bintaangg
bintaangg
bintang
1K posts
Hanya dengan menulis yang dapat menuangkan apa yang tak bisa dituangkan dengan lisan.
Last active 2 hours ago
Don't wanna be here? Send us removal request.
bintaangg · 2 months ago
Text
الأَجْرُ عَلَى قَدْرِ الْمَشَقَّةِ
"Pahala itu setimbang dengan kesulitan yang dilalui"
Untuk segala hal yang terasa berat, sulit, melelahkan di fase apapun yang sedang dijalani; semoga selalu ingat kaedah ini. Bahwa semakin sulit dan payah prosesnya, justru semakin besar pula pahalanya. Mau bekerja, belajar, mendidik anak, apapun itu. Asalkan niatnya lillahi ta'ala.
Mampukan kami ya Rabb melewati setiap kesulitan dengan pahala berlimpah yang semoga kelak jadi tabungan amal kami.
18. 08. 2024
106 notes · View notes
bintaangg · 2 months ago
Text
Tumblr media
لقد أحببته بالفعل لدرجة أنني نسيت كيف أنساه.
"Sudah terlanjur mencintainya hingga lupa cara untuk melupakannya"
الرؤية مجرد نظرة، فلا تجعل النظرة مجرد شعور
"melihat hanyalah pandangan, jangan melibatkan pandangan sebagai perasaan."
لا يفهم الجميع مدى صحوبة بناء الثقة بعد
الشعور بخيبة الأمل بسبب الثقة الزائدة.
"Tidak semua orang paham betapa susahnya membangun kepercayaan setelah dikecewakan kerana terlalu percaya."
14 notes · View notes
bintaangg · 10 months ago
Text
"Kenapa sih ummaa, aku ngga boleh bebas "makan" semaunya!"
Karena ummaa ingin kakak faham.. tidak cukup kita makan makanan yang halal aja, tapi juga makanan thayyib
Agar kakak di masa depan nanti bisa memilah dan mementingkan "apa manfaat gizinya", bukan sekedar keinginan dan rasa,
Karena nak, setiap suplai makanan ke tubuh kita menjadi support amal - amal shalih kita,
Menjadi bentuk rasa syukur atas nikmat sehatnya badan kita,
Dan yaaa, ummaa ingin kakak menghargai proses ikhtiar, bukan serba instan apa mau kita,
Sesederhana kakak ingin yogurt, maka bukan hanya bermudah - mudah membeli meski mampu, tapi "besok kita coba belajar bikinnya sama - sama ya!"
Kakak sholihah..
Karena dunyaa ini tempat kita beramal, tempat kita bisa memaksimalkan ikhtiar..
Tapi di JannahNya..
Semuanya akan sangat berbeda !
Yogyakarta, 3 Safar 1446 H; 01.05 a.m
Overthinking random emak - emak setelah bapak berangkat safar ke luar kota 😁
5 notes · View notes
bintaangg · 10 months ago
Text
Autopilotkan dirimu.
Kalau terlalu terasa berat, istirahat dan cobalah lepaskan sesuatu yang mengikatmu dengan kekhawatiran.
Kembalikan semuanya kepada yang memberimu hidup. Kamu terbatas, sedangkan Dia, tidak.
384 notes · View notes
bintaangg · 11 months ago
Text
Tumblr media
Aku kira, aku akan menikahi orang yang 'sepertiku', atau punya banyak kesamaan dalam berbagai hal. Nyatanya tidak.
Allah memberikanku pasangan yang benar² "pasangan"—yang mana kami berbeda, namun saling mengisi satu sama lain. Klop!
Perbedaan tersebut justru lebih dibutuhkan, agar aku bisa terpapar dengan ragam hal baru. Sudut pandang baru, cara berpikir yang lain. Sehingga akal kaya akan referensi dan hati terisi dengan cara² yang menakjubkan.
Aku tidak tahu apa jadinya kalau aku dipasangan dengan orang yang mirip denganku. Mungkin 'berantakan'? Karena sama² chaos? Haha.
Sama² perasa, sama² sensitif, sama² punya PR intrapersonal. Siapa tau? Ketika Allah sudah menuliskan takdirku; aku yakin itu pasti yang terbaik.
