bloomy-11-blog
bloomy-11-blog
zusty fiy
31 posts
will bloom
Don't wanna be here? Send us removal request.
bloomy-11-blog · 5 years ago
Text
Menguat
Ada yang aku tanyakan pada diriku sendiri, benarkah ini? Yakinkah aku?
0 notes
bloomy-11-blog · 5 years ago
Quote
Bahkan yang terasa hanya sejengkal bisa tergapaipun, Allah bisa jauhkan
bungayangmengokoh
0 notes
bloomy-11-blog · 7 years ago
Photo
Tumblr media
1 note · View note
bloomy-11-blog · 7 years ago
Text
Hujan Adalah Permainan Rindu #2
Namaku Zisa. Gadis yang pernah dikhianati oleh hujan.Gadis yang pernah berharap pada hujan. Kadang ini yang membuatku menghindar dari yang namanya hujan. Hujan sering juga membuatku sakit. Seperti sekarang ini, sudah seminggu aku menderita flu gegara kehujanan. Badanku terasa sakit semua jika flu seperti ini. “Ah, hujan….aku tidak benar-benar membencimu. Aku hanya takut tersakiti, terkhianati dan terlalu berharap untuk kesekian kalinya. Hujan…please aku mohon datanglah di waktu yang tepat.”
+628 21XXXXX Zis, besok aku mau bertemu denganmu. Bisa ya?
Aku Untuk apa?
+628 21XXXXX Ada sesuatu yang ingin kusampaikan.
Aku Dimana?
+628 21XXXXX Terserah kamu.
Aku Lah, dimana?
Setelah itu chat berakhir sebelum aku mendapat jawaban. Namanya Panji, nomor baru yang belum tersave dalam daftar kontakku. Namun dia sudah terlanjur tersave di hatiku lebih dulu. Hahaha….aku mulai ikut-ikutan menggombal seperti jomblo-jomblo yang kurang bahagia itu. Sampai keeseokan hari tak kunjung ada balasan. Aku mulai berpikir dia main-main.tapi aku mencoba bersabar menunggu balasan darinya. Pukul 06:00 kenapa langit masih gelap? Tak seperti biasanya. Ah mungkin mendung. Namun lama kelamaan tercium bau belerang dan bau debu-debu yang beterbangan. Kubuka jendela kamar, Astagfirullah…apa ini? Kenapa pepohonan pada merunduk. Tertutup balutan putih abu-abu. Daunnya tak lagi terlihat hijau, beberapa patah tak sanggup menahan beratnya abu yang menumpuknya.
“ Hujan abu!!!”,teriak ibu dari luar. Aku yang masih memakai mukena berlari ke teras rumah. Benar saja, halaman rumah pun sudah menjadi lautan abu. Pepohonan mulai berganti warna tertutup abu, tanah rata dengan abu, gentang-genteng tertutup abu dan matahari terhalang tebalnya abu yang masih mengepul di langit. Binatang ternak tak juga berani menampakkan diri, membisu di dalam kandang. Para manusia juga lebih memilih di dalam rumah, membersihkan abu yang masuk melewati celah-celah genteng dan jendela, menyelamatkan benda-benda berharga dari tajamnya abu yang beterbangan. Tajam? Coba kau ambil abu lalu kau gesekkan ke layar handphonemu atau cermin kaca atau mika. Akan nampak goresan-goresan kecil bukan?. Nah, bagaimana jika masuk mata? Coba kau telaah sendiri. Tidak hanya membahayakan mata, akan tetapi juga pernapasan yang mulai membuat sesak. Dampak lain dari abu juga kurasakan pada komunikasi yang mulai terganggu, sinyal mulai timbul tenggelam dan mati listrik. Sekolah-sekolah diliburkan, instansi kepemerintahan, toko-toko dan pasar juga libur. Meski, ada beberapa toko yang masih semangat mengais rejeki.
