A bunch of messages that will never be sent to you, because I'm scared.
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Tuhan, jikapun aku tidak bisa berlari secepat mereka, tolong berikan aku kekuatan untuk tetap bisa berdiri dan berjalan pelan meski keadaannya sedang sangat sulit sekali.
591 notes
·
View notes
Text
وَهُوَ مَعَكُمۡ اَيۡنَ مَا كُنۡتُمۡ
He is with you wherever you are.
Qur'an 57:4
327 notes
·
View notes
Text
feeling reaaally safe when i'm around you.
Setelah 5 tahun berlalu, rasanya aku seperti menemukan rumah kembali.
Tapi betulan rasanya seperti itu?!
Akhirnya kamu menemukan aku versi no filter! (atau mungkin tetap ada filter, tapi sekarang celahnya sudah semakin kecil lol).
Dan aku rasa, mungkin aku juga menemukan versi dirimu yang lain? Ternyata rasanya menyenangkan, setiap hari aku serasa menemukan kejutan baru darimu.
Rumahku ternyata punya banyak bentuk kehadiran: ia hadir ketika kita sekadar berpapasan, hadir ketika bercakap-cakap, hadir ketika kita saling menggenggam tangan satu sama lain, dan terakhir, hadir ketika kita membenamkan diri satu sama lain dalam pelukan hangat.
Intinya: rumah aku perlahan kembali, setelah menghilang selama 5 tahun lamanya.
Terima kasih banyak sudah mau selalu pengertian, termasuk pengertian dengan aku yang masih belajar untuk mengungkapkan rasa kasih dan sayang seperti yang selalu kamu berikan untuk aku. Aku ingin belajar banyak soal ini denganmu, jadi tolong bimbing aku ya.
Terima kasih banyak juga sudah menyediakan tempat berkeluh kesah terbaik, dan you really know the ways to calm me down walaupun kadang memang cuma perlu dipeluk dan dielus punggungnya saja sih haha. Tapi betulan kamu bisa menangkap isyarat itu waah, aku betulan kagum.
Mungkin kamu akan sangat bosan baca/dengar pernyataan ini, but I really mean it: Kenapa kamu baik? Ah, betul-betul terima kasih sudah sangat baik dengan aku! :') Semoga kamu juga menganggap aku sama baiknya, promise me, I'll try to be a better person everytime we spent our time together.
Ternyata kita sudah menempuh perjalanan ini selama 2 bulan! Memang masih sangaaaat muda, kalau diibaratkan seperti anak bayi baru bisa belajar senyum. Mari menempuh perjalanan ini lebih panjang dan lebih lamaaaa lagi.
Also, selamat ulang tahun! Semoga kamu bahagia selalu, seperti anak bayi yang terus menerus tersenyum ketika menemukan rumahnya :)
P.s: tolong jangan berhenti kirim pesan "hati-hati di jalan" setiap aku mau pergi dan pulang kantor ya. Kadang kabar sesederhana itu bisa buat aku tenang, dan kamu juga merasa sama tenangnya kan?
Love you!
0 notes
Text
terima kasih sudah menjadi orang baik, ikan baik.
"coba tebak: ikan, ikan apa yang baik?" "ngga tau, emang apa?" "[namamu] hehe, it rhymes with the word fish, right?" "ya kan, aku emang baik kaaan?" "dih, aku ngasal doang itu padahal. aku mau ngasih tebak-tebakan, tapi aku juga ngga nemu jawabannya"
Tapi sebenarnya, kalau dipikir-pikir, mungkin ternyata jawaban dari pertanyaan tersebut memang nama kamu sendiri.
Setelah memendam semuanya sendiri dan selalu berusaha apa-apa kuat sendirian, ternyata aku bisa rapuh juga di depan kamu. Aku bisa menceritakan A-Z perjalanan kehidupanku denganmu: alasan terbesar kenapa aku beberapa kali menempelkan hansaplast di pergelangan tangan kiriku, tentang bagaimana aku masih berusaha untuk coping dengan grieving yang suka muncul di waktu yang ngga tepat, dan bagaimana juga aku tiba-tiba breakdown karena pekerjaan-pekerjaan. Daan masih banyak yang lainnya.
Termasuk info-info yang ngga penting serta beragam TMI lainnya. Sesederhana kalau aku sedang memperhatikan ikan-ikan mungil di kolam ikan Stasiun Cawang, main-main dengan kucing di Stasiun Depok Baru, atau berada di dalam angkot yang sepi mampus karena aku pulang terlalu malam dari kantor.