Dan dengannya ada disisiku saat ini, aku bisa membenahi apa² yang keliru dari diriku. Aku bisa menambah kapasitas diriku dengan segala bentuk keteraturan, kedisiplinan, dan pola pikir logis yang diajarkan suami.
Aku si banyak tanya, dan ia si banyak tahu. Aku si perasa, ia si pemikir. Aku si overthinking-an, ia si eksekutor. Aku si fleksibel dan ia si teratur.
Hidup jadi jauh lebih menarik bukan dengan perbedaan² yang ada? :)
Tangerang, 10 Juli 2024 | 22.58 WIB
213 notes · View notes
bintaangg · 11 months ago
Text
(Tidak) Takut Berkarya Lagi
Salah satu orang terbaik di dalam hidup saya yang selalu ingin saya kabari setiap kali ada hal baik dan buruk terjadi adalah ibu, sosok orangtua ideologis yang seringkali lebih memahami saya daripada diri saya sendiri. Kemarin, setelah melewati hari-hari yang cukup berat karena sakit, saya akhirnya menemui beliau dan membawakan buku terbaru yang baru saja saya rilis, Mendewasakan Rasa.
Baru saja menyodorkan bukunya, belum cerita apa-apa, saya sudah menangis. Saya bilang, "Ibu doain saya ya, buku ini banyak sekali ujiannya. Dari awal dibuat sampai sekarang, rasanya banyak hal berat sedang terjadi. Saya dan keluarga sedang menjalani hidup seperti judul buku ini."
Tumblr media
Iya, awalnya saya pikir Mendewasakan Rasa hanyalah sebatas judul buku yang saya dan suami rilis (benar saya yang menulis, tapi ada banyak sekali proses kreatif, teknis, marketing, strategi ini itu, dsb yang dihandle oleh suami). Tapi ternyata, ia adalah juga tema ujian sekaligus pendidikan dari Allah untuk kami saat ini. Banyak hal qadarullah membuat kami patah, bangkit, patah lagi, bangkit lagi, dst.
Dalam diskusi kami, suami sering mengatakan, "Kayaknya buku ini buat aku, deh." Lalu saya pun menimpali, "Kayaknya memang buat aku juga." Begitulah, saya baru menyadari setelah bukunya rilis bahwa setiap tulisan di dalamnya pertama-tama adalah untuk diri saya sendiri dan keluarga. Mungkin Allah tidak ingin kami sekedar memahami ilmu di balik apa yang dituliskan di buku ini, tetapi juga ingin benar-benar menjadikannya langkah dalam perbuatan.
Namanya dididik oleh Allah lewat ujian, rasanya pasti tidak mudah. Saya bahkan sempat berpikir, "Berkarya itu menakutkan banget, ya! Takut banget deh kalau kita harus diuji dengan karya-karya yang kita buat." Tidak hanya itu, selintas tanya pun muncul, "Apa sebaiknya aku tidak perlu berkarya lagi saja?" Ah, tapi tidak! Pasti bukan ini poin kesimpulan yang Allah inginkan dari saya dengan menghadirkan ujian-ujian selepas berkarya. Bukankah saya sudah berkomitmen dengan diri sendiri bahwa saya akan terus berkarya untuk menjadikannya sebagai bentuk tanggung jawab dan bentuk syukur kepada Allah atas dititipi-Nya ilmu, potensi, dan profesi?
Saya takut, tapi saya juga punya harapan untuk punya jiwa yang bersih sebersih-bersihnya. Saya cemas, tapi saya juga tidak ingin kehilangan peluang amal shalih hanya karena saya memilih untuk mengabaikannya. Saya khawatir, tapi saya juga percaya bahwa berkarya adalah ladang ibadah yang dekat dan mudah yang Allah beri sebagai kebaikan untuk saya.
Lalu bagaimana? Atas seizin Allah, semoga Dia masih terus mengizinkan saya berkarya dan berbesar hati untuk mau ditumbuhkan dan disayang oleh-Nya lewat hal-hal yang luar biasa. Iya, saya ingin tetap berkarya, menulis, dan menjadikannya sebagai cara untuk berbagi pesan cinta-Nya.