Sekitar pukul 09.15 matahari mulai menampakkan diri. Debu abu-abu masih menebal di sepanjang jalan dan pepohonan. Bahkan, beberapa pohon mengalami patah-patah pada rantingnya. Kami serumah bekerjasama membersihkan abu yang masuk.Abu di halaman mulai disapu dan disiram air agar tak beterbangan di udara. Andai langsung turun hujan, suburlah tanaman-tanaman itu.
Hari semakin siang, sinyal tak kunjung stabil. Namun listrik sudah menyala, “Erupsi Gunung Merapi,”kata berita di TV. Status gunung Merapi sedang waspada. Penduduk lereng bukit diminta mengungsi. Tiba-tiba aku teringat Panji, yang rumahnya tak jauh dari lereng Merapi. Apa kabar dia? Kenapa sampai siang ini tak ada kabar darinya?
Siang menjelang sore ini aku putuskan untuk ke kota mencari koneksi internet yang baik, harap-harap cemas menunggu kabar dari Panji. Sepanjang perjalanan, debu-debu beterbangan bersama angin. Sesekali dua kali aku berhenti untuk menyeka air mata yang menetes karena ulah debu yang menerobos masuk ke mata. Pepohonan juga masih nampak berabu dan jalanan yang tebal dengan abu. Orang-orang memakai jas hujan, namun bukan berlindung dari hujan air melainkan hujan abu. Rasanya aku aneh melihat cuaca yang panas-panas begini malah memakai jas hujan. Akan tetapi, akhirnya aku malah kapok sendiri karena tidak memakai jas hujan membuat abu menempel di pakaianku, membuat gatal-gatal dan rasa risih. Tujuanku kali ini ke Perpustakaan Daerah, tapi ya tutup karena libur. Hanya saja aku masih bisa masuk di halaman depan. Aku membuka handphone ku berharap ada bertumpuk-tumpuk pesan yang masuk. Benar saja banyak pesan masuk, sayangnya tak satupun dari Panji. Kemana dia? Membuat khawatir saja.
Are you oke? Pesan yang ingin aku kirim padanya. Namun aku hanya mengetiknya dan tak kunjung aku kirim, aku jaim. Akhirnya aku memutuskan untuk langsung pulang saja. Lalu pertemuan dengannya? Aku anggap hanya main-main saja. Mungkin karena hujan abu, dia tak jadi datang. Sedangkan aku meski hujan abu aku berusaha datang untukmu, tapi ya sudahlah…aku pun kembali ke rumah.
Seminggu berlalu, benar dia tak memberiku kabar. Terakhir, aku lihat status sosial medianya dua hari yang lalu. Dari situ aku tahu dia tidak apa-apa. Tiba-tiba hpku bergetar. Pesan masuk. “OMG dari Panji!”Aku pun ragu untuk membalasnya. “Andai aku tidak punya pulsa, itu lebih baik daripada aku membalas pesannya.” Akhirnya, kuendapkan pesannya berhari-hari. Ingin membalas namun tak mau. Pesan singkat tentang kabar, dia bertanya apa kabarku. Dia sama sekali tak menggubris tentang pertemuan itu. Hanya permainan.
Hatiku pilu. Tidak ada pelega terbaik selain curhat dengan Allah, dan dengan sahabat terbaikku, Kania. Kania yang selalu mendengar keluh kesahku, tempatku berbagi cerita. Dia sudah seperti black box saja, menyimpan banyak memori antara aku dan dia. Kuungkap bagaimana perasaanku pada Panji sebenarnya dan satu hal yang ingin aku lakukan setelah kejadian ini. Aku ingin move on, aku ingin berhijrah. Aku akan berusah mengikhlaskan Panji, karena sku tidak sanggup menahan perihnya cinta bertepuk sebelah tangan. Kania, dia yang selalu menyemangatiku untuk berhijrah dan selalu mengingatkan dalam banyak hal. Sosoknya yang keibuan dan istiqomah bertolak belakang denganku yang kekanakan dan mudah terpengaruh. Akan tetapi, inilah yang membuat kami berteman bagai ulat yang merindukan menjadi kupu-kupu.