Also, finally you found out kalau aku pernah menulis panduan darurat menyelamatkan mental diri sendiri yang sebelumnya tidak pernah aku bagikan kemana pun selama beberapa tahun. Ga bohong, aku juga ikutan nangis ketika tahu kalau panduan itu ternyata juga berguna buatmu.
Terima kasih sudah menjadi orang baik, aku harap kamu akan selalu menjadi orang baik.
Terima kasih juga sudah sering bilang aku sebagai orang baik, walaupun sebetulnya aku merasa tidaklah sebaik itu. Tahu nggak, setiap kamu ngomong itu, rasanya aku diapresiasi kalau aku sudah berhasil menjalani hidup dengan cukup baik.
Terima kasih juga sudah mempercayakan aku sebagai orang yang paling baik denganmu di kantor (p.s. ini aku cuma menyebutkan yang kamu bilang, lho ya). Termasuk sudah mempercayakan aku sebagai tempat untuk menceritakan A-Z perasaan dan keseharianmu yang ternyata unik itu.
Terima kasih juga sudah memberikan apresiasi kalau i'm good enough ketika aku mengeluh dan mau nangis kala menghadapi dinamika pekerjaan. Padahal aslinya, pekerjaan kamu jauh 1000x lebih banyak dan kompleks daripada aku haha, maaf aku masih adaptasi dalam berkantor ya.
Aku nggak bohong, my heart always stopped beating for a second ketika kamu selalu mengatakan: "Terima kasih, kamu baik sekali!" atau "Aku senang kok ngobrol dan menghabiskan waktu denganmu, jadi ngga selalu kepikiran kerja"
Rasanya aku selalu siap untuk menghadapi hari dan momen-momen kehidupan, asal didukung kamu.
Bagaimana kalau ternyata aku bukan jatuh hati pada momen dan kebaikanmu, tapi dengan kamu sendiri?
1 note
·
View note
Photo




You can find happiness in a lot more places than you think! No matter what life paths you end up taking, happiness can be found wherever you are. 💛
Chibird store | Positive pin club | Webtoon
4K notes
·
View notes
Text
Hitorie - undo - Lyrics English Translation
Music and Lyrics by Shinoda
Keep reading
20 notes
·
View notes
Text
rumbling.
(memutuskan untuk catch up dengan blog ini setelah setahun lamanya dianggurkan. hah ya ampuun.)
Apa kabar? Semoga kalian semua berada dalam kondisi yang baik, ya.
Terakhir blog ini di-update adalah benar-benar setahun lalu. Atau malah dua tahun ya? Aku lupa banget sih sebetulnya, seingatku tahun lalu aku lebih banyak disibukkan dengan menulis skripsi dan mengurus kelulusanku.
Halo, sekarang aku sudah lulus! Aku lulus tahun lalu, Oktober 2020. Sidang skripsiku sebetulnya ada di bulan Juli 2020 sih, tapi upacara wisudanya tertunda karena kondisi pandemi (walaupun pada akhirnya wisudanya juga virtual, lol.). Lalu, sekarang aku (alhamdulillah) sedang bekerja di salah satu NGO nasional. Berawal dari magang di NGO tersebut saat di tengah kesibukan mengurus skripsi, dan sekarang aku bekerja di sini haha.
Aku juga sempat urus paper dan ikut simposium, yang topik pembahasannya diangkat dari skripsiku. Kalau paper ini sebetulnya didorong oleh dosbing sih, katanya sayang kalau topik “sebagus” aku tidak dimanfaatkan dengan baik.
Nampak mulus ya semuanya? Haha, tidak juga. Karena judul dari post ini adalah rumbling, makanya aku mau menumpahkan semua isi emosi dari kepalaku malam ini. Memang tidak menyelesaikan masalah apapun, tapi aku harap semoga aku bisa lupa sejenak dan bisa lanjut mengerjakan pekerjaan yang lain.
(karena task aku udah menggunung banget guys:( parah emang)
Sebetulnya sejak 3 minggu lalu, aku diliputi perasaan gabungan antara cemas dan khawatir. Kalau boleh, kusebut sebagai anxiety dan overwhelmed kali ya.
Di titik inilah, quarter life crisis betul-betul rasanya mulai perlahan menghantamku keras. Ada banyak hal dalam hidup yang sebetulnya belum aku pahami seutuhnya, tapi aku dipaksa untuk menjalaninya. Jadilah sekarang aku mulai merasa seperti robot, hanya melakukan kegiatan rutin tanpa peduli sekitarnya.