Maka Ya Allah, setiap kali aku patah, bantulah aku untuk bangkit tanpa harus berlama-lama larut di dalamnya. Setiap kali aku menyaksikan orang-orang yang kusayang melemah, bantulah aku untuk berbagi kekuatan tanpa berakhir menjadi luka yang menyakitkan. Pada akhirnya, aku membutuhkan-Mu lagi dan lagi sebagai tempat dimana aku menyandarkan semuanya. Laa hawla wa laa quwwata illa billah.
Mohon doanya ya, teman-teman! Kami tidak ingin sekedar selesai dengan ujian ini, tetapi kami ingin bisa menjawabnya dengan benar sesuai kehendak-Nya dan beroleh hikmah dari-Nya yang bisa menguatkan perjalanan-perjalanan kami selanjutnya. Aamiin~
___
Teman-teman Tumblr yang ingin membaca buku ini, bisa cek di Shopee atau Tokopedia: Heal Yourself Official.
54 notes · View notes
bintaangg · 11 months ago
Text
Menjalani hidup di masa dewasa membuat kita tahu bahwa sesuatu yang rumit dan sederhana ternyata bisa hadir di waktu yang sama, bahkan untuk satu masalah yang sama.
Di satu sisi kita tahu bahwa seharusnya apa yang terjadi bisa kita tanggapi dengan sederhana. Tapi di sisi yang lain, terkadang kita juga tidak bisa membohongi diri bahwa kerumitan yang ada memang nyata terasa.
106 notes · View notes
bintaangg · 11 months ago
Text
(Kembali) Baik-baik Saja
Dua pekan yang lalu, saat hari-hari yang berat sedang hadir, saya sempat merasa khawatir tentang diri saya sendiri. Sampai-sampai, saya mengatakan kepada suami, "Mas, setelah ini aku gimana, ya? Apakah aku benar-benar akan baik-baik saja?" Bukan tanpa alasan, saat itu rasanya memang begitu berat, terpukul, sedih, dsb. Sebenarnya saya sudah pernah melewati hari-hari berat sebelumnya, tetapi untuk yang ini, saya seperti tidak bisa melihat adanya harapan akan kebaikan yang tersedia di depan.
Selama beberapa hari, kekhawatiran itu ternyata masih tetap ada. Saya bukan tidak ingin berbahagia, tetapi rasanya seperti sedang berada dalam kondisi anhedonia: sulit untuk berbahagia dan merasakan kesenangan. Saya pun mudah menangis (bahkan saat sedang diam atau melakukan sesuatu yang seharusnya tidak membuat saya sedih), merasa kehilangan energi untuk melakukan apapun, tidak nafsu makan, dan rasanya tidak tertarik untuk tertawa meski sebenarnya saya adalah orang yang mudah terhibur oleh hal-hal yang sederhana. Dalam kondisi demikian, saya bertanya-tanya,
"Ya Allah, saya memahami bahwa saya tidak seharusnya merasakan ini. Saya tahu apa yang seharusnya saya pikirkan dan lakukan terhadap ketetapan yang sedang Engkau hadirkan ini. Tapi mengapa semua rasanya seperti di luar kendali?"
