainnya, seperti air yang akan terus mengalir melalui celah sesempit apapun. Allah menurunkan air dari langit, yang kemudian mengalir sesuai dengan kapasitas lembah-lembah. Ini mengajarkan bahwa setiap orang punya kapasitasnya sendiri dalam menerima ilmu, hidayah, dan kebaikan. Jadi jangan remehkan kesempatan untuk berbuat kebaikan sekecil apapun itu dan jangan ragu untuk berbagi kebaikan.
Keburukan itu seperti buih yang mengapung. Dalam derasnya aliran air, yang mencolok adalah buihnya padahal buih itu kosong dan tidak ada isinya. Sama seperti keburukan, yang terlihat "indah", terlihat "menarik" di mata manusia. Tapi buih itu cepat hilangnya, sama halnya dengan keburukan yang terlihat indah, itupun sifatnya hanyalah sementara. Jangan terkecoh dengan yang sementara.
Kebaikan dan keburukan itu pada dasarnya tidak bisa bersatu. Keburukan sewajarnya akan luruh dan kebaikan tidak akan pergi karena ia akan tertanam di dalam hati. Dan untuk mem-filter itu tuh ga mudah karena kita akan ditempa sedemikian rupa untuk menguji sejauh mana kita teguh berpegang pada kebaikan.
Masya Allah. Selamat berjuang menjadi orang baik ya. Please jangan lelah berbuat kebaikan. Minta terus pertolongan Allah. Allah pasti menolong kita.
______________
17 Ramadhan 1446
______________
*Cerita di balik hikmah:
Aku menemukan ayat ini ketika belajar tentang penambangan emas secara manual/tradisional karena sedang mempelajari tentang penambangan ilegal, dan ternyata cara menambang logam (emas) secara garis besar itu sama persis seperti yang diuraikan dalam ayat ini. Masya Allah malah dapet bonus belajar tentang konsep kebaikan.
"Semoga kamu gak lelah jadi orang baik. Dengan segala luka dan kecewa yang sedang tertimbun dalam dirimu, semoga tak menjadikannya sebagai alasan kamu berubah dan menuntut orang-orang agar memahami situasimu."
@terusberanjak
441 notes
·
View notes
Text
Ujian itu (tidak hanya) Berupa Kesempitan
Allah memberi kita ujian hidup untuk menguji apakah kita termasuk orang yang beriman.
Sayangnya kita seringkali hanya fokus pada ujian berupa kesempitan dan melalaikan ujian berupa kesempatan.
Ujian berupa kesempitan atau kesusahan hadir dalam hidup kita untuk menguji apakah kita bersabar dengan takdir yang ditetapkan Allah untuk kita atau lantas berputus asa dari rahmatNya. Apakah dalam ujian kesempitan kita masih yakin bahwa itu adalah takdir terbaik untuk kita (?) Apakah kita masih yakin pertolongan Allah itu dekat (?)
Ujian berupa kesempatan atau kenikmatan untuk menguji apakah kita bersyukur atau lantas merasa ini semua adalah buah kerja keras kita semata dan lupa bahwa semua adalah karunia-Nya.
Oleh karena itu aku kurang sepakat dengan masifnya ucapan "usaha tidak mengkhianati hasil". Menurutku hal itu tidak sepenuhnya benar. Kita tidak bisa menutup mata bahwa pada kenyataannya masih banyak orang yang usaha dan kerja kerasnya lebih besar namun tidak jua berhasil.
Usaha manusia itu bukan faktor penentu. Bahkan apabila terus meyakini keberhasilan yang diraih adalah hasil kerja keras semata tanpa adanya syukur atas kemudahan yang diberikan Allah, maka hati bisa condong pada membanggakan diri di hadapan Allah.
Kemudian muncullah perasaan merasa bisa tanpa siapapun. Merasa bisa tanpa pertolongan Allah. Seolah lupa bahwa Allah adalah sebaik-baik penolong. Padahal usaha sekeras apapun tanpa izin Allah, maka tidak akan pernah ada yang namanya kesempatan, kemudahan, ataupun keberhasilan.
Kita harus yakini bahwa keberhasilan bukanlah semata buah jerih payah kita, bahkan seseorang masuk surga pun bukan murni karena amalannya, tapi semata karena rahmat Allah.
Semoga kita senantiasa mengingat Allah kala suka dan duka menghampiri hidup kita. Karena sesungguhnya Allah itu dekat dan pertolongan Allah itu dekat. Kitalah yang seringkali menjauh dari-Nya, entah karena putus asa atau karena lupa.
________________________
"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un" (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).." (QS Al Baqarah: 155-156)
Maka apabila manusia ditimpa bencana dia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan nikmat Kami kepadanya dia berkata, “Sesungguhnya aku diberi nikmat ini hanyalah karena kepintaranku.” Sebenarnya, itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS. Az-Zumar: 49)
_______________________
11 Ramadhan 1446
1 note
·
View note
Text
Apakah kita menikah dengan orang yang tepat?
