Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Senin yang melegenda
Mika masih di kamarnya yang sangat berantakan sebab dirinya sedang bergegas sekarang.
”Mika, bangun!! Ini udah jam berapa?” suara lantang bak tegas itu berasal dari Ibu Mika di lantai bawah namun terdengar jelas ke telinga sang anak.
”Ibu gak kedengeran! Kamu turun sekalian makan cepet!” tambahnya lagi.
Mika bingung karena dirinya tidak menjawab apapun sedari tadi. ”Perasaan gak ngomong apa-apa dah”
Sang gadis turun dengan seragam lengan pendek yang nampak rapih serta rok abu-abu dengan lipatan yang sedikit kusut sebab dirinya tidak bisa menyetrika rok ala tempat laundry di ujung gang rumahnya.
”Kamu angetin soto aja ya buat sarapan,” ucap ibunya seraya bersiap mengantar sang adik yang dibalut dengan celana merah dan atribut lengkap, berbeda dengan kakaknya yang hanya menggunakan gesper.
Mika segera memanaskan soto bekas semalam dan memakannya dengan lahap. Ah dirinya baru ingat bahwa topi abu-abu miliknya belum kering dan tidak memungkinkan untuk dipakai. Sambil makan, Mika membuka ponsel dan mengirim pesan perihal topinya, bermaksud untuk salah satu dari dua temannya bisa meminjamkan.
”Wadaw gawat betul si Yuki ikutan gak bawa” Mika bermonolog sambil menyuap soto ayam itu.
Tiba-tiba perutnya terasa mules. Dirinya mengetahui bahwa ini adalah panggilan alam yang tidak bisa ditunda. Langsung Mika bergegas ke kamar mandi meninggalkan sarapannya.
Tidak lebih dari 5 menit Mika sudah selesai melakukan kegiatan rutin paginya. Ya dirinya ini memang seringkali sakit perut. Sebenarnya Mika tidak bisa sarapan pagi hari, namun sang Ibu selalu menyuruhnya karena takut akan lebih parah jika tidak sarapan.
Dicucinya alat-alat makan yang tadi dirinya pakai lalu segera berangkat ke sekolah dengan angkutan umum atau lebih familiar disebut dengan angkot.
__________
drap drap drap
Langkah Mika sedikit tergesa. ”Semoga Yuki belum dateng. Amin!!”
ceklek
Akhirnya langkah gadis itu sampai di kelas dan betapa senangnya ketika mengetahui bahwa Yuki belum juga sampai—Mika berhasil mendapatkan topi pinjaman Giska.
ceklek
Tak berselang lama, gadis dengan ukuran rambut seatas bahu dan warna hitam pekat datang ditemani napas yang tersengal-sengal. Mukanya kecewa ketika melihat keberadaan Mika dengan senyum tengilnya. Benar, yang baru datang ini Yuki.
”Minta minum dongg!” kata Yuki kepada kedua temannya. Bukannya memberi, Mika malah mengedipkan matanya pada salah seorang lelaki seolah-olah sedang menyalurkan sinyal.
Benar saja, lelaki itu langsung memberi botol berisi air miliknya dengan penuh senyum harapan ke hadapan sang gadis yang merasa kehausan tadi.
Yuki yang melihat hal ini terjadi untuk kesekian kalinya hanya tersenyum ramah. ”Makasih tapi gak usah” lalu mengedarkan pandangannya kepada Mika dengan tatapan emosi.
Mika yang melihat tatapan Yuki pun semakin ingin untuk menjahili temannya. ”Sensi banget sih, Ki. Anta tuh suka sama lo! Kasih perhatian dikit kek wkwkwk”
”Ketawa lo, Nufron,” ledek Yuki dengan menyebut nama bapak dari Mika.
Merasa tidak terima, langsung saja Mika balas dengan hal yang setara. ”Januar gak seneng, kah?”
Mereka tertawa, Giska yang tidak ikut obrolan pun ikut merasa senang. Dirinya tidak terlalu banyak mengeluarkan suara namun kalau teman-temannya mulai berbicara, mau sepanjang apapun, seaneh apapun akan siap dirinya dengar.
tring tring tring
”Dimohon semua siswa-siswi untuk turun ke lapangan sekarang agar kita bisa melaksanakan upacara bendera”
Anak-anak harus segera ke lapangan sekarang. Pun dengan Mika, Giska dan Yuki yang juga ikut turun ke lantai bawah. Baru di lantai dua, Mika berhenti disusul kedua temannya. Tiba-tiba Mika berlari ke arah berlawanan. Giska dan Yuki bertukar tatap arti kebingungan. Namun pada akhirnya pun mereka tetap menyusul Mika.