Betulan, di weekdays aku kerja sampai malam dan di weekend aku lanjut mengerjakan urusan rumah (re: bebersih rumah, cuci pakaian, dan sometimes grocery shopping) karena keluargaku hanya tiga orang dan adikku sama sekali tak bisa diandalkan untuk urusan domestik rumah tangga. Aku jujur senang, tapi di sisi lain aku merasa nggak bisa anjir kalau kayak gini terus. Aku mulai kehilangan kendali.
Yaaah walaupun aku begini juga karena diberikan segudang kepercayaan oleh atasanku, aku sangat berterima kasih atas hal itu. Tapi ya tolong:(
Aku mulai merasa ingin terus lari dari kenyataan yang menjeratku. Rasanya mau menghilang sementara dulu.
Jumat lalu (tanggal 28 Mei, wkwk spesifik sekali), aku memutuskan untuk tidak mengerjakan apapun karena burned out dan deep talk dengan salah satu teman baik. Lega pada awalnya, namun ketika kembali ke rumah, aku mulai merasa perasaan itu kembali datang.
Ditambah lagi, ada banyak hal lain yang menambah beban pikiranku. Mulai dari kenyataan bahwa ayahku telah menikah lagi (dan saat ini aku masih berusaha dekat dengannya, aku bahkan belum bisa panggil pakai sebutan ‘Ibu’), sampai usaha untuk memiliki kesempatan kerja yang lebih baik -setidaknya menurut ayahku.
Iya, ayahku lebih suka kalau aku kerja di institusi yang telah dikenal beliau sebelumnya. Beliau memang tidak protes atas pekerjaanku sekarang, tapi akhir-akhir ini beliau mulai encourage aku untuk membuka mata ke yang lain. Bagus memang, tapi aku berada di antara apakah gue sanggup untuk mencoba dan hah gue udah terjebak di zona nyaman kerja sekarang.
Apalagi CPNS 2021 mau dibuka, jadilah aku didorong-dorong terus. Tbh, aku belum siap apapun haha duh! Mana kayaknya soal CPNS tuh susah-susah banget ya:(
Dan sekarang rasanya tuh seperti oke gue mau berubah dan gue ada resource, tapi ada sesuatu yang menahan gue dan gatau itu apa. Perhaps i’m wrong, tapi ini feeling gue sendiri yang menahan gue. Kenapa sih hah!
Please! Kembalikan aku menjadi orang rajin dan terabas apapun seperti dulu, duhai hati.
Teman dekatku pernah bilang kalau aku terlalu mandiri dan banyaak cenderung untuk memendam semuanya sendirian. Apa ini pertanda aku butuh partner? Loh, haha kesimpulan yang aneh.
Ohiya btw kemarin aku sempat tes MBTI lagi, dan sekarang hasilnya jadi ISFJ-T aka Defenders. Jadi jauh banget sama aku sebelumnya yang INFP-T. Guess that’s a result from kehidupan aku yang penuh lika-liku deh lol.
Lalu, aku merasa aku jadi orang yang perlu diafirmasi terus-menerus. Apa itu yang namanya love language? Habis aku jaraaang sekali dapat afirmasi. Jadi yaa:(
3 notes
·
View notes
Text
am i really.. growing up?
Celoteh tak jelas kali ini akan membicarakan masalah: dewasa. Um, tentu bukan yang bersifat ilmiah, ya belum punya ilmunya terus gimana dong? wk. Lebih ke, sepeti biasa, cerita. Karena jujur sedang unmood untuk menulis di akun Twitter sebelah dan ternyata saya masih dipantau seseorang (ya ampun, menyeramkan!). Dan, tentu, menulis di akun pertama rasanya juga kurang pantas.
Haha problem banget ya.
Selama semester 6 dan +-10 hari libur sekarang (wah aku tua!), memerhatikan orang lain dan membaca kisah healing mereka dari sebuah trauma rasanya memang wholesome sekali. Tapi percayalah, ketika kamu mengalaminya sendiri, maka rasanya akan 180 derajat beda jauh. Biar aku cerita soal dua cerita utama pengalamanku bersentuhan langsung dengan mereka yang ternyata punya masalah ‘lain’
1.
Seorang perempuan, agamis. Diketahui aktif dalam mengikuti kegiatan asrama namun selalu menghilang ketika tugas kelompok dikerjakan. Deadliner dan hasil pekerjaannya tak memuaskan. Nyaris satu angkatan tahu masalah ini. Tentu yang namanya manusia (yang suka khilaf) langsung menuduh tanpa sebab, katakanlah kasarnya bahwa si X sebagai orang yang tak peduli lagi pada pendidikan.
