bimbelstandanarakca-blog
bimbelstandanarakca-blog
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN)
18 posts
Selamat datang di Bimbel Danarakca, para pejuang kampus STAN!
Don't wanna be here? Send us removal request.
bimbelstandanarakca-blog · 11 years ago
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
#SUPERCAMP
1 note · View note
bimbelstandanarakca-blog · 11 years ago
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
9K notes · View notes
bimbelstandanarakca-blog · 11 years ago
Video
youtube
Perjuangan Masuk STAN created by tim HPD Dinamika 2014.
2 notes · View notes
bimbelstandanarakca-blog · 11 years ago
Photo
Tumblr media
Senyum Ibu ituuuu :) #menenangkan #menyenangkan with Ridho – View on Path.
26 notes · View notes
bimbelstandanarakca-blog · 11 years ago
Quote
“Tak ada cara terbaik untuk membalas kebaikan orangtua, selain dengan menjadi anak yang sholeh/ah. Karena anak yang soleh/ah akan selalu menjadi investasi orangtua sampai di akhirat nanti. Akan menjadi pahala yang terus mengalir bagi orangtuanya.”
2 notes · View notes
bimbelstandanarakca-blog · 11 years ago
Video
youtube
Profil Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.
www.bimbeldanarakca.com
2 notes · View notes
bimbelstandanarakca-blog · 11 years ago
Quote
kemalasan yg mengendap dalam jangka waktu yg lama,akan menjelma menjadi kebodohan
#anonim
3 notes · View notes
bimbelstandanarakca-blog · 11 years ago
Photo
#keepFight!
Tumblr media
Success mentality.
76 notes · View notes
bimbelstandanarakca-blog · 11 years ago
Photo
INDONESIA
From Sabang to Merauke, islands lay in a row. Connected to become one, that is Indonesia [x]
(some alternate versions can be found here)
SIAP STANers? :)
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
3K notes · View notes
bimbelstandanarakca-blog · 11 years ago
Photo
Tumblr media
SMPN 19 Jaksel dari berbagai arah.
Jl Bumi Blok E No 21, Kebayoran Baru.
Try Out USM STAN, 23 Maret 2014.
www.bimbeldanarakca.com
0 notes
bimbelstandanarakca-blog · 11 years ago
Text
Mengapa Negara berkembang di benua Asia kalah kreatif dari negara-negara barat?
baca tulisan orang tapi lupa dimana..hmmm
well yg penting sharing ilmunya . :)
Sebenarnya ini adalah ringkasan dari buku Prof. Ng Aik Kwang dari University of Queensland yang berjudul “Why Asians Are Less Creative Than Westerners”, tapi berhubung saya tinggal di Indonesia termasuk Asia, maka penulis merasa bahwa bangsa Indonesia memiliki ciri-ciri yang mirip seperti yang tertulis dalam buku itu.
1. Bagi kebanyakan orang Indonesia, ukuran sukses dalam hidup adalah banyaknya materi yang dimiliki (rumah, mobil, uang dan harta lain). Passion (rasa cinta terhadap sesuatu) kurang dihargai. Akibatnya, bidang kreatifitas kalah populer oleh profesi dokter, pengacara, dan sejenisnya yang dianggap bisa lebih cepat menjadikan seorang untuk memiliki banyak kekayaan.
2. Bagi orang Indonesia, banyaknya kekayaan yang dimiliki lebih dihargai daripada cara memperoleh kekayaan tersebut. Tidak heran bila lebih banyak orang menyukai ceritera, novel, sinetron atau film yang bertema orang miskin jadi kaya mendadak karena beruntung menemukan harta karun, atau dijadikan istri oleh pangeran dan sejenis itu. Tidak heran pula bila perilaku korupsi pun ditolerir/ diterima sebagai sesuatu yang wajar.
3. Bagi orang Indonesia, pendidikan identik dengan hafalan berbasis “kunci jawaban”, bukan pada pengertian. Ujian Nasional, tes masuk PT, dll, semua berbasis hafalan. Sampai tingkat sarjana, mahasiswa diharuskan hafal rumus- rumus ilmu pasti dan ilmu hitung lainnya, bukan diarahkan untuk memahami kapan dan bagaimana menggunakan rumus-rumus tersebut.
4. Karena berbasis hafalan, murid- murid di sekolah di Indonesia dijejali sebanyak mungkin pelajaran. Mereka dididik menjadi “Jack of all trades, but master of none” (tahu sedikit-sedikit tentang banyak hal tapi tidak menguasai apapun).
5. Karena berbasis hafalan, banyak pelajar Indonesia bisa jadi juara dalam Olympiade Fisika dan Matematika. Tapi hampir tidak pernah ada orang Indonesia yang memenangkan Nobel atau hadiah internasional lainnya yang berbasis inovasi dan kreativitas.
6. Orang Indonesia takut salah dan takut kalah. Akibatnya, sifat eksploratif sebagai upaya memenuhi rasa penasaran dan keberanian untuk mengambil resiko kurang dihargai.
7. Bagi kebanyakan bangsa Indonesia, bertanya artinya bodoh, makanya rasa penasaran tidak mendapat tempat dalam proses pendidikan di sekolah.
8. Karena takut salah dan takut dianggap bodoh, di sekolah atau dalam seminar atau workshop, peserta jarang mau bertanya tetapi setelah sesi berakhir, peserta akan mengerumuni guru/narasumber untuk meminta penjelasan tambahan.
Dalam bukunya, Prof.Ng Aik Kwang menawarkan beberapa solusi sebagai berikut:
1. Hargai proses. Hargailah orang karena pengabdiannya, bukan karena kekayaannya. Percuma bangga naik haji atau membangun mesjid atau pesantren, tapi duitnya dari hasil korupsi
2. Hentikan pendidikan berbasis kunci jawaban. Biarkan murid memahami bidang yang paling disukainya.
3. Jangan jejali murid dengan banyak hafalan, apalagi matematika. Untuk apa diciptakan kalkulator kalau jawaban untuk X x Y harus dihapalkan? Biarkan murid memilih sedikit mata pelajaran tapi benar- benar dikuasainya.
4. Biarkan anak memilih profesi berdasarkan passion (rasa cinta)-nya pada bidang itu, bukan memaksanya mengambil jurusan atau profesi tertentu yang lebih cepat menghasilkan uang.
5. Dasar kreativitas adalah rasa penasaran berani ambil resiko. Ayo bertanya!
6. Guru adalah fasilitator, bukan dewa yang harus tahu segalanya. Mari akui dengan bangga kalau kita tidak tahu!
7. Passion manusia adalah anugerah Tuhan. Sebagai orang tua, kita bertanggungjawab untuk mengarahkan anak kita untuk menemukan passionnya dan mensupportnya..
maybe.
5 notes · View notes
bimbelstandanarakca-blog · 11 years ago
Text
Nak. Pulang Ibu & Ayah Merindukanmu
Kalimat diatas terlontarkan dari ujung telpon bercakapan antara seorang anak dan ibundanya. Seorang anak yang sudah beberapa tahun pergi merantau ke pulau seberang untuk menempuh pendidikan sehingga menyebabkan mereka harus terpisahkan oleh jarak ribuan kilometer.
Terlihat satu bentuk kecintaan dan kerinduan orang tua terhadap anaknya. Tapi, apakah sang anak juga merindukan mereka? Terkadang, kita merasa mereka malah menjadi ‘penggangu’. Astagfirullah, semoga itu hanya rasa yang sesaat. Rasa yang muncul karena rutinitas yang padat sehingga tuk menyapa mereka lewat telpon atau sms pun terasa sangat berat.  Padahal, tiap waktu mereka memikirkan kita bahkan disetiap akhir berdoa tak pernah terlupakan memohon keselamatan dan kemudahan bagi anaknya yang sedang menimba ilmu di pulau seberang.
Orang tua mana yang tidak memperhatikan anaknya dan tidak ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya? Salah satu bentuk perhatian dan kasih sayang yang mereka berikan adalah ingin mengetahui setiap hari bagaimanakah kondisi anaknya? Apakah sehat? Apakah sudah makan? Apakah sudah istirahat? Apakah sudah sholat? Apakah sudah mengaji?
Subhanallah, sungguh besar harapan orang tua kepada kita agar anak-anaknya menjadi anak yang sholih-sholihah. Bukankah itu yang mereka inginkan? Sebab dari anak-anak yang sholih-sholihah itulah yang akan mendoakan mereka kelak ketika tiada ada lagi di dunia ini.
Sabda sang idola yang terabadikan hingga sekarang bahkan kiamat kelak yakni,
“Ketika anak adam meninggal dunia terputuslah segala amalannya kecuali tiga perkara yakni sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan doa anak yang sholih” (Hadits Riwayat Muslim)
Dari kalimat sang Nabi itulah kita berpedoman yang akan mengalirkan doa-doa untuk kedua orang tua. Sebab, kematian itu pasti akan dialami oleh setiap makhluk yang bernyawa. Jikalau tidak si anak yang terlebih dahulu meninggalkan orang tuanya atau orang tua baik ayah ataupun ibu yang terlebih dahulu berpulang kehadirat-Nya.
Begitu banyak kisah Nabi ataupun para sahabat yang mengajarkan tentang arti berbakti kepada orang tua. Salah satu kisahnya yakni kisah seorang sahabat yang ingin berbakti kepada orang tuanya dengan cara menggendong ibunya dari kota asalnya hingga ke kota Mekkah yang berjarak cukup jauh untuk melaksanakan ibadah haji.
“Apakah sudah terbalaskan baktiku kepada ibuku ini ya Rasulullah?”, tanya sang sahabat.
“Seandainya kau bolak balik”, jawab Nabi “Mengendong beliau dari kota asalmu hingga Mekkah dan kembali lagi ke kota asalmu  maka itu tak cukup membalas satu tetes asi yang diberikan oleh ibumu”
Allahu Akbar. Masihkah hati ini tak ingin berbakti kepada orang tua? Sudah maksimalkan bakti kita kepada mereka? Walaupun mereka tak pernah meminta balas atas apa yang mereka berikan kepada anak-anaknya tapi apakah sebagai anak tak mau berbalas budi dan berterima kasih atas semua hal pemberian mereka sejak lahir hingga dewasa sekarang?
Semakin hari wajah ibu dan ayah kita semakin menua dan umur mereka pun semakin dekat dengan sang Penyabut Nyawa. Apakah kita belum sadarkan diri dengan kenyataan ini? Apakah kita akan berbakti ketika mereka telah tiada?
Kewajiban anak ketika terlahirkan di dunia ini tidak ada lain selain berbakti kepada orang tua. Orang tua yang telah melahirkan, mendidik dan membesarkan hingga sekarang. Rela mengorbankan waktu, harta atau bahkan nyawa yang mereka miliki demi kebahagiaan sang anak. Tapi, apakah balasannya?
Ketika mereka memasuki usia tua, satu per satu anak-anak mereka mulai menjauh. Saat mereka ingin dirawat dan ditemani dalam kesehariannya ternyata anak-anak mereka telah sibuk dengan kesibukan masing-masing sehingga mereka dilupakan dan dijauhi.
Bukankah dahulu mereka selalu menemani kita? Saat sang anak sakit mereka selalu ada disisi anaknya. Tapi, sekarang saat mereka sakit, apakah sang anak ada disisi mereka?
Saat sang anak belum makan. Sedangkan makanan yang tersedia sangat minim. Mereka rela berbohong demi anaknya. Mereka katakan dengan wajah berseri-seri bahwa mereka sudah makan. Padahal saat itu sedang menahan lapar. Tapi, rasa lapar itu hilang seketika saat melihat sang buah hati telah makan.
Kebahagiaan digoreskan di wajah ayah bunda ketika sang bayi baru lahir dan menangis. Mereka rawat, didik dan besarkan dengan perjuangan dan kesabaran.
Sang ibu harus rela menambahkan jadwal rutinitas ditengah-tengah mengurusi urusan rumah plus mengurusi anak kesayangan yang baru lahir. Tak ada rasa keluh kesah pun di mulutnya ketika waktu istirahat yang dia miliki hanya beberapa jam saja. Ini semua dia lakukan untuk kebahagiaan anak kelak dimasa akan datang.
Sang ayah pun rela lembur bekerja mencari tambahan nafkah yang akan dibawa pulang ke rumah untuk diserahkan  kepada keluarga. Tetesan peluh yang membahasi wajah dan bajunya dihiraukan sesaat agar bisa melihat anaknya yang baru lahir tersenyum ketika dia pulang ke rumah.
Ibu dan ayah. Dua sosok yang tak akan pernah terpisahkan yang menjadi pahlawan bagi anak-anak yang mereka lahirkan. Dua sosok yang akan menjadi teladan bagi anak-anaknya.
Namun, kini dua sosok itu mulai uzur, tulang belulang yang menempel di rangka badan semakin hari semakin kerobos akibat dimakan usia. Rambut hitam yang pernah mampir di kepalanya pun kini sedikit demi sedikit mulai rontok dan disisikan oleh rambut-rambut putih yang semakin hari semakin banyak bertumbuhan di kepala.
Kata-kata yang telontar dari dua sosok ini, mulai tak terkendali. Kadang tak terdengar, kadang terulang. Masihkan nasihat-nasihat untuk anak-anaknya akan tersampaikan kembali? Ketika anak mulai melupakan mereka. Ketika anak sudah menghiraukan mereka. Bukankah dahulu ayah bunda tak pernah sedikit pun melupakan dan menghiraukan anak-anaknya?
Satu hal yang sekarang ini mereka harap-harapkan, diusia senjanya, diakhir hayatnya, dipenghujung kehidupannya. Tiada lain selain ingin berkumpul dan bercengkrama dengan anak-anaknya. “Nak, pulang ibu dan ayah merindukanmu”
source: this!
0 notes
bimbelstandanarakca-blog · 11 years ago
Photo
Tumblr media
#hope
0 notes
bimbelstandanarakca-blog · 11 years ago
Text
Emang Bisa?
"Emang bisa?"
"Emang kamu tahu itu apa?"
"Emang nggak ketinggian?"
"Hahahaha… iyaa, aamiin. Tapi yang realistis aja lah."
"Kamu visioner ya…" (tapi lebih terdengar macam, "ngimpi lo!")
Saya mendengar celetukan diatas akhir-akhir ini. Ketika kami berbicara ide. Ketika kami merancang masa depan.
Sebagai pendengar (atau kadang sebagai orang yang ditanya), saya hanya tersenyum.
Okay, let’s say, mungkin sebagian dari kita adalah pemimpi. Termasuk saya.
Pun kita tak pernah tahu, ada orang yang energi hidupnya berasal dari mimpi-mimpinya. Ada. Banyak.
Mungkin kamu tak pernah tahu bagaimana rasanya ketika sebuah mimpi itu terwujud. Hingga kamu berani bertanya, “emang bisa?”
Jika akhirnya itu gagal, setidaknya, kamu pernah mencoba.
Jadi…
Daripada mencela orang lain dengan pertanyaan “emang bisa?”, why don’t you build your own dreams?
Energi manusia menjadi lebih besar ketika ia berada dalam dua hal:
1) dalam keadaan tertekan
2) dalam keadaan optimis.
Bila kamu tak mampu mendukungnya, setidaknya, jangan hancurkan semangatnya.
Ah, cukup. Sebaiknya saya melanjutkan belajar. Bukan meracau.
source: This.
0 notes
bimbelstandanarakca-blog · 11 years ago
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Bimbingan Belajar Ujian Saringan Masuk Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (Bimbel USM STAN). 3 Program Utama Bimbel STAN Danarakca. #Intensif #Ekslusif #Supercamp #SiapLulusSTAN www.bimbeldanarakca.com
0 notes
bimbelstandanarakca-blog · 11 years ago
Photo
Tumblr media Tumblr media
Lokasi Sekretariat Bimbel Danarakca. Rumah penuh Cita. Rumah penuh Ambisi. Wadah Perjuangan. Gerbang menuju Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. #Danarakca #SekolahTinggiAkuntansiNegara
1 note · View note
bimbelstandanarakca-blog · 11 years ago
Photo
Tumblr media
Semangat Menginspirasi! #Danarakca #BimbelSTAN #SekolahTinggiAkuntansiNegara
0 notes