beautifulipul

[beautifulipul]

Sekalipun kita terpisahkan jarak yang membentang, sekalipun kita terpisahkan perbedaan pandangan, sekalipun kita terpisahkan oleh banyaknya halang rintang. Bila semesta menakdirkan kita dibersamakan, maka semesta selalu punya cara untuk kita dipersatukan.

Sekalipun jarak kita dekat, sekalipun jalan kita beriringan, sekalipun setiap harinya dapat saling bertatapan. Bila semesta menakdirkan kita untuk tidak dibersamakan, maka semesta selalu punya cara untuk memisahkan.

Kang Islah | Kuningan, 20 Mei 2019

[beautifulipul]

seperti tersambar petir. sesak dan ingin menangis.

[beautifulipul]

ngarepin apa sih, ndah? hm?

it doesn't works. udahlah. cukup. mau sampai kapan berharap sama orang lain? terjadi lagi, kan?

[beautifulipul]

Karena menikah adalah tentang mengubah kebiasaan.

Menikah bukan hanya menyoal menyatukan persepsi. Atau membangun komunikasi.

Bukan pula menyoal maklum-memaklumi. Atau menerima segalanya dengan besar hati.

Menikah adalah perihal nafkah lahir dan batin yang diberikan oleh suami kepada istri. Juga perihal pengabdian dan ketaatan dari istri untuk suami.

Menikah adalah tentang mengubah kebiasaan, mengatur waktu, merencanakan masa depan, mengolah finansial, pun mengambil peran dalam pengasuhan.

Jika segala urusan rumah diberikan sepenuhnya kepada istri, maka bukan penampakan baru lagi. Jika di kemudian hari kita mendapatkan para istri yang hidupnya penuh dengan tekanan, penuh dengan derai air mata, penuh pembangkangan dan penolakan.

Sebab mentalnya rusak, fisiknya lemah akibat dari pekerjaan rumah yang dianggap - oleh hampir keseluruhan manusia - adalah tanggung jawabnya.

Padahal rumah adalah tentang bersama. Pekerjaan yang melingkupi di dalamnya adalah tanggung jawab anggota keluarga.

Pun sama ketika seorang suami hanya memposisikan diri sebagai tulang punggung keluarga, sebagai sumber dana, sebagai pencari nafkah. Sehingga mindset yang tertata hanyalah menyoal uang. Untuk kemudian lahirlah sifat dan sikap yang menggurat luka di dalam diri sang istri.

Tidak ingin berperan dalam urusan rumah dan mendidik anak. Tidak ingin meringankan beban istri, tidak ingin berusaha lebih untuk menyenangkan hati istri.

Karena tidak selalu perihal uang yang membuat seorang istri bahagia.

Adakalanya pelukan hangat, bantuan mengurus rumah dan menjaga anak, waktu-waktu yang dihabiskan berdua, janji-janji yang ditunaikan, perasaan-perasaan yang dihargai; adalah bentuk bahagia yang lain.

Karena menikah adalah upaya mengubah kebiasaan. Mengubah semua hal-hal yang pernah dilakukan seorang diri, menjadi kebiasaan yang harus dilakukan berdua bersama pasangan.

Karena menikah adalah upaya memberikan lebih banyak waktu kepada keluarga. Menomorsatukan mereka, menjadi peka terhadap perasaannya.

Karena menikah adalah perihal saling; saling meringankan beban pekerjaan rumah; saling menghargai dalam setiap keputusan; saling menghormati dalam berbagai keadaan.

Karena menikah adalah tentang mengubah kebiasaan. Menjadi tahu dan paham bahwa begitu banyak kebiasaan yang mesti diubah jika telah hidup berkeluarga.

Bukan malah berlaku seenaknya hanya karena dia adalah kepala rumah tangga. Dan bukan pula bertingkah semaunya hanya karena dia adalah seorang wanita yang mesti dimuliakan oleh suaminya.

Karena sungguh, menikah adalan tentang kesadaran untuk mengubah kebiasaan.

Kesadaran untuk mau memahami bahwa sebaik-baik waktu yang dihabiskan seorang laki-laki adalah bersama keluarga dan istri.