Suatu hari si X ini berani bersuara, namun lewat teman lain. Pada saat itu, aku juga merasa kesal pada si X karena perihal deadliner dan tak becus, berujung pada tak lagi mengontak sampai pada suatu saat. Si X mengaku pada temanku bahwa ia mengalami depresi, tapi ternyata dia self-diagnosing. Ini salah.
Ketika aku dan teman lainnya (bingung ga sih, sebut saja B ya) mengajaknya bicara langsung, ia merasa seperti sedang melakukan sesi konseling. Ia menangis. Berulang kali kami menjelaskan bahwa: dunia tak selamanya mengikuti kamu terus, kamu juga perlu berubah. Dan sebagainya, katakanlah yang senada dengan kalimat tersebut.
Aku pinta ia ke psikolog, mumpung gratis. Entah apa yang saat ini ia lakukan, aku rasa untuk saat ini langkah terbaik yang kulakukan adalah mendengarkan dan memberi beberapa advice. Perihal apakah ia melakukan saran-saran tersebut atau tidak, itu terserah padanya. ((walaupun nanti kalau dia begini lagi, aku keplak dan kumarahi sih hahah))
2.
Seorang laki-laki, terlihat menjalani perkuliahan dengan mulus. Jujur, aku iri padanya. Ya siapa yang tak ingin coba? Akademis, organisasi, hubungan dengan dosen semuanya ia jalankan dengan baik. Kami pun sebetulnya jarang sekali berbicara dengan intens, kecuali di LINE dan membahas perkara kuliah dan kehidupan remeh temeh. Sampai akhirnya, topik pembicaraan meluas menjadi masalah kesehatan mental. Pada awalnya ia bercerita mengenai bagaimana ia menjadi tempat cerita utama beberapa orang yang mengalami ‘sakit’, dalam artian benar-benar orang yang menjalani terapi psikolog dan/atau psikiater serta mengonsumsi obat. Aku berusaha maklum, ketahanan mental setiap orang berbeda dan dengan ia menjalani terapi kurasa sudah merupakan langkah yang baik untuk menyelamatkan diri sendiri.
Tak lama ini, ia bercerita tentang gangguannya sendiri serta masalah terpendamnya selama ini. Biar kuceritakan garis besarnya: ia merasa selalu bisa menebak pikiran orang lain (namun bagian negatifnya, menurutnya). Dan, well, yang ia tebak akhirnya menjadi asumsi yang menguat. Minggu ini, ia bercerita bahwa ia mulai merasa beberapa makhluk datang dan mengacaukan pikirannya sampai ia tak mampu tidur selama 3 hari lamanya. Ditambah dengan beberapa pikiran ‘trauma’ masa kecilnya dahulu.
Siapa yang tak panik?
Dasar kebiasaan jelek aku, membantu orang tapi sendirinya juga ikutan panik ah payah. Mungkin kalau aku ketemu langsung dengannya juga aku bakal nangis sih hahah cupu. Yasudah, jadi ia akan berencana pergi ke psikolog dan doakan saja semoga berkemajuan. Aku (masih) memegang teguh bahwa peran aku bukanlah sebagai pahlawan yang membantu nge-push orang terus supaya sembuh. Aku akan mendengar cerita orang, membuat mereka merasa berharga. Bukankah itu kunci utama proses penyembuhan seseorang?
Hari ini orangnya ulang tahun pula, and here’s my wish for him:

(iya, avidyakara itu username twitter pertama aku haha)
Jadi, apa hubungannya dengan aku?
Jujur, aku juga jadi tempat cerita beberapa teman lainnya (since i have don’t much friends) mengenai masalah serupa. Kuat memang iya, mau membantu iya, tapi satu yang aku takutkan: aku takut mendewasa. Sebetulnya perasaan ini sudah ada lama sih, sejak almarhumah Ibu meninggal dan aku jadi merasa tak punya pegangan lagi. Tapi mendengar cerita orang, tetap rasanya aku takut kemana-mana, aku takut goyah, ada rasa takut jatuh ke dalam fase yang sama.
Melepaskan diri dari pikiran self harm setahun lalu tentu perjalanan yang luar biasa, tanpa bantuan psikolog pula (wow bolehkah aku bangga?)
Menjadi dewasa berarti meningkatkan pula kualitas diri sendiri untuk mencapai standar yang diinginkan. Temanku, si B, pernah berkata “Gue ga akan menurunkan standar kualitas pekerjaan dan diri sendiri”. Mayoritas mungkin berpendapat bahwa memang si B ini punya kualitas baik dalam mengerjakan pekerjaan. Tapi, pernyataannya barusan membuatku berpikir: apa itu standar? bagaimana caranya kamu menentukan bahwa dengan hal x itu adalah standar baik dan bagaimana dengan hal y, ia standar baik atau buruknya tahu dari mana? Apakah hanya dengan mengandalkan persepsi belaka?