Menurutku, sebenarnya kita belum benar-benar tahu apakah pasangan kita adalah orang yang tepat atau bukan, karena sesungguhnya kita membutuhkan waktu seumur hidup untuk membuktikannya.
Kita tidak menikah dengan orang yang tepat, tapi kita menikah dengan orang yang membuat kita berpikir dalam hati bahwa kita yakin dapat menghabiskan hidup kita untuk membuktikan bahwa "sepertinya dialah orang yang tepat".
Itulah hipotesis yang terus diuji seumur hidup kita.
Menikah itu bagiku seperti menjalankan komitmen untuk membuktikan hipotesis tersebut. Dan di perjalanan pembuktian itu, kita pasti butuh pertolongan Allah untuk menguatkan langkah kita bersamanya.
Kenapa?
Ya karena perjalanan membuktikan hipotesis itu merupakan perjalanan yang amat panjang dan ada kalanya akan timbul rasa lelah atau tidak nyaman.
Perjalanan ini panjang, karena kita tidak sehidup semati dengannya. Mati itu cuma sementara. Bukankah kelak kita dihidupkan kembali untuk berada pada kehidupan yang sesungguhnya? Di situlah kita akan mendapatkan jawabannya, apakah ia benar-benar orang yang tepat sesuai "hipotesis" kita.
Apakah rasa sayang yang kita tanam kelak akan berbuah manis dan bisa kita nikmati bersama di tempat terteduh yang pernah ada? Atau justru rasa sayang itu hanyalah melenakan yang berujung saling menyalahkan??
Dan di tahun ketujuh menjalani pernikahan denganmu, hipotesisku masih sama, "aku yakin kamulah orangnya".
Semoga Allah menguatkan langkahku dan langkahmu untuk membuktikannya, dan aku selalu berharap bahwa kelak saat kita tahu jawabannya, kita sedang berada di tempat yang sama.
Ditulis di tahun ketujuh bersamamu
Boalemo, 2025
__________________________________
“Tempat kesudahan yang baik itu adalah surga-surga 'Adn; mereka masuk ke dalamnya bersama dengan orang yang saleh yang beriman dan taat kepada Allah dari nenek moyangnya, pasangan-pasangannya, dan anak cucunya.” [QS. Ar-Ra'd: 23]
“Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). Mereka dan pasangan-pasangan mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan.” [QS. Yasin: 55-56].
____________________________________
1 note
·
View note
Text
Saat kita bekerja dengan sebaik-baiknya
Belum tentu orang lain pun demikian
Belum tentu orang lain memperhatikan kinerjanya
Belum tentu orang lain menghargai sistem yang telah berjalan dalam pekerjaannya
Tapi meskipun demikian tetaplah bekerja dengan sebaik-baiknya, tetaplah bekerja dengan sepenuh hati kita
Sayangnya kita seringkali berpikir "bukankah semua orang (seharusnya) memahami tanggung jawabnya?"
Semua orang bisa berjanji untuk bekerja sebaik-baiknya tapi tidak semua orang melakukan apa yang dijanjikannya, bagi sebagian orang sepertinya janji atau sumpah hanya sebatas terucap oleh lidah dan terdengar oleh telinga tanpa benar-benar masuk ke dalam hatinya dan tercermin pada perilakunya, padahal selarasnya ucapan dan perilaku adalah identitas diri yang sebenarnya.
Mereka yang menyadari kewajiban dan tanggung jawab tidak akan bisa bekerja seenaknya
Mereka yang menyadari bahwa setiap detik kelak dipertanggungjawabkan tidak akan bisa bekerja seadanya
Dan lagi-lagi aku kecewa
Bukan karena tidak dihargai, bukan karena tidak dihormati, tapi karena mengetahui bahwa tidak semua orang menyadari kewajiban besar di pundaknya masing-masing itu.
Seandainya kita menyadarinya....
______________
Aku tulis di dini hari saat menyelesaikan pekerjaan dengan rasa kecewa, Oktober 2024
0 notes
Text
Aku dan Memasak
Aku berusia 28 tahun dan aku tidak bisa memasak. Memasak yang kumaksud adalah benar-benar memasak, bukan sekedar memasak mi instan atau menggoreng telur dadar. Padahal aku suka mencoba dan mempelajari sesuatu yang baru, tapi entah mengapa tidak berlaku dalam hal memasak. Di samping itu aku termasuk orang yang suka sekali untuk berwisata kuliner, aku rela menempuh perjalanan yang tidak dekat hanya untuk mencoba suatu tempat makan yang rasa masakannya legendaris.