”Mika ke mana heh?” teriak Giska.
Mika menoleh ke belakang tanpa berhenti berlari.”Mau ke toilet! Sakit perut!”
bruk
Mika menabrak seseorang dengan berbadan tinggi, bahu yang tegas namun entah siapa yang ditabraknya, Mika hanya sempat mengucapkan maaf tanpa melihat ke atas. Giska dan Yuki ikut malu namun orang itu hilang dengan cepat entah bagaimana caranya.
Mereka bertiga sampai di toilet, entah kenapa kedua temannya ini malah ikut menemani Mika padahal upacara bendera dilaksanakan sebentar lagi.
”Heh! Ngapain malah diem-dieman di sini?” suara itu membuat Giska kaget pun dengan Yuki yang sedikit melompat.
”Maaf, bu. Temen saya lagi sakit perut tadi” Giska buka suara.
Guru dengan jilbab putih lengkap dengan bros merah itu memasang muka sinis sambil menatap keduanya bergantian. ”Terus apa hubungannya sama kalian?”
deg
Keadaan semakin tegang karena guru di depan mereka ini adalah sosok yang sudah terkenal galak di sekolah. Paling galak.
”Malah diem. Cep–”
”Giska, Yuki tungguin gua bentar lagi selesai!!” teriak Mika dari dalam kamar mandi.
Sumpah demi Tuhan, menahan tawa di kondisi seperti ini sangat sulit bagi Yuki. Mati-matian dirinya mencoba agar bahunya berhenti bergetar.
ceklek
Mika membuka kuncinya dan keluar dari kamar mandi dengan kaget. Entah bagaimana caranya gadis ini sedari tadi tidak tahu bahwa kedua temannya sedang diintrogasi habis-habisan.
Dengan muka kebingungan dan senyum yang terpaksa dibuat selebar mungkin, Mika berkata ”Bu hehehe saya permisi ya. Udah mau mulai upacaranya”
Mika mulai keluar sendiri dan disusul oleh kedua temannya dari belakang. Giska dan Yuki menghirup oksigen banyak-banyak. Sulit rasanya untuk bernapas.
”Masih santai jalan? Upacaranya udah mau dimulai, loh” tapi ketegangan kembali memasuki ketiganya. Guru itu menatap mereka dari belakang.
”Iya bu maaf,” ucap Giska yang lalu mulai menggerakkan kakinya secara cepat. Mereka bertiga berlari bersama menuju lapangan.
___________
Sepertinya hari ini memang diisi dengan naas. Di lapangan pun satu dari mereka masih harus menerima hukuman dari sang guru. Mika ditaruh di paling depan dan jauh dari kedua temannya agar tidak mengobrol. Mika sangat benci baris di paling depan. Dan tidak nyaman ketika pemimpin barisan berdiri tepat di depannya. Jarak yang dimiliki tidak jauh karena lapangan yang tidak cukup luas.
”Tinggi banget ini orang. Bahunya juga tegas. Agak enak sih soalnya itu guru jadi gak bisa liatin gue,” batinnya.
Di pertengahan upacara, Mika merasa kepalanya sedikit pusing. Namun dirinya yakin tidak akan apa-apa. Toh pagi tadi sudah sarapan, kan? Namun semakin lama pandangannya terasa kabur, bibirnya pucat dan perutnya terasa mual. Mika masih menahan semuanya walau terasa sedikit tidak kuat. Keringat dingin bercucuran ketika penghormatan bendera dimulai. Lalu—
bruk
Mika tidak sadarkan diri namun beruntungnya tidak jatuh ke jalan. Posisi Mika seperti sedang menyandarkan kepalanya kepada bahu sang pemimpin barisan. Yuki dan Giska sangat malu dan khawatir melihat kejadian ini. Keduanya bersiap untuk menghampiri Mika namun sang pemimpin upacara sudah membopongnya dan disusul beberapa guru lain.
”Sumpah sumpah itu dia digendong anjir, Gis!” heboh Yuki melihat hal itu.
”Yaudah gapapa,” jawab Giska tenang sambil menghadap ke arah depan.
Yuki sangat geram akan Mika walau itu juga terjadi di luar kendali temannya. ”Sumpah dia malu-maluin banget anjir.”
0 notes