Lain halnya dengan standar kualitas sebuah unit barang, ah atau sebetulnya analogi yang sama bisa diterapkan pada keduanya? I’m confused.
Apa itu dewasa? Pada kondisi apa kita bisa disebut dewasa, apakah hanya dengan mengandalkan kesiapan mental dan finansial saja? Apa aku layak dewasa?
lelah, guys serius aku pun sebetulnya tidur dengan tidak maksimal selama tiga hari lamanya. entah apa yang aku pikirkan.
Mungkin pada beberapa saat aku akan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Nanti, aku akan menulis tentang persona. Berkaitan dengan beberapa alasan mengapa penggunaan fitur close friends dan 2nd acc semakin marak digunakan.
2 notes
·
View notes
Text
it’s been a very long time, isn’t it?
Halo, akhirnya memberanikan diri untuk bercerita panjang lebar di sini. Sejak inaktif dari dua tahun lalu, aku memutuskan untuk lebih aktif di Twitter. Medsos sebelah ternyata lebih mudah diakses (dalam artian lain: bisa menyalurkan emosi secara langsung).
Ternyata, selama aku inaktif terlalu banyak remarkable moments yang terjadi. Izinkan aku bercerita sebentar. Sungguh, ada beberapa hal yang ingin aku buang dari kepala namun rasanya sayang, jadi ya sudah aku tulis saja.
Sering sekali aku cerita ke sini betapa dulu susahnya aku membagi waktu dan emosi antara mengurus rumah, bolak-balik rumah sakit, dan kuliah. Apalagi pas itu zaman maba di mana semuanya bisa terjadi dengan sangat cepat tanpa kamu bisa adaptasi terlebih dahulu. Guess what? Saat aku terakhir cerita tentang kondisi emosiku pada postingan terakhir, saat itu pula sebenarnya aku diuji habis-habisan.
Semester tiga kuliahku penuh drama. Dimulai dengan penyakit Ibu yang sehabis melakukan operasi dan kemoterapi kesekian kalinya malah semakin memburuk. Terhimpit banyak laporan praktikum dan puluhan gambar konstruksi manual yang harus kukerjakan sementara hampir setiap malam aku harus ke rumah sakit.
Aku sering menangis, bahkan kurasa intensitasnya meningkat 100% dari waktu sebelumnya. Aku sama sekali nggak punya tempat cerita apapun selain Twitter. Aku takut cerita ke orang lain, takut dengan apa yang mereka sampaikan tidak sesuai ekspektasi, Karena, semua orang ujungnya hanya bisa memberikan kata semangat dan saat itu kata semangat sudah tidak berpengaruh banyak padaku. Aku sering skip makan berulang kali, alias makannya dirapel saking stressnya.
Kalau dihitung aku pun sering cabut kelas. Entah berapa pertemuan dulu yang suka aku lewatkan. Kalau ada kesempatan pulang ke rumah (sendiri), tetap berangkat ke kampus, tapi entah apa yang masuk di kepalaku. Tapi kadang lebih suka benar-benar pulang dan beristirahat alias cabut aja lah sekalian.
Biar aku ceritakan satu momen di mana bahkan aku menangis ketika mengurusi Ibuku dulu.
Saat itu aku ujian sebuah matkul, katakanlah matkul paling horror seangkatan. Aku berusaha mati-matian belajar dari sore dengan teman lainnya. Tapi, entah kenapa tetiba aku merasa panik, ada sesuatu yang nggak nyaman. Ketidaknyamanan ini berujung pada aku nggak mengisi satu soal pun. Karena cemas terus melanda, akhirnya ketika selesai ujian aku mengecek handphone-ku. Ada puluhan misscall dan puluhan pesan Whatsapp terkirim. Semuanya dari Ibu. Katanya, “Mbak, tolong pulang sekarang. Mama sesak napas dari tadi di rumah.” Semuanya terkirim dan tak terjawab tepat di jam di mana aku melaksanakan ujian. Aku nyaris menangis, cuma ku tahan.
Di titik ini, aku merasakan puncak stress. Entah karena faktor pertengahan semester, atau mungkin memang seharusnya ini masa jenuhnya mulai karena aku sudah memendam emosi ini sejak sebelum masuk kuliah. Aku menangis (lagi), bahkan sampai berhasil memecahkan piring saking nggak fokusnya.
