Tumgik
batikpure-blog · 5 years
Text
Tertunda
“Tertundanya suatu hajat bisa jadi karena Dia mengetahui waktu yang terbaik bagimu, bisa jadi karena kamu belum siap, atau bisa jadi karena kamu suka menunda ketika Dia memanggilmu”.
Beberapa hari ini saya merenung. Tentang banyak peristiwa-peristiwa lampau yang telah dilalui. Perjalanan-perjalanan yang pernah ditempuh. Serta doa-doa yang pernah dipanjatkan. Jika menilik checklist target hidup, ada beberapa yang sudah tergapai, ada beberapa yang belum, juga ada beberapa yang melebihi ekspektasi. Bahkan juga ada yang belum berprogress sama sekali.
Ada banyak doa-doa yang dikabulkan olehNya, bahkan jauh melebihi ekspektasi yang saya impikan. Tak sedikit pula yang belum jua dikabulkan, dan disinilah terus menerus kita sebagai hamba-hambaNya seharusnya tak lelah untuk memanjatkan. Ada pula yang terkabul walau harus menunggu sekian lama untuk mendapat nikmatNya tersebut.
Lantas ketika mencoba merenungi segala perjalanan hidup ini, justru barangkali lebih banyak penundaan-penundaan yang ditetapkanNya. Entah mengapa dari dulu saya selalu meyakini, pun demikian orang tua selalu menekankan bahwa Allah tahu yang terbaik. Allah tahu waktu kapan kita telah siap. Allah juga barangkali ingin melihat sejauh mana kita berikhtiar dan berdoa. Sejauh mana kita tetap percaya akan keputusanNya. Serta sejauh mana kita tetap berprasangka baik kepadaNya.
Namun akhir-akhir ini ada satu yang mengganjal. Bahwa tertundanya segala doa kita bisa jadi karena kita sendiri yang memberikan hijab antara langit dan bumi melalui dosa-dosa kita. Mungkin makanan yang kita konsumsi masih tak jelas barang halal haramnya. Mungkin pula saat panggilan Shalat tiba kita justru masih tersibukkan dengan urusan dunia. Mungkin pula ada dosa-dosa kita dengan sesama manusia yang sampai saat itu ia belum memaafkan kesalahan kita.
Sebab itulah benar, dalam cerita ketika seorang kyai sepuh ditanyai santrinya tentang amalan apa yang membuat doa bisa cepat terkabulkan, maka kyai tersebut menekankan berkali-kali: “Istighfar”. Iya, bahkan sosok manusia yang terjaga dari dosa, Rasulullah SAW saja beristighfar setidaknya 70 kali, dalam sebuah riwayat, bahkan ada riwayat yang mengatakan 100 kali.
“Tidaklah seorang hamba beristighfar 70 kali sehari, kecuali Allah akan ampuni 700 jenis dosa (kecil), sebab tiap harinya seseorang itu sejatinya melakukan lebih dari 700 jenis dosa kecil.”
Lalu bagaimana dengan kita? Yang tak terjaga dari dosa-dosa. Yang acapkali tak sengaja melakukan dosa, bahkan mungkin kita tak menyadarinya.
Jadi, mari sejenak menyimpulkan. Bahwa tertundanya hajat kita bukan saja karena Dia tahu waktu yang terbaik. Namun justru lebih mungkin karena kesalahan-kesalahan yang kita perbuat, dosa-dosa kecil yang tak kita sadari. Sebab dengan begini, akan selalu ada ruang waktu dalam setiap hari. Untuk sekedar merenungi diri. Untuk sekedar berintrospeksi. Agar selalu ada alasan yang menguatkan diri, untuk tak lalai dalam sepertiga malam terakhir.
© Mushonnifun Faiz Sugihartanto | Lund, Sweden | 2019
763 notes · View notes
batikpure-blog · 5 years
Text
Tumblr media
"My son, when you pray, do it like a person who is bidding farewell to this world, and don’t assume you will have another chance to pray again. My son, know that a believer dies in between two deeds, one he offers for today, where he will get immediate blessings, and the second deed is what he offers towards the day of resurrection, and that is where he will gain the ultimate benefits."