Tumblr media
Begitulah, saya merasa ingin bangkit, tapi tidak bisa. Ingin kembali mengambil kendali atas diri, tapi tidak bisa. Ingin bisa tertawa, tapi pun saya tidak bisa melakukannya. Saya bingung, mengapa saya begitu lama bersedih? Mengapa rasa-rasanya ini bukan saya yang biasanya? Saya tetap berupaya (berdialog dengan orang-orang terdekat, menata pola pikir, mengelola emosi, terus berdoa dan berdzikir, dsb), meski saat itu saya tidak tahu apa yang akan menjadi akhir dan jawaban dari upaya yang saya coba lakukan. Namun, saya kemudian menyadari bahwa di titik itu saya sepertinya sedang dididik oleh Allah untuk memahami lebih dalam sebuah ayat yang pernah saya tuliskan di buku Mendewasakan Rasa,
"Dan bahwasanya Dialah yang menjadikan manusia tertawa dan menangis." - QS. An-Najm: 43
Yup! Emosi memang datang dan pergi, tertawa dan menangis memang datang silih berganti, namun kendali atas semuanya ternyata tidak pernah benar-benar ada pada diri kita melainkan pada Allah saja. Sekuat apapun kita mengusahakan agar kita bisa segera baik-baik saja, kalau menurut Allah ujian untuk kita belum selesai maka ya belum selesailah kita dengan kondisi tidak baik-baik saja yang sedang terasa. Pun sebaliknya, seterpuruk apapun kondisi diri kita, kalau menurut Allah sudah saatnya kita kembali tenang dan tertawa, maka semua akan mudahlah adanya. Pada akhirnya, ranah kita memang hanya di ranah upaya; mengupayakan yang terbaik untuk kembali baik-baik saja. Soal hasilnya? Semua tentang bagaimana Allah "bekerja" dan senantiasa mengurus hidup kita.
Alhamdulillahilladzi bi nimatihi tatimmush sholihat. Atas seizin Allah, terlepas dari apapun yang teralami di hari-hari sebelumnya, hari ini ternyata saya kembali baik-baik saja: saya kembali merasakan energi yang menyala di dalam diri untuk bisa melakukan berbagai aktivitas dan menunaikan amanah-amanah yang ada, saya kembali tertawa hanya karena melihat reels lucu di Instagram, saya kembali merapikan rumah dan mencuci baju, saya kembali memimpin rapat, saya kembali berolahraga, dan saya pun kembali berpraktik sebagai psikolog dan menangani klien-klien dengan kondisi perasaan yang sudah jauh lebih stabil dari sebelumnya. Ya Allah, saya pikir saya tidak akan seperti ini lagi :")
Rupanya benar bahwa semua yang ada di hidup dan kehidupan kita itu ada dalam genggaman Allah. Selepas hari-hari yang berat datang, kita pun tidak semata-mata akan bisa mendewasakan rasa dan kembali menjalani hidup sebagaimana mestinya kalau bukan karena kehendak Allah.
Kalau kamu sedang merasa tidak baik-baik saja di hari ini, tetaplah mengupayakan yang terbaik yang bisa kamu lakukan untuk menjemput kondisi diri yang lebih baik. Itulah ranahmu, amal shalihmu. Sisanya, bergantunglah sepenuh utuh kepada Allah. Sebab, jika menurut Allah durasi ujianmu sudah selesai, maka semua akan selesai dan atas seizin-Nya kamu akan kembali baik-baik saja. Semangat, ya!
Wallahu 'alam bishawab.
82 notes · View notes
bintaangg · 1 year ago
Text
Kelak, engkau akan paham, bahwa melibatkan Allah dalam setiap urusanmu, bukan hanya agar engkau segera mendapatkan apa yang engkau inginkan, melainkan agar engkau temukan ketenangan dalam setiap urusanmu.
Melibatkan Allaah memang tidak selalu kita segera temukan jawaban atas doa-doa kita, tapi jauh lebih penting dari itu, dengan melibatkan Allaah, selalu kita segera temukan ketenangan.
492 notes · View notes
bintaangg · 1 year ago
Text
Tumblr media
33 notes · View notes
bintaangg · 1 year ago
Text
Warisan.
Beberapa waktu lalu sempat memantau pembahasan seputar waris oleh Mamazi hafidzahullah hasil dari seminar yang beliau ikuti sebelumnya bersama Ust. Nizar Saad Jabal hafidzahullah.
Allah Subhanahu Wata’ala sudah menerangkan di Alquran pembagiannya, tetapi untuk praktik di lapangan tydac semudah itu, ya bagaimana pun kita perlu aktif belajar tentang hal ini; apabila tidak mengerti bisa berkonsultasi dengan ahli faraid atau mengikuti seminar waris akan lebih baik.
Diharapkan dengan kita belajar tentang waris akan terhindar dari mengambil hak orang lain, kecewa atau kesal tidak pada tempatnya (yang banyak terjadi hingga menyebabkan pembunuhan atau penganiayaan), menjalankan hukum-hukum waris sesuai syariat dari Allah Subhanahu Wata’ala.