Allah lebih sayang Ibu daripada aku. 11 November 2017, Ibu dipanggil Allah.
Aku menangis sekencang mungkin, sampai sesak napas sendiri dan lemas. Alhamdulillah untung nggak sampai pingsan, Selama proses pemakaman sampai tahlilan memang nggak terlihat nangis, tapi sungguh emosi nangisnya masih kuat di dalam hati. Gimana mau nangis, lah orang yang dateng ke rumah banyak:” Aku nggak mau cerita tentang proses pemakaman, it hurts. I don’t wanna cry again.
Efek nangisnya berlanjut ternyata sampai setahun ke depan. Biasanya pas malam dan sendirian di kamar aku akan nangis. Kangen. Aku belum siap dewasa tanpa sesosok Ibu, rasanya masih teringat kalo diingat sampai sekarang. Being the only woman in the family, makes everything harder for me. Mau cerita apapun rasanya sungkan.
Pernahkah kamu merasa suicidal? Rasanya mau mati daripada hidup berlama-lama karena kamu tahu kamu cuma produk gagal?
Aku merasakannya.
Aku mengecewakan banyak orang.
Seperti yang kuperkirakan sebelumnya, aku pasti gagal di semester tiga ini. Dan ya, terbukti. Aku nggak lulus matkul horror tersebut.
Aku marah ke diri sendiri. Aku nyaris melukai bagian leherku. Lelah. Tapi aku lupa apa yang menahanku untuk tidak melukai diri sendiri dan akhirnya memilih untuk menangis selama lima hari berturut-turut dan memutus percakapan dengan orang lain selama kurang lebih 2 minggu.
Kamu boleh bilang ini sebagai bentuk recovery, boleh banget.
Karena masalah inilah, aku juga bertengkar dengan satu-satunya crush selama aku hidup (omaygaat, seorang seperti aku juga punya crush!). Aku memutuskan hubungan dengannya dan berjanji tidak akan menghubungi dia lagi sepanjang aku kuliah. Bertengkar di akhir semester 4 dan sekarang tidak pernah berhubungan lagi.
Semester 4. Perlahan aku pulih.
Aku ditawari jadi BPH di TIS. Ini titik perubahanku. TIS membantu aku mengalihkan perhatian dengan cara merancang jalannya organisasi untuk setahun ke depan. Membantu secara harafiah agar aku tidak lekas mengakhiri hidupku sendiri dan menyelamatkan aku untuk keluar dari depresiku.
Namanya juga perlahan, tetap saja keseharianku masih diselingi dengan aktivitas menangisi diri sendiri karena kangen dengan almarhumah Ibu sembari curhat dengan ‘beliau’ tentang aktivitas aku selama seharian penuh. Sembari pula dengan mengucapkan pernyataan bahwa aku khawatir dengan masa depanku nanti.
Aku masih merasa mudah tertarik kembali ke masa depresi dulu, oh astaga, aku yang sudah sensitif jadi mudah tambah sensitif. Rasanya kedengkian-ku juga bertambah besar, entah kenapa rasanya hidup semua orang selalu lebih baik dari aku. Tidak ada orang lain yang menangisi dirinya sendiri selain aku.
Di titik ini, aku uninstall Instagram sebagai langkah awal untuk menjadikan hidupku berkurang dari kedengkian. Ternyata, perilaku ini membawaku untuk menjadi lebih woles menghadapi orang lain hahaha. Sudah mulai berani bersikap bodo amat dengan orang, karena aku punya hidup sendiri dan I’m the one I should love in this world.
Kalau aku mulai depresi, biasanya aku mulai cerita panjang di Twitter. Suatu ketika, temanku melihat tweets ku dan.... untuk pertama kalinya aku akan ditangani secara profesional oleh psikolog. Tapi apa, karena ini sudah fase pemulihan jadi aku bingung harus cerita dari mana. walaupun aku tetap menangis ketika sesi konsuling dimulai dan aku benar-benar cerita semua dari awal.
Setidaknya, aku dapat pembinaan dan saran bahwa memang aku harus mulai bersikap bodo amat dengan orang, Berhenti memikirkan orang lain secara berlebihan. Dan, stop memasang standar terlalu tinggi hanya karena kamu melihat orang lain. Aha, terima kasih Mbak. Tapi aku langsung stop konsul untuk sesi selanjutnya karena memang langkah yang aku ambil perlahan bisa menenangkan diriku sendiri. Seharusnya tepat di awal kuliah aku mengambil konsul terus menerus dengan psikolog ya hahaha.