4 notes · View notes
bloomy-11-blog · 7 years ago
Link
Listen to Menjadi Hujan by suaracerita #np on #SoundCloud
0 notes
bloomy-11-blog · 7 years ago
Text
Hujan Adalah Permainan Rindu
Malam minggu. Malam ini doa para jomblo terkabul. Diluar hujan turun dengan sesukanya, diiringi nyanyian-nyayian kodok dan jangkrik. Tetes demi tetes air yang jatuh dari ujung genteng mencipta melodi pelengkap rasa. Sesekali petir bergemuruh lalu memudar bersama pekatnya malam. Sorakan-sorakan kebahagiaan para jobmblowan dan jomblowati memenuhi sosial media. Tak jarang mereka yang sudah mempunyai pasangan ikut-ikutan ‘nyinyir’ tanda mencibir. “Kids Jaman Now,” gumamku. “ Ah, salah. Teens Jaman Now”. Aku meralat omonganku sendiri.
In my opinion, malam minggu memang malam spesial bagiku. Karena apa? Tak ada kebut tugas semalam dan aku bisa tidur lebih awal atau menghabiskan berjam-jam di depan laptop demi nonton drama Korea favoritku. Sesekali ibuku akan menengokku ke kamar karena ulahku yang cekikikan sendiri di depan laptop. Sambil geleng-gelang dan berlalu, “Anak jaman sekarang”. Tapi tidak malam ini. Aku malah bergelut dengan aksara. Aksara yang mampu menampung keluh,kesah,duka,cita,bahagia,kecewa,syukur dan segala tetek bengek tentang perasaan hati. Memang benar, aksara adalah media yang pas untuk mengungkapkan semua perasaan dengan bebas, selama tak asal berbagi dengan orang lain. Cukup kau sendiri saja yang tahu tentang aksara yang kau curahkan, jangan sampai orang lain malah menerka-nerka apa maksud dari aksaramu itu.
Aku masih setia menekan tuts pada keyboard. Mengetik kata demi kata, namun tak berapa lama aku mengbackspace hingga tak bersisa. Lagi dan lagi, kuulangi entah kali ke sekian. Ah, aku benar tak punya ide padahal malam ini deadline terakhir dan aku benar-benar tak bisa memaksa satu aksara pun untuk berbaris rapi membentuk paragraf-paragraf nan elok. Kupenjamkan mataku, berharap paragraf-paragraf nan elok itu berkumpul dalam softmineku. Diluar sana hujan masih saja setia menemani meski aku tak lagi tahu apa yang diperbuat hujan di luar sana. Tetiba malah bayanganmu yang mampir dalam softmineku. Bayangan yang setahun ini hampir saja pergi. “Allah…mengapa aku mengingatknya lagi? Satu tahun, hampir saja aku sukses tak mengingatnya kembali”. Aku berucap lirih sambil membuka mata,“Ya muqolllibal qulub tsabit qolbi ‘alad dinika wa ‘ala tho’atika. Wahai dzat yang membolak-balikan hati, tetapkanlah hatiku atas agama-Mu dan atas ketaaatan kepada-Mu.” Aku menghela napas panjang, berharap bebanku akan keluar bersamanya. Beban rindu yang aku simpan selama ini meski setiap hari luruh bersama doa, akan tetapi masih selalu saja ada yang tersisa. Rindu yang luruh itu seakan bersatu membentuk molekul yang semakin besar. Semakin kuat dan semakin nampak. “ Oh, hujan…kau pembawa rindu yang sempurna”. Seketika pikiranku meliar bersama kenangan masa-masa ketika aku mulai mengenalmu.