Harta waris ibarat pedang bermata dua yaitu harta yang paling berkah sekaligus harta yang paling banyak mudaratnya.
���Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).” (QS. An-Nisa’: 10)
Diselesaikan lebih cepat lebih baik untuk meminimalisasi kerumitan dan keributan di kemudian hari sebab banyak pula kasus di mana ahli waris meninggal pun belum menerima haknya, yang rumit dan ribut kemudian cucu-cucunya.
Sebagaimana pembagiannya pun sudah Allah Subhanahu Wata’ala terangkan di Alquran maka seyogianya seorang Muslim harus menggunakan hukum waris yang sesuai dengan Alquran dan sunah yang sahih; bukan yang lain (yang menyelisihi agama) sehingga bukan tentang ‘semua rida’ melainkan apakah telah dijalankan pembagiannya sesuai syariat?
Harta waris memang hak ahli waris namun pembagiannya adalah hak Allah Subhanahu Wata’ala. Perkara ahli waris A akan menghibahkan bagiannya ke ahli waris B itu sah-sah saja, namun yang terpenting adalah masing-masing ahli waris sudah lebih dulu menerima haknya sesuai pembagian-pembagian yang disyariatkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala berdasarkan statusnya dengan si jenazah yaitu apakah orang tuanya? (ayah, ibu), suami/istrinya?, anak kandungnya? (laki-laki, perempuan) sekalipun orang tua mereka sudah bercerai, dsb agar syariat tetap berjalan dan kita tidak menganggap enteng atau meremehkan hukum yang sudah Allah Subhanahu Wata’ala tetapkan.
Ibarat mau membeli emas baru (emas lama + uang = emas baru/tukar tambah), jual beli yang sudah lumrah terjadi, namun hakikatnya tidak sesuai dengan hukum Islam sebab objeknya adalah emas di mana termasuk barang ribawi dan praktik jual beli yang demikian tidak dibenarkan oleh syariat.
Adapun yang diperbolehkan adalah si pemilik toko harus terlebih dahulu menyerahkan hasil penjualan emas lama, setelah itu kamu membayarkan kembali uang hasil penjualannya dengan tambahan uang lainnya sebagai pembayaran emas baru yang akan kamu beli. Hal demikian bertujuan agar kamu terhindar dari riba yang diharamkan. (konsultasisyariah.com)
Sekalipun tujuannya sama namun ada syariat yang memang sudah ditetapkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Apabila sudah Allah Subhanahu Wata’ala firmankan dalam Alquran atau Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sudah bersabda atas suatu perkara, your opinion doesn’t matter, dear. Dahlah ojo ngeyel \(,”)
Dan semua anggota keluarga harus paham hukumnya sehingga tidak merasa terzalimi, “Loh kok aku dapatnya segini?” atau “Anak laki-laki benar-benar ga mau tau atau ga mau bantu orang tua. Jadi yang selama ini ngurus orang tua ya anak-anak perempuan. Kan agak ga adil rasanya anak laki-laki tetap dapat yang lebih besar.”
 “Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian warisan untuk) anak-anakmu. Yaitu bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh setengah (harta yang ditinggalkan). Dan untuk kedua orang tua, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh kedua orang tuanya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar utangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh istri-istrimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika istri-istrimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) sesudah dibayar utangnya. Para istri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para istri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar utang-utangmu. Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) sesudah dibayar utangnya dengan tidak memberi mudarat (kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syariat yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun).” (QS. An-Nisa’: 11-12)
Hukum yang sudah Allah Subhanahu Wata’ala syariatkan jangan dilawan oleh akal dan nafsu sebab yang mensyariatkan hukum tersebut adalah Allah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Siapa kita? Hanyalah seorang hamba yang pengetahuannya terbatas.
Harta waris berupa emas, uang, aset seperti properti, motor, mobil atau barang berharga lainnya, piutang dan utang. Apabila si jenazah meninggalkan utang dan hartanya tidak bisa menutup utangnya maka ahli warisnya yang akan membayar sesuai dengan bagian warisnya. Hikmah anak laki-laki mendapat bagian lebih besar sebab tanggung jawabnya pun lebih besar.