Ah iya, kegiatan sosial (re: TIS) selalu berhasil memulihkan energi stress. Aku merasa bahagia dan rasanya aku akan selalu mengingat setiap momen di TIS yang pernah aku lewati. Rasanya aku pernah menulis ini di Twitter: aku mati ketika perkuliahan berlangsung, tapi aku hidup dengan maksimal selama ikut kegiatan TIS.
Hahah lebay sih, tapi gimana aku menangis juga rata-rata pas hari kuliah kok:(
Aku recovery perlahan-lahan, susah memang, doakan aku semoga cepat sembuh:”)
Capek juga merasa emotionally abused selama bertahun-tahun.
0 notes
Link
Introverts, empaths, and highly sensitive people share some traits, but they’re each quite different. Here’s how to tell which one (or ones!) you are.
48 notes
·
View notes
Text
Unknown Mother Goose
あたしが愛を語るのなら If I were to preach of my love その眼には如何、映像る? How would your eyes picture it?
詞は有り余るばかり I’m always abundant with words 無垢の音が流れていく As pure stainless music flows out of me
あなたが愛に塗れるまで Until you’re painted in love その色は幻だ These colors will be an illusion
ひとりぼっち、音に呑まれれば Those who get engulfed in music all alone, 全世界共通の快楽さ Are part of the entire world’s fun
つまらない茫然に溺れる暮らし From a life of drowning into boring frugalness 誰もが彼をなぞる Anyone can emulate this boy
繰り返す使い回しの歌に From these repeating recycled songs また耳を塞いだ I plugged my ears again
あなたが愛を語るのなら If you were to preach of your love それを答とするの? Would you try to answer me? 目をつぶったふりをしてるなら If you’re going to pretend to turn a blind eye この曲で醒ましてくれ! Then just wake up to this song!
誰も知らぬ物語 A story that no one cares about 思うばかり Is what all my thoughts are about 壊れそうなくらいに To the point that I could break 抱き締めて泣き踊った I coddled it and cried as I laughed
見境無い感情論 If promiscuous psychologies 許されるのならば Can be forgiven
泣き出すことすらできないまま As I can’t even cry it out 呑み込んでった I swallowed my tears but 張り裂けてしまいそうな心があるってこと、 If that means that there is a heart that’s about to break open,
叫ばせて! Then let me scream it out!
世界があたしを拒んでも 今、 Even if this world were to reject me now, 愛の唄 歌わせてくれないかな Would you let me sing my song of love
もう一回 One more time 誰も知らないその想い These feelings that no one cares about この声に預けてもいいかな Maybe I could try and entrust them to This voice
あなたには僕が見えるか? Can you see me? あなたには僕が見えるか? ?em ees uoy naC
ガラクタばかり 投げつけられてきたその背中 People just throwing junk at my back それでも好きと言えたなら Even if I could still say that I like all this それでも好きを願えたら Even if I would beg for like
ああ、あたしの全部にその意味はあるとー Ahh, then would that be a meaning to my everything-
ねえ愛を語るのなら Hey, if I were to preach of my love 今その胸には誰がいる Now there is someone in my chest
こころのはこを抉じ開けて Rip open the box of my heart さあ, 生き写しのあなた見せて? Now, show me how you’re an exact copy of me eh?
ねえ、あたしが愛になれるのなら Hey, if I were to become love itself 今その色は何色だ What color is it now
孤独なんて記号では収まらない Solitude isn’t just a a symbol 心臓を抱えて生きてきたんだ! It’s something that has carried my heart and lived on with me!
ドッペルもどきが Doppelgängers of burlesque 其処いらに溢れた Are overflowing out over there 挙句の果ての今日 Today is of the end ライラ ライ ライ Of liars lies lies
心失きそれを 生み出した奴等は To the people that caused this dispassion 見切りをつけてもう Time to cut the ties already バイ ババイ バイ Bye buh bye bye
残されたあなたが You who was left behind この場所で今でも Are still here even now 涙を堪えてるの Just suppressing your tears 如何して、如何して Oh why, oh why
あたしは知ってるわ Oh I know この場所はいつでも That this place here あなたに守られてきたってこと! You’ve been protecting it all this time!
痛みなどあまりにも慣れてしまった I’ve just gotten so used to pain 何千回と巡らせ続けた 喜怒と哀楽 Circling on and on a million times happiness anger sadness and peace
失えない喜びが If everlasting happiness この世界にあるならば were to exist in this world
手放すことすら出来ない哀しみさえ I can’t seem to even be able to let go of sadness あたしは I’m この心の中つまはじきにしてしまうのか? I’m just ostracizing the inside of my own heart?
それは、いやだ! I don’t want that!