Kesadaran untuk mau mengerti bahwa sebaik-baik ketaatan yang mesti dilakukan oleh seorang perempuan adalah ketaatan kepada suami.

06.13 a.m || 13 Juni 2023

[beautifulipul]

[beautifulipul]

Sebuah Harapan

Tadi siang, aku melihat salah satu story temanku; status WA. Kerap kali aku iseng melihat status-status yang aku bisukan. Padahal sudah dibisukan, tetapi suatu waktu aku masih melihat status mereka, sekadar ingin tahu perkembangan teman-teman WA-ku saja.

Ternyata salah satu temanku ada yang lolos beasiswa. Masyaallah senang banget.

Beberapa waktu lalu kami sempat bertemu dan sedikit bertukar informasi. Melihat hasilnya saat ini, aku tahu, setelah menyelesaikan studinya, ia langsung mendaftarkan diri untuk beasiswa tersebut.

“Gimana? Kakak udah daftar beasiswa belum?” sambil menyodorkan minuman yang ia ambil.

“Belum, nih. Kakak masih struggle di toefl.” Aku menjawab seraya meminum minuman yang diambilkannya tadi. “Kamu udah daftar?” Aku agak kurang fokus karena kami sedang berada di lokasi nikahan teman.

“Udah. Kemarin udah wawancara juga. Nanti kakak jadinya di bawah aku,”

Temanku yang lain tiba-tiba bergumam, “Jangan aja nanti duluan adeknya,”

Aku menimpali sekenanya, “Ya, gapapa. yang penting bisa dapet beasiswa dan lanjut kuliah lagi.”

“Iya, daftar lah, Kak.” Ia tampak optimis memintaku mendaftar.

Aku hanya menanggapi dengan sesimpul senyum.

Aku terpana saat melihat status tersebut. Seper sekian detik aku mulai bergumam, “Orang-orang kok bisa, ya, dapet beasiswa gini?”

Beberapa detik berikutnya, “Oke, aku juga pasti bisa!”

[beautifulipul]

Al Imam Hasan Al Basri bersabda: "Apa yang lebih berharga dari agamamu jika shalat mu saja tidak berharga bagimu?"

Padahal pertanyaan pertama yang akan ditanyakan di hari kiamat tentang shalat mu.

"Dan barangsiapa yang menunda shalat, maka dia juga harus siap tertunda dalam segala urusan di kehidupannya"

Entah itu jodoh, pekerjaan, keturunan, kesehatan, kesuksesan, petunjuk dan lainnya.

----

Pengingat untukku biar ga menunda² shalat lagi :"

[beautifulipul]

Ada hal-hal yang ringan jika dituliskan, namun berat sekali ketika diucapkan.

Contoh:

Kalau di dalam prosesnya, kamu bertemu dengan yang lain, yang bukan aku, maju aja. Kabarin aku segera.

Contoh lain:

Kali ini beneran. Santai aja. Main dulu, kemana dulu. Gapapa, ga yang mau cepat-cepat juga.

contoh lainnya:

Aku mau ngejar yang lain dulu.

[beautifulipul]

Siapa yang sering lupa untuk tidak berharap kepada selain Allah?

Aku.

Siapa yang sudah tahu bahwa berharap kepada selain Allah itu sering berujung kecewa?

Yah, aku.

Siapa yang sudah tau bahwa berharap kepada selain Allah, anggaplah manusia, itu sering berujung kecewa, tapi tetap saja berharap kepada manusia?

Aku, lagi.

Astaghfirullah. Iya, aku sudah tau sejak kapan tau, kalo berharap pada manusia akan teramat mengecewakan. Aku lupa, bahwa setiap orang memiliki keterbatasan dan tidak dapat memenuhi semua harapanku. Hahahaha. Bodoh.

Mestinya aku realistis sehingga bisa menghindari kekecewaan yang berlebihan.

Penting untuk membangun kemandirian dan mencari kepuasan dalam diri sendiri. Hihihi. Berharap kepada orang lain seharusnya hanya menjadi pelengkap saja, bukan sumber utama kebahagiaan, ya.