Apabila yang ditinggalkan adalah utang maka mereka pula yang membayarkan utangnya paling besar sehingga bagian tidak adilnya di sebelah mana? Pun apabila mereka tidak membayarkan sesuai yang disyariatkan, semua akan dihisab dan kelak yang menghisab adalah hakim yang seadil-adilnya, Allah Subhanahu Wata’ala.
“Dulu sempat kesal banget sama ceceuku Mamazi karena dia selalu buat mamaku sedih, terbebani dan kesusahan karena ulahnya. Sampai abangku bilang, aku harus sabar karena bisa jadi mamaku dapat pahala sabar yang banyak justru dari ceceuku dibanding dari aku atau anak lainnya. Dari situ aku coba yakini diriku sendiri karena aku emang ga tau siapa di antara anak-anak mama yang bisa bawa ke surga kalau aku cuma liat dari kacamata sendiri dan merasa si paling berbakti :’( ternyata emang udah dikasih peringatan di QS. An-Nisa’: 11.”
Banyak cerita serupa dari DM Mamazi di mana tidak terima apabila orang yang mendapat bagian paling banyak nanti justru orang yang tidak peduli dengan orang tuanya, yang paling menyusahkan, yang paling tidak amanah, yang paling tidak bisa mengelola harta, padahal mungkin pahala ibumu paling besar itu tersebab bersabar dengan ujian yang datang dari anaknya. Lagi pula:
Itu adalah haknya, titik.
Itu bukan kamu, titik.
Apa pengaruhnya dengan hidupmu? Apabila dia mendapat bagian harta waris, hidupmu selama ini tidak pakai uang warisan tetap bisa hidup.
Apa pengaruhnya dengan hidupmu? Apabila dia bisa/tidak bisa mengelola harta sebab hartanya adalah urusannya.
Apabila kamu pintar mengelola harta dan dia tidak, sekalipun kamu hanya mendapat 500.000 dan dia mendapat 1M, uangnya bisa langsung habis dan uangmu bisa terus bertambah.
Hidup jangan mengandalkan warisan.
“Kasihan hasil jerih payah ibu bapak bertahun-tahun bisa-bisa dihabis-habisin gitu aja.”  
Apabila memang sudah waktunya habis pasti akan habis dan berarti memang bukan bagianmu untuk menikmatinya.
Nikmati saja apa yang Allah Subhanahu Wata’ala tentukan menjadi bagianmu, jangan memusingkan bagian orang lain.
“(Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barang siapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya, dan itulah kemenangan yang besar.
Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya, dan baginya siksa yang menghinakan.” (QS. An-Nisa’: 13-14)
Dengan demikian, bermain-main dengan harta waris tydac sebercanda itu, “Terserah mau pake hukum yang mana yang penting semua menyetujui.” , “Repot amat kan sama aja saya tau bagian saya sekian yauda saya ikhlasin ke ahli waris yang lain daripada bolak-balik.”
Bhaiqla, bukankah pedoman hidup seorang Muslim adalah Alquran dan sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam? Apabila kita mau semau-maunya (mengubah atau tidak mengamalkannya) ya silakan saja bersiap menanggung risikonya.
Hukum yang sudah Allah Subhanahu Wata’ala tetapkan merupakan syariat-Nya yang membuktikan bahwa ia datang dari sisi Allah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana yang dengannya Allah Subhanahu Wata’ala sudah mewasiatkan wasiat yang berguna, Allah yang Maha Mengetahui apa yang bermanfaat bagi makhluk-Nya lagi Maha Bijaksana dalam syariat yang ditetapkan oleh-Nya.
Demikian ibrah yang bisa diambil dari pembahasan beliau, serta ada beberapa tambahan dari saya. Tulisan ini hanya ibarat kulit arinya saja, sebagaimana beragama harus atas dasar ilmu, tidak ikut-ikutan atau taklid buta maka paling tidak, apabila tidak mengetahuinya, bertanyalah pada ahli ilmu.
Dalam hal ini, apabila tidak mengerti seputar waris, berkonsultasilah dengan ahli faraid atau mengikuti seminar tentangnya akan lebih baik.