どうや��て How この世界を愛せるかな Could I be able to love this world いつだって Will 転がり続けるんだろ I just be rolling forever
ねえ、いっそ Hey, instead of all this 誰も気附かないその想い These feelings that no one notices この唄で明かしてみようと思うんだよ I think I’m going to try and bring them to light through this song
あなたなら何を願うか If it were you what would you wish for あなたなら何を望むか If it were you what would you hope for
軋んだ心が 誰より今を生きているの An incensed heart, is living in the present more than anyone else
あなたには僕が見えるか? ?em ees uoy naC あなたには僕が見えるか? Can you see me?
それ、あたしの行く末を照らす灯なんだろう Is that, the light that will shine me to my destiny?
ねえ、あいをさけぶのなら hey if i were to scream of my love あたしはここにいるよ i am here
ことばがありあまれどなお、 nevertheless if im abundant with words, このゆめはすづいていく this dream is still going to carry on
あたしがあいをかたるのなら if i were to preach of my love そのすべてはうただ it would be this song
だれもしらないこのものがたり my story that no one cares about またくちずさんでしまったみたいだ i seemed to have hummed it out again
242 notes
·
View notes
Photo

[Ar-Ra'uf/The One full of Gentleness] Allah’s gentleness towards His creatures is universal, cutting across all boundaries. He is gentle even to those who openly rebel against Him. His bounties, sustenance and concern for their success in the next life are reflective of His abundant gentleness. We should draw upon His gentleness and as thanksgiving we should adhere to the way of life prescribed by Him. “Surely Allah is Most Kind, All-compassionate.” ﴾24.20﴿ Allah is the Most Kind. His kindness is ultimate mercy. It means granting forgiveness to the sinner and the upholding of integrity for the obedient. “Allah would never let your faith become fruitless - truly, Allah is Most Kind with people, and All-compassionate.” ﴾2.143﴿ Allah’s injunctions are for the good and benefit of mankind. They are never harsh. “Allah wishes to lighten your burdens, for man was created weak” ﴾4.28﴿ Any temporary swerving from duty due to the weakness of human nature in the face of difficulties or temptations will be readily forgiven, if one repents. This happened to some of the companions of the Prophet ﷺ “When some of them were on the point of losing heart, He turned towards them; surely He was the Most Kind to them, and All-compassionate.” ﴾9.117﴿ Allah puts kindness in the hearts or whoever He wills. “We put in the heats of those who followed him, tenderness and mercy.” ﴾57.27﴿
74 notes
·
View notes
Note
I like a boy. He has lots of anxiety and he's INFP so I've been initiating the convos rather than assuming he will. He replies quickly with long messages and questions about my life and when asked he is very open about his life and struggles. Most of our convos are really deep. But my anxiety is catching up to me and making me wonder if he's just being nice? Does he not like me since he's never initiated a convo? How do I tell what he's feeling about me? How do I show him I care? Is it worth it?
I THINK HE LIKES YOU. i have a super hard time opening up about my feelings or anxiety to anyone unless its in a joking way. i really only show genuine feelings on tumblr and anonymously online if i’m feeling really upset. i never tell my friends anything, and the fact that he’s so open to you is a great sign that he trusts you. he may not be initiating conversation because he doesn’t feel he’s worth your time (something i feel from time to time). honestly, in order to let him know you care about him, you need to do 2 things: tell him that you will be there for him when he feels overwhelmed, and actually be there for him. to me, love is shown in actions, not words. show him you care by caring for him when he needs it. best wishes to you ❤️
66 notes
·
View notes
Photo






August floral wallpapers
Here are some floral based August phone wallpapers. The patterns are from here, here and here. I created versions starting on Monday and Sunday so you can pick the one you usually more often!
To download:
mobile: for the best quality, click on the link to the version you would like below, wait for it to load and then simply hold down on the image you would like, press ‘save image’, head to your settings, change wallpaper and select it from your photos.
light flowers Monday / light flowers Sunday
pink boxed in Monday / pink boxed in Sunday
floral top and base Monday / floral top and base Sunday
laptop: right click, save image, add image to a phone folder that syncs from your laptop to phone.
I hope you enjoy using these and if so, I’d love to see them in action! Feel free to tag me #emmastudies in any photos you upload on Tumblr or Instagram. If there are any problems or errors, please let me know via my inbox.
Disclaimer: These backgrounds are for personal use only. The fonts used are not distributed via these downloads nor do I take credit for their creation. You will not have access to use them from any of these files. They must be downloaded yourself. You can find the month header here.
1K notes
·
View notes