(To be continue)
1 note · View note
bloomy-11-blog · 7 years ago
Text
Tak Sempurna
Gelap...dunianya tertutup hitam
Sunyi...dunianya tertutup sepi
Bisu....dunianya tanpa kata
Gelap...sunyi...bisu....
Bagaimana jika terjadi padamu?
Lagi-lagi Allah menuntunku bagaimana rasa bersyukur.
Aku tertegun memaknai apa yang aku baca di salah satu novel karya penulis terkenal. Terkisahlah dalam novel tersebut tentang seorang gadis kecil berambut ikal panjang yang cantik. Namun malang sekali hidupnya, ia lahir dengan mata yang tak bisa menatap, mulut yang tak sempurna berucap dan telinga yang tak berfungsi sebagaimana mestinya. Dulu yang aku rasa penderitaannya terlalu hiperbola, ternyata salah. Aku seperti melihat sosok tokoh utama di dunia nyata ini. Benar-benar di dunia nyata, bukan hanya cerita fiktif belaka.
Namanya Husain. Dia anak berusia sembilan tahun yang seharusnya sudah duduk di bangku kelas tiga sekolah dasar. Anaknya kurus meski terurus, kata Uminya, “Dia tidak suka makan. Hanya susu jahe yang dia suka”. Husain menderita sindrom (*******) tutur Uminya yang bercerita dengan berkaca-kaca. Aku tak paham apa jenis sindrom itu, tapi aku sedikit membca keadaan bahwa dia Husain memang seperti itu keadaanyanya. “ Kami sudah berobat kemana-mana, mbak. Tapi belum ada hasil. Bahkan untuk sekedar memfungsikan satu indera pun masih nihil kata dokter. Tapi insyaallah mbak, namanya juga titipan Allah. Pasti Allah mempunyai takdir yang lebih baik.”.
“ Aamiin, Bu. Semoga Allah memudahkan hajat-hajat ibu. Diberi kesehatan dan kesabaran dalam menjalani skenarionya.”
Jujur saja hari itu pertama kali aku melihat Husain. Aku bekerja di sebuah tempat penitipan anak khususnya batita. Memang baru sebulan aku bekerja disini. Dengan minimnya pengalaman mendidik anak kecil, aku mencoba belajar banyak hal dari tempat ini. Dan hari ini tamu special itu datang. Uminya adalah salah satu rekan kerja satu yayasan tetapi beda lembaga. Jadi sedikit sudah tau tentang anaknya, namun tak ku sangka se special ini.
Husain duduk di teras sekolah, membaur bersama batita-batita yang lain. Sesekali ada anak yang mendekatinya lalu menyentuhnya dan pergi karena takut. Aku mengamatinya dan sedikit menjaga jarak.karena aku menggendong bayi yang sedang tertidur. Husain berusaha berjalan mengelilingi teras. Mungkin ini langkah awal dia mengenal lingkungan barunya. Akhirnya Husain menemukan pagar di teras. Dengan kekuatannya, dia berusaha berdiri sendiri. Oh, iya. Satu lagi titipan dari Allah, bahwa dia juga tidak sempurna dalam berjalan. Dia menggapai-gapai pintu pagar dan sesuatu yang tak kusangka pun terjadi.
Dia berdiri tepat dibawah genteng yang agak berlubang. Lubang kecil itu memudahkan sinar matahari menerobos masuk. Dan pas, Husain berdiri dibawahnya. Sinar itu mengenai bola matanya. Sesekali dia tersenyum-senyum sendiri. Sepertinya sedikit cahaya mentari mampu menerobos benteng kegelapannya. Sekitar tiga menit dia berdiri dan karena tak sanggup berlama-lama dia akhirnya duduk. Dan masih sinar yang menerobos itu mengenai sedikit matanya. Aku berjalan melewatinya, namun dia menangkap gerakanku. Dia merangkak dan mencoba berdiri dengan aku sebagai pegangannya.. Kalau boleh jujur waktu itu perasaanku bagaimana? Menahan rasa takut. Iya aku takut. Memang. Aku merasa takut jika bertemu dengan orang-orang special. Entahlah,antara takut, prihatin,bersyukur yang malah membuat nyaliku menciut.