30 notes · View notes
bintaangg · 1 year ago
Text
sebentar lagii dah ramadhan nih
Selepas Ramadhan
Selepas Ramadhan, adakah kebaikan lain yang membuat kita menuju ke arah perubahan? Barangkali, ada satu hal kecil yang kerapkali tersepelekan di momen Hari Raya kita. Misalnya, dengan istiqomah menjaga aurat ketika sudah berkumpul dengan keluarga besar. Well, pernahkah kita berpikir tentang siapa saja mahram kita? Betapa malu, sudah lewat berapakah usia kita, namun masih minim dari ilmu agama? 
Membiasakan diri dengan tidak berjabat tangan dengan non-mahram, terlebih masih ada hubungan keluarga/kerabat kita, bukanlah hal yang mudah. Jika hidup selalu dihadapkan pada rintangan, maka hal itu merupakan tantangan baru bagi kita. Sebagian keluarga yang masih awam perihal agama, mungkin merasa aneh dan tersinggung, ketika kita mengetupkan kedua telapak tangan didepan dada kita saat diajak untuk bersalaman. Tapi jika kita tidak melakukannya, tidakkah kita merasa bersalah dengan Yang Maha Memberi Ketetapan?
Mungkin berat awalnya. Takut dibilang gak sopan, takut dibilang gak menghargai, takut dibilang Islam garis keras. Jika sebagian orang bilang bersalaman adalah budaya negeri kita, maka relakah kita mendurhakai agama sendiri hanya demi budaya? Sebenarnya, tinggal pembawaan kita aja sih yang seharusnya gimana, pandai-pandai mengatur strategi dan sikap, supaya tidak terkesan apatis bagi sebagian orang.
Misal nih, sama kaka sepupu atau adik sepupu yang udah baligh (dewasa), “Eh mas, tau ngga si, kita tuh sepupuan kan ya, sebenernya kita ngga mahrom lho. Kan ga boleh sentuhan tuh, jadi aku salamannya gini aja yha. Salam satu nyali mas, bonek selalu di hati”. Nah kan asik ya, kalo kita ngebawainnya ga terlalu serius.
Atau kalo lagi oom sama tante, “Om, aku gapapa kan salamannya gini aja? Tetep dapet thr kan ya om, hehehe”. Kalo tante atau oom nya nanya kenapa ga salaman atau tanya hukumnya gimana, jawab aja ringan, atur pola bicara supaya tidak terkesan menggurui. Tunjukkan, bahwa Islam adalah agama yang menjunjung tinggi bagaimana syariat dan akhlak yang mulia.
Mau dicoba? Persiapkan mental, sama, akupun juga begitu. Apabila kita terus-terusan sungkan dan nggak enakan, kita diliputi rasa gelisah dan tidak akan pernah damai dengan diri sendiri.
Sidoarjo, 19 Juni 2018 | Pena Imaji
19 notes · View notes
bintaangg · 1 year ago
Text
“Everybody has a chapter they don’t read out loud.”
— Unknown
510 notes · View notes
bintaangg · 1 year ago
Text
Allah yang membawamu ke titik saat ini. Allah juga yang akan menguatkanmu untuk melalui hingga usai nanti.
160 notes · View notes
bintaangg · 1 year ago
Text
Benar adanya bahwa hati ini berbolak-balik. Kadang ia tegar, kadang begitu gusar. Kadang bersyukur, kadang nyaris kufur. Kadang ikhlas, kadang mengharap balas. Kadang berserah, kadang amat gelisah. Dan, hanya Allah sebagai pemiliknya yang kuasa membuat hati ini tenang.
Page 9/366_Batusangkar, 12012024
434 notes · View notes
bintaangg · 2 years ago
Text
WAHAI ORANG TUA, BERHENTILAH BELAJAR!
Oleh: Abdullah Makhrus
“Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya, Karena mereka hidup bukan di zamanmu”(Ali bin Abi Thalib, RA).