[From the advice of Muadh Ibn Jabal (radiAllahu anhu)to his son]
[حلية الأولياء- لأبي نعيم]
356 notes · View notes
batikpure-blog · 5 years
Text
Tumblr media
„I see you with my heart not with my eyes“.
27K notes · View notes
batikpure-blog · 5 years
Photo
Tumblr media
If you are certain that you are upon the right, then do not compromise it to please the people. If they are not ashamed of their wrong, then why should you be ashamed of what is right?! Always remember that in the Qur’an “most people” were only followed with:
“Do not know” “Do not fear” “Do not understand” “Do not believe”
1K notes · View notes
batikpure-blog · 5 years
Text
Wanita Setelah Menikah
Ada banyak bahagia ketika ia telah menikah, namun dengan banyaknya bahagia sudah pasti akan banyak pula kesedihan, gelisah, bayang-bayang masa depan dengan suami dan anak akan seperti apa. Bagi mereka yang telah memasuki usia pernikahan 5 bahkan 10 tahun mungkin akan lebih faham bagaimana mengelola masalah dalam rumah tangganya.
Wanita dan masa setelah pernikahannya akan sangat banyak waktu yang ia habiskan bersama dengan pasangannya, kadang ekspetasi yang terlalu jauh bisa menjadikannya sedikit sedih dengan realita suaminya, baginya suami adalah teman, ayah, saudara, kakak, dan semua bentuk tanggung jawabnya. Tiap manusia Alloh berikan rasa hingga ia bisa merasakan berbagai macam kecamuk dan gemuruh dalam hatinya.
Jangan terlalu berharap pada ekspetasi pasanganmu nanti, bagaimanapun ia tetaplah manusia biasa, memang benar jika menikah itu bukan masalah cinta pandangan pertama atau sekedar rasa kagum yang berlebih, ia didasari oleh banyaknya memaafkan, banyaknya belajar memahami, banyaknya latihan mengolah jari dan lisan ketika menyampaikan atau diskusi sebuah masalah. Ibadah yang paling lama dan mulia bukan berarti minim dari godaan dan ujian, justru akan lebih banyak dan lebih berat, tapi keberkahan dan kebahagiaan yang didapat akan jauh lebih banyak daripada ujian itu sendiri.
Ada masa-masa dimana keburukan suami terlihat semua dikelopak mata istri, begitupun sebaliknya. Melihatnya seakan itu pertanda benarnya apa nasehat dari orangtua zaman dulu sebelum kita menikah, kamu adalah baju untuk pasanganmu, jadilah baju yang baik lagi rapih, baju yang melindungi dari semua aurat pasanganmu, hingga ia merasa aman dari panas atau dinginnya dunia. Ia menjadi tempat ternyaman.
Selalu melibatkan doa semoga Alloh anugerahkan pasangan yang baik lagi menjadi penyejuk mata bagimu nanti, jangan pernah berhenti berdoa, sebab kita selalu membutuhkan taufik dan hidayah dariNya. Tidak cukup jika hanya bermodalkan cinta, setia, cantik tampan, semua akan ada masa habisnya masing-masing.
Untukmu yang sedang mencari atau sudah menikah dengan memasuki usia lebih, bersyukurlah bahwa rezeki pasangan telah Alloh titipkan padamu, jalani saja dengan sebaik-baik peran. Jika harus meminta maaf tidak perlu malu mengungkapkan, jika dirasa perlu jujur maka jujurlah dengan bahasa yang halus lagi lembut untuk menyampaikan.
Semoga Alloh selalu menjagamu, alby!
@jndmmsyhd
1K notes · View notes
batikpure-blog · 5 years
Text
Seorang istri kelak di akhirat tidak ditanya kertas-kertas pekerjaan di kantornya, tetapi yang ditanya adalah terbengkalainya pekerjaan rumah, mengurus anak dan melayani suaminya.
- Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri hafidzhahullaah ta’ala
401 notes · View notes
batikpure-blog · 5 years
Text
banyak suami tidak mengamalkannya
Seorang suami jika berada di rumahnya, termasuk sunnah ia membuat minuman sendiri seperti teh, masak sendiri jika ia pandai memasak. Ia mencuci apa yang perlu dicuci. Ini semua bagian dari sunnah.
Jika engkau melakukannya niscaya engkau akan diganjar pahala sunnah. Telah mencontoh Rasulullaah Shallaallahu ‘alaihi wa sallam. Dan sebagai bentuk rendah hati kepada Allaah Ta’ala. Sebab perkara ini akan menumbuhkan rasa sayang antara dirimu dan istrimu.
Seorang istri jika merasa dibantu dalam pekerjaan rumahnya tentu ia akan mencintaimu. Dan engkau akan lebih bernilai dipandang mereka. Maka mengamalkan perbuatan seperti ini terdapat kebaikan yang besar. [Syarah Riyadhush Sholihin : 3 / 529]
- Masya Allaah… Bapak..:”))
355 notes · View notes
batikpure-blog · 5 years
Photo
Tumblr media
~Jika suatu saat nanti kau jadi ibu 🌸
Jadilah seperti Nuwair binti Malik yang berhasil menumbuhkan kepercayaan diri dan mengembangkan potensi anaknya .
Saat itu sang anak masih remaja. Usianya baru 13 tahun. Ia datang membawa pedang yang panjangnya melebihi panjang tubuhnya, untuk ikut perang badar.
Rasulullah tidak mengabulkan keinginan remaja itu. Ia kembali kepada ibunya dengan hati sedih.
Namun sang ibu mampu meyakinkannya untuk bisa berbakti kepada Islam dan melayani Rasulullah dengan potensinya yang lain.
Tak lama kemudian ia diterima Rasulullah karena kecerdasannya, kepandaiannya menulis dan menghafal Qur’an.
Beberapa tahun berikutnya, ia terkenal sebagai sekretaris wahyu.
Karena ibu, namanya akrab di telinga kita hingga kini: Zaid bin Tsabit.
~Jika suatu saat nanti kau jadi ibu 🌸
jadilah seperti Shafiyyah binti Maimunah yang rela menggendong anaknya yang masih balita ke masjid untuk shalat Subuh berjamaah.
Keteladanan dan kesungguhan Shafiyyah mampu membentuk karakter anaknya untuk taat beribadah, gemar ke masjid dan mencintai ilmu.
Kelak, ia tumbuh menjadi ulama hadits dan imam Madzhab. Ia tidak lain adalah Imam Ahmad .
~Jika suatu saat nanti kau jadi ibu 🌸
Jadilah ibu yang terus mendoakan anaknya . Seperti Ummu Habibah . Sejak anaknya kecil, ibu ini terus mendoakan anaknya .
Ketika sang anak berusia 14 tahun dan berpamitan untuk merantau mencari ilmu, ia berdoa di depan anaknya :
“Ya Allah Tuhan yang menguasai seluruh alam ! Anakku ini akan meninggalkan aku untuk berjalan jauh, menuju keridhaanMu . Aku rela melepaskannya untuk menuntut ilmu peninggalan Rasul-Mu . Oleh karena itu aku bermohon kepada-Mu ya Allah, permudahlah urusannya . Peliharalah keselamatannya, panjangkanlah umurnya agar aku dapat melihat sepulangnya nanti dengan dada yang penuh dengan ilmu yang berguna, aamiin !”.
Doa-doa itu tidak sia-sia. Muhammad bin Idris, nama anak itu, tumbuh menjadi ulama besar. Kita mungkin tak akrab dengan nama aslinya, tapi kita pasti mengenal nama besarnya: Imam Syafi’i .
~Jika suatu saat nanti kau jadi ibu 🌸
Jadilah ibu yang menyemangati anaknya untuk menggapai cita-cita. Seperti ibunya Abdurrahman .