Oke..aku berusaha menguasai ketakutanku. Menuntun Husain berjalan dan mencari pagar agar dia bisa pegangan. Namun dia malah duduk lagi di lantai. Aku yang duduk dikursi tak jauh dari tempatnya masih menggendong bayi yang sudah siap aku lelapkan di ruang tidur. Husain mengesot dan akhirnya dia menemukanku lagi . Kali ini dia pegangan jilbabku. Aku merasa tambah ketakutan. Bagaimana tidak, ada bayi di gendonganku, jilbabku pun dia tarik-tarik dan hampir terlepas. Mungkin dikira aku Uminya ya?
“ Kenapa bu Dev?” Akhirnya salah satu temanku keluar dari ruang kelas.
“ Ini bu Na, Husain narik-narik jilbab”. Dengan sigap bu Na mengangkat Husain dan menududukkannya di lantai. Sementara bayi dalam gendonganku tak terusik dalam lelapnya.
Hari kedua Husain. Dia datang lebih awal dariku. Uminya sedang menyuapinya dengan bubur dan minuman susu jahe favoritnya. Aku pun menyapa mereka. Lima belas menit kemudian, Umminya bergegas. Tinggallah Husai yang duduk di teras depan sendirian. Anak-anak lain sedang belajar huruf hijaiyah bersama bu Na dan bu Ti. Husain mengesot kesana-kemari, sesekali masuk ke ruang kelas dan malah diganggu anak-anak batita. Ku angkat tangannya, dan dia mencoba berdiri. Ku tuntun langkah demi langkahnya menuju teras depan. Dia menikmatinya. Dia melangkah selangkag demi langkah lalu tertawa. Sejak kemarin baru ini aku dengar tawanya.Rasanya bahagia melihat Husain bisa tertawa seperti itu. Bahkan ketakutanku mulai tersisihkan sebab melihatnya tertawa. Ku lepaskan tangannya dan ku dudukkan dia di lantai. Tawanya berhenti namun senyumnya belum pudar. Kembali ku teringat kisah dalam novel. Sempat frustasi karena si gadis cantik tokoh utama selalu marah-marah, akhirnya semua menyerah. Hujan di luar ternyata menjadi daya tarik gadis cantik itu. Dia keluar lalu merasakan tetesan-tetesan hujan. Yang pada akhirnya keajaiban datang melalui tangannya. Dia bisa berkomunikasi dengan tangannya.
Dan kuharap sama. Akan ada keajaiban untukmu, Husain. Anak berusia Sembilan tahun yang seharusnya bermain sepak bola bersama temannya, yang seharusnya bisa menghafal dan mengaji Al-Qur’an, yang seharusnya bisa bantu Umi dan Abi. Suatu saat nanti akan ada keajaiban. Seseorang yang mampu menemukan titik kelebihanmu di balik keterbatasanmu. Dan Allah selalu maha adil karena selalu ada hikmah di balik takdirnya.
0 notes
bloomy-11-blog · 7 years ago
Text
Katamu kau bersedia mendengarkan kisahku
Tetapi kenapa ketika aku berkisah, kau selalu menutup telinga?
0 notes
bloomy-11-blog · 7 years ago
Text
Ada jeda diantara kita
Ada koma dalam baria cerita kita
Yang aku tahu belumlah berakhir
0 notes
bloomy-11-blog · 7 years ago
Photo
Tumblr media
Mini film Bicara Cinta
0 notes
bloomy-11-blog · 7 years ago
Text
Tips mengatasi Writer's Block:
1. Coba dengar musik, dengan musik kita bisa mengubah pikiran buntu jadi segar lagi. Musik yang bagus buat penulis adalah musik jazz tanpa lirik atau dengar musik instrumen, terus kita coba isi dengan lirik yang menurut kita pas, misal instrumen piano Yiruma dengan lirik yang kita mau.