Aku sadar betul bahwa bukan karena aku perempuan aku harus bisa memasak tapi menurutku lebih kepada aku menganggap memasak adalah salah satu 'skill bertahan hidup'. Tapi entah kenapa tak pernah sedikitpun terbersit dalam hati untuk memasak.
Hingga suatu hari selepas cuti melahirkan aku harus pindah untuk ditempatkan di sini. Di suatu daerah di mana warung makan tidak banyak, kalaupun ada, pilihan makanannya itu-itu saja. Apalagi aku tidak membawa kendaraan dan seperti yang kita tahu bahwa saat ini kita diuji dengan pandemi sehingga membuat kita sebisa mungkin makan #dirumahaja.
Suamiku mempersiapkan rumah ini dengan lengkap sebelum aku datang. Termasuk kompor dan peralatan dapurnya. Pertama kali mengetahui isi rumah, aku berpikir jangan-jangan ini cara suamiku untuk mendorongku belajar memasak. Hmmm halus sekali cara menyindirnya~
Juli 2020. Saat suamiku bertambah usia. Meski tidak merayakan, tiba-tiba aku tergerak untuk pertama kalinya mencoba memasak sesuatu. Aku memasak sayur bayam dan tempe. Sangat sederhana yang ternyata tak sesederhana itu bagi orang sepertiku yang tidak suka memasak dan tidak bisa memasak. Tidak semudah itu bagiku yang belum bisa membedakan daun kangkung dan daun bayam.
Tapi nyatanya? Ternyata bisa. Tapi rasanya? Ternyata biasa saja -yang penting masih bisa dimakan- Hehe. Kemudian sedikit demi sedikit aku belajar memasak. Mulai dari tumis kangkung, sop ceker, ayam geprek, telur kecap, perkedel tahu, orak arik, bakso, sampai ter-random adalah jenang sumsum. Bagi orang lain mungkin ini biasa, tapi bagiku ini pencapaian luar biasa. Luar biasa menyenangkan.
Ternyata kita seringkali terperangkap dalam pikiran bahwa kita tidak bisa, padahal itu semua hanya karena kita tidak pernah mencoba. Cobalah lakukan hal yang sepertinya tidak bisa kamu lakukan. Dan kamu akan terkejut bahwa kamu ternyata bisa dan mampu melakukannya lagi, dan lagi. Bahkan lebih baik dari yang kamu bayangkan. Selamat mencoba ya :)
Ditulis di Boalemo, Juli 2020
---
Wow menemukan catatan di handphone-ku, 4 tahun yang lalu ����
4 notes
·
View notes
Text
Kenapa kamu belajar?
Dulu aku ngerasa belajar itu beban. Aku memang suka sesuatu yg baru tapi yaudah sebatas tahu aja. Sampai suatu hari aku tahu bahwa otak yang ga terus diasah untuk berpikir akan mudah terkena dimensia. Sejak saat itu aku pengen terus belajar sesuatu dengan sepenuh hati. Semua hal aku pelajari sampai aku ngerti. Dari satu hal ke hal lain.
Jujur aku takut banget suatu saat nanti ketika usiaku bertambah dan aku menua, ingatanku juga perlahan hilang. Aku ga bisa bayangin aku kehilangan ingatan tentang perasaan mencintai dan dicintai. Aku takut ga ingat sama anak-anakku, suamiku, orang tuaku, keluargaku, sahabatku. Aku takut aku ga ingat semua hal yang aku pelajari sehingga aku ga bisa membantu sekitarku lagi.
Ya Allah jagalah aku, keluargaku, sahabat-sahabatku, dan ingatanku.
Juli 2024
1 note
·
View note
Text
Orang yang penuh amarah bisa mudah menumpahkan amarah dan orang yang penuh luka berpotensi besar bisa menyebarkan luka
- yang tak bisa dibendungnya
Setiap orang pernah terluka.
Tapi tidak semua punya kesempatan untuk mengetahui apa itu luka. Tidak semua orang menyadari bahwa ia sedang terluka. Tidak semua orang bisa menemukan jalan untuk sembuhkan luka.
Tapi
Orang yang pernah terluka dan sembuh dari luka akan berusaha membantu menyembuhkan atau menjaga agar tak ada yang rasakan luka
- yang sama dengannya
Kalau kata drama korea:
"Orang yang bisa mengetahui bahwa kamu sedang sakit adalah orang yang menyayangimu atau orang yang pernah merasakan sakit sepertimu"
Jadi yaaaa saling jaga aja nggak sih?
Jaga hati, kata, dan perbuatan masing-masing, karena bahagia, sakit, tawa, tangis, bukan hanya milikmu. Semua sama sepertimu..
Bukankah hidup ini adil justru karena setiap orang pernah merasa bahwa hidup ini nggak adil (?)