Sejak kecil ia menanamkan cita-cita ke dalam dada anaknya untuk menjadi imam masjidil haram, dan ia pula yang menyemangati anaknya untuk mencapai cita-cita itu .
“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah menghafal Kitabullah, kamu adalah Imam Masjidil Haram…”, katanya memotivasi sang anak .
“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah, kamu adalah imam masjidil haram…”, sang ibu tak bosan-bosannya mengingatkan .
Hingga akhirnya Abdurrahman benar-benar menjadi imam masjidil Haram dan ulama dunia yang disegani .
Kita pasti sering mendengar murattalnya diputar di Indonesia, karena setelah menjadi ulama, anak itu terkenal dengan nama Abdurrahman As-Sudais.
~ Jika suatu saat nanti kau jadi ibu 🌸
Jadilah orang yang pertama kali yakin bahwa anakmu pasti sukses . Dan kau menanamkan keyakinan yang sama pada anakmu . Seperti ibunya Zewail yang sejak anaknya kecil telah menuliskan “Kamar DR. Zewail” di pintu kamar anak itu .
Ia menanamkan kesadaran sekaligus kepercayaan diri . Diikuti keterampilan mendidik dan membesarkan buah hati, jadilah Ahmad Zewail seorang doktor . Bukan hanya doktor, bahkan doktor terkemuka di dunia .
Dialah doktor Muslim penerima Nobel bidang Kimia tahun 1999
Semoga terinspirasi…
✍🏻 WA BIS ( Belajar Ilmu Syar'I Akhwat )
🍂🍃Untuk para ibu dan calon ibu
4K notes · View notes
batikpure-blog · 5 years
Text
Bapak
Kebiasaan Bapak yang selalu ku ikuti sampai saat ini adalah menyukai buku. Bapak mempunyai kebiasaan menunggu waktu sholat Isya’ dengan membaca Al-Qur’an atau membaca beberapa buku di ruang tamu. Aku selalu menyukai momen seperti ini. Momen dimana aku bisa bertanya banyak hal kepada beliau. Bapak tidak banyak bicara, keluhannya jarang sekali ku dengar. Seringnya akulah yang bertanya banyak hal. Laki-laki memang tak banyak bicara, itu yang aku tau..:))
Dari ketiga anak beliau, aku mungkin yang paling dianggap manja dari kakak dan adikku. Dulu, ketika masih kanak-kanak aku selalu terbiasa berpergian dengan beliau bahkan ke tempat terdekat sekalipun. Ke masjid, misalnya. Ritual mengekor dengan Bapak berlangsung cukup lama. Bahkan di usiaku saat inipun. Ketika Ramadhan, ba’da tarawih, sangat jarang pulang kerumah bersama teman. Jika tak bersama Ibu, aku akan menemui beliau bersama jama’ah lainnya. Yang terpenting bagaimana aku bisa pulang kerumah bersama beliau. Karena aku selalu tahu bahwa aku aman bersamanya.
Bapak tak pernah meninggikan suara. Itulah mengapa, aku sangat ketakutan ketika mendengar keributan atau teriakan karena hal semacam itu tak pernah ku dapati di rumah.
Tak suka memaksakan kehendak. Itu juga sifat Bapak. Beliau selalu memberi kepercayaan pada kami, anak-anaknya. Tak pernah menuntut harus ini dan itu. Selama baik, bermanfaat, beliau akan setuju.
Maka, ketika nanti waktunya aku menikah, lelaki itu harus seperti Bapak. atau setidaknya, ada kemiripan sifat diantara mereka. Semoga..
207 notes · View notes
batikpure-blog · 5 years
Text
Bertahan atas luka yang engkau rasakan itu tidak mudah. Tidak pernah mudah sekalipun. Tapi, dibalik luka dan sakitnya itu, pernah tidak engkau berpikir hikmah apa yang ingin Allaah ajarkan kepadamu? Kalau kamu masih sibuk dengan rasa sakitnya luka, mau sampai kapan seperti itu? Kalau kamu mash sibuk mengutuk takdir Tuhan atas luka yang engkau rasakan, mau sampai kapan melakukannya?