Kalau ada kesempatan dan waktu, coba untuk mengembangkan keterampilan yang tidak terlalu membutuhkan bantuan orang lain, yang bisa dilakukan sendiri saja. Tidak usah menunggu untuk diajarkan oleh orang lain secara cuma-cuma. Akhir ceritanya mudah ditebak. Pait, pait.

Ketika orang lain tidak selalu dapat memenuhi semua harapanmu, itu tidak berarti mereka tidak peduli padamu, hanya saja, bisa jadi, mereka lupa tentangmu. Siapa kamu sehingga mereka mesti mengingat kalau mereka pernah menjanjikan satu hal padamu? Maka penting sekali untuk menjaga keseimbangan antara harapanmu dan kebebasan serta keterbatasan orang lain.

Setiap orang memiliki keterbatasan, mereka juga memiliki hak untuk menjalani kehidupannya sendiri. Mereka memiliki prioritas dan mereka bebas menentukan urutannya. Meluangkan waktu untuk mengajarimu suatu hal bisa saja menjadi prioritas terakhir. Tugas kita adalah mengelola harapan kita sendiri. Penting sekali untuk mengarahkan harapan dan ketergantungan utama kita hanya kepada Allah. Seimbangkan semuanya.

[beautifulipul]

manis sekali. ☺️

[beautifulipul]

Kerap kali rasa deg-degan, takut, dan was-was muncul ketika kau menuliskan tentang suatu hal. Entah itu kiriman blog, status wa, cerita dan kiriman instagram, bahkan cuitanmu di twitter. Aku jadi memikirkan banyak hal, menafsirkannya semauku sesuai pikiran dan perasaanku saat itu. Menerka-nerka, apa yang ada di balik semua kirimanmu itu.

Suatu waktu, aku seperti ingin sekali memutus semua kontak dengan dirimu dari kehidupanku; tidak mengikuti akun-akunmu, unfollow ig & tw, unfriend fb, dan menghapus nomormu.

Lalu aku kembali teringat nasehat dari seorang teman, “Jangan diblok ataupun sejenisnya, nanti kamu semakin rongseng dan penasaran terhadap aktivitasnya. Biasa aja, sewajarnya.”

Nasehat dari temanku ada benarnya. Aku hanya sedang kekurangan aktivitas sehingga isi pikiranku sengkarut. Mari beristirahat dari dunia maya yang seringkali menjemukan ini.

[beautifulipul]

ternyata udah 5 bulan. 👀😂

halo, ndah. gimana setelah resign? hahahaha. udah satu pekan, ya. 😂😅👀

[beautifulipul]

also me:

Meragukan Diri Sendiri

Mereka percaya bahwa kamu bisa menggapai mimpimu satu demi satu, namun dirimu malah merasa bahwa dirimu kecil, mengira bahwa kamu tidak seperti yang mereka percaya. Kamu tidak percaya diri, kamu tidak meyakini bahwa kamu bisa. Kamu mulai bertanya-tanya, apa iya kamu bisa? Apakah ini yang kamu inginkan? Apakah kamu butuh untuk mencapainya?

Padang, 13 Maret 2023

[beautifulipul]

Meragukan Diri Sendiri

Mereka percaya bahwa kamu bisa menggapai mimpimu satu demi satu, namun dirimu malah merasa bahwa dirimu kecil, mengira bahwa kamu tidak seperti yang mereka percaya. Kamu tidak percaya diri, kamu tidak meyakini bahwa kamu bisa. Kamu mulai bertanya-tanya, apa iya kamu bisa? Apakah ini yang kamu inginkan? Apakah kamu butuh untuk mencapainya?

Padang, 13 Maret 2023

[beautifulipul]

Ndah, coba lebih banyak meredam ego, ya? Konfrontasi-konfrontasi yang ga perlu tolong disimpan aja. Walaupun berat, coba diikhlaskan, “Yaudah, let it go aja.” Sepertinya kamu terlalu banyak menyakiti perasaan orang-orang di sekitar.

Perbanyak diam, baik itu di dunia nyata maupun dunia maya. Take a break.

Penghujung Februari, 2023.

[beautifulipul]

templat.

"semangat, ndah."

"kapan-kapan aja."

"maaf, ya."

kecuali yang tengah, seperti ada tekanan.

[beautifulipul]

ngape dah banyak bener akun aneh yang follow gue?