Kita semua sedang berproses mengenali, menyadari, menerima, membasuh, dan mengikhlaskan semua luka-luka.
Setiap luka mengajarkan kita. Setiap luka akan menjadi suka.
Semoga.
1 note
·
View note
Text
what doesn't kill you makes you stay on tumblr for 13 years and counting
74K notes
·
View notes
Text
My 12 year Tumblrversary
Baru sadar dapat notif yang ngasih tahu kalau Tumbrlrku ini udah menginjak usia 12 tahun 😂
Dulu aku sering nge-post Tumblr waktu kuliah, mungkin sekitar sebelum 2016. Waktu itu banyak yang posting tentang patah hati dan semacamnya atau seputar quarter life crisis..
Beberapa waktu terakhir aku mulai sering buka tumblr lagi dan sekarang kita lebih banyak bicara perihal kehidupan dalam sudut pandang yang berbeda juga perihal peran baru entah sebagai pasangan atau sebagai orang tua atau yang fokus pada karir, hobi, self awareness, ataupun hal lainnya..
Lucu yah, kita mungkin ga pernah ketemu, ga pernah kenal sebelumnya, tapi aku merasa kita tuh kayak orang yang lagi sama-sama istirahat di tempat yang sama terus randomly ya saling cerita aja 😁
Terima kasih Tumblr udah jadi salah satu tempat yang aman dan nyaman untuk berbagi rasa dan berbagi cerita.
0 notes
Text
Sejujurnya ikut Career Class (CC) ini adalah salah caraku menemukan "sesuatu yg hilang" selama aku kerja. Pekerjaanku menuntut pemikiran perenungan yg mendalam, kadang bikin aku ga mindful jalanin hari-hati, karena badan di mana pikiran di mana 😂 Aku merasa bisa ga ya aku tetap tanggung jawab dan integritas dalam pekerjaan tanpa kehilangan "hidupku".
Aku pengen punya circle yang ngajak aku belajar banyak hal baru, supaya kalo aku lagi sendiri jadi ga kebawa pikiran sama setiap perkara yg aku tangani. Aku pengen bisa dapet "life" nya ga cuma "work" nya aja, biar jadi "work life integration" seperti kata Kak Alia.
Dan aku lihat semua ada di CC. Aku bisa belajar gimana ttg karir, finansial, ada club bhs isyarat, nanti ada kelas bahasa, ada kajian juga, aku bisa belajar ttg kesehatan mental, keluarga, dll paket komplit banget.
Selama satu bulan lebih jalanin kelas di CC, banyak hal yg aku pelajari, bikin aku merasa hari-hari lebih berwarna, setiap hari ada rasa kayak "jangan sampai aku lalui hari tanpa ada progressnya", dan secara ga langsung ngaruh di kerjaanku juga, rasanya jadi lebih semangat dan merasa lebih produktif.
Ternyata ini rasanya, jadi lebih "bangkit" dari Bangkit yang sebelumnya 🌱
Terima kasih @careerclass
1 note
·
View note
Text
Sering dengar nggak sih kadang kita terbiasa mensyukuri sesuatu karna membandingkan dengan yang lebih buruk. Padahal menurutku, membandingkan diri dengan kisah/nasib/keadaan orang lain tak akan membuat hidup kita jadi lebih baik, justru menunjukkan ketidakmampuan kita memahami dan menerima diri kita sendiri.
Setiap orang punya garis hidupnya masing-masing kan. Jadi tidak perlu membandingkan hidup kita dengan hidup orang lain hanya untuk bisa bersyukur.
Bersyukur itu bukan karna kita lebih baik dari yang lain tapi bersyukur itu karena kita menjadi lebih baik dari diri kita yang kemarin.
1 note
·
View note
Text
Meski ada masa sulit dalam perjalanan seseorang untuk menjadi seorang Ibu, namun sesulit atau sesakit apapun itu, bila diberi kesempatan untuk memutar waktu, ia pasti akan tetap memilih menjadi Ibu untuk anak-anaknya itu.
Terima kasih untuk semua ibu dan semua sosok yang kita anggap sebagai ibu.
2 notes
·
View notes
Text
Tentang Pilihan Demi Pilihan
Kadang kita merasa pilihan kita, dia, mereka, adalah pilihan yang salah. Tapi pada akhirnya yang menjalanilah yang paling tahu pertimbangan atas segala pilihan.
Hidup itu penuh dengan pilihan. Ketika bebas saat memilih, itu keistimewaan. Ketika berat saat memilih, itu keadaan. Tapi menjalani pilihan, itu kewajiban.
Dan setiap pilihan, Ada kalanya merayakan Ada kalanya melelahkan
Tidak apa-apa kan? Itulah seni kehidupan. Berani memilih dan berjuang pada pilihan.
Selamat menjalani pilihan hidupmu.
1 note
·
View note