Adalah lelah bila hanya berkutat pada hal-hal demikian tanpa menemukan penyembuh atas rasa sakit yang dirasa. Adalah sia-sia bila hanya meneriaki takdir yang seolah tak berpihak pada hidup kita.
Hidup itu ya begitu. Tidak ada yang benar-benar tidak diuji. Semua manusia yang hidup di dunia ini diuji. Yang terlihat bahagia belum tentu sedikit ujiannya. Yang terlihat menyedihkan sekalipun belum tentu paling banyak ujiannya. Sebab semua ujian dan rasa sakit yang dirasa adalah sesuai kadarnya bukan sesuai akalnya.
Maka nikmati saja proses sakit atas luka yang dirasa ya. Pelan-pelan dalam menitih sembuh. Tak perlu banyak memprotes takdir Tuhan. Sebab Tuhan tidak pernah dzalim, tidak pernah sekalipun.
Perbanyak pinta, minta untuk dikuatkan hatinya, minta untuk dilapangkan perasaannya, minta untuk dipermudah segala urusan yang sedang dijalani, minta untuk diluaskan kesabarannya dengan sabar yang baik, dan minta kebaikan. Banyak-banyak meminta kebaikan kepadaNya, kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat tentunya.
Menuliskan ini kembali, dengan banyak pengharapan kepadaNya. Allaah Maha Mendengar. Allaah Maha Baik. Allaah Maha mengabulkan pinta. Jangan berputus asa. Ulangi lagi doamu, sekali lagi, sekali lagi, sekali lagi, dan sekali lagi.
Masjid Nuruzzaman kampus B Unair - 10.55
332 notes · View notes
batikpure-blog · 5 years
Text
"Hidup ini perlombaan tentang kebaikan, bukan tentang sibuk membanding-bandingkan."
Salah satu konsekuensi yang harus kita terima bermain di sosial media adalah kita akan tahu bagaimana ruang hidup seseorang yang selama ini tersembunyi.
Ternyata, 'ruang hidup' ini bisa menjadi 'parasit' untuk sebagian orang. Bagaimana tidak, dulu para orang tua menjadikan role model dengan apa yang lihat di tv, jika distandarkan ya sulitlah mungkin bagi mereka untuk meniru mereka.
Maka pada zaman mereka, apa yang ada di tv itu yang menjadi pusat keinginannya dan juga terbatas. Sedangkan sekarang, yang menjadi 'model' nya boleh jadi teman seangkatan sendiri, tetangga samping rumah, teman kerja dan sebagainya.
Karena memang tak ada lagi batas dari apa yang seharusnya ditampakan dan disembunyikan. Tengok saja berapa banyak orang berfoto dengan kendaraan baru mereka, jalan kesana-kemari, foto ootd, makan di restoran mahal dan lain sebagainya.
Kalau nggak punya kendali diri yang apik, maka tak aneh lagi jika kita mulai terpancing dengan prilaku yang sama.
"Si A enak ya masih muda, udah punya rumah.' "Si B udah nyebar undangan aja, kamu kapan?" Dan masih banyak pertanyaan lain yang sering dilontarkan.
Kita seolah dipaksa agar sama dengan orang lain. Padahal dalam islam, medan kebaikan seseorang itu berbeda-beda. Si A boleh jadi telah menikah, tapi si B sedang sibuk membahagiakan kedua orang tuanya. Si A sudah punya rumah untuk masa depannya, tapi si B sedang berjuang membantu saudara2 yang terkena bencana dengan menjadi relawan. Bukankah kedua-duanya adalah kebaikan?
Agama ini luas, perintahnya pun begitu jelas. Ada banyak cara berjuang yang bisa kita lakukan. Ada banyak pintu surga yang bisa kita lewati.