2. Coba Point of View yang berbeda. Bukan cuma cerpen, nulis puisi juga bisa pake POV yang berbeda-beda. Kita bisa jadi si dia atau jadi benda mati. Dari situ kita bisa mengatasi.
3. Koleksi kata-kata baru, unik, tulis di note. Misal kata “katarsis”, atau kata apa aja di kamus yang jarang kita gunakan. Coba pake itu. Bisa jadi tulisan kita lebih bagus.
4. Fokus. Jauhkan diri dari yang mengganggu. Misal dengan pake headset. Atau nulis malam-malam menunggu sepi. Atau menulis puisi waktu subuh. Pokoknya menjauh dari kegiatan yang ramai
5. Free-write. Nulis bebas. Coba tulis apa pun yg terlintas di kepala. Di satu lembar kertas. Tulis saja jangan sampai berhenti sebelum penuh. Setelah itu baca. Pasti ada hal menarik bisa dimasukan ke tulisan kita atau puisi kita
6. Banyak baca buku, apa pun. Kalo bisa yg bukan bidang kita. Sesekali baca berita sains, atau psikologi, atau mitos-mitos.
1K notes · View notes
bloomy-11-blog · 7 years ago
Link
Listen to Untukmu Yang Baru Saja Diwisuda by SenarSenja #np on #SoundCloud
0 notes
bloomy-11-blog · 7 years ago
Photo
Tumblr media
Taken at Pule Payung, wisata alam kekinian di Kulon Progo Ini tentang senja Yang pesonanya membuat terpana Kedatangannya yang hanya sesaat Tetapi janjinya pasti, "aku akan datang setiap hari" tuturnya. "Meski ku datang tak selalu berkabar gembira. Dengan deraian masa lalu mungkin yang membuatmu bangga melewati perih-perih lalu".
0 notes
bloomy-11-blog · 7 years ago
Text
Rindu Yang Tak Pernah Tamat
Rindu. Pasti semua orang pernah merasakannya. Rindu kepada orang tua, sahabat, idola, saudara,atau bahkan sang kekasih. Kerinduan biasanya tercipta karena jarak dan waktu. Seseorang yang merindu terus berharap akan adanya perjumpaan dengan yang dirindukannya. Ia tak akan diam. Ia akan selalu membaikkan dirinya agar ketika ia bertemu, ia dalam keadaan yang terbaik. Lalu bagaimana rindumu dengan Sang Pencipta? Sudahkah kau mempersiapkan diri untuk bertemu dengan-Nya?
0 notes
bloomy-11-blog · 7 years ago
Text
Tunggu tanggal rilisnya......
Aku memenuhi janjiku untuk bertemu dengannya. Rasanya rindu ini sudah tak bisa kutahan lagi. Hari ini, sore ini tepatnya di taman kota ini aku akan mengungkapkan perasaanku yang sudah aku pendam selama ini kepada Zisa. Kulihat Zisa sudah datang dengan jaket hitam dan rok merah, jilbab merah yang membungkus rapi wajahnya terlihat kontras dengan kulit putihnya. Rasanya aku ingin berlari lalu menggodanya, namun langkah ini terhenti. Tepatnya diberhentikan oleh seseorang.
..............tunggu tanggal rilisnya
0 notes
bloomy-11-blog · 7 years ago
Text
........................
Kelak ketika kau akan memilih pasangan, apa yang akan kau pertimbangkan?
Nafsu cinta atau dakwah ini?
0 notes
bloomy-11-blog · 7 years ago
Text
Peran-mu?
Aku seperti kehilangan sosok teladan. Sosok yang seharusnya aku panuti yang bisa menenangkan ku maupun membentuk egoku.
0 notes