Hari ini, banyak keluarga modern risau karena anak-anaknya nakal, kadang keceplosan menyebutnya durhaka. Sebagian diantaranya sibuk mencari sebab, salah siapakah sebenarnya? Jika kita membaca quote sahabat Ali di atas nampaknya ada titik terang, dimana harus mengawali melakukan perbaikannya.
Apakah itu? Jawabannya, ada pada perubahan pada orang tuanya. Mengapa? Karena mereka memiliki kecenderungan meniru apa yang mereka lihat di rumah pada sosok orang tuanya.
Disadari atau tidak , anak-anak kita sekarang lahir untuk zaman yang akan datang. Bukan zaman saat kita sukses saat ini. Karenanya kita harus berupaya membantu membangun visi yang benar untuk hidup mereka.
Harus mulai dipikirkan dan disiapkan sebuah pengajaran yang harusnya mampu menghidupkan jiwa. menguatkan tekad, membangkitkan hasrat untuk berbuat baik, dan menempa sikap mental yang unggul untuk menentukan masa depan mereka.
Betapa berat pengorbanan para ibu yang telah mengandung selama sembilan bulan disertai dengan beban berat selama sembilan bulan. Sudah disertai beban berat sejak awal mengandung-mulai dari mual, muntah, punggung sakit dan lainnya hingga melahirkan.
Begitu pula peran ayah yang penuh kepayahan saat membanting tulang bekerja mencari nafkah untuk keluarga. Pengorbanan keduanya harus ditebus dengan penyiapan pendidikan anak yang sebaik-baiknya. Janganlah kemudian pengorbanan besar keduanya melahirkan generasi yang sia-sia.
Apa sebenarnya keinginan utama orang tua? Tentu, harapanya anak-anak ini menjadi salah satu aset yang tidak hanya sebagai penghapus penat orang tua bagi jiwa yang lelah bekerja, namun menjadi pembuka pintu surga kelak di akhirat.
Karena itu, anak-anak yang terlahir hari ini harus kita antarkan menuju masa depan. Mengawalnya dan memberinya bekal tauhid yang benar sebagai penanda bahwa ia bakal menjadi penghuni surga.
Jika pun harus ada pengorbanan ekstra yang harus dikeluarkan orang tua, maka biarlah hari ini kita rela hingga sakit mendera, asal mereka bisa sampai pada gerbang masa depan sebagai hamba Allah yang mengabdi padaNya.
Upaya orang tua hari ini memang berat, karena tidak ada sekolah khusus yang mengajarkan menjadi orang tua yang piawai dalam mendidik anaknya. Sementara anak seolah tak terkendali dengan situasi zaman serba bebas saat ini. Perlu usaha keras untuk mengarahkan visi hidup untuk masa depannya.
Keinginan orang tua untuk mengantarkan anak-anak menjadi manusia beruntung dan menjadi manusia sukses semoga tidak hanya untuk urusan duniawi semata. Namun lebih dari itu, tentu agar anak-anak menjadi penolong agama Allah. Agar kelak hidupnya mudah karena ada peran pertolongan Allah sebagaimana FirmanNya.
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (QS. Muhammad:7)
Maka, menjadi orang tua di zaman sekarang harus berbekal ilmu yang memadai. Sekedar memberi mereka uang dan memasukkan ke sekolah unggulan, tak cukup menjadi manusia unggul. Sebab, banyak hal yang tidak bisa dibeli dengan uang. Namun ada banyak nilai keteladanan yang perlu ditanamkan.
Namun, jika orang tua hanya menginginkan anaknya tumbuh menjadi anak yang biasa-biasa saja. Maka tak perlu repot-repot mengeluarkan tenaga ekstra. Saran saya, berhentilah belajar! Semoga itu bukan tipe orang tua seperti saya maupun Anda. Setuju?
Sumber Inspirasi:
• Buku “Positive Parenting” karya Mohammad Fauzil Adhim
• Buku “Bukan Sekadar Ayah Biasa” karya Misbahul Huda
@taarufonline.id
8 notes · View notes
bintaangg · 2 years ago
Text
untuk perihal yang pernah bikin sakit, semoga Engkau selalu menguatkan hamba ya Rabb, beri hamba keluasan atas sabar dan juga kelapangan hati ini ya Allaah
1 note · View note