Berhentilah membanding-bandingkan apa yang diberikan-Nya pada yang lain dengan apa yang tidak kita miliki saat ini.
Karena hidup ini bukan tentang siapa yang beroleh nikmat paling banyak, melainkan siapa yang bisa mensyukuri setiap nikmat yang diberikan.
Hidup ini perlombaan tentang kebaikan, yaitu tentang kamu dengan dirimu sendiri. Kamu dengan dirimu di masa lalu. Dan tentang kamu dan amalmu di masa depan.
530 notes · View notes
batikpure-blog · 5 years
Note
I don’t know who you are but you bring me so much happiness. Sometimes, I am scared to read your posts because I don’t want to feel like a sinner or read about the things I am doing wrongly, but I end up reading them anyways because the way you speak and explain, it’s just adorable. It makes me want to be a better muslim. I always dreamed about a kind and funny husband but not anymore. Now, I know I want a husband who will bring me closer to Allah and teach me about Islam like you do. Thank you.
Never think that I do not commit sins and do mistakes like you. Perhaps you are better than me, ِAllah knows , Every son of Adam makes mistakes , But I try to do something good with my mistakes and try to be better like you, I hope you have a husband that makes you closer to Allah, kind and funny too
Thank you for your message too, I was feeling bad and made me change it
42 notes · View notes
batikpure-blog · 5 years
Text
Bisakah kamu berjanji kepadaku?
Mengapa pada hal-hal yang belum  kita miliki, kita selalu memandang dan mengatakan bahwa itu lebih indah, lebih cantik, lebih menarik, lebih bagus, dari apa-apa yang kita miliki?
Nanti, sewaktu kita telah mendapatkannya. Kita begitu bahagia, merasa telah mendapatkan sesuatu yang sangat berarti. Tapi, waktu bergulir, berganti tahun. Apakah kita sanggup mempertahankan rasa syukur kita pada kadar yang sama, seperti saat pertama kali kita mendapatkannya?
* * * *
Apakah kamu bisa mempertahankan rasa syukur itu meski ia telah berubah seiring waktu? Apakah kamu masih akan tetap bersyukur saat ia mungkin tak seperti yang kamu harapkan?
Bukankah ia yang selama ini kamu pandang segala-galanya sebelum kamu memilikinya?
©kurniawangunadi | 18 september 2019
2K notes · View notes
batikpure-blog · 5 years
Text
هناك قلوب لن تكرهك مهما أحزنتها.
There are hearts that won’t ever hate you no matter how much you hurt them.
12K notes · View notes
batikpure-blog · 5 years
Text
🍁
I want to be a person of Quran. Someone who when you talk/see/hear/meet her, would remind you of Quran. And someone who pops up in your mind when you listen to/recite a certain surah or talk/read about the book of Allah. I want to be that person to you and everyone.
- Amatullah
146 notes · View notes
batikpure-blog · 5 years
Text
“If you remember me, then I don’t care if everyone else forgets.”
— Haruki Murakami, Kafka on the Shore (via amargedom)
12K notes · View notes
batikpure-blog · 5 years
Text
"Mengaku Salah"
Saat telah berumah tangga maka ruang penerimaan maaf harus lebih besar. Ruang untuk tak malu mengatakan "aku salah" harus lebih luas.
Sebab, tak akan jarang kita temui sisi perbedaan yang bisa menimbulkan banyak cekcok. Banyak menguras perasaan, terlebih emosi yang berujung amarah. Emosi yang berujung pada diri yang tak mau kalah.
Yang harus diingat adalah masalah tak akan pernah usai dengan ego, tapi mampu redam dengan kita coba untuk merunduk. Merundukkan emosi. Menepis ego yang sedang meluap secara pelan-pelan. Dan hal yang terpenting adalah tak malu untuk mengaku salah kalau kita salah.
Mengaku salah tak berarti harga diri kita jatuh, tapi justru mendidik hati kita agar lebih bijaksana dan mampu mengakui yang benar.
15 September 2019 | @quranads
133 